You are on page 1of 9

FILM SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI PARIWISATA

Jokhanan Kristiyono
Dosen Ilmu Komunikasi
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi - AWS
Jl. Nginden Intan Timur I/18 Surabaya
Email : jokhanan.k@stikosa-aws.ac.id

Abstact :
The movie phenomenon entitled: Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2) makes
audiences who seen the location view on the movie as gazing at the spot or
location of the movie with taking pictures on the location of Yogyakarta Special
Region (DIY). Makes the audience wants to see with themselves or to go there
for getting experience themselves in a location that indeed. The appearance of a
places or location where the film is produced can arouse curiosity about the
culture, customs, traditions, and stories outlined in the film's script and storyline.
This shows the film industry can give a positive image in the development of
tourism, in addition to film media can also be used for media campaigns or
tourism advertising. The formulation of the problem in this research is how the
film can become a communication medium in the field of Tourism? with Case
Study of film AADC 2 which elevates tourism of Yogyakarta Special Region
(DIY). Using descriptive qualitative research method by conducting case study
and literature study on increasing tourist visit and introduction of tourism potential
through film communication media as tourism communication hence result of
research it is found that AADC 2 movie as one of the mass communication media
can reach the public widely effectively because it has been specially selected
audiences or people who come to watch the movie really take the time until the
cost just to receive messages and information to be able to move the community
to make a tourist visit as depicted in the film.

Keywords: Film AADC 2, Yogyakarta Special Region (DIY), Tourism, and


Communication Media

Abstrak :
Fenomena film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2) membuat penonton yang
melihat tampilan lokasi pada film seperti terkesima melihat spot atau lokasi film
AADC2 yang mengambil gambar pada lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),
hingga penonton ingin melihat atau tergerak untuk mengalami sendiri berada
dilokasi yang sesungguhnya. Tampilan suatu tempat atau lokasi dimana film
diproduksi dapat membangkitkan rasa ingin tahu tentang budaya, adat istiadat,
tradisi, serta kisah yang dituangkan dalam naskah dan alur cerita film. Hal ini
menunjukkan industri perfilman dapat memberi citra positif dalam
pengembangan pariwisata, selain itu media film juga dapat digunakan untuk
media promosi atau iklan pariwisata. Rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana Film bisa menjadi medium Komunikasi bidang Pariwisata?
dengan Studi kasus film Ada Apa dengan Cinta 2 yang mengangkat pariwisata
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif dengan melakukan studi kasus dan studi pustaka mengenai
peningkatan kunjungan wisata dan pengenalan potensi wisata melalui media
komunikasi film sebagai komunikasi pariwisata maka hasil dari penelitian ini
didapat bahwa film AADC 2 sebagai salah satu media komunikasi massa dapat

43
FILM SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI PARIWISATA | Jokhanan Kristiyono

menjangkau masyarakat luas secara efektif karena sudah terseleksi secara


khusus khalayak atau masyarakat yang datang untuk menonton film tersebut
benar-benar meluangkan waktu hingga biaya hanya untuk menerima pesan dan
informasi hingga dapat menggerakkan masyarakat untuk melakukan kunjungan
wisata seperti yang digambarkan pada film tersebut.

Kata Kunci : Fim AADC 2, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Pariwisata, Media
Komunikasi

PENDAHULUAN
Film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) yang rilis pada 28 April 2016 lalu
menjadi fenomena tersendiri di Indonesia, film drama yang dibintangi Dian
Sastrowardoyo (Cinta) dan Nicholas Saputra (Rangga) ini memang sudah
menjadi banyak perbincangan orang sebelum dan sesudah film ini tayang di
gedung bioskop. Tercatat AADC 2 mengukir rekor box office baru di Indonesia
dengan penjualan tiket sebanyak 200 ribu lembar pada hari pertama, angka itu
semakin melonjak hingga 1 juta tiket pada hari kelima pemutarannya. Inilah film
Indonesia tercepat yang meraih 1 juta penonton. Ini menunjukkan bahwa film ini
memberikan kepuasaan kepada khalayak atau masyarakat mulai dari cerita yang
ditunjukkan hingga lokasi syuting yang sangat menawan digambarkan dengan
baik paa film tersebut. Penonton yang melihat tampilan lokasi pada film seperti
tersihir dan menjadi terkesima melihat spot atau lokasi film tersebut yang lebih
dari 75% mengambil gambar pada lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),
hingga penonton ingin melihat atau tergerak untuk mengalami sendiri berada
dilokasi yang sesungguhnya. Tampilan suatu tempat, Negara atau wilayah
dimana film diproduksi dapat membangkitkan rasa ingin tahu tentang budaya,
adat istiadat, tradisi, serta kisah yang dituangkan dalam naskah dan alur cerita
film.
Salah satunya seperti film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2), Film yang
disutradarai ole Riri Riza dengan durasi 124 menit ini di bintangi oleh beberapa
artis papan atas Indonesia seperti Dian Sastrowardoyo (Cinta), Nicholas Saputra
(Rangga), Titi Kamal (Mura), Sissy Priscillia (Milly), Adinia Wirasti (Carmen),
Dennis Adhiswara (Mamet), Ario Bayu (Trian), dan Christian Sugiono (Christ).
Film ini menceritakan cerita cinta Rangga dan Cinta yang sudah terdiam selama
14 tahun. Walaupun pertama-tama mereka memutuskan untuk hubungan jarak
jauh setelah Rangga pergi ke New York, Cinta makin bertanya-tanya mengapa
Rangga secara tidak langsung mencoba putus kontak dari Cinta setelah Cinta
dan keluarganya mengunjungi Rangga terakhir kali di New York. 14 tahun
berlalu, Rangga melanjutkan kehidupan di New York tanpa ada Cinta dan Cinta
berada di Jakarta dan bertunangan dengan Trian. Hingga takdir mempertemukan
mereka lagi di Yogyakarta, memberi kesempatan kedua untuk hubungan
mereka. Di film ini menunjukkan sisi lain dari Yogyakarta, beragam seni hingga
tempat wisata yang belum terjamah di kota gudeg tersebut, salah satunya yaitu
Gereja Ayam. Latar tempat yang dipakai dalam suatu film tentu saja dapat
memberikan dampak positif bagi pengetahuan para penikmat film. Terlebih lagi
latar tempat yang menyajikan keindahan alam dari segi pariwisata dengan
menarik minat para penonton untuk berkunjung langsung dan melihat tempat-
tempat yang pernah dijadikan tempat pengambilan gambar dalam suatu film.
Hal ini menunjukkan industri perfilman dapat memberi citra positif dalam
pengembangan pariwisata, selain itu media film juga dapat digunakan untuk
media promosi atau iklan pariwisata. Menurut Wibowo (2006:196), film
mempunyai definisi yaitu bahwa film adalah alat untuk menyampaikan berbagai
pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita. Film juga merupakan

Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 2 No. 1 | 44


FILM SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI PARIWISATA | Jokhanan Kristiyono

media ekspresi artistic sebagai suatu alat bagi para seniman dan insan perfilman
dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara esensial
dan substansial film memiliki kekuatan yang akan berimplikasi terhadap
komunikan masyarakat. Selain itu definisi film menurut pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman mengatakan bahwa, film
merupakan karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media
komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau
tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Menonton film juga dapat memberikan
pengaruh atau efek, seperti ketika menonton film drama bisa menimbulkan efek
menangis, kemudian menonton film horror bisa menimbulkan efek takut. Selain
itu menonton film juga dapat mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu atau
dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang mereka rasa cukup
bagus dan menarik, salah satunya adalah setelah terkesan dengan
penggambaran obyek wisata pada film AADC2 maka masyarakat tertarik untuk
melakukan kunjungan wisata pada obyek tersebut.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Film bisa menjadi medium Komunikasi bidang Pariwisata? Dengan
Studi kasus film Ada Apa dengan Cinta 2 yang mengangkat pariwisata Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY)?

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaihaman sebuah film dapat
menjadi medium atau alat komunikasi di bidang Pariwisata kepada masyarakat
dengan studi kasus Film Ada Apa Dengan Cinta 2?
Sedangkan manfaat penelitian ini, dapat memberikan hal praktis dan teoritis
kepada insan perfilman dan kepada pelaku pariwisata di Indonesia bahwa Film
sebagai medium komunikasi untuk bidang Pariwisata bisa memberikan efek yang
sangat maksimal.

METODE PENELITIAN
Kualitiatif deskriptif dengan melakukan studi kasus dan studi pustaka mengenai
peningkatan kunjungan wisata dan pengenalan potensi wisata melalui media
komunikasi film sebagai komunikasi pariwisata. Dengan menggunakan pisau
bedah teori film mise n’ scene, maka scene-scene film AADC2? dapat dijadikan
obyek penelitian dan dianalisa menggunakan teori Komunikasi Pariwisata.

KAJIAN TEORI
Komunikasi Pariwisata dalam Medium Komunikasi Film untuk Promosi
Menurut Pendit (1999:30) bahwa Pariwisata adalah kepergian orang-
orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar
tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka
selama berada di tempat- tempat tujuan tersebut: mencakup kegiatan untuk
berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ekskursi”.
Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang
atau kelompok untuk sementara waktu atau jangka waktu tertentu, yang
dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, dengan tujuan bukan untuk membuka
usaha atau berbisnis atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna kesenangan dan
rekreasi atau untuk memenuhi keinginannya yang beraneka ragam.
Beberapa jenis pariwisata yang sudah dikenal, antara lain (dalam Pendit,
1994 : 41) :

Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 2 No. 1 | 45


FILM SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI PARIWISATA | Jokhanan Kristiyono

1 Wisata Budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan
kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat,
kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan
seni mereka.
2 Wisata Kesehatan, yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan
untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal
demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani.
3 Wisata Olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan
dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil
bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara.
4 Wisata Komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-
pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri,
pameran dagang dan sebagainya.
5 Wisata Industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau
mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah
perindsutrian, dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan
atau penelitian.
6 Wisata Maritim atau Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan
olahraga air, seperti danau pantai atau laut.
7 Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya banyak
diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan
usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar
alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang
kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.
8 Wisata Bulan Madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-
pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan
fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan.

Dalam penelitian ini studi kasus yang diangkat adalah film AADC2 untuk
medium komunikasi atau promosi pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta,
merujuk pada jenis wisata di atas dengan penggambarkan wisata pada film
tersebut maka terdapat banyak sekali visual wisata atau penggambaran mulai
wisata budaya, wisata komersial, wisata cagar alam hingga wisata bulan madu
dan Film AADC2 ini dapat dinyatakan sebagai bentuk promosi pariwisata. Salah
satu kegiatan komunikasi kepada publik atau khalayak yaitu kegiatan Promosi
yaitu kegiatan yang lebih banyak mencakup mendistribusikan promotion
materials, seperti film, iklan, brosur, booklet, leaflets, dan lain sebagainya melalui
berbagai saluran (kanal) seperti: Website, Social Media Internet, TV, radio,
majalah, dan bioskop, dengan tujuan memberikan informasi atau menkomunikasi
sebuah pesan agar dapat mempengaruhi calon-calon wisatawan untuk dapat
berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

PENYAJIAN DATA DAN ANALISA


Dengan menggunakan studi kasus dan studi pustaka untuk dapat menganalisa
bagaimana film AADC 2? ini dapat menjadi medium komunikasi yang efektif di
bidang pariwisata, maka di bawah ini akan ditunjukkan penyajian data yaitu
scene film AADC2 sebagai obyek penelitian dan dianalisa menggunakan teori
komunikasi pariwisata. Film ini menceritakan cerita cinta Rangga dan Cinta yang
sudah terdiam selama 14 tahun. Walaupun pertama-tama mereka memutuskan
untuk hubungan jarak jauh setelah Rangga pergi ke New York, Cinta makin
bertanya-tanya mengapa Rangga secara tidak langsung mencoba putus kontak
dari Cinta setelah Cinta dan keluarganya mengunjungi Rangga terakhir kali di

Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 2 No. 1 | 46


FILM SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI PARIWISATA | Jokhanan Kristiyono

New York. 14 tahun berlalu, Rangga melanjutkan kehidupan di New York tanpa
ada Cinta dan Cinta berada di Jakarta dan bertunangan dengan Trian. Hingga
takdir mempertemukan mereka lagi di Yogyakarta, memberi kesempatan kedua
untuk hubungan mereka. Di bawah ini merupakan tempat atau lokasi hingga
kegiatan budaya yang di gambarkan pada film AADC2:

Tabel 1. Tabel Penyajian Data dan Analisa


Ikon Wisata Analisa Pariwisata
Gereja Ayam Analisa Wisata Alam
Gereja Ayam terletak di Dusun Gombong, Desa Pada film AADC2 ini,
Kembanglimus, Magelang, Jawa Tengah, atau sekitar digambarkan secara cantik dan
45 km dari pusat kota Yogyakarta. Rumah Doa Bukit luarbiasa mengagumkan
Rhema yang berada di jalan Kembanglimus, panorama Yogyakarta yang
Borobudur Karang Rejo, Magelang. Rumah Doa yang dilihat dari atas bangunan
terkenal dengan nama Gereja Ayam ini menjadi latar Gereja Ayam ini, ini
Rangga dan Cinta mengakhiri perjalanan mereka menunjukkan bahwa medium
selama berlibur di Yogya. Film AADC 2 secara apik dan
maksimal dapat
mengkomunikasikan wisata
alam yang ada di daerah
Yogyakarta. Panorama indah
juga ditampilkan secara luar
biasa pada visual film AADC2
yang menampilkan punthuk
setumbu, yaitu hamparan
panorama lokasi desa daerah
Magelang.

Gambar 1. Gereja Ayam


(sumber: Foto dari instagram @bukitrhema)

Punthuk Setumbu
Punthuk Setumbu ini merupakan lokasi wisata alam
yang terletak di Dusun Kerahan, Desa Karangrejo,
Borobudur, Magelang. Lokasinya tidak jauh dari
Candi Borobudur dan menjadi tempat terbaik untuk
menyaksikan matahari terbit dengan latar belakang
megahnya Candi Borobudur.

Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 2 No. 1 | 47


FILM SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI PARIWISATA | Jokhanan Kristiyono

Ikon Wisata Analisa Pariwisata

Gambar 2. Punthuk Setumbu


(sumber: https://www.brilio.net/film/ini-16-lokasi-
syuting-aadc-2-dari-yang-romantis-sampai-bikin-
baper-160430q.html, diakses terakhir 20 Mei 2017)

Istana Ratu Boko


Istana Ratu Boko adalah salah sau tempat terbaik
untuk menikmati sunset di Jogja. Berada di Jalan
Solo Km 17, Desa Bokoharjo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman, istana yang luasnya
250 ribu meter persegi ini akan menyuguhkan
berbagai situs bersejarah seperti gapura utama, candi
pembakaran, lapangan, pendopo hingga goa.

Gambar 3. Lokasi Syuting Istana Ratu Boko


(sumber: https://cdn.brilio.net)

Via Resto dan Bakery Analisa Wisata Komersial


Sebelum Film AADC2, hampir
semua pengunjung atau

Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 2 No. 1 | 48


FILM SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI PARIWISATA | Jokhanan Kristiyono

Ikon Wisata Analisa Pariwisata


konsumen Via Via Resto and
Bakery, di Jalan Prawirotaman
no 30 Yogyakarta
ini adalah wisatawan asing
karena tempat ini khusus
menjual roti berjenis vegan dan
dessert yang memang jarang
disukai warga Indonesia.
Pada film AADC2 lokasi ini
digunakan pada scene Carmen
dan Milly melihat Rangga,
tempat ini mengalami kenaikan
40% pengunjung. Sekarang
untuk tiap shift wisatawan yang
Sellie Kopi datang sebanyak 40-45 orang,
kebanyakan wisatawan lokal
dari Bandung dan Jakarta.
Selain itu wisatawan asing yang
berasal dari Asia juga mulai
banyak berkunjung, seperti dari
Malaysia dan Singapura.
Romdiyatmi, Manajer, Via Via,
mengatakan bahwa mereka
mengalami kenaikan omset dua
kali lipat dibandingkan
sebelumnya. Kenaikan omset
dari 300 ribu rupiah per shift
menjadi 600 ribu hingga satu
juta rupiah. “Kebanyakan
Klinik Kopi
pengunjung membeli dessert
Gluten Chocco Dark dan
Cheesecake Youghrt yang
disukai oleh Cinta dan Rangga,”
kata Romdiyatmi (sumber:
http://wargajogja.net/sosial/aadc
-2-dan-wisata-yogya.html,

Selain Via Bakery and Resto,


salah satu scene atau adegan
film Rangga dan Cinta adalah
Selli Coffee dan Kopi Klinik.
Pada Selfi Coffee, Cinta dan
Rangga di pertemukan kembali
pada lokasi tersebut dan pada
lokasi Kopi Klinik disini adegan
Sate Klatak Pak Bari
seorang barista yang bicara
dengan Rangga dan Cinta
mengenai kopi. Barista tersebut
adalah Pepeng pemilik Klinik
Kopi. Dengan konsep ya unik
kedai kopi yang berada di Jalan
Kaliurang Km 7,5 ini mampu
membuat perbincangan Rangga
dan Cinta semakin akrab.
Mengingat Rangga merupakan
penggemar berat minuman kopi,
maka Rangga memilih kedai

Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 2 No. 1 | 49


FILM SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI PARIWISATA | Jokhanan Kristiyono

Ikon Wisata Analisa Pariwisata


Klinik Kopi untuk menghabiskan
waktu bersama dengan Cinta.

Sate Klatak Pak Bari,


merupakan salah satu warung
sate kambing yang terkenal di
Yogyakarta. Sate Klatak Pak
Bari terbilang cukup unik, yaitu
hidangan satai yang hanya
dilumuri garam dan ditusuk di
jeruji sepeda. Konon, kunci
rahasia kelezatan Sate Klatak
Pak Bari terletak di tusukan jeruji
sepeda yang merupakan
konduktor pengantar panas
yang sempurna, sehingga
daging kambing matang dengan
merata. (sumber:
https://www.pegipegi.com/travel/
12-lokasi-syuting-aadc-2-
tempat-cinta-dan-rangga-
bernostalgia-di-yogyakarta/)
Papermoon Puppet Theatre. Analisa Wisata Budaya
Papermoon Papper Theatre yang ada di Jalan Pada scene Cinta dan Rangga
Langensuryo KT II No 176. menikmati malam romantis
mereka berdua menikmati
wisata budaya yang ada di
Yogyakarta yaitu pertunjukkan
teater papermoon papper. Ini
menunjukkan bahwa sebuah film
juga dapat memberikan
informasi dengan baik mengenai
budaya yang ada di Indonesia.

Berikut data scene film AADC2 yang dapat dianalisa sebagai medium
komunikasi pariwisata baik dari sudut pandang analisa wisata alam, wisata
komersial hingga wisata budaya khususnya yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta.

KESIMPULAN
Hasil analisa dari penelitian ini adalah sebuah film merupakan medium
komunikasi atau alat penyampai pesan yang cukup efektif kepada masyarakat
khususnya pesan-pesan informasi di bidang Pariwisata dalam hal ini Film Ada
Apa Dengan Cinta 2 yang mempunyai kesan yang sangat mendalam pada filmya
yang pertama sejak 14 tahun yang lalu ditayangkan di Indonesia. Film sebagai
salah satu media komunikasi massa dapat menjangkau masyarakat luas secara
efektif karena sudah terseleksi secara khusus khalayak atau masyarakat yang
datang untuk menonton film tersebut benar-benar meluangkan waktu hingga

Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 2 No. 1 | 50


FILM SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI PARIWISATA | Jokhanan Kristiyono

biaya hanya untuk menerima pesan dan informasi (dalam hal ini cerita dan
gambar visual) dari film AADC2. Informasi Wisata, baik wisata alam, wisata
budaya, wisata komersial dan bentuk wisata lainnya dapat digambar secara baik
dengan menggunakan media film hingga mendapatkan hasil yang efektif pada
masyarakat.

REFERENSI
Kotler, Philip (2006). Marketing Management, Prentice Hall.
Michael Marquardt and Angus Reynolds (1994). The global learning organization,
Irwin Professional Publishing.
Pendit. S, Nyoman. (2002), Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta:
Pradnya Paramita.
Scott McCabe (2012). Marketing Communications in Tourism and Hospitality-
Concepts, Strategies and Cases, Nottingham University, UK.
Schiffman, Leon G., Kanuk, Leslie Lazar (2009). Consumer Behavior 10th Ed.
Pearson Prentice Hall.

Non Buku / Internet


Lokasi Syuting AADC2 yang romantic (https://www.brilio.net/film/ini-16-lokasi-
syuting-aadc-2-dari-yang-romantis-sampai-bikin-baper-160430q.html,
terakhir akses 20 Mei 2017)
Wisata Jogja pada film AAD 2 (http://wargajogja.net/sosial/aadc-2-dan-wisata-
yogya.html, terakhir akses 10 Mei 2017)

Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 2 No. 1 | 51

You might also like