You are on page 1of 12

ATTHULAB:

Islamic Religion Teaching & Learning Journal


Volume...Nomor...Tahun...
http://journal.uinsgd.ac.id./index.php/atthulab/

ARKANUDDIN SEBAGAI KERANGKA DASAR KURIKULUM PAI


, ,
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Jalan Soekarno Hatta Kota Bandung Jawa Barat 40629 Indonesia
1)Email : 2190040035@ student.uinsgd.ac.id
2) Email : 2190040038@student.uinsgd.ac.id
3)Email: 2190040040@ student.uinsgd.ac.id

Abstract :
Arkanuddin is taken from Arabic, namely the word arkan is the plural form of the word rakn which means steady,
basic or noble and addin which has a religious meaning, so in language arkanuddin is the pillar of religion, meaning that
it is proportional to the number two hadith in the arbain nawawiyah book. Umar friends who are takhriz by Muslim
imams about the Islamic faith and Ihsan. Arkanuddin is very appropriate to be the basic framework for the preparation
of the PAI curriculum. This research was conducted using a qualitative approach with the content analysis method, while
the data collection used literature study techniques, the results of this study revealed the following conclusions: 1) harmony
is a matter that determines whether something is legal or not and is part of the case, arkanuddin must be an inseparable
part of every Muslim, 2) Arkanudin is faith, Islam and ihsan which must be the basic framework of the PAI
curriculum 3) The PAI curriculum is a guide that must be taken in the form of an educational program that contains
various teaching materials and programmed learning experiences Systemically planned and designed on the basis of
prevailing norms which serve as guidelines in the learning process for education personnel and students to achieve
educational goals in accordance with the Islamic religious teachings that are sourced from the Qur'an and Sunnah.

Keywords : Arkanuddin, Basic Framework, PAI Curriculum

Abstrak :
Arkanuddin diambil dari bahasa arab yaitu kata arkan merupakan bentuk jamak dari kata rakn yang
memiliki arti mantap, dasar atau mulia dan addin yang memiliki arti agama, jadi secara bahasa arkanuddin
adalah rukun rukun agama, maksudnya sebanding lurus dengan hadits nomor dua pada kitab arbain
nawawiyah riwayat sahabat umar yang di takhriz oleh imam muslim tentang iman islam dan ihsan.
Arkanuddin ini sangatlah tepat menjadi kerangka dasar penyusunan kurikulum PAI. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode content analysis (kajian isi),
sedangkan pengumpulan data menggunakan teknik studi kepustakaan, hasil penelitian ini mengungkap
kesimpulan sebagai berikut : 1) rukun adalah perkara yang menentukan sah dan tidaknya sesuatu dan
merupakan bagian dari perkara itu, arkanuddin harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari setiap
muslim, 2) Arkanudin adalah iman, islam dan ihsan yang harus menjadi kerangka dasar kurikulum PAI
3) Kurikulum PAI adalah panduan yang harus di tempuh berbentuk program pendidikan yang berisikan
berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara
sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi
tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan syariat ajaran
agama islam yang bersumber pada al qur’an dan sunnah

Kata Kunci : Arkanuddin, Kerangka Dasar, Kurikulum PAI

DOI: http://dx.doi.org/10.15575/ath.xxx.xxx
Received: mm, yyyy. Accepted: mm, yyyy. Published: mm,yyyy.
1
Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap
seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu
sendiri. Dengan sendirinya, akan berakibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan
manusia.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh
pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum
yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti
bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju
perkembangan ilmu pengetahuan serta disesuiklan dengan objek dari kurikulum tersebut.
Ketika berbicara kurikulum Pendidikan Agama Islam, maka yang harus kita ketahui
lebih dahulu adalah grand system yang terdapat dalam Agama islam. Dalam agama islam
memiliki tiga tingkatan yaitu islam, iman, ihsan. Tiap-tiap tingkatan memiliki rukun-rukun yang
membangunnya. Jika islam dan iman disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud islam
adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun (Syariat). Sedangkan yang
dimaksud iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun (Akidah). Dan jika
keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan hukumnya
tersendiri. Selanjutnya adalah ihsan berarti berbuat baik (Akhlak). Orang yang berbuat ihsan
disebut muhsin berarti orang yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada
sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah da syariat islam disebut ihsan.
Dengan demikian akhlak dan ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang
lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang
mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya (bukan di dalam
laboratorium). Di mana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang sedang
diamati sehingga nantinya penelitian ini berusaha memahami kompleksitas fenomena yang
diteliti berdasarkan realitas. Peneliti juga berusaha menginterpretasikan dan kemudian
melaporkan hasil dari fenomena yang telah diamati tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif sebagai rancangan,
pedoman, ataupun acuan. Menurut Strauss dan Corbin sebagaimana yang dikutip oleh
(Mahmud 2011), pendekatan kualitatif adalah jenis pendekatan penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur
statistik. Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen, pendekatan kualitatif adalah salah satu
pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan
perilaku orang-orang yang diamati (Creswell 2015).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode content analysis (kajian isi).
Lexy J. Moleong (2017:220) mengutip pernyataan Weber yang menyatakan bahwa kajian isi
adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik
kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. Penelitian ini dilakukan dengan
mengkaji isi buku-buku dan pandangan- pandangan tentang agama dan keberagamaan serta
kurikulum pendidikan agama islam.

2
Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Sebagaimana
pernyataan Lofland yang dikutip (Moleong, 2017), data kualitatif berbentuk data lunak, berupa
kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan jenis data tertulis, yaitu data tentang arkanudin dalam ajaran islam serta
kurikulum pendidikan agama islam.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sumber data primer dan
sekunder. Sumber data primer yaitu tentang arkanudin dan kurikulum PAI. Adapun sumber
data sekunder yang penulis gunakan di antaranya pengguanaan kurikulum di sekolah sekolah.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulkan data yaitu studi kepustakaan. Studi
kepustakaan ini merupakan penelaahan terhadap pemikiran para ahli di bidang agama islam
terutama masalah aqidah islam dan pemahaman tentang kurikulum serta penelaahan terhadap
literatur yang berkaitan dengan penelitian. Data yang telah terkumpul akan dilakukan
penganalisisan melalui proses satuan (unityzing), kategorisasi, penafsiran dan penarikan
simpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Arkanuddin (iman, islam, dan ihsan)
Arkanudin dalam Islam merujuk kepada tiga rukun yakni Islam, iman dan ihsan. Hal
terbut berdasar kepada hadits Rasulullah SAW :
ُ‫ش ِذ َْذ‬َ ،‫ب‬ ِ ‫اض اٌ ِثَُّا‬ ِ ََُ‫ش ِذ َْذ ُ ت‬ َ ًٌ ‫طٍَ َع َعٍَُْٕا َ َس ُج‬ َ ْ‫ إَر‬،ٍَ ‫سى ِي هللاِ ﷺ رَاخَ ََ ْى‬ ُ ‫ تَ َُْٕ َّا َٔحْ ُٓ ِع ْٕذَ َس‬:َ‫ٍ هللاُ َع ُْٕٗ أََْضا ً لَاي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع َّ َش َس‬ ُ ْٓ ‫َع‬
ِٗ ُْ ‫ض َع وَف‬ َ
َ ‫ٍ ِ ﷺ فَأ ْسَٕذَ ُس ْوثَر َ ُْ ِٗ إًٌَ ُس ْوثَرَ ُْ ِٗ َو َو‬ ّ ‫س إًٌَ إٌ ِث‬ َ
َ ٍَ‫ َوالَ ََ ْع ِشفُُٗ ِِٕا أ َحذ ٌ َحرً َج‬،‫ الَ َ َُشي َعٍَُ ِٗ أث َ ُش اٌسفَ ِش‬،‫س َىا ِد اٌش ْع ِش‬ َ َ
ََِ ‫اإل ْسال‬ ْ َ
ِ ِٓ ‫ ََا ُِ َحّذُ أخثِ ْشٍِٔ َع‬:َ‫! َعًٍ ف ِخز َْ ِٗ َولاي‬ َ َ َ َ
ُ َ‫ َوذ‬،َ ‫ٍ اٌضوَاج‬
ََ ‫و ْى‬ َ ‫ذ‬
ِ ْ‫ؤ‬ ُ ‫ذ‬‫و‬َ ،َ ‫ج‬َ ‫ال‬ ‫اٌو‬ ُْ
ُ
َ َ ‫م‬
ِ ُ ‫ذ‬‫و‬ ، ِ ‫هللا‬ ‫ي‬ُ ‫ى‬‫س‬ُ ‫س‬ َ ً ‫ا‬ ‫ذ‬ ّ‫ح‬َ ِ ُ ْ َ ‫أ‬ ‫و‬ َ ُ ‫هللا‬ ‫ال‬ ‫إ‬
ِ َ ٗ َ ٌ ‫إ‬ َ ‫ال‬ ْْ َ ‫«اإل ْسالَ َُ أ َ ْْ ذ َ ْش َهذَ أ‬ ِ :‫سى ُي هللاِ ﷺ‬ ُ ‫فَمَا َي َس‬
ً‫سثِ ُْال‬ َ َ
َ ِٗ ُْ ٌِ‫ َوذ َ ُحج اٌثَُْدَ إِ ِْ ا ْسرَطعْدَ إ‬، َْ‫ضا‬ َ َِ ‫»س‬َ
،ِٗ ٍِ ‫س‬ ُ ‫ َو ُس‬،ِٗ ‫ َو ُور ُ ِث‬،ِٗ ِ‫الئِ َىر‬ ِ َِ ‫ َو‬،ِ‫ «أ َ ْْ ذُؤْ َِِٓ ِتاهلل‬:َ‫اْ! لَاي‬ ّ
ِ َ ِ ِ َ
ْ ‫اإل‬ ٓ ‫ع‬
َ ٍ ٔ
ِ ‫ش‬
ِِ ‫ث‬ ْ
‫خ‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ :َ ‫ي‬ ‫ا‬ َ ‫ل‬ ،ُ ٗ ُ ‫ل‬ ّ ‫ذ‬ِ ‫و‬
َ َ ُ َ‫و‬ ُ ٗ ُ ٌَ ‫أ‬ ‫س‬
ْ َ
َ ُ ٗ َ ٌ ‫َا‬ ٕ ‫ث‬
ْ ‫عج‬
ِ َ ‫ف‬ . َ‫د‬ ‫ل‬ْ َ ‫ذ‬ ‫ص‬
َ :َ‫ي‬ ‫لَا‬
ِٖ ‫ َوذؤْ َِِٓ تِاٌمذَ ِس َخُ ِْش ِٖ َوش ِ َّش‬،‫اِخ ِش‬ َ ُ ِ َ‫ى‬ ْ
ِ ٌَُ‫»وا‬ َ
ِٓ ‫ فَأ َ ْخ ِث ْشٍِٔ َع‬:َ‫ فَئِ ْْ ٌَ ُْ ذ َ ُى ْٓ ذ ََشاُٖ فَئُِٔٗ ََ َشانَ » لَاي‬،ُٖ‫ «أ َ ْْ ذَ ْعثُذَ هللاَ َوأَٔهَ ذ ََشا‬:َ‫اْ! لَاي‬ ِ ‫س‬
َ ْ‫ح‬ ‫اإل‬
ِ ِ ٓ ‫ع‬
َ ٍ ٔ
ِ ‫ش‬ْ ‫ث‬
ِ ‫خ‬ْ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ ‫ي‬ َ ‫ا‬ َ ‫ل‬ ، َ‫د‬‫ل‬ ْ َ ‫ذ‬ ‫ص‬ َ :َ‫ي‬ ‫لَا‬
ْ َ َ ُ َ
‫ َوأْ ذ ََشي‬،‫ «أْ ذ ٍِذَ األ َِح َستر َها‬:َ‫اساذِها! لاي‬ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ
َ َِ ‫ فأخثِ ْشٍِٔ َعٓ أ‬:َ‫ « َِا اٌ َّسْؤُ ْو ُي َعٕ َها تِأ ْعٍ َُ َِِٓ اٌسائِ ًِ» لاي‬:َ‫اٌسا َع ِح! لاي‬ َ َ ْ ْ َ
: ُ‫ع َّ ُش! أَذَذ ِْسٌ َِ ِٓ اٌسائًُِ؟» لُ ٍْد‬ ُ ‫ « ََا‬:َ‫ ثُُ لَاي‬،‫طٍَكَ فٍََ ِثثْدُ َِ ًٍُِّا‬ َ ْٔ ‫اْ» ثُُ ا‬ ِ َُْٕ ُ‫ط َاوٌُ ْىَْ فٍِ اٌث‬ َ َ ‫اء ََر‬ ِ ‫اٌ ُحفَاج َ اٌعُ َشاج َ اٌ َعاٌَحَ ِس َعا َء اٌش‬
ًِ ‫ «فَئُِٔٗ ِجث ِْش ًَْ أذ َاو ُْ َُعَ ٍِ ُّى ُْ ِد ََْٕى ُْ» َس َواُٖ ُِ ْس‬:َ‫ لَاي‬،ُُ ٍَ‫س ْىٌُُٗ أَ ْع‬
ُ ُ ّ ُ َ ُ ُ ‫هللاُ َو َس‬

Artinya :
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang
sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada
seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu
menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya
berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah)
selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua
heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku
tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang
buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang
ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “
Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih
tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “
3
Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada,
miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang
itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa
yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah
Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “ HR Muslim

Kesimpulan hadits tersebut adalah bahwa ada tiga hal atau rukun yang menjadi pondas dalam
Agama islam yaitu islam, iman dan ihsan. Artinya ketiga hal tersebut harus melekat ada pada
diri seorang muslim agar mencapai kesempurnaan dalam beragama, karena rukun adalah
perkara yang menentukan syah dan tidak nya sesuatu dan merupakan bagian daripada perkara
tersebut.

Hakikat iman
Secara Etimologis kata iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata
kerja (fi‟il) “ ‫ اَّأا‬- ِٓ‫ َؤ‬-ِٓ‫” ا‬, yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram
dan tenang. Orangnya disebut ِٓ‫ ِؤ‬yaitu orang yang percaya. Menurut WJS. Poerwadarminta
dalam Kamus Besar bahasa Indonesia iman adalah kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati atau
keteguhan hati, Abul „Ala al-Mahmudi menterjemahkan iman dalam Bahasa inggris Faith,
yaitu to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of doubt yang artinya,
mengetahui, mempercayai, meyakini yang didalamnya tidak terdapat keraguan apapun.
Dari penjelasan diatas kita dapat memahami bahwa iman menurut bahasa adalah
mempercayai dzat yang maha di percaya yaitu Allah SWT tanpa keraguan sehingga
menghasilkan ketentraman dan ketenangan. Sedangkan Menurut Imam Al-Ghazali iman
semakna dengan kata tashdiq ( ‫ ) اٌروذَك‬yang berarti “pembenaran”. Sehingga iman dapat di
artikan secara istilah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan dilakukan dengan
perbuatan.
Jika kita perhatikan penggunaan kata Iman dalam Al-Qur‟an, akan didapati dalam dua
pengertian dasar, yaitu: 1) Iman dengan pengertian membenarkan adalah membenarkan berita
yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Dalam salah satu hadist shahih diceritakan bahwa
Rasulullah ketika menjawab pertanyaan Jibril tentang Iman yang artinya bahwa yang dikatakan
Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya,
hari kiamat dan engkau beriman bahwa Qadar baik dan buruk adalah dari Allah SWT. 2) Iman
dengan pengertian amal atau ber-iltizam dengan amal : segala perbuatan kebajikan yang tidak
bertentangan dengan hukum yang telah digariskan oleh syara‟. Dalam Q.S Al-hujurot : ayat 15
Allah SWT menjelaskan :
             

     


Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah
dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar”.
Dari ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Iman adalah membenarkan Allah dan
RasulNya tanpa keraguan, berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Pada akhir ayat
tersebut “mereka Itulah orang-orang yang benar” merupakan indikasi bahwa pada waktu itu
ada golongan yang mengaku beriman tanpa bukti, golongan ini sungguh telah berdusta dan
mereka tidak dapat memahami hakikat iman dengan sebenarnya. Mereka menganggap bahwa
iman itu hanya pengucapan yang dilakukan oleh bibir, tanpa pembuktian apapun.
4
Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Ayat lain yang menjelaskan bahwa iman tidak dapat terpisah dari amal, karena amal
merupakan buah keimanan dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Adalah Q.S Al
Anfal ayat 2-4 :
              

           

          
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat)
yang mulia.
Inti pendidikan agama islam terletak pada pendidikan keimanan ( aqidah tauhid ).
Para psikolog berpendapat bahwa dalam keimanan kepada allah Swt. Terdapat kekuatan
spiritual luar biasa yang dapat membantu orang beriman mengatasi kegelisahan, ketegangan,
dan kesulitan hidup di zaman modern ini. Dunia modern telah dikuasai oleh kehidupan materil
dan di dominasi oleh persaingan keras untuk mendapatkan materi, sehingga menimbulkan
ketegangan, stress, dan kegelisahan, atau bahkan penyakit kejiwaan lainnya dalam diri manusia
yang miskin akan nilai spiritual. Namun Al-Qur‟an menjelaskan perasaan aman dan tentram
pada orang orang yang beriman dalam Q.S Ar Ra‟d ayat 28 :
            
Artinya :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.
Dari ayat diatas jelas bahwa ingat kepada Allah merupakan salah satu cara
merefleksikan keimanan kepada Allah SWT. Iman kepada Allah juga dapat diwujudkan dengan
jalan mengikuti semua tuntunan yang telah digariskanNya. Hal itulah satu-satu nya cara untuk
mewujudkan rasa aman bagi manusia dan membebaskannya dari kegelisahan hidup.
Pendidikan iman ( aqidah tauhid ) yang dilakukan hendaknya didasarkan kepada wasiat dan
petunjuk Rasulullah dalam menyampaikan dasar-dasar keimanan kepada anak. Sebab dalam
diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi setiap orang sebagaimana disebutkan dalam Q.S
Al Ahzab : 21
                 
Artinya :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
Rasulullah tidak hanya memberikan teori yang tidak dibuktikan dalam kehidupan
nyata, tapi justru beliau memberikan contoh dan tuntunan praktis yang diperlukan dalam
mendidik anak berdasarkan tauhid. Para sahabat banyak meriwayatkan hadist tentang praktek
beliau tersebut, Mereka itulah yang mengalami secara langsung didikan Rasulullah dalam
bidang keimanan.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keimanan memiliki ciri yang sangat khas, yaitu
5
Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
dinamis. Dan mayoritas ulama memandang keimanan beriringan dengan amal soleh, sehinga
mereka menganggap keimanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Maka
Menurut Muhammad Nur Abdul Hafizh, setidaknya terdapat lima pola dasar pembinaan
akidah atau keimanan yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah, yang mudah mudahan dapat
terus menambah keimanan, yaitu : a) Membacakan kalimat tauhid kepada anak b)
Menanamkan kecintaan anak kepada Allah Swt. c) Menanamkan kecintaan anak kepada
Rasulullah d) Mengajarkan Al-Qur‟an kepada anak e) Menanamkan nilai perjuangan dan
pengorbanan dalam diri anak.
Dengan demikian di harapkan semakin melekatlah rukun iman yang enam dalam diri
setiap muslimin dan muslimat, yaitu : 1) Iman kepada Alloh, 2) Iman kepada malaikatNya, 3)
Iman kepada kitabNya, 4) Iman kepada rosulNya, 5) Iman kepada Qodho dan Qodar, 6) Iman
kepada hari akhir.
Dan ketika iman telah mencapai taraf yang sempurna maka akan dirasakan oleh
pemiliknya suatu manisnya iman, sebagaimana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya:
“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman:
Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang
tidak dicintainya melainkan karena Alloh, membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagaimana
bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR.Bukhori Muslim).

Hakikat Islam
Muhammad Abduh (2014 : 84), menjelaskan bahwa kata Islam berasal dari Bahasa
Arab dalam bentuk isim masdar dari kata kerja ( fi‟il ) َ‫ اسال‬- ٍُ‫ اسٍُ – َس‬. Yang secara etimologi
mengandung makna “Sejahtera, tidak cacat, selamat” orangnya di sebut ٍُ‫ ِس‬yaitu orang yang
selamat, sejahtera dan tidak cacat. Selanjutnya kata ٍُ‫ اس‬mengandung arti : menyerah, masuk
islam yaitu agama yang mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat kepada
hukum Allah tanpa tawar- menawar. Kata aslama terdapat dalam al-Qur‟an surah al-Baqarah
ayat 112 :
                 
Artinya :
(tidak demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan,
Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.
Kemudian Q.S An-Nisa : 125
                 


Artinya :
dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah,
sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil
Ibrahim menjadi kesayanganNya.
Terakhir Q.S Al-An‟am :14
                 

        


Artinya :
6
Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
“Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan
bumi, Padahal Dia memberi Makan dan tidak memberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya
aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan
jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik."
Dari kata-kata ini, dibentuk kata َ‫ سال‬sebagai istilah dengan pengertian : Sejahtera,
selamat, patuh dan aman sentosa sebagaimana tertera dalam Q.S al An‟am : 54
                

            
Artinya :
“apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, Maka Katakanlah:
"Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu”. Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-
Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran
kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan Mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Dan Q.S Al A‟Rof : 46 :
                

    


Artinya :
“Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raaf itu ada orang-orang
yang Mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. dan mereka menyeru
penduduk surga: " Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu ". mereka belum lagi
memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya)”.
Q.S An-Nahl : 32 :
             
Artinya :
“(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam Keadaan baik oleh Para Malaikat dengan mengatakan (kepada
mereka): "selamat sejahtera bagimu, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu
kerjakan".
At-Tamimiy (2017: 9) menambahkan bahwa dari uraian kata-kata di atas pengertian
Islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada Allah SWT. Maksudnya
menyerahkan diri kepada dzat yang ia percayai akan memberikan keselamatan untuk bersikap
taat dan patuh pada aturannya.
Sedangkan pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri ( kepasrahan,
ketundukan, kepatuhan ) seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan
perintahNya dan menjauhi laranganNya, demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup, di
dunia maupun di akhirat. Islam sebagai agama, maka tidak dapat terlepas dari adanya unsur-
unsur pembentuknya yaitu berupa rukun yang menentukan sah dan tidaknya dirinya sebagai
muslim, dan itu merupakan bagian dari dirinya yang harus melekat dan di kerjakan, yang
terhimpun dalam rukun Islam, yaitu: 1) Membaca dua kalimat Syahadat 2) Mendirikan shalat
lima waktu 3) Menunaikan zakat 4) Puasa Ramadhan 5) Haji ke Baitullah jika mampu. Artinya
ketika seseorang mengaku diri sebagai serang muslim tapi tidak melaksanakan rukun yang lima
ini maka keislamannya belum sempurna.
Islam sebagai agama menuntut penganutnya untuk beribadah dan mempelajari ilmu
7
Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
syariah/fiqih sebagai bekal bagi dirinya untuk beribadah kepada Allah SWT dalam ranah
ibadah mahdoh, dan juga menyiapkan ilmu pengetahuan untuk melaksanakan ibadah yang
ghoer mahdoh.

Hakikat Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi`il) yaitu ْ ‫احسٓ – َحسٓ – احسا‬
artinyaٓ‫ فعً اٌحس‬yaitu perbuatan baik orangnya di sebut ٓ‫ ِحس‬yaitu orang baik. Setiap
perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang berlandaskan pada aqidah
dan syariat islam disebut ihsan. Dengan demikian akhlak dan ihsan adalah dua pranata yang
berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah. Para ulama
menggolongkan Ihsan menjadi 4 bagian yaitu : 1) Ihsan kepada Allah 2) Ihsan kepada diri
sendiri 3) Ihsan kepada sesama manusia 4) Ihsan bagi sesama makhluk.
Adapun dalil mengenai ihsan dari hadits adalah potongan hadits Jibril yang sangat
terkenal (dan panjang), seperti yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika nabi ditanya
mengenai ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi menjawab:
ْ َ‫ّللاَ َوأَٔهَ ذ ََشاُٖ ف‬
… َ‫ئْ ٌَ ُْ ذ َ ُى ْٓ ذ ََشاُٖ فَئُٔٗ ََ َشان‬ ّ َ‫…أ َ ْْ ذ َ ْعثُذ‬
Artinya :
“…Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihatNya. Tapi jika engkau tidak
melihatNya, maka sesungguhnya Alloh melihatmu…..

Hadits tersebut menunjukan bahwa untuk melakukan ihsan, sebagai rumusnya adalah
memposisikan diri saat beribadah kepada Alloh seakan-akan kita bisa melihatNya, atau jika
belum bisa memposisikan seperti itu maka posisikanlah bahwa kita selalu dilihat olehNya
sehingga akan muncul kesadaran dalam diri untuk tidak melakukan tindakan selain berbuat
ihsan atau berbuat baik.
Ketika seseorang sudah mencapai ihsan yang sempurna maka di sana akan muncul
keindahan akhlaqul karimah, dan ini adalah sebuah bukti bahwa diutusnya Rosululloh SAW ke
dunia ini tiada lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia
‫أّاتعثد الذُّ ِىاسَ االخالق‬

Korelasi Iman, Islam, dan Ihsan


Diatas telah dibahas tentang ketiga hal tersebut, disini, akan dibahas hubungan timbal
balik antara ketiganya. Iman yang merupakan landasan awal, bila diumpamakan sebagai
pondasi dalam keberadaan suatu rumah, sedangkan islam merupakan entitas yang berdiri
diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah, maka islamnya pun akan condong, lebih lebih
akan rubuh. Dalam realitanya mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga
tidak dilakukan pada waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan. Zakat tidak tersalurkan,
puasa tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh bila islam seseorang
ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal, kadang pula menjadi tipis, karena amal
perbuatan yang akan mempengaruhi hati. Sedang hati sendiri merupakan wadah bagi iman itu.
Jadi, bila seseorang tekun beribadah, rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya,
sebaliknya bila seseorang berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan
berdampak juga pada tipisnya iman.
Dalam hal ini, sayyidina Ali pernah berkata :

ْ‫لاي عٍٍ وشَ هللا وجهٗ إْ اإلَّاْ ٌُثذو ٌّعح تُضاء فئرا عًّ اٌعثذ اٌواٌحاخ ّٔد فضادخ حرً َثُض اٌمٍة وٍٗ وإ‬
ٍٗ‫إٌفاق ٌُثذو ٔىرح سىداء فئرا أرهه اٌحشِاخ ّٔد وصادخ حرً َسىد اٌمٍة و‬
Artinya :
Sahabat Ali kw. Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang putih, apabila seorang hamba
8
Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
melakukan kebaikan, maka sinar tersebut akan tumbuh dan bertambah sehingga hati (berwarna) putih.
Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila seorang melakukan perkara yang
diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah hingga hitamlah (warna) hati.
Adapun ihsan, bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut
bisa terlihat mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga padat menarik perhatian dari banyak
pihak. Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan perhatian dari sang
kholiq, sehingga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi
larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai plus
dihadapan-Nya. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai
hamba, budak dari tuhan, sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk
mendapatkan perhatian dan ridlonya. Disinilah hakikat dari ihsan. Ihsan yakni melaksanakan
ibadah dalam bentuknya yang diperintahkan Allah,antara lain khusyuk, runduk, ikhlas, dan
menghadirkan kalbu (Zaid, 1998 ; 121). Didalam referensi lain, ihsan berarti berbuat baik.
Nilai ihsan adalah ruang lingkup islam yang berisi tentang nilai-nilai akhlak kepada Allah,
manusia, dan makhluk lain.
Karena kedudukannya begitu krusial maka dalam penelitian ini peneliti memandang
bahwa iman, islam dan ihsan adalah satu kesatuan yang harus ada dan melekat pada diri
seorang muslim, dan ini harus di jadikan kerangka dasar dalam penyusunan kurikulum PAI
agar tujuan pendidikan islam benar-benar melahirkan generasi insan kamil yang memahami
dan melaksanakan arkanudin.

Kurikulum PAI
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu
sistem pendidikan,karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat
pendidikan.
Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena kurikulum
merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam
kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam
mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan
lain sebagainya. Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan
tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang
sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan
ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang
realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik
dan tenaga kependidikan bidang pendidikan islam memahami kurikulum serta berusaha
mengembangkannya. Dalam penelitian ini akan dibahas kurikulum pendidikan islam secara
mendalam.
Kata kurikulum adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh dalam mencapai gelar suatu ijazah (Umar Hamalik, 1990 : 16).
Sedangkan menurut Crow and Crow yang menyatakan bahwa kurikulum adalah rencana
pengajaran yang disusun secara sistimatis diperlukan untuk menjadi syarat suatu program
pendidikan tertentu (Crow and Crow, 1990 : 75). Kurikulum dalam dunia pendidikan seperti
kata Ronald C. Doll : “ Kurikulum sekolah adalah muatan proses, baik formal maupun
informal yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman,
mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah”.
Sedangkan Maurice Dulton mengatakan “Kurikulum dipahami sebagai pengalaman-
pengalaman yang didapatkan oleh pembelajar di bawah naungan sekolah (Mudlofir, 2012 ; 1-
2)

9
Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Menurut ( Dakir, 2004:3 ) kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan
berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan
dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman
dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Berdasarkan penmaparan diatas jadi kurikulum PAI adalah panduan yang harus di
tempuh berbentuk program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman
belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-
norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan syariat
ajaran agama islam yang bersumber pada al qur‟an dan sunnah
Pendidikan Islam yang berfalsalah pada grand system agama islam sendiri ( Iman,
Islam, Ihsan ) sebagai sumber utama pelaksanaan pendidikan islam, menjadikan rukun agama
ini sebagai kerangka dasar penyusunan kurikulum PAI, yang menempatkan Al-Quran sebagai
sumber utama penyusunan kurikulum. Didalam Al-Qur‟an dan hadist di temukan kerangka
dasar dan dapat di jadikan sebagai pedoman dan penyusunan kurikulum pendidikan islam.
Kerangka dasar tersebut adalah sebagai berikut. Sesuai dengan Al-Quran, bahwa yang menjadi
kerangka kurikulum ini adalah : Intra culuculer, dalam aspek ini ( intra culculer ) pendidikan
islam adalah tauhid ( Iman ), dan harus di mantapkan sebagai unsure pokok yang tidak dapat
di rubah. Dengan demikian maka tauhid merupakan prinsip utama dalam seluruh dimensi
kehidupan manusia baik dalam aspek hubungan vertikal antara manusia dengan tuhan dan
hubungan horizontal antar manusia dengan sesamanya, tauhid yang seperti inilah yang dapat
menyusun pergaulan manusia secara harmonis sesamanya, dalam rangka menyelamatkan
manusia dan kemanusiaan dalam pencapaian kehidupan yang sejahtera dan bahagia dunia dan
akherat, termasuk di dalam pergaulan dalam proses pendidikan.

Implikasi Iman, islam ihsan terhadap kurikulum PAI


Kurikulum yang baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam adalah bersifat
intergerated dan komperhensif serta menjadikan al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber yang
utama dalam penyusunannya. Al-Qur‟an dan hadits merupakan sumber yang utama
pendidikan Islam berisi kerangka dasar yang dapat di jadikan acuan operasional dan
pengembangan kurikulum pendidikan Islam. Pemikiran bahwa tauhid dalam hal ini adal Iman
perlu dijadikan sebagai paradigma pendidikan Islam bukan tanpa dasar dan alasan logis. Sebab,
tauhid atau iman sebagai pandangan dunia (weltanschaung) berisi nilai-nilai fundamental yang
dapat dijadikan sebagai dasar bangunan pendidikan Islam. Dari perspektif ini dapat diambil
formulasi bahwa fungsi tauhid adalah mentransformasikan setiap individu yang meyakininya
menjadi “manusia tauhid” yang memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari
setiap belenggu yang akan memasung dirinya ke dalam situasi nista, yang tidak manusiawi.
Berdasarkan paparan tersebut, maka perumusan makna terdalam kurikulum pendidikan Islam
harus memperhatikan ke-beradaan hakikiah manusia dan dimensi ketergantungannya pada
aspek teologis, kos-mologis dan antropo-sosiologis. Dengan begitu, dalam perspektif
pandangan dunia tauhid, kurikulum pendidikan Islam harus diorientasikan pada
pengembangan nilai-nilai ilahiah (teologis), alamiah (kosmologis) dan insaniah (antropo-
sosiologis).
Tidak berhenti disitu, keterkaitan antara iman islam dan ihsan dalam kurikulum telihat
dari paradigma berikut. Umat manusia adalah satu sekaligus majemuk; satu dalam keragaman
dan beragam dalam kesatuan. Perhatikan ayat ini :
“Hai manusia. Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan. (Setelah itu) Kami jadikan kamu
bersuku-suku dan berbagai bangsa supaya kamu saling kenal mengenal (QS. al-Hujurât,49:13).

10
Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Ayat ini mengemukakan adanya kenyataan-kenyataan maknawi bahwa secara
eksistensial manusia ada dalam perbedaan. Namun, perbedaan itu (apakah warna kulit, ras,
gender, suku, bahasa, bangsa, bahkan agama) bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk
lita’ârafû (saling kenal-mengenal, mengetahui karakter, kepribadian, hak dan kewajiban)
sehingga masing-masing pihak tegak sebagai subyek dan pribadi yang utuh. Hidup
kebersamaan, dalam perspektif iman islam dan ihsan, bukanlah wahana peluluhan, melainkan
sebagai media pertumbuhan nilai-nilai dan identitas diri. Dalam komunikasi itu manusia
memperoleh kesempatan dan kemungkinan untuk memperkaya dan membangun diri dan
jiwanya.
Dengan pandangan dasar ini, harkat dan martabat manusia diakui sama kedudukannya.
Selanjutnya untuk memperkuat martabat kemanusiaannya, Allah mengajarkan agar
membangun komunikasi dan menjalin persaudaraan manusia sejati berdasarkan kemanusiaan,
bukan kepentingan yang bertendensi duniawi. Makanya secara tegas al-Qur‟an melarang
hubungan sesama manusia secara hirarkis dan vertikal. Lantaran hubungan semacam ini akan
menimbulkan efek negatif.
Sebagai perwujudannya, pendidikan Islam diarahkan pada dua dimensi, yaitu dimensi
ketundukan vertikal dan dimensi dialektikal-horisontal (Saefudin, 1987:97). Dengan kata lain,
pendidikan Islam, dalam kerangka tauhid ini, harus melahirkan dua kemestian strategis
sekaligus. Pertama, pendidikan diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan
mengembangkan pengertian tentang asal-usul tujuan hidup manusia dan menjaga
keharmonisan untuk meraih kehidupan yang abadi dalam hubungannya dengan Allah (aspek
teologis). Kedua, mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkrit yaitu kehidupan
manusia dalam hubungannya dengan alam dan lingkungan sosialnya (aspek kosmologis dan
antropo-sosiologis). Pada dimensi ini, anak didik diharapkan mampu mengatasi tantangan dan
kendala dunia konkritnya dengan seperangkat kemampuan yang dimiliki (pengetahuan,
ketrampilan, moral, dan kepribadian yang mantap). Kemampuan-ke-mampuan semacam itu
hanya bisa diperoleh melalui proses pendidikan.

SIMPULAN
Dari penelitian yang sudah dilakukan penulis, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Nilai keimanan merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran paling kuat dibandingkan
dengan nilai yang lainnya, karena nilai ini bersumber dari Tuhan. Didalam Nilai iman juga
mengajarkan kepada kita bertindak/berperilaku dengan hati, lisan dan amal yang harus kita
aplikasikan didalam kehidupan sehari-hari. Yang termasuk nilai iman yaitu keimanan kepada
Allah dalam menjalani semua aktivitas baik aktivitas pendidikan, maupun aktivitas kehidupan
yang lain, meyakini adanya pemantau dan pencatat amal kita yang merupakan utusan Allah,
yaitu Malaikat, yang akan memantau gerak-gerik kita, meyakini adanya kitab Allah yang berisi
semua ilmu yang harus kita pelajari, meyakini adanya rasul Allah, dan mengikuti akhlaknya
sebagai pegangan hidup kita, meyakini adanya hari kiamat dan mempersiapkan diri untuk
menghadapinya, ikhlas dan tawakkal menjalani ketetapannya. nilai Islam adalah kumpulan dari
prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan
kehidupannya di dunia ini. Yang termasuk nilai Islam adalah prosedur-prosedur, tata cara,
bagaimana kita harus berperilaku, dengan cara mempelajari/memahami apa yang akan kita
pelajari secara menyeluruh agar nantinya ketika kita akan melakukan suatu pekerjaan tidak
sampai membawa kita kepada kesalahan/kesesatan. nilai Ihsan ialah ruang lingkup yang berisi
tentang nilai-nilai akhlak kepada Allah, manusia, dan makhluk lain. Contohnya sabar, ikhlas,
syukur dan lain-lain. Yang termasuk nilai Ihsan ialah keyakinan bahwa setiap kita melakukan
sesuatu kita selalu melihat Allah dan jika kita tidak bisa melihatnya Allah selalu melihat kita, hal

1
Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 1
tersebut akan bermuara pada akhlak, karena Allah akan selalu memantau kita dalam semua
aktivitas baik pendidikan maupun aktivitas yang lain sehingga nilai ihsan bisa menjadi
pengontrol diri.
Keterkaitan nilai iman, islam, dan ihsan dengan kurikulum PAI. Dari hasil penelitian ini
ternyata memiliki hubungan yang erat, maksudnya arkanuddin ( iman, islam dan ihsan ) akan
sangat berdampak baik jika dijadikan sebagai kerangka dasar dalam pengembangan kurikulum
PAI karena sesuai dengan tujuan pendidikan islam menurut al qur‟an yaitu membentuk insan
kamil dan sesuai pula dengan tujuan pendidikan nasional Menurut UU No. 20 Tahun 2003
pasal 3 yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

REFERENSI
Usyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq, hlm.33
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah, 2010, Ensiklopedia Islam Al-Kamil, Jakarta:
Darus Sunnah Press, hlm.88
Al-qurannulkarim,PT.sygma examedia arkanleema
Wahhab, Muhammad bin Abdul, 2004 , Tiga Prinsip Dasar dalam Islam,Riyadh: Darussalam,
hlm.23-24
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), h. 3.
Umar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm.16
Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, Edisi III, (Yokyakarta: Rake Sarasin,1990), hlm. 75
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar Dalam
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012) h. 1-2.
Habib Zaid bin Ibrahim bin Sumaith, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ihsan
Secara ..., 121 Bandung : Al-Bayan, 1998

12
Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...

You might also like