Professional Documents
Culture Documents
ISSN : 1970-8870
e-ISSN : 2528-3243
Abstract
Social media has a considerable role in building democracy in Indonesia, especially community participation in expressing opinions
and expression. The Indonesian Democratic Index in 2017 occupies 72.11 points (on a scale of 0-100) which means "moderate
democracy" or not bad or good. This increase was also contributed by civil liberties in expressing opinions and expression through
various media, especially social media. Indonesian internet user statistics in 2017 amounted to 143.26 million peoples. As many as
87,13 percent of internet users are users of social media such as Facebook, Instagram, YouTube, Twitter and others. Social media is
considered to be able to shape individual publicity and imaging, including increasing the electability of 2019 presidential and vice
presidential candidates. Campaigns through social media are one of the effective ways of political literacy to introduce candidates
because they can influence people's views and mindsets to vote. In addition, social media has a wide network, is easy to access, and
fast. But besides that, it is undeniable that the development of democracy through social media is also a threat to Indonesian
democracy because there are still many problems, such as black campaigns and the spread of hoaxes, even the dissemination of
information that is misleading and distorts the real conditions.
Keywords: elections, campaigns, democracy, social media
Abstrak
Media sosial memiliki peran yang cukup besar dalam membangun demokrasi di Indonesia, khusunya partisipasi
masyarakat dalam menyampaikan pendapat dan berekspresi. Indek Demokrasi Indonesia pada 2017 menempati
72,11 poin (dalam skala 0-100) yang memiliki arti “demokrasi sedang” atau tidak buruk atau baik. Peningkatan ini
turut disumbang oleh kebebasan sipil dalam menyampaikan pendapat dan berekspresi melalui berbagai media,
terutama media sosail. Data statistik pengguna internet Indonesia tahun 2017 sebesar 143,26 juta orang.
Sebanyak 87,13% dari pengguna internet tersebut adalah pengguna media sosial seperti facebook, instagram,
youtube, twitter, dan lainnya. Media sosial dianggap dapat membentuk publisitas dan pencitraan individu,
termasuk meningkatkan elektabilitas para calon presiden dan wakil presiden 2019. Kampanye melalui media
sosial merupakan salah satu cara literasi politik yang efektif untuk memperkenalkan calon karena dapat
mempengaruhi pandangan dan pola pikir masyarakat untuk memilih. Selain itu, media sosial memiliki jaringan
yang luas, mudah di akses, dan cepat. Namun disamping itu, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan
demokrasi melalui media sosial selaigus menjadi ancaman bagi demokrasi Indonesia karena masih banyak
diwarnai berbagai permasalahan, seperti kampanye hitam dan penyebaran hoaks, bahkan penyebaran informasi
yang menyesatkan dan mendistorsi kondisi riil.
Kata kunci: pemilu, kampanye, demokrasi, media sosial
Hasil penelitian tahun 2017 terhadap namun harus disertai tanggung jawab atas setiap
pelajar di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan.
98,7 persen responden mengetahui informasi Pesta demokrasi dapat dilihat dalam
kampanye melalui media sosial dan sebanyak 73,3 penyelenggaraan Pilpres 2019, dimana dalam
persen responden menyatakan bahwa media sosial implementasinya sangat dipengaruhi oleh
merupakan media yang efektif untuk kampanye keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kampanye.
pemilu (Ratnamulyani & Maksudi, 2018). Menurut Indeks Demokrasi Indonesia (IDI), isu
Penelitian selanjutnya yang dilakukan Crowdtap, terkait pemilu di atas dikategorikan sebagai aspek
Ipsos MediaCT, dan The Wall Street Journal pada hak-hak politik. Semakin besar partisipasi
tahun 2014 terhadap 839 responden dari usia 16 masyarakat semakin meningkat pula proses
hingga 36 tahun menunjukkan bahwa jumlah demokratisasi di Indonesia. Apabila bentuk
waktu yang dihabiskan khalayak untuk mengakses partisipasi masyarakat ini dapat dilakukan secara
internet dan media sosial mencapai 6 jam 46 luas dan efektif, maka hal tersebut ikut
menit per hari, melebihi aktivitas untuk menentukan kualitas partisipasi pemilih dalam
mengakses media tradisional (Nasrullah, 2015). Pemilu (Surbakti & Supriyanto, 2013).
Selanjutnya, hasil penelitian UNESCO, 4 dari 10 Sementara itu, media sosial dapat
orang Indonesia aktif di media sosial seperti mempengaruhi partisipasi masyarakat karena
Facebook 3,3 juta pengguna, WhatsApp 2,9 juta memiliki jaringan yang luas, mudah di akses, dan
pengguna dan lain lain (Majalah ICT, 2018). Hal cepat di terima. Sehingga dengan mudah setiap
ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi individu dapat menyampaikan aspirasi politiknya
pemerintah dalam membangun dan melalui media sosial. Para politisi sudah mulai
mengembangkan demokrasi di Indonesia, sadar bahwa media sosial sangat berpengaruh
khususnya pada perhelatan Pilpres 2019. Di sisi dalam pemenangan pemilu (Morissan, 2014).
lain, dengan terbukanya akses informasi dan Bahkan banyak yang melakukan survey terhadap
komunikasi melalui media sosial, selain dapat pengguna media sosial terkait popularitas dan
melibatkan partisipasi sosial, namun juga elektabilitas para pasangan capres. Namun tidak
berpotensi menimbulkan konflik. Semakin dapat dihindari, meningkatnya partisipasi dan
memanasnya aktivitas kampanye di media sosial pengguna media sosial di masyarakat juga
mempengaruhi public opinion dan public choice di menimbulkan permasalahan-permasalahan baru
masyarakat. yang menjadi perdebatan menjelang Pilpres.
Partisipasi masyarakat melalui pemilihan Proses kampanye sangat sensitif dengan konten-
umum secara langsung merupakan salah satu konten yang penuh kritik dan hoaks karena
indikator penting dalam sistem demokrasi menuju menyangkut popularitas dan elektabilitas masing-
masyarakat yang aktif dan cerdas di era modern. masing pasangan capres, yang dapat menurun
Demokrasi dikenal dengan pemerintahan dari seketika karena hoaks dapat mempengaruhi
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Konsep pilihan masyarakat. Menurut KBBI, hoaks adalah
demokrasi adalah bagian yang tidak terpisahkan berita bohong (KBBI, 2019). Sedangkan oleh
dari ilmu politik, karena demokrasi merupakan kamus Oxford, hoaks (hoax) diartikan sebagai
indikator perkembangan politik suatu suatu bentuk penipuan yang tujuannya untuk
pemerintahan atau negara (Budiardjo, 2008). membuat kelucuan atau membawa bahaya
Pemilu dapat berjalan dengan baik apabila (Oxford, 2019).
masyarakat sadar akan peranya sebagai aktor Pemilu 2019 menjadi tantangan tersendiri
utama pemegang kedaulatan pada negara bagi para kandidat Capres untuk mendapatkan
demokrasi melalui penggunaan hak suaranya simpati dan dukungan masyarakat. Tingginya
untuk menentukan pemimpin yang akan datang. intensitas persaingan antar masing-masing calon
Hal ini menunjukkan bahwa rakyat berkuasa untuk memperebutkan dukungan masyarakat,
secara independen atas dirinya sendiri (Ardianto, menyebabkan munculnya masalah kampanye
2011). Demokrasi merupakan kebebasan setiap negatif, bahkan mengarah pada kampanye hitam
individu yang disertai tanggung jawab (Madjid, yang dilakukan oleh masing-masing calon dan
2004). Artinya, demokrasi adalah pemerintahan pendukungnya. Walaupun penyelenggara pemilu
atau negara yang memberikan kebebasan kepada (KPU dan Bawaslu), Polri dan Kemenkomoinfo
rakyatnya dalam berbagai bidang kehidupan, telah mengimbau untuk tidak melakukan dan
Komunikologi Volume 17 Nomor 1, Maret 2020 3
Komunikologi : Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi
ISSN : 1970-8870
e-ISSN : 2528-3243
waktu secara bersamaan. Pemilu serentak akan peristiwa politik melaui media sosial. Selanjutnya,
memberikan pengaruh positif terhadap tingkat kekuatan memviralkan melalui media sosial dan
partisipasi pemilih (Geys, 2016). Namun aplikasi chating semakin mempercepat arus
sebaliknya, pemilu serentak memiliki keuntungan penetrasi informasi tersebut.
sekaligus pengaruh negatif akibat keterbatasan Fenomena kontemporer politik pemilu di
pengetahuan pemilih. Akibat banyaknya calon, Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari
ada keterbatasan pengetahuan dan informasi yang partisipasi pengguna media sosial atau sering
dimiliki oleh pemilih untuk memahami dan disebut sebagai warga netizen. Sebagaimana
menetukan calon yan tepat sebagai pilihannya. menurut Kaplan dan Haenlein, terdapat enam
Persoalan ini merupakan salah satu diantara jenis media sosial, yaitu proyek kolaborasi
persoalan lainnya sehingga pemilih cenderung (misalnya, Wikipedia), blog dan microblogs (misalnya,
memilih keputusan mayoritas (Andersen, 2011) Twitter), komunitas konten (misalnya, Youtube),
Pesta demokrasi melalui keterlibatan situs jaringan sosial (misalnya, Facebook), virtual
masyarakat dalam pemilu, khususnya Pilpres 2019 game (misalnya World of Warcraft), dan virtual sosial
merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang menjadi saluran yang relatif bebas dalam
tercerdaskan di era globalisasi dan keterbukaan mengelola dan menyebarluaskan pandangan dan
informasi dan komunikasi. Sebagaimana menurut informasi politik (Kaplan & Haenlein, 2010).
Bentham & Boyl bahwa pemilu juga merupakan Media sosial seakan menjadi kanal
arena penting untuk menjamin kesetaraan politis perebutan dan pertarungan pesan-pesan politik
antara warga negara, baik dalam akses terhadap untuk berkampanye. Sebagaimana dijelaskan oleh
jabatan pemerintahan maupun dalam nilai suara Ardinato, media jejaring sosial tidak hanya
serta kebebasan dalam hak politik (Bentham & memiliki kekuatan sosial, politik, dan budaya, dan
Boyle, 2002). media komunikasi, namun juga dapat membentuk
Oleh karena itu, demokrasi menempati publisitas dan pencitraan individu dan lembaga.
posisi yang sangat penting dalam kaitannya Berdasarkan manfaat tersebut memungkinkan
pembagian kekuasaan dalam suatu negara politisi untuk menggunakan media jejaring sosial
(umumnya berdasarkan konsep trias politica) untuk meningkatkan popularitasnya melalui media
dimana kekuasaan negara dalam pemerintahan sosial, selain untuk menyebarkan berbagai
diperoleh melalui legitimasi dari rakyat. Meskipun informasi mengenai kegiatan dan program
demikian, dalam konteks pemilihan umum, hasil kampanyenya (Ardianto, 2011). Dengan demikian
mekanisme demokrasi masih sangat media sosial dapat mempengaruhi citra atau
mengecewakan yang disebabkan rendahnya popularitas pasangan calon presiden 2019 (Jokowi
pendidikan demokrasi rakyat, serta sebagian elit dan Prabowo) selama melakukan kegiatan
politik hanya mementingkan urusan pribadi atau kampanye politik menjelang pemilu 17 April 2019.
kelompoknya. Polemik kampanye pendukung Prabowo dan
Perlu ditekankan kembali bahwa pada Jokowi akan membuat sejarah baru demokrasi
tahun 2019, pemilihan presiden dan wakil Indonesia, terlepas siapa yang dinyatakan sebagai
(Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg) berbeda pemenang, karena untuk pertama kalinya
dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Pemilihan sepanjang sejarah Pilpres di Indonesia terdapat
umum dilasanakan secara serentak. Peristiwa ini dua kandidat presiden yang memiliki kekuatan
sangat mepengaruhi sistem pemilu, khususnya yang berimbang. Hal lain yang menarik adalah
sitem demokrasi di Indonesia. Pemilu serentak bahwa persaingan kedua kandidat dan termasuk
pada era digital ini menimbulkan berbagai para pendukungnya sangat tinggi, dan
permasalahan pada tataran masyarakat para diperkirakan akan terus terjadi sampai detik-detik
simpatisan capres dan cawapres. Salah satunya terakhir penentuan pemenang Pilpres 2019.
adalah permasalahan kampanye yang terjadi di Sepanjang pemerintahan Jokowi, berbagai
media sosial, seperti kampanye hitam dan tampilan media sosial menunjukan sebagai sosok
penyebaran hoaks. Setiap hari, media sosial diisi pekerja dengan karakter sederhana. Setidaknya
postingan berbagai isu dan pemberitaan terkait citra Jokowi ini dislogankan dalam frase “kerja,
pemilu dan kampanye politik. Isu dan berita kerja, kerja.” Simbolisasi citra kerja ini kemudian
politik terus berseliweran sebagai akibat dari setiap coba diperlihatkan dengan mega proyek
pengguna media sosial dapat memviralkan setiap pembangunan infrastruktur. Citra pekerja ini juga
Komunikologi Volume 17 Nomor 1, Maret 2020 5
Komunikologi : Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi
ISSN : 1970-8870
e-ISSN : 2528-3243
diterjemahkan dalam berbagai kegiatan blusukan Karena informasi yang di sebarkan belum tentu
yang menjadi citra khas Jokowi. Memasuki tahun benar kenyataan dan semata-mata bertujuan untuk
politik, citra Jokowi juga ditambahkan dengan menjatuhkan lawan politik masing-masing.
citra rasa presiden milenial yang gaul setelah Selanjutnya, kampanye negatif dan
aksinya pada pembukaan Asian Games pada kampanye hitam muncul karena persaingan yang
Agustus 2018 lalu. Namun, berbagai citra politik “panas” oleh masing-masing pendukung kandidat
tandingan yang beredar di media sosial setidaknya Capres dan Cawapres. Istilah lain menyatakan
tertuang cuitan hashtag #2019GantiPresiden. bahwa kampanye negatif dan hitam merupakan
Berbagai komentar dalam tagar penggunaan metode rayuan yang merusak,
#2019GantiPresiden mengindikasikan adanya sindiran atau rumor tentang seorang calon
opini yang diarahkan untuk melemahkan citra disebarkan kepada masyarakat calon pemilih. Hal
politik Jokowi yang dianggap sebagai sosok yang ini ditujukan agar menimbulkan persepsi negatif di
tidak memiliki kompetensi sebagai Presiden. masyarakat yang dianggap tidak etis dan
Sepanjang berjalanya kegiatan kampanye, melanggar norma, seperti isu etnis, budaya, dan
Prabowo dalam berbagai tampilan di media sosial agama. Contoh yang masih segar dalam ingatan
memperliatkan sebagai sosok yang berani adalah adalah rumor antek-antek China, antek
melawan asing, tegas, dan nasionalis. Citra PKI, politik gederuwo, pelanggar HAM, diktator,
Prabowo tertuang dalam slogan “adil dan dan lain-lain. Isu sara ini sangat sensitif dalam
makmur.” Simbolisasi ini diperlihatkan dengan masyarakat yang multi-kultur di Indonesia.
dukungan para ulama dan masyarakat terutama Masing-masing pendukung kandidat akan
para petani yang merasakan ketidakadilan dan mengatakan bahwa pihak lawan membawa
jauh dari kata makmur. Memasuki tahun kepentingan golongan tertentu yang dibenci
kampanye politik, citra Prabowo juga dinilai masyarakat. Beberapa pendukung calon misalnya
sebagai sosok yang tegas dan berjiwa muda menuduh lawan mereka sebagai keturunan dari
ditambah dengan peranan Sandiaga Uno sebagai tokoh PKI atau isu skandal perselingkuhan.
milenialis di mata masyarakat dan kaum ‘emak- Masing-masing pendukung mencoba menjatuhkan
emak’ (ibu-ibu). Namun, bermuncukan hastag lawan dengan mengusung isu sensitif.
tandingan di media sosial seperti
#Jokowi2Periode yang menggiring opini publik
yang diarahkan pada citra Jokowi selama
memimpin dengan kerja nyata dan harus
menyelesaikan semua proyek yang sedang
dibangun, bukan untuk diganti dengan yang baru.
Disamping itu, kampanye Pilpres 2019
dibayangi dengan meningkatnya penyebaran berita
hoaks dan fitnah kepada masing-masing pasangan
Capres. Hal ini secara otomatis menimbulkan
kerugian bagi kandidat dan membuat keraguan,
bahkan kebencian pada masyarakat sebagai
pemilih. Penyebaran berita hoaks massif tersebar
melalui media sosial dan situs berita online. Melalui
penelusuran penulis, penyebaran kampanye Sumber: kaskus, instagram, twitter, facebook
negatif dan kampanye hitam, seperti hoaks dan (diolah penulis)
fitnah, disebarluaskan melalui jejaring media sosial Gambar 1. Contoh Hoaks kepada Pasangan
seperti Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp. Capres 01
Maraknya penyebaran berita hoaks dan fitnah Beberapa poster yang pernah viral di
disebabkan setiap warga nitizen begitu mudah media sosial terkait dengan kampanye hitam dan
melakukan penyalahgunaan media untuk penyebaran isu hoaks. Gambar 1 adalah terkait
menyebarkan informasi hoaks dan kampanye dengan kampanye hitam yang menyatakan calon
hitam kepada masyarakat (Purbolaksono, 2018). presiden Jokowi sebagai antek-antek asing mulai
Pada dasarnya kampanye hitam berkaitan dengan dari antek Yahudi, Amerika, Kristen, Kafir,
penyebaran isu hoaks yang marak di media sosial.
Komunikologi Volume 17 Nomor 1, Maret 2020 6
Komunikologi : Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi
ISSN : 1970-8870
e-ISSN : 2528-3243
Plonga-plongo, sampai dengan antek Cina dan betul menjadi mitra penyeimbang eksekutif.
PKI. Independensi pers dan media sebagai salah satu
Gambar 2 adalah kampanye hitam yang pilar demokrasi semakin diakui dan dilindungi
muncul di media sosial kepada calon presiden undang-undang. Fase demokrasi langsung dimulai
Prabowo yang menyatakan bahwa beliau pada 1998 dengan munculnya gerakan reformasi.
merupakan diktator, keturunan Cina, penghianat Ini merupakan fase penting ketika seluruh lapisan
negara, pelanggar HAM, pembohong publik, dan masyarakat terlibat aktif dan memiliki kesempatan
raja hoaks. yang sama untuk memilih dan dipilih. Sistem
politik dan tata pemerintahan makin modern dan
terbuka. Presiden dan wakil presiden dipilih
langsung oleh rakyat dalam sebuah pesta
demokrasi yang Luber (langsung, umum, bebas,
dan rahasia) serta Jurdil (jujur dan adil) (Pramono,
2018).
Di dalam negara yang menganut sistem
demokrasi, kampanye politik menjadi sangat
penting dalam memperkenalkan kandidat kepada
masyarakat. Kampanye adalah kegiatan peserta
pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan
menawarkan visi, misi, dan program peserta
pemilu. Kampanye politik adalah proses interaksi
yang bersifat intensif dari partai politik kepada
publik dalam kurun waktu tertentu dan biasanya
terjadi di waktu pemilu. Kampanye politik
Sumber: twitter, facebook, instagram (diolah memiliki waktu (masa) yang diberikan oleh
penulis) penyelenggara pemilu kepada semua kontestan
Gambar 2. Contoh Hoaks kepada Pasangan untuk memaparkan program-program kerja dan
Capres 02 mempengaruhi opini publik agar memberikan
suara kepada mereka (Kurniawan, 2009). Dapat
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dipahami bahwa kampanye politik merupakan
disimpulkan bahwa para pasangan Capres, tim upaya terorganisir dari partai politik atau peserta
sukses, dan pendukung, telah menggunakan dan pemilu untuk berusaha mempengaruhi para
memanfaatkan media sosial untuk pemilih sehingga memberikan dukungan dalam
memperkenalkan program-program yang akan pemilu. Untuk dapat memenangkan pemilu, setiap
diusung dalam rangka menarik simpati dan calon perlu mempertimbangkan strategi dan
dukungan masyarakat. Kampanye Pilpres 2019 rencana yang baik. Strategi dan perencanaan yang
melalui media sosial sangat mempengaruhi baik dapat merubah dan menentukan pilihan
pandangan dan pola pikir masyarakat yang relatif voters, khusunya voters yang masih mengambang
banyak dipengaruhi oleh informasi, termasuk atau belum menentukan pilihan. Walaupun sudah
informasi yang menyesatkan dan mendistorsi membuat perencanaan dan strategi kampanye
kondisi riil, seperti kampanye negatif dan yang baik, tidak dapat dipungkiri, kampanye
kampanye hitam (berita hoaks dan fitnah) yang negatif dan penyebaran isu hoaks masih banyak
dibuat oleh orang-orang yang memiliki tujuan dijumpai yang menjadi salah satu batu sandungan
tertentu. proses demokrasi di Indonesia.
b. Kondisi Demokrasi Indonesia pada Saat Kehidupan demokrasi di Indonesia
Kampanye Pilpres 2019 mengalami peningkatan tipis 0,28 poin dari tahun
Sebagaimana kita ketahui, era globalisasi 2017 menjadi 72,39 (Intan, 2019) yang ditandai
demokrasi ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet dengan kebebasan hak-hak sipil dan munculnya
(1991). Perubahan tersebut turut berpengaruh kelompok-kelompok masyarakat tercerdaskan
positif pada sistem demokrasi di Indonesia. yang terhimpun dalam lembaga-lembaga swadaya
Lembaga legislatif yang kurang berdaya di masa masyarakat (LSM) yang digunakan untuk
Orde Baru, saat ini menjadi lebih kuat dan betul- menyampaikan apirasi, yang biasa disebut sebagai
Komunikologi Volume 17 Nomor 1, Maret 2020 7
Komunikologi : Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi
ISSN : 1970-8870
e-ISSN : 2528-3243
kekuatan masyarakat sipil (civil society). Kesadaran demokrasi di media sosial, juga akan melahirkan
dan tuntutan untuk perlindungan hak asasi potensi anti sosial, anti demokrasi, dan anti nilai,
manusia juga makin meningkat, di tambah lagi serta etika yang terkadang dimaklumi atas nama
dengan berkembangnya era digital sehingga peran kebebasan berpendapat atau berdemokrasi
dan partisipasi masyarakat juga meningkat (Juditha, 2016).
terutama dalam menggunakan dan memanfaatkan Berdasarkan survey Asosiasi Penyelenggara
media sosial sebagai alat komunikasi dan Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017,
informasi yang memiliki jaringan yang luas, statistik pengguna internet Indonesia tahun
mudah, dan cepat. 2017 adalah 143,26 juta orang, hal ini
Selanjutnya, perkembangan dan mengindikasikan kenaikan sekitar 10 juta
implementasi demokrasi di Indonesia menjadi dibanding 2016 sebesar 132,7 juta pengguna.
sebuah tantangan baru pada Pilpres 2019, yaitu APJII juga menyebutkan bahwa jenis media yang
terlibatnya seluruh lapisan masyarakat untuk diakses sebanyak 87,13 persen adalah media
menyampaikan aspirasi dan menekan calon untuk sosial seperti jejaring Facebook dan Twitter
berpihak kepada organiasinya. Hal ini (APJII, 2017). APJII juga melansir bagaimana
memunculkan hiruk-pikuk persaingan politik dan perilaku pengguna internet yang berhubungan
kekuasaan dalam kampanye politik. Selain itu, dengan konten kegiatan sosial politik, yakni
perkembangan teknologi informasi dan sebanyak 50,26 persen setuju media sosial
komunikasi menjadi sisi lain yang turut mewarnai digunakan untuk aktivitas sosial politik. Berdarkan
kompetisi politik terutama kampanye dalam pesta data tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa
demokrasi lima tahunan ini. Persaingan politik peranan media sosial sangat penting dalam
dan perebutan kekuasaan tidak hanya di dunia perkembangan parsipasi demokrasi di Indonesia.
nyata, tapi juga di ranah dunia maya (media Jika dikaitkan dengan Pilpres 2019, diprediksi
sosial). Media sosial disuguhi dengan postingan telah terjadi peningkatan partipasi masyarakat
berbagai isu politik, hoaks, dan fitnah. Kesiapan yang signifikan selama kegiatan kampanye,
dan kedewasaan warga negara dalam terlepas dari kampanye hitam atau informasi
menggunakan teknologi informasi dan media hoaks yang ada di dalamnya.
sosial menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Data Badan Pusat Statistik 2018,
Indonesia. menunjukkan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI)
Musuh terbesar bangsa bukan lagi tahun 2017 meningkat sekitar 2,2 poin menjadi
penjajahan asing atau orang yang berbeda pilihan, 72,11 dalam skala 0-100. Perubahan angka IDI
melainkan masyarakat itu sendiri, yang disebabkan dari 2016–2017 dipengaruhi oleh tiga aspek
egoisme, arogansi, dan kegagapan dalam demokrasi yakni (1) Kebebasan Sipil yang naik
menggunakan media sosial. Masalah ini pastinya 2,30 poin, dari 76,45 menjadi 78,75, (2) Hak-Hak
dapat merusak tatanan demokrasi karena Politik turun 3,48 poin, dari 70,11 menjadi 66,63,
banyaknya permasalahan-permasalahan dalam dan (3) Lembaga Demokrasi naik 10,44 poin, dari
Pilpres 2019 yang juga mempengaruhi indeks 62,05 menjadi 72,49 (Badan Pusat Statistik, 2018).
demokrasi di Indonesia. Media sosial menjadi Menurut Dr. Suhariyanto Kepala Badan Pusat
tantangan tersendiri karena dengan media sosial Statistik, bahwa dengan kondisi perubahan aspek
akan memunculkan harapan dan sekaligus demokrasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat
ancaman. Di sisi lain, media sosial dapat demokrasi Indonesia masuk dalam kategori
mendorong demokrasi melalui partisipasi “sedang” (Humas Kemenko Polkam, 2018).
masyarakat. Dalam bidang politik, media sosial Sebagaimana diketahui bahwa klasifikasi tingkat
menjadi tantangan tersendiri karena adanya usaha demokrasi terbagi tiga kategori, yakni “baik”
tidak sehat yang mewarnai pergulatan politik, (indeks >80), “sedang” (indeks 60–80), dan
seperti kampanye negatif dan kampenye hitam, “buruk” (indeks < 60). Sementara itu, Fajar
seperti hoaks dan fitnah. Sebagaimana dalam Nursahid Direktur LP3ES memprediksi bahwa
artikel Christiany Judhitha, demokrasi di media IDI akan anjlok pasca Pilres 2019 karena berbagai
sosial merupakan kekuatan opini dan kemampuan ekspresi kebebasan yang kebablasan (Poskota
mendobrak yang ada di media sosial, yang News, 2019).
memungkinkan menjadi kekuatan demokrasi. Peningkatan indek demokrasi terutama pada
Namun harus diakui bahwa perkembangan aspek kebebasan sipil dalam menyampaikan
Komunikologi Volume 17 Nomor 1, Maret 2020 8
Komunikologi : Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi
ISSN : 1970-8870
e-ISSN : 2528-3243
pendapat dan berekspresi, yang dipengaruhi oleh menunjukkan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI)
peranan media, khususnya media sosial. tahun 2017 meningkat sekitar 2,2 poin menjadi
Kampanye Pilpres 2019 bertepatan dengan era 72,11 dalam skala 0-100, yang menunjukkan
media sosial yang banyak mempengaruhi bahwa tingkat demokrasi Indonesia masuk dalam
partisipasi masyarakat dalam berdemokrasi, kategori “sedang.” Seiring bertambahnya jumlah
khususnya dalam menyampaikan pendapat, kiritik, pengguna internet dan indek demokrasi Indonesia
dan tanggapan atas isu-isu pemilu dan kampanye yang relatif meningkat, juga berpotensi
politik. Bagi yang melek informasi akan selektif menimbulkan konflik, seperti meningkatnya
menerima informasi dan tidak mudah dibohongi. penyebaran kampanye hitam dan berita hoaks
Pencitraan yang dibangun oleh kubu Jokowi yang merugikan calon pada Pilpres 2019.
maupun kubu Prabowo, khususnya di media
sosial akan menjadi pro-kontra bagi para Daftar Pustaka
pendukung, sekaligus dapat meningkatkan dan Andersen, D. J. (2011). Pushing the Limits of
menurunkan elektabilitas, yang pada akhirnya Democracy: Concurrent Elections and Cognitive
akan mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Limitations of Voters. The State University
pemungutan suara Pilpres 2019. of New Jersey, New Jersey.