You are on page 1of 8

Journal on Education

Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, pp. 12360-12367


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Pembelajaran Asmaul Husna Sebagai Bentuk Pengamalan Tauhid (Studi


Living Qur’an di SD Islam Nazhirah Bandar Lampung)

Muh. Wasith Achadi1, Sherfina Indah Aprilia2


1, 2
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jl. Laksda Adi Sucipto, Papringan, Caturtunggal, Kec. Depok. Kab. Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta
sherfinaaprilia@gmail.com

Abstract
The background of this research problem is to see the existence of the Tawhid practice process that has not
been applied optimally, especially for students in the field of education. The process of practicing monotheism
itself is considered to be limited to learning a science without applying and practicing it in everyday life. So
that with these problems, the researchers conducted research to find answers to the formulation of the problem
as follows: 1) How is the implementation of the process of using Asmaul Husna; 2) What are the results
obtained from the use of Asmaul Husna; and 3) What are the obstacles faced from the process of using Asmaul
Husna. This type of research is a qualitative research based on field research analysis with an ethnographic
approach. Data collection techniques were carried out through observation, interviews, and documentation.
While the research data were analyzed using qualitative analysis, namely data reduction, data presentation,
verification, and conclusions. The data validity test in this study is data triangulation, namely technical
triangulation, source triangulation, and time triangulation. The results of this study indicate that: First, the
implementation of Asmaul Husna learning as a form of practicing monotheism in Nazhirah Islamic Elementary
School Bandarlampung is carried out through subject-based main activities and supporting activities which
include all additional activities outside the learning process. Second, the results obtained by students in using
Asmaul Husna as a form of practicing monotheism can be seen through three aspects of student development
which include cognitive, affective, and psychomotor. Third, the obstacles faced are felt when the online
learning process shows less than optimal results.
Keywords: Asmaul Husna, Learning Tauheed, Qur’an Study

Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menjawab beberapa rumusan masalah diantaranya: 1) Bagaimana
implementasi dari proses pembelajaran Asmaul Husna; 2) Bagaimana hasil yang diperoleh peserta didik dari
pembelajaran Asmaul Husna; serta 3) Apa kendala yang dihadapi dari proses pembelajaran Asmaul Husna
tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan metode observasi, wawancara,
serta dokumentasi. Sedangkan untuk populasi diambil dari pendidik dan siswa SD Islam Nazhirah dari kelas
satu hingga empat secara acak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, implementasi pembelajaran
Asmaul Husna dilakukan melalui adanya kegiatan utama pada mata pelajaran di sekolah seperti Adab dan
Akhlak serta ke-diniyyah-an. Dan tetap dikaitkan pula dengan mata pelajaran umum lainnya. Kedua, hasil yang
diperoleh peserta didik dalam pembelajaran Asmaul Husna dapat dilihat melalui tiga aspek perkembangan
peserta didik yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga, mengenai kendala yang dihadapi baik
guru maupun peserta didik secara umum dirasakan ketika proses pembelajaran dilaksanakan secara daring
sehingga antusias dan perhatian peserta didik dirasa kurang maksimal. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya
inovasi terhadap metode pembelajaran yang digunakan.
Kata kunci: Asmaul Husna, Pembelajaran Tauhid, Studi Qur’an

Copyright (c) 2023 Muh. Wasith Achadi, Sherfina Indah Aprilia


Corresponding author: Muh. Wasith Achadi
Email Address: sherfinaaprilia@gmail.com (Jl. Laksda Adi Sucipto, Kec. Depok. Kab. Sleman, DIY)
Received 7 March 2023, Accepted 13 March 2023, Published 13 March 2023

PENDAHULUAN
Dalam pemaknaan terhadap Alquran, tidak cukup hanya dengan membaca isinya saja
melainkan juga perlu memahami isi kandungan untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-
Pembelajaran Asmaul Husna Sebagai Bentuk Pengamalan Tauhid (Studi Living Qur’an di SD Islam Nazhirah Bandar
Lampung), Muh. Wasith Achadi, Sherfina Indah Aprilia 12361

hari. Itulah sebabnya mengapa seorang muslim perlu mencintai Alquran sebagai bagian dari ciri
pribadi seorang muslim agar dapat memahami secara jelas isi kandungan yang Allah perintahkan
didalamnya. Bukan hanya sekedar mengetahui bacaannya saja, melainkan juga ikut menerapkan dan
mempraktikkan isi yang terkandung didalamnya.
Seseorang yang mampu memahami serta menerapkan dan mempraktikkan isi didalam
Alquran dapat mencerminkan sifat kepribadian seseorang yang menjelaskan tentang hakikat seorang
Muslim. Hal tersebut dikarenakan peran Alquran dalam kehidupan seorang Muslim itu sangatlah
berpengaruh dalam hidupnya, termasuk memberikan ketentraman hati, dan juga sebagai obat dari
segala macam penyakit. (Masduki 2018)
Alquran itu sendiri telah Allah jelaskan didalamnya sebagaimana yang tercantum didalam
Q.S. Ibrahim ayat 1 bahwasanya Alquran ini dapat dijadikan pedoman yang mencakup pola hidup
keseharian manusia agar manusia dapat berkembang dan menuju jalan terangnya, sebagaimana
seorang anak yang belajar di sekolah memiliki tujuan demi menggapai masa depan yang cerah. Hal
tersebut sesuai dengan ayat Alquran yang terdapat dalam Q.S. Ibrahim yang berbunyi:
ِ ‫ت اِلَى النُّ ْو ِر ەِۙ بِ ِا ْذ ِن َربِ ِه ْم ا ِٰلى‬
١ – ‫ص َراطِ ْالعَ ِزي ِْز ْال َحمِ ْي ِِۙد‬ َ َّ‫ۤال ٰر ۗ ِك ٰتبٌ ا َ ْنزَ ْل ٰنهُ اِلَيْكَ ِلت ُ ْخ ِر َج الن‬
ُّ َ‫اس مِ ن‬
ِ ٰ‫الظلُم‬
Artinya: “Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan
mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”.1 (Q.S. Ibrahim [14]: 1)
(Surah Ibrāhīm - ‫ابرهيم‬
ٰ ‫ورة‬
َ ‫س‬ُ | Qur’an Kemenag n.d.)
Menyadari adanya hal tersebut, kita melihat secara umum bahwa pemaknaan isi dan
kandungan terhadap Alquran hanya dibatasi oleh suatu kegiatan tertentu saja, sebagaimana yang
dijelaskan dalam sebuah pemahaman yang menyatakan bahwa dalam praktik fungsional terhadap
Alquran tidak didukung dengan pesan tekstual atau pemahaman yang termasuk didalamnya,
melainkan hanya sekedar menjadi bagian dalam kehidupan praktis atau diluar kondisi tekstualnya.
Sehingga pemahaman terhadap kegiatan tersebut hanya berlandaskan pada fadilah yang dianggap
sebagai bagian tertentu dari sebuah teks Alquran untuk kepentingan praktis dalam kehidupan manusia
sehari-hari.(Mansur 2007)
Jika dilihat dengan adanya situasi dan kondisi saat ini yang semakin berkembang dengan
adanya tantangan perubahan zaman, maka kajian terhadap Alquran juga dapat mengalami
perkembangan tersendiri. Dimana adanya perkembangan tersebut lebih melibatkan kehidupan
masyarakat atau peserta didik yang berlatar belakang Islam sebagai objeknya. Hingga kemudian
muncullah istilah yang saat ini kita kenal dengan “Living Quran”.
Bagi Abdul Mustaqim, kajian “Living Alqurān” merupakan sesuatu kejadian ataupun bentuk
“pembacaan” masyarakat muslim kepada Alquran dalam ruang sosial ataupun di bermacam wilayah
yang nyatanya amatlah dinamis serta variatif. Sebagai wujud resepsi sosio-kultural, penghargaan dan
12362 Journal on Education, Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, hal. 12360-12367

reaksi orang Islam kepada Alqurān pasti amat dipengaruhi oleh metode berpikir, kesadaran sosial
serta kondisi yang mengelilingi kehidupan mereka. (Mustaqim 2015)
Pemaknaan Living Quran tersebut, dapat diaplikasikan dengan berbagai macam cara dan
bentuk pengaplikasiannya secara mandiri pula, baik dengan penggalan ayat-ayat Alquran tertentu,
maupun dengan menafsirkan ayat-ayat tersebut secara lebih mendalam. Selain itu, sampai sejauh ini
juga sudah mulai bnayak yang menyadari bahwa pembelajaran Living Quran dalam kehidupan sehari-
hari dapat diaplikasikan melalui adanya nama-nama baik Allah Swt. atau yang biasa kita sebut dengan
Asmaul Husna. Pentingnya memperkenalkan peserta didik di sekolah mengenai pengamalan Alquran
yang dibentuk melalui adanya pembiasaan dengan isi dari Alquran itu sendri. Karena jika dilihat dari
faktanya, banyak yang memperkenalkan Alquran kedalam proses pembelajaran disekolah akan tetapi
tidak sampai pada tahapan untuk mengamalkan isi dari Alquran tersebut.
Sebagaimana dilihat dari maknanya tersendiri bahwa pengamalan berasal dari kata amal yang
berarti perbuatan, kemudian ditambahkan dengan imbuhan pe- dan -an yang berarti sesuatu hal atau
perbuatan yang nantinya diamalkan. (Poerwardaminta 1985) Menurut Djamaludin Ancok,
pengamalan menunjukkan pada sejauh mana derajat seorang muslim dapat berprilaku serta
termotivasi oleh agamanya yang nantinya dapat direalisasikan atau diterapkan ke dalam dunianya
termasuk dengan manusianya itu sendiri. (Ancok 1995)
Dalam meningkatkan keimanan dan kecintaan terhadap Alquran, dalam jenjang sekolah
formal secara umum biasanya di rangkum menjadi suatu mata pelajaran yakni Pendidikan Agama
Islam yang biasa kita dapatkan sejak berada di jenjang sekolah dasar hingga jenjang menengah atas.
Dengan adanya keberadaan mata pelajaran tersebut disekolah, lebih meyakinkan bahwa mata
pelajaran tersebut penting untuk dipelajari bagi para peserta didik, sebagai bekal yang cukup pada saat
dihadapkan dengan tantangan di masa depan.
Oleh sebab itu, dalam penelitian kali ini bertujuan untuk mengadakan penelitian yang berbasis
lapangan sebagaimana yang peneliti lakukan di SD Islam Nazhirah Bandarlampung untuk
menemukan jawaban terkait bentuk implementasi terhadap pembelajaran Asmaul Husna; hasil yang
diperoleh peserta didik setelah adanya pembelajaran Asmaul Husna tersebut; serta kendala yang
dihadapi oleh pendidik maupun peserta didik selama pembelajaran Asmaul Husna tersebut.

METODE
Penelitian ini menggunaakan metode analisis lapangan yang bersifat kualitatif. Metode
penelitian kualitatif ini sering disebut dengan penelitian naturalistik karena dilakukan pada kondisi
yang terjadi secara alami. Penelitian kualitatif juga disebut dengan metode interpretasi karena
membaca data hasil penelitian menggunakan interpretasi terhadap data yang ditemukan secara
langsung di lapangan. (Siyoto and Sodik 2015) Penelitian ini berlokasi di SD Islam Nazhirah
Bandarlampung, dengan menggunakan sumber primer dan juga sumber sekunder. Sumber primernya
yakni guru mata pelajaran Adab dan Akhlak serta peserta didik dari kelas satu sampai empat SD Islam
Pembelajaran Asmaul Husna Sebagai Bentuk Pengamalan Tauhid (Studi Living Qur’an di SD Islam Nazhirah Bandar
Lampung), Muh. Wasith Achadi, Sherfina Indah Aprilia 12363

Nazhirah tersebut. Sedangkan untuk sumber sekundernya, diambil dari dokumen yang berkaitan
dengan sekolah serta penelitian terdahulu berkaitan dengan Asmaul Husna, pengamalan Alquran,
serta Studi Living Qur’an. Teknik yang dipakai dalam mengumpulkan informasi tersebut yakni
observasi, wawancara, serta dokumentasi. Serta untuk analisis data penelitian menggunakan tiga tahap
yakni reduksi data, penyajian data, serta verifikasi dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN DISKUSI


Implementasi Pembelajaran Asmaul Husna
Asmaul Husna sebagaimana telah dijelaskan didalam Alquran Surah Al-Isra’ ayat 110 yang
berbunyi: Katakanlah (Muhammad), “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang
mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma‘ul husna)
dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat dan janganlah (pula) merendahkannya dan
ۤ
usahakan jalan tengah di antara kedua itu”. (Al-Isra’ - ‫|االسراء‬ Qur’an Kemenag n.d.)
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwasanya Allah memiliki nama-nama baik yakni Asmaul
Husna. Yang mana makna dari Asmaul Husna tersebut yakni diawal dari kata asma’ yang merupakan
perkataan jama’ kepada suatu ism yang berasal dari kata sama yang artinya tinggi. Perkataan ism
tersebut dimaksudkan kedalam sesuatu yang lain dengan menggunakan dalil tertentu yang
menunjukkan kepadanya. Sedangkan untuk perkataan al-husna merupakan perkataan mu’annath bagi
perkataan al-ahsan yang bermakna sangat baik. (Saaid and Osman 2020)
M. Quraish Shihab didalam tafsirnya Al-Misbah mengatakan jika pensifaatan nama Allah
Swt. dengan kata yang berupa tafdhil membuktikan nama-nama itu bukan hanya sekedar bagus saja
akan tetapi merupakan nama yang terbaik apabila dibandingkan dengan nama-nama bagus lainnya.
(Shihab 2002) Dan dari nama-nama yang terbaik tersebut tentunya juga memiliki makna nya
tersendiri jika ditelusuri secara mendalam.
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa : “menguasai serta mengamalkan Asma’ Allah merupakan
akar dari adanya seluruh ilmu. Barangsiapa yang menjaga seluruh ilmu pengetahuan, karena di dalam
semua arti Asma’-Nya terdapat akar dari seluruh pengetahuan serta semua ilmu pengetahuan yang
sesungguhnya adalah manifestasi serta konsekuensi dari adanya Asma’ Allah. Ibnul Qayyim
menjelaskan jika seseorang yang menjaga bilangan Asmaul Husna akan masuk surga yang terdiri dari
tiga penafsiran yakni; mengingat suara lafadz serta jumlah bilangan-Nya, menguasai arti serta ajaran
tentangnya dan berharap dengan menyebutnya. (Raziq 2009)
Berdasarkan teori tersebut, jelas berkaitan dengan adanya proses implementasi pembelajaran
Asmaul Husna yang diterapkan di SD Islam Nazhirah Bandarlampung. Bahwasanya materi Asmaul
Husna secara umum diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sejak duduk di kelas satu hingga
kelas empat. Pembelajaran Asmaul Husna tersebut dikaitkan delama mata pelajaran Adab dan Akhlak
sebagai salah satu mata pelajaran pokok yang ada di sekolah, serta ditambah dengan adanya mata
pelajaran ke-diniyyah-an.
12364 Journal on Education, Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, hal. 12360-12367

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru menggunakan metode pembelajaran tertentu


untuk mengenalkan materi Asmaul Husna tersebut kepada peserta didik, yang mana fokus dari
masing-masing jenjang kelas juga memiliki target pencapaian yang berbeda-beda. Seperti halnya pada
siswa kelas satu dan dua masih diajarkan mengenai tahap pengenalan serta berusaha untuk menghafal
beberapa daftar mengenai Asmaul Husna tersebut, sedangkan bagi kelas jenjang atas yakni kelas tiga
dan empat diharapkan telah mampu memahami setiap makna bahkan ikut menerapkannya kedalam
proses aktivitas sehari-hari.
Selain diajarkan dalam mata pelajaran tersebut, pembelajaran Asmaul Husna juga seringkali
dikaitkan dengan mata pelajaran umum lainnya. Hal tersebut untuk menunjukkan bahwasanya
kekuasaan Allah meliputi segala sesuatu, seperti Ar-Rahman, Ar-Rahim, Ar-Razzaq, dan lain
sebagainya. Begitu banyak daftar Asmaul Husna yang diajarkan kepada peserta didik untuk kemudian
dikaitkan dengan segala proses kehidupan yang melibatkancampur tangan Allah didalamnya.
Asmaul Husna juga diajarkan melalui berbagai kegiatan lain diluar proses pembelajaran di
kelas, seperti halnya dalam kegiatan Kajian Anak Muslim (KAMUS) yang merupakan salah satu
kegiatan rutin bagi para peserta didik untuk menerima ilmu khususnya tentang agama yang mana bisa
dikaitkan pula dengan materi Asmaul Husna. Selain itu, sekolah juga mulai mengajarkan kepada para
peserta didik untuk menjalankan program hafalan sebagaimana tujuan yang diadakan oleh pihak
sekolah hingga akhir masa kelulusan kelak. Sehingga hal tersebut dinilai sebagai salah satu cara untuk
mendekatkan peserta didik dengan Alquran sekaligus dapat menumbuhkan rasa cinta terhadapnya.
Hasil Peserta Didik Terkait Pembelajaran Asmaul Husna
Selama proses pembelajaran Asmaul Husna tersebut, tentunya perlu diketahui bahwa seseorang
yang mempelajari hingga sampai pada tahapan untuk menghafalnya maka terdapat pahala yang akan
diperolehnya hingga ia masuk kedalam surga. (Abdur Razzaq n.d.) Sehingga dari penjelasan tersebut
dapat diketahui bahwa mempelajari Asmaul Husna tidak hanya sebatas untuk sekedar mengetahuinya
saja, akan tetapi ada keutamaan yang besar apabila seseorang dapat mempelajarinya secara lebih
mendalam.
Setelah membahas mengenai proses implementasi pembelajaran Asmaul Husna di SD Islam
Nazhirah Bandarlampung, ada beberapa hasil yang didapatkan peneliti setelah melakukan proses
penelitiannya terhadap para peserta didik di sekolah. Dimana dari hasil tersebut peneliti melihat
adanya pembagian aspek dari masing-masing kemampuan yang ditunjukkan oleh para peserta didik.
Ketiga aspek tersebut dapat dijabarkan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Aspek Kognitif

Berdasarkan penelitian, dalam aspek kognitif ini mencerminkan kemampuan peserta didik
dalam menghafal serta memahami materi terkait Asmaul Husna. Sebagaimana hasil obsrervasi dan
wawancara yang dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa peserta didik mampu menghafal serta
menyebutkan beberapa daftar Asmaul Husna beserta dengan arti dari masing-masing Asmaul Husna
Pembelajaran Asmaul Husna Sebagai Bentuk Pengamalan Tauhid (Studi Living Qur’an di SD Islam Nazhirah Bandar
Lampung), Muh. Wasith Achadi, Sherfina Indah Aprilia 12365

tersebut. Hal tersebut juga sesuai dengan tujuan dari adanya pembelajaran materi terkait Asmaul
Husna ini.

2. Aspek Afektif
Dari aspek afektif, peserta didik menunjukkan adanya sikap disiplin dan tertib dalam proses
pembelajaran, baik dari awal hingga akhir. Kemudian pada saat proses pembelajaran berlangsung,
peserta didik bersikap aktif dalam mengikuti setiap arahan dan pertanyaan yang diajukan oleh guru
berkaitan dengan materi, khususnya Asmaul Husna. Dengan begitu, membuktikan bahwasanya
pendidik mampu membawa peserta didik untuk dapat mengikuti proses kegiatan belajar secara baik
dengan adanya antusias dan semangat yang ditunjukkan oleh peserta didik.
3. Aspek Psikomotor
Berbicara mengenai aspek psikomotor, hasil penelitian dapat menunjukkan bahwasanya
peserta didik telah mampu mengaplikasikan materi pelajaran yang diberikan baik pada saat proses
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Sebagaimana dengan adanya kegiatan rutin yang
dilakukan yakni melalui Shalat Dhuha, membaca Dzikir pagi dan petang selama di sekolah maupun di
rumah, kemudian terbiasa untuk selalu berdo’a sebelum memulai aktivitas yang dilakukan sehari-hari.
Dengan adanya target hafalan yang diberikan oleh sekolah kepada para peserta didik, maka
peserta didik pun telah mampu memiliki hafalan Alquran khususnya dari juz 28, 29, dan 30. Yang
mana masing-masing peserta didik memiliki tingkat hafalannya masing-masing. Dan tidak hanya itu,
peserta didik juga ikut memiliki bentuk hafalan baik dari hadis maupun do’a-do’a yang dilakukan
dalam kegiatan sehari-hari. Dan secara keseluruhan hal tersebut juga berkaitan dengan materi Asmaul
Husna secara khusus. Hal tersebut juga sesuai dengan tulisan yang menjelaskan bahwa melafadzkan
Asmaul Husna disertai dengan menghayati makna serta mengamalkannya secara kontinu, maka
terdapat beberapa hikmah positif yang berdampak kepada kehidupannya. (Syaefudin and Pramana
Bhakti 2017) Termasuk dalam mempengaruhi psikologis seseorang yang nantinya dapat merubah
sikap yang tercermin dalam akhlaqul karimah. (Ali Hasan 1997)
Dari adanya beberapa pemaparan mengenai hasil yang diperoleh oleh peserta didik selama
melakukan proses implementasi pembelajaran Asmaul Husna, menunjukkan bahwa peserta didik
mampu menunjukkan hasil yang baik sebagaimana proses implementasi yang dilakukan pun dapat
berjalan secara baik. Sebagaimana Meski secara umum pendidik menilai hasil yang diperoleh belum
sepenuhnya maksimal, akan tetapi dalam prosesnya telah mampu menunjukkan adanya proses
peningkatan yang diperoleh oleh peserta didik selama belajar di sekolah.
Kendala yang Dihadapi Selama Pembelajaran Asmaul Husna
Setelah melakukan proses implementasi hingga menemukan hasil yang diperoleh oleh peserta
didik selama pembelajaran Asmaul Husna tersebut, ada beberapa kendala yang ditemukan selama
proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Yakni pada saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan
12366 Journal on Education, Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, hal. 12360-12367

secara daring mengingat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi adanya kegiatan tatap muka
terutama bagi sekolah yang ingin melakukan proses pembelajaran.
Oleh sebab itu, sebagaimana yang disampaikan oleh guru maupun peserta didik, bahwasanya
dalam setiap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara daring terdapat beberapa kendala yang
menimbulkan adanya ketidakfokusan para peserta didik dalam mengikuti pembelajaran secara utuh.
Hal tersebut dapat pula disebabkan karena adanya kendala jaringan yang terputus sewaktu-waktu. Dan
hal tersebut bisa terjadi baik oleh guru maupun peserta didik. Sehingga apabila guru mengalami
kejadian tersebut, otomatis isi pembelajaran yang disampaikan tidak dapat berjalan secara maksimal.
Begitupula dengan yang didapatkan oleh peserta didik tidak dapat mendengarkan secara utuh karena
terputus-putus.
Selain itu, peserta didik juga mengakui bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung,
semangat dan motivasi belajar yang disampaikan akan berbeda jika tidak dilakukan secara tatap muka.
Karena kurangnya interaksi antara sesama peserta didik maupun terhadap guru. Sehingga hal tersebut
juga dapat mempengaruhi hasil belajar yang akan diperoleh oleh peserta didik. Adanya kendala yang
dihadapi juga menunjukkan bahwa proses pembelajaran dilaksanakan secara bertahap melihat adanya
situasi dan kondisi yang dihadapi. Sebagaimana dijelaskan pula bahwa dalam memahami Alquran
perlu dilakukan secara bertahap untuk melalui proses peningkatan hingga nantinya sampai pada tahap
untuk dapat mengamalkan.(Eldeed 2007)
Akan tetapi, guru juga mengakui bahwa selama proses pembelajaran berlangsung, beberapa
kendala tersebut bukanlah sesuatu hal yang berat untuk dijalani, melainkan guru sendiri menyadari
perlu adanya inovasi terkait metode pembelajaran yang nantinya dapat menarik perhatian dan
semangat peserta didik, baik itu dilakukan pada saat daring maupun luring.

KESIMPULAN
Dari adanya penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa
proses implementasi pembelajaran Asmaul Husna dilakukan melalui adanya mata pelajaran yang
membahas mengenai Asmaul Husna, yakni Adab dan Akhlak, serta materi ke-diniyyah-an. Selain itu
juga proses implementasi juga melibatkan materi pelajaran umum lainnya untuk mengaitkan adanya
materi Asmaul Husna. Berdasarkan hasil yang diperoleh peserta didik setelah pembelajaran Asmaul
Husna tersebut, menunjukkan adanya kemampuan yang dapat dilihat melalui tiga aspek, yakni
kognitif, afektif, serta psikomotorik. Seperti menghafal dan menyebutkan daftar Asmaul Husna
beserta artinya, kemudian bersikap disiplin dan tertib serta atif selama proses pembelajaran
berlangsung. Dan yang terakhir, yang menunjukkan adanya pengamalan Alquran serta studi Living
Qur’an yakni peserta didik mampu melaksanakan secara rutin kegiatan ibadah yang dilakukan sehari-
hari berikut dengan hafalan-hafalan Qur’an maupun hadis serta do’a-do’a keseharian. Berkaitan
dengan kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran Asmaul Husna tersebut bukan menjadi
suatu hal yang besar untuk dijadikan sebagai sebuah kendala. Karena dengan adanya kesadaran untuk
Pembelajaran Asmaul Husna Sebagai Bentuk Pengamalan Tauhid (Studi Living Qur’an di SD Islam Nazhirah Bandar
Lampung), Muh. Wasith Achadi, Sherfina Indah Aprilia 12367

meningkatkan inovasi pembelajaran, diharapkan dapat memberikan mempengaruh terhadap hasil yang
lebih baik bagi para peserta didik.

REFERENSI
Abdur Razzaq, Syaikh. Ensiklopedi Asmaul Husna. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
ۤ
“Al-Isra’ - ‫|االسراء‬ Qur’an Kemenag.” https://quran.kemenag.go.id/sura/17/110 (April 18, 2022).

Ali Hasan, M. 1997. Memahami Dan Meneladani Asmaul Husna. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ancok, Djamaluddin. 1995. Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Eldeed, Ibrahim. 2007. Be A Living Alquran (Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-Ayat Alquran Dalam
Kehidupan Sehari-Hari). Jakarta: Lentera Hati.

Mansur, M. 2007. Living Al-Quran Dalam Lintasan Sejarah Studi Al-Quran Dalam Metodologi
Penelitian Living Al-Quran Dan Hadis. ed. Sahiron Syamsuddin. Yogyakarta: TH Press.

Masduki, Yusron. 2018. “Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Qur’an.” Medina-Te 18 No. 1: 29.

Mustaqim, Abdul. 2015. Metode Penelitian Al-Qur’ān Dan Tafsir. Yogyakarta: Idea Sejahtera.

Poerwardaminta, WJS. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Raziq, Mahmud Abdur. 2009. Doa Dan Dzikir 99 Asmaul Husna. Yogyakarta: Hikam Pustaka.

Saaid, N F M, and K Osman. 2020. “Kerelevanan Asmaul Husna Terhadap Pembentukan Peribadi
Muslim [Relevancy Asmaul Husna toward Muslim Personal Formation].” … Studies and
Human Sciences (e-ISSN … 3(2): 20–27.
http://bitarajournal.com/index.php/bitarajournal/article/view/116%0Ahttp://bitarajournal.com/
index.php/bitarajournal/article/download/116/103.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.

Siyoto, Sandu, and M. Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing.

“Surah Ibrāhīm - ‫ابرهيم‬


ٰ ‫ورة‬
َ ‫س‬ُ | Qur’an Kemenag.” https://quran.kemenag.go.id/surah/14 (February 10,
2023).

Syaefudin, Machfud, and Wirayudha Pramana Bhakti. 2017. “Pembentukan Kontrol Diri Siswa
Dengan Pembiasaan Zikir Asmaul Husna Dan Shalat Berjamaah.” Peurawi 1 No. 4: 85.

You might also like