Professional Documents
Culture Documents
Jokhanan Kristiyono
Dosen Ilmu Komunikasi
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi - AWS
Jl. Nginden Intan Timur I/18 Surabaya
Email : jokhanan.k@stikosa-aws.ac.id
Abstact :
The movie phenomenon entitled: Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2) makes
audiences who seen the location view on the movie as gazing at the spot or
location of the movie with taking pictures on the location of Yogyakarta Special
Region (DIY). Makes the audience wants to see with themselves or to go there
for getting experience themselves in a location that indeed. The appearance of a
places or location where the film is produced can arouse curiosity about the
culture, customs, traditions, and stories outlined in the film's script and storyline.
This shows the film industry can give a positive image in the development of
tourism, in addition to film media can also be used for media campaigns or
tourism advertising. The formulation of the problem in this research is how the
film can become a communication medium in the field of Tourism? with Case
Study of film AADC 2 which elevates tourism of Yogyakarta Special Region
(DIY). Using descriptive qualitative research method by conducting case study
and literature study on increasing tourist visit and introduction of tourism potential
through film communication media as tourism communication hence result of
research it is found that AADC 2 movie as one of the mass communication media
can reach the public widely effectively because it has been specially selected
audiences or people who come to watch the movie really take the time until the
cost just to receive messages and information to be able to move the community
to make a tourist visit as depicted in the film.
Abstrak :
Fenomena film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2) membuat penonton yang
melihat tampilan lokasi pada film seperti terkesima melihat spot atau lokasi film
AADC2 yang mengambil gambar pada lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),
hingga penonton ingin melihat atau tergerak untuk mengalami sendiri berada
dilokasi yang sesungguhnya. Tampilan suatu tempat atau lokasi dimana film
diproduksi dapat membangkitkan rasa ingin tahu tentang budaya, adat istiadat,
tradisi, serta kisah yang dituangkan dalam naskah dan alur cerita film. Hal ini
menunjukkan industri perfilman dapat memberi citra positif dalam
pengembangan pariwisata, selain itu media film juga dapat digunakan untuk
media promosi atau iklan pariwisata. Rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana Film bisa menjadi medium Komunikasi bidang Pariwisata?
dengan Studi kasus film Ada Apa dengan Cinta 2 yang mengangkat pariwisata
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif dengan melakukan studi kasus dan studi pustaka mengenai
peningkatan kunjungan wisata dan pengenalan potensi wisata melalui media
komunikasi film sebagai komunikasi pariwisata maka hasil dari penelitian ini
didapat bahwa film AADC 2 sebagai salah satu media komunikasi massa dapat
43
FILM SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI PARIWISATA | Jokhanan Kristiyono
Kata Kunci : Fim AADC 2, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Pariwisata, Media
Komunikasi
PENDAHULUAN
Film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) yang rilis pada 28 April 2016 lalu
menjadi fenomena tersendiri di Indonesia, film drama yang dibintangi Dian
Sastrowardoyo (Cinta) dan Nicholas Saputra (Rangga) ini memang sudah
menjadi banyak perbincangan orang sebelum dan sesudah film ini tayang di
gedung bioskop. Tercatat AADC 2 mengukir rekor box office baru di Indonesia
dengan penjualan tiket sebanyak 200 ribu lembar pada hari pertama, angka itu
semakin melonjak hingga 1 juta tiket pada hari kelima pemutarannya. Inilah film
Indonesia tercepat yang meraih 1 juta penonton. Ini menunjukkan bahwa film ini
memberikan kepuasaan kepada khalayak atau masyarakat mulai dari cerita yang
ditunjukkan hingga lokasi syuting yang sangat menawan digambarkan dengan
baik paa film tersebut. Penonton yang melihat tampilan lokasi pada film seperti
tersihir dan menjadi terkesima melihat spot atau lokasi film tersebut yang lebih
dari 75% mengambil gambar pada lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),
hingga penonton ingin melihat atau tergerak untuk mengalami sendiri berada
dilokasi yang sesungguhnya. Tampilan suatu tempat, Negara atau wilayah
dimana film diproduksi dapat membangkitkan rasa ingin tahu tentang budaya,
adat istiadat, tradisi, serta kisah yang dituangkan dalam naskah dan alur cerita
film.
Salah satunya seperti film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2), Film yang
disutradarai ole Riri Riza dengan durasi 124 menit ini di bintangi oleh beberapa
artis papan atas Indonesia seperti Dian Sastrowardoyo (Cinta), Nicholas Saputra
(Rangga), Titi Kamal (Mura), Sissy Priscillia (Milly), Adinia Wirasti (Carmen),
Dennis Adhiswara (Mamet), Ario Bayu (Trian), dan Christian Sugiono (Christ).
Film ini menceritakan cerita cinta Rangga dan Cinta yang sudah terdiam selama
14 tahun. Walaupun pertama-tama mereka memutuskan untuk hubungan jarak
jauh setelah Rangga pergi ke New York, Cinta makin bertanya-tanya mengapa
Rangga secara tidak langsung mencoba putus kontak dari Cinta setelah Cinta
dan keluarganya mengunjungi Rangga terakhir kali di New York. 14 tahun
berlalu, Rangga melanjutkan kehidupan di New York tanpa ada Cinta dan Cinta
berada di Jakarta dan bertunangan dengan Trian. Hingga takdir mempertemukan
mereka lagi di Yogyakarta, memberi kesempatan kedua untuk hubungan
mereka. Di film ini menunjukkan sisi lain dari Yogyakarta, beragam seni hingga
tempat wisata yang belum terjamah di kota gudeg tersebut, salah satunya yaitu
Gereja Ayam. Latar tempat yang dipakai dalam suatu film tentu saja dapat
memberikan dampak positif bagi pengetahuan para penikmat film. Terlebih lagi
latar tempat yang menyajikan keindahan alam dari segi pariwisata dengan
menarik minat para penonton untuk berkunjung langsung dan melihat tempat-
tempat yang pernah dijadikan tempat pengambilan gambar dalam suatu film.
Hal ini menunjukkan industri perfilman dapat memberi citra positif dalam
pengembangan pariwisata, selain itu media film juga dapat digunakan untuk
media promosi atau iklan pariwisata. Menurut Wibowo (2006:196), film
mempunyai definisi yaitu bahwa film adalah alat untuk menyampaikan berbagai
pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita. Film juga merupakan
media ekspresi artistic sebagai suatu alat bagi para seniman dan insan perfilman
dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara esensial
dan substansial film memiliki kekuatan yang akan berimplikasi terhadap
komunikan masyarakat. Selain itu definisi film menurut pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman mengatakan bahwa, film
merupakan karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media
komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau
tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Menonton film juga dapat memberikan
pengaruh atau efek, seperti ketika menonton film drama bisa menimbulkan efek
menangis, kemudian menonton film horror bisa menimbulkan efek takut. Selain
itu menonton film juga dapat mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu atau
dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang mereka rasa cukup
bagus dan menarik, salah satunya adalah setelah terkesan dengan
penggambaran obyek wisata pada film AADC2 maka masyarakat tertarik untuk
melakukan kunjungan wisata pada obyek tersebut.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Film bisa menjadi medium Komunikasi bidang Pariwisata? Dengan
Studi kasus film Ada Apa dengan Cinta 2 yang mengangkat pariwisata Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY)?
METODE PENELITIAN
Kualitiatif deskriptif dengan melakukan studi kasus dan studi pustaka mengenai
peningkatan kunjungan wisata dan pengenalan potensi wisata melalui media
komunikasi film sebagai komunikasi pariwisata. Dengan menggunakan pisau
bedah teori film mise n’ scene, maka scene-scene film AADC2? dapat dijadikan
obyek penelitian dan dianalisa menggunakan teori Komunikasi Pariwisata.
KAJIAN TEORI
Komunikasi Pariwisata dalam Medium Komunikasi Film untuk Promosi
Menurut Pendit (1999:30) bahwa Pariwisata adalah kepergian orang-
orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar
tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka
selama berada di tempat- tempat tujuan tersebut: mencakup kegiatan untuk
berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ekskursi”.
Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang
atau kelompok untuk sementara waktu atau jangka waktu tertentu, yang
dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, dengan tujuan bukan untuk membuka
usaha atau berbisnis atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna kesenangan dan
rekreasi atau untuk memenuhi keinginannya yang beraneka ragam.
Beberapa jenis pariwisata yang sudah dikenal, antara lain (dalam Pendit,
1994 : 41) :
1 Wisata Budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan
kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat,
kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan
seni mereka.
2 Wisata Kesehatan, yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan
untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal
demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani.
3 Wisata Olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan
dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil
bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara.
4 Wisata Komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-
pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri,
pameran dagang dan sebagainya.
5 Wisata Industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau
mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah
perindsutrian, dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan
atau penelitian.
6 Wisata Maritim atau Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan
olahraga air, seperti danau pantai atau laut.
7 Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya banyak
diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan
usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar
alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang
kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.
8 Wisata Bulan Madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-
pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan
fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan.
Dalam penelitian ini studi kasus yang diangkat adalah film AADC2 untuk
medium komunikasi atau promosi pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta,
merujuk pada jenis wisata di atas dengan penggambarkan wisata pada film
tersebut maka terdapat banyak sekali visual wisata atau penggambaran mulai
wisata budaya, wisata komersial, wisata cagar alam hingga wisata bulan madu
dan Film AADC2 ini dapat dinyatakan sebagai bentuk promosi pariwisata. Salah
satu kegiatan komunikasi kepada publik atau khalayak yaitu kegiatan Promosi
yaitu kegiatan yang lebih banyak mencakup mendistribusikan promotion
materials, seperti film, iklan, brosur, booklet, leaflets, dan lain sebagainya melalui
berbagai saluran (kanal) seperti: Website, Social Media Internet, TV, radio,
majalah, dan bioskop, dengan tujuan memberikan informasi atau menkomunikasi
sebuah pesan agar dapat mempengaruhi calon-calon wisatawan untuk dapat
berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.
New York. 14 tahun berlalu, Rangga melanjutkan kehidupan di New York tanpa
ada Cinta dan Cinta berada di Jakarta dan bertunangan dengan Trian. Hingga
takdir mempertemukan mereka lagi di Yogyakarta, memberi kesempatan kedua
untuk hubungan mereka. Di bawah ini merupakan tempat atau lokasi hingga
kegiatan budaya yang di gambarkan pada film AADC2:
Punthuk Setumbu
Punthuk Setumbu ini merupakan lokasi wisata alam
yang terletak di Dusun Kerahan, Desa Karangrejo,
Borobudur, Magelang. Lokasinya tidak jauh dari
Candi Borobudur dan menjadi tempat terbaik untuk
menyaksikan matahari terbit dengan latar belakang
megahnya Candi Borobudur.
Berikut data scene film AADC2 yang dapat dianalisa sebagai medium
komunikasi pariwisata baik dari sudut pandang analisa wisata alam, wisata
komersial hingga wisata budaya khususnya yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
KESIMPULAN
Hasil analisa dari penelitian ini adalah sebuah film merupakan medium
komunikasi atau alat penyampai pesan yang cukup efektif kepada masyarakat
khususnya pesan-pesan informasi di bidang Pariwisata dalam hal ini Film Ada
Apa Dengan Cinta 2 yang mempunyai kesan yang sangat mendalam pada filmya
yang pertama sejak 14 tahun yang lalu ditayangkan di Indonesia. Film sebagai
salah satu media komunikasi massa dapat menjangkau masyarakat luas secara
efektif karena sudah terseleksi secara khusus khalayak atau masyarakat yang
datang untuk menonton film tersebut benar-benar meluangkan waktu hingga
biaya hanya untuk menerima pesan dan informasi (dalam hal ini cerita dan
gambar visual) dari film AADC2. Informasi Wisata, baik wisata alam, wisata
budaya, wisata komersial dan bentuk wisata lainnya dapat digambar secara baik
dengan menggunakan media film hingga mendapatkan hasil yang efektif pada
masyarakat.
REFERENSI
Kotler, Philip (2006). Marketing Management, Prentice Hall.
Michael Marquardt and Angus Reynolds (1994). The global learning organization,
Irwin Professional Publishing.
Pendit. S, Nyoman. (2002), Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta:
Pradnya Paramita.
Scott McCabe (2012). Marketing Communications in Tourism and Hospitality-
Concepts, Strategies and Cases, Nottingham University, UK.
Schiffman, Leon G., Kanuk, Leslie Lazar (2009). Consumer Behavior 10th Ed.
Pearson Prentice Hall.