Professional Documents
Culture Documents
Rifqi Rohmatulloh
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia, 40294
Email: rifqirohmatulloh@staidaf.ac.id
Abstract: Curriculum is a form of educational activity to achieve educational goals. The study of
psychological elements in the Islamic Religious Education curriculum is primordial as an integrated
aspect and must be implemented in an educational institution. Without an adequate curriculum, Islamic
religious studies will not run as they should. The method used in this research is a qualitative research
method with a literature study approach which refers to several sources of research data and interview
results. Data analysis techniques in this research include data collection, data reduction, data
presentation, and drawing conclusions. In this research, it was found that the curriculum is an
educational activity that includes various student activity plans in the form of strategies, arrangements
and goals to be achieved. The basis of the Islamic education curriculum includes religion, philosophy,
psychology, social and organizational, which contains principles in preparing the curriculum that need to
be taken into account according to Islamic teachings and values. Psychological science has connectivity to
the learning process, where Islamic religious education refers to Islamic values which are distinctive to
the realm of general science. With psychology in the learning process it will have maximum impact.
1
2 | Landasan Psikologis dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam
ranah ilmu umum. Dengan ilmu psikologi dalam proses pembelajaran maka akan berdampak
secara maksimal.
DOI: https://doi.org/10.15575/jipai.xxx.xxx
Received: mm, yyyy. Accepted: mm, yyyy. Published: mm, yyyy.
PENDAHULUAN
Pendidikan dan psikologi menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan,
dalam pembelajaran keislaman kepribadian lebih dikenal dengan term al-
Syakhsiyah. Syakhsiyah berasal dari kata Syakh yang berarti pribadi kata
tersebut diberi ya’ nisbath sehingga menjadi kata benda buatan (masdar
Shina’y) Syakhsiyah yang berarti kepribadian. Dalam literatur keislaman, kata
syakhsiyah kurang begitu dikenal (Nofitri, 2023). Terdapat beberapa alasan
mengapa term tersebut tidak begitu dikenal, diantaranya (1) Dalam al-Qur’an
dan as-Sunnah tidak ditemukan term syaksiyah, kecuali dalam beberapa hadits
disebutkan term syakhsy yang berarti pribadi (person), bukan kepribadian
(personality); (2) Dalam khazanah Islam klasik, para filosuf lebih akrab
menggunakan istilah akhlaq. Penggunaan istilah ini karena ditopang oleh ayat
al-Qur’an dan Hadits; dan (3) Term syakhsiyah hakikatnya tidak dapat
mewakili nilai-nilai fundamental Islam untuk mengungkap suatu fenomena
atau perilaku batiniyah manusia. Artinya term syakhsiyah yang lazim dipakai
dalam term psikologi kepribadian barat eksistensinya lebih pada deskripsi
karakter, sifat, atau perilaku unik individu, sementara term akhlaq lebih
menekankan pada aspek penilaiannya terhadap baik buruk suatu tingkah laku.
Syakhsiyah merupakan akhlaq yang tidak dinilai baik buruknya, sementara
akhlaq merupakan syakhsiyah yang dapat dievaluasi (Nurmadiah, 2014).
Kurikulum merupakan suatu bentuk kegiatan pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan (Hatim, 2018). Dan juga merupakan rencana
dalam pendidikan, memberikan pedoman dan pedoman mengenai jenis, ruang
lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum
mempunyai kedudukan yang krusial dalam pendidikan formal dan nonformal
sehingga dapat memberikan arahan untuk proses pendidikan (Saputra et al.,
2022). Kurikulum merupakan suatu rancangan kegiatan yang menunjang
tercapainya tujuan pendidikan sehingga mempunyai peranan yang sangat
krusial dalam mewarnai kepribadian seseorang. Sama seperti kurikulum
Pendidikan Agama Islam, mempunyai kedudukan yang sangat krusial dalam
membentuk kepribadian seseorang. Baik buruknya hasil pendidikan, termasuk
penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam sangat ditentukan oleh kurikulum,
diharapkan dapat membangkitkan rasa kesadaran kritis bagi peserta didik atau
tidak (Wafi, 2017). Untuk menerapkan kurikulum PAI secara kontekstual
diperlukan pemahaman yang mendalam agar siswa dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari tiga subjek pelajaran
krusial dalam kurikulum suatu lembaga pendidikan formal (Jumahir, 2020).
Sebab kehidupan beragama merupakan salah satu dimensi kehidupan yang
dapat diwujudkan secara terpadu dengan dimensi kehidupan lainnya bagi
setiap individu warga negara. Integrasi berbagai dimensi kehidupan
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan studi pustaka yang merujuk pada beberapa
sumber data penelitian dan hasil wawancara. Teknik pengumpulan data
berupa kajian mengenai landasan psikologis dalam kurikulum Pendidikan
Agama Islam. Berdasarkan metode penelitian kualitatif, semua fakta baik
tulisan maupun lisan dari sumber data primer maupun sekunder diuraikan apa
adanya kemudian dikaji untuk direduksi seringkas mungkin untuk menjawab
permasalahan. Teknik pengumpulan data merupakan usaha untuk
mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan penelitian seperti
data, fakta, gejala, maupun informasi yang sifatnya valid, reliabel, dan objektif
(Sugiyono, 2013). Teknik analisis data dalam penelitian ini diantaranya
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
(Miles & Huberman, 1992). Adapun alur dalam teknik analisis data tersebut
adalah sebagai berikut.
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan yaitu sebagai alat ukur agar
bisa tercapai tujuan pendidikan, maka berarti sebagai alat pendidikan,
kurikulum mempunyai bagian-bagian penting dan dapat menunjang
operasionalnya dengan baik. Bagian-bagian tersebut adalah komponen yang
saling berkaitan, saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Kurikulum sekolah
memuat 3 komponen antara lain tujuan, isi, dan strategi. Kurikulum disusun
dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu mempersiapkan
peserta didik agar dapat hidup bermasyarakat (Qolbi & Hamami, 2021).
Sebagai salah satu komponen sistem pendidikan, kurikulum setidaknya
mempunyai tiga peran, yaitu peran konservatif, peran kreatif, dan peran kritis
dan evaluatif (Utomo & Ifadah, 2020).
Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya
sebagai warisan masa lalu. Hal ini dikaitkan dengan era globalisasi akibat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memudahkan pengaruh
budaya asing masuk ke dalam budaya lokal (Syam, 2019). Peran kreatif
kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan seiring dengan pesatnya
perubahan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Sedangkan kurikulum
berperan dalam menyeleksi nilai-nilai dan budaya baru yang harus dimiliki
siswa. Dalam konteks inilah peran kurikulum yang kritis dan evaluatif sangat
diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi
segala sesuatu yang dianggap bermanfaat bagi kehidupan peserta didik.
Fungsi kurikulum antara lain (1) Alat untuk mencapai tujuan dan untuk
mencapai harapan manusia sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan; (2)
Pedoman dan program harus dilaksanakan oleh mata pelajaran dan objek
pendidikan; (3) Fungsi kontinuitas untuk persiapan jenjang sekolah selanjutnya
dan penyiapan tenaga kerja bagi yang tidak melanjutkan; dan (4) Standar
dalam menilai kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan, atau sebagai
batasan program kegiatan yang akan dilaksanakan dalam suatu semester atau
pada jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, materi, dan metode
pembelajaran yang dijadikan pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan yang merupakan kumpulan kajian Islam
yang meliputi Al-Qur'an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqh, Tarikh, dan
Kebudayaan Islam (Tamam & Arbain, 2020).
Mata pelajaran PAI termasuk dalam kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia dan bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia. Ruang lingkup materi meliputi etika, tata krama, atau akhlak sebagai
perwujudan pendidikan agama. Untuk mewujudkan harapan tersebut,
kurikulum disusun berdasarkan pedoman penyusunan kurikulum yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan mengenai prinsip-prinsip
SIMPULAN
Pada penelitian ini diperoleh bahwa kurikulum merupakan suatu kegiatan
pendidikan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik dalam
bentuk strategi-strategi, pengaturan-pengaturan, dan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai. Adapun dasar kurikulum pendidikan Islam diantaranya
agama, falsafah, psikologis, sosial, dan organisator, yang memuat prinsip-
prinsip dalam penyusunan kurikulum yang perlu diperhatikan berasakan
ajaran dan nilai-nilai keislaman. Prinsip-prinsip tersebut memuat kepada
integritas, relevansi, fleksibilitas, integritas, efisiensi, dan kontinuitas. Peran
psikologi dalam pendidikan yakni yang berhubungan dengan pendidik dan
peserta didik dengan memperhatikan kepada pemahaman siswa,
perkembangan, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik,
pengalaman, kepribadian, memahami prinsip-prinsip teori pembelajaran, dan
memilih metode pembelajaran dan pengajaran. Ilmu psikologi memiliki
konektivitas terhadap proses pembelajaran yangmana pada pendidikan agama
Islam mengacu pada nilai-nilai keislaman yang menjadi distingsi kepada ranah
ilmu umum. Dengan ilmu psikologi dalam proses pembelajaran maka akan
berdampak secara maksimal.
REFERENSI
Amelia, R., Saputro, A. I., & Purwanti, E. (2022). Internalisasi Kecerdasan IQ,
hl=id&lr=&id=AaheEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=Kurikulum+Pendid
ikan+Agama+Islam&ots=PZjQzI9Ve6&sig=VqPMdZG9LvUjVcTAS0cEq1xc
QSs&redir_esc=y#v=onepage&q=Kurikulum Pendidikan Agama
Islam&f=false
Siregar, L. Y. S. (2017). Full Day School Sebagai Penguatan Pendidikan Karakter
(Perspektif Psikologi Pendidikan Islam). Fikrotuna: Jurnal Pendidikan Dan
Manajemen Islam, 5(1). https://doi.org/https://doi.org/10.32806/jf.v5i1.2945
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Suminto. (2020). Asas Psikologis dan Implikasinya Dalam Pendidikan Agama
Islam Perspektif Hasan Langgulung. Andragogi: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Agama Islam, 2(1), 9–26.
http://jim.unisma.ac.id/index.php/ja/article/view/4976
Syam, A. R. (2019). Guru dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam di Era Revolusi Industri 4.0. TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam, 14(1),
1–18. https://doi.org/https://doi.org/10.19105/tjpi.v14i1.2147
Tamam, B., & Arbain, M. (2020). Inklusifitas Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam Berbasis Pesantren. Misykat Al-Anwar Jurnal
Kajian Islam Dan Masyarakat, 3(2), 75–110.
https://doi.org/https://doi.org/10.24853/ma.3.2.75-110
Utomo, S. T., & Ifadah, L. (2020). Inovasi Kurikulum Dalam Dimensi Tahapan
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Journal of Research
and Thought on Islamic Education (JRTIE), 3(1), 19–38.
Wafi, A. (2017). Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
EDURELIGIA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(2), 133–139.
https://doi.org/https://doi.org/10.33650/edureligia.v1i2.741
Yusuf, A. (2019). Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural
(Perspektif Psikologi Pembelajaran). Jurnal Al-Murabbi, 4(2), 251–274.