You are on page 1of 14

TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIVISTIK DAN APLIKASINYA

DALAM PENDIDIKAN ISLAM


1
Khoirotul Ni’amah, 2 Hafidzulloh S.M
1
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
1
khoirotulniamah1417@gmail.com, 2
hafidzulloh@mail.ugm.ac.id

Diterima: 20 Juni 2021 Direvisi: Juli-Agustus 2021 Diterbitkan: 26 September 2021

ABSTRACT
Learning theory will make easier for educators to carry out the form of learning that will be implemented.
This article will review the theory of cognitive learning and will provide a complete understanding and
explanation so that it can be applied in learning activities. This study uses a qualitative approach and
includes library research. The author tries and strives to collect library data related to the cognitive theory
of J. Bruner, Ausubel, and Robert M. Gagne and their actualization in Islamic Education learning
enriched from several academic sources both from books, scientific articles, previous studies and other
scientific writings that related to the topic of this article. The results of this study are the cognitive theory
developed by J. Bruner states cognitive processes are enactive, iconic, and symbolic; Ausubel said
cognitive processes occur. Advanced organizer (initial arrangement), progressive differentiation,
Reconciliation reconciliation (integrative reconciliation), consolidation; Robert M. Gagne states that
cognitive processes are through receptors, sensory registers, short-term memory, long-term memory,
and response generators. The learning process according to cognitivism is through the stages of
assimilation, accommodation, and equilibration, namely the learning process is more directed. This is
adjusted to the age of the students, so the stages are enactive, econic, and symbolic.
Keywords: Cognitive, Learning, Islamic Education, Bruner, Ausubel, Gagne

ABSTRAK
Teori pembelajaran akan memudahkan bagi pendidik dalam menjalankan bentuk pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Artikel ini akan mengulas tentang teori pembelajaran kognitivistik dan akan memberikan
pemahaman serta penjelasan secara utuh sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dan termasuk penelitian kepustakaan (library research). Penulis
berusaha dan berupaya untuk mengumpulkan data-data kepustakaan yang berkaitan dengan teori kognitif J.
Bruner, Ausubel, maupun Robert M. Gagne dan aktualisasinya dalam pembelajaran PAI yang diperkaya
dari beberapa sumber akademik baik dari buku, artikel ilmiah, kajian terdahulu maupun tulisan ilmiah lain
yang berkaitan dengan topik artikel ini. Hasil penelitian ini adalah pertama, teori kognitif yang dikembangkan
oleh J.Bruner menyebutkan proses kognitif adalah enaktif, ikonik, dan simbolik; Ausubel mengatakan bahwa
proses kognitif adalah advanced organizer (pengaturan awal), progressive differentiation, reconcilasi reconciliation
(integrative reconciliation), konsolidasi; Robert M. Gagne menyebutkan bahwa proses kognitif adalah melalui
reseptor, sensory register, short-term memory, long-term memory, dan respose generator. Dalam pembelajaran
PAI, kognitif dilaksankan melalui tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi, yaitu dalam proses
pembelajarannya lebih diarahkan dan disesuaikan pada usia peserta didik.
Kata kunci: Kognitif, Pembelajaran, Pendidikan Islam, Bruner, Ausubel, Gagne

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr is licensed under a Creative Commons Attribution-
NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
204
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947, hlm. 204-217
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

PENDAHULUAN tranformasi sosial dan, seperti kata al-


Pendidikan merupakan strategi dalam Ghazali, menjadi navigator dalam ihwal
menyeleseikan masalah sosial dan budaya. spiritual-transendental (Niamah, 2021).
Namun, berbanding terbalik dengan hal Teori pembelajaran akan
tersebut, kurikulum pada sekolah menengah memudahkan bagi pendidik dalam
yang digunakan saat ini masih belum mampu menjalankan bentuk pembelajaran yang
mempersiapkan siswanya melanjutkan ke nantinya dilaksanakan. Artikel ini hanya akan
jenjang perguruan tinggi dan memberikan membahas teori pembelajaran kognitivistik
pemahaman tentang hubungannya dan akan memberikan pemahaman serta
pendidikan dengan masalah masyarakat. Hal penejlasan yang utuh sehingga dapat
ini menurut J.S. Bruner sesuai penelitiannya diterapkan dalam proses pembelajaran
menyebutkan bahwa penyebab hal tersebut pendidikan agama islam.
adalah aspek psikologi dan desain kurikulum Sebelum penelitian ini, telah ada
pembelajaran yang jarang sekali membahas beberapa tulisan mengenai teori kognitivisme
tentang teori pembelajaran (Hariyanto, diantaranya;artikel dengan judul “Teori
2017). Belajar Kognitif dan Implikasinya dalam
Teori merupakan seperangkat dasar Pembelajaran Bahasa Arab” ditulis oleh
mengenai suatu peristiwa yang di dalamnya Fairus & Baroroh pada tahun 2019. Dalam
termuat ide, konsep, prinsip, prosedur yang artikel ini ditemukan implikasi teori kognitif
dapat dipelajari dan analisis kebenarannya terhadap pembelajaran bahasa Arab pada
(Marhayati et al., 2020). Sedangkan teori beberapa aspek, yaitu: pada aspek tujuan
belajar adalah sebuah teori yang substansinya pembelajaran, lingkungan bahasa,
tercantum prosedur melaksanakan kegiatan penggunaan media, kultur, tingkatan
belajar mengajar (KBM) antara guru-murid pembelajaran, dan aspek model
serta rancangan konsep pembelajaran yang pembelajaran.
akan dilakukam di dalam maupun luar kelas. Pada tahun 2020, Rifqiyatus & Suyadi
Namun, teori yang dibahas selama ini menulis artikel Kontribusi “Teori Kognitif
terfokus hanya sebagai kepentingan teroitis RobertM. Gagne dalam Pembelajaran
belaka. Contohnya, ketika seorang pendidik Pendidikan Agama Islam” dengan hasil
membahas tentang teori perkembangan, penelitiannya menunjukkan bahwa
peserta didik tidak diberikan pemahaman Pendidikan Agama Islam berhasil dilakukan
terhadap tanggungajawabnya sebagai dengan teori kognitif melalui 9 langkah
manusia yang berpendidikan dengan masalah pembelajaran Robert M. Gagne, yaitu dengan
sosial yang nantinya pasti mereka hadapi. Jika memberikan atensi pada peserta didik,
terus dilakukan desain seperti ini, dimana memberi informasi mengenai tujuan
teori pembelajaran tidak memberikan pembelajaran, menstimulus ingatan
pemahaman peserta didik mengenai aspek- pembelajaran sebelumnya, menghadirkan
aspek sosial, maka pendidik melakukan rangsangan dari pembelajaran sebelumnya,
pembodohan secara intelektual dan peserta membimbing belajar, memantik kinerja,
didik tidak akan memiliki tanggungjawab memberikan (feedback) umpan balik, menilai
moral (Pahliwandari, 2017). Karena itu, kinerja, dan meningkatkan retensi dan
tujuan yang esesnsial dalam pendidikan selain transfer pengetahuan.
pengalaman akademik juga dibarengi dengan

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 205
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

Pada tahun 2020, Hidayatul & Suyadi Penelitian ini menggunakan pendekatan
dalam artikelnya yang berjudul “Pelaksanaan kualitatif yang mana penjelasannya
Teori Belajar Bermakna David Ausubel dijabarkan menggunakan penjelasan berupa
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama kata-kata. Sumber data penelitian ini terdiri
Islam” memberikan kesimpulan bahwa dari beberapa sumber akademik baik dari
belajar bermakna dengan menggunakan buku, artikel ilmiah, kajian terdahulu maupun
prinsip dan langkah-langkah dari David tulisan ilmiah lain yang berkaitan dengan
Ausubel berhasil dilaksanakan, tetapi dengan topik artikel ini. Langkah ini digunakan untuk
pendalaman yang lebih akan diperoleh hasil menambah fleksibilatas tawaran teori
yang lebih maksimal. Faktor yang kognitif dalam pembelajaran PAI yang mana
menjembatani keberhasilan belajar bermakna dikontekstualisasikan dalam pembelajaran
ini adalah pertama, penerapan kurikulum akan menambah wawasan empirik yang lebih
2013 dan kurikukulum Pendidikan Holistik luas dalam pendidikan di Indonesia.
Iintegratif (PHI), kedua adalah kompetensi
guru dan fasilitas sekolah. Sedangkan HASIL DAN PEMBAHASAN
ditemukan faktor penghabatnya yaitu Teori Pembelajaran Kognitivisme
semangat siswa yang tidak merata membuat Kognitif merupakan kelompok ilmu
beberapa siswa yang tidak aktif dalam dalam pendidikan. Kognitif secara etimologi
pembelajaran. berasal dari kata “cognition” yang berarti
Dari pemaparan di atas, artikel ini mengetahui (Syah, 1995). Lebih luas lagi,
akan membahas bagaimana pergulatan teori- kognitif adalah potensi intelektual yang
teori kognitivisme dalam dunia pendidikan terdiri dari tingkatan pengetahuan (Knowledge);
dari pelbagai perspektif, terutama pendekatan pemahaman (comprehention); penerapan
kognitivisme yang diaplikasikan dalam dunia (applicaton); analisis (analysis); sintesa (sinthesis);
pendidikan islam. Berkaitan dengan hal dan evaluasi (evaluation). Berdasarkan
tersebut, pembahasan selanjutnya adalah pengertian di atas, benang merah dari
konsepsi yang ditawarkan oleh pendekatan pengertian kognitif adalah suatu hal yang
kognitivisme dalam dunia pendidikan islam. berhubungan dengan kemampuan untuk
Kedua pembahasan utama tersebut akan mengembangkan rasional (akal).
diulas secara lengkap dan detail beserta Teori pembelajaran kognitivistik
konsepsi yang berkelindan dan menjadi disebut juga dengan model perceptual, yaitu
tawaran, baik berupa pendekatan maupun menekankan untuk mengoptimalkan
pandangan teoretis, dalam konteks kemampuan rasional dan proses pemahaman
pendidikan. terhadap objek. Oleh karenanya tingkah laku
seorang anak dapat dinilai dari penerimaan
METODE PENELITIAN dan pemahaman bukan dari tingkah laku
Penelitian ini merupakan penelitian yang tampak saja (Baharuddin., 2015, p. 167).
kepustakaan dimana penulis berusaha dan Teori kognitivistik berbeda dengan teori
berupaya untuk mengumpulkan data-data pembelajaran behavioristik karena lebih
kepustakaan yang berkaitan dengan teori menekankan proses belajar daripada hasil
kognitif J. Bruner, Ausubel, maupun Robert (Siregar & Nara, 2010, p. 30). Artinya adalah
M. Gagne dan aktualisasinya dalam bahwa belajar menurut kognitivisme tidak
pembelajaran pendidikan agama islam. hanya mengandalkan stimulus dan respon

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 206
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

saja, namun lebih kompleks. Kognitivisme Sehingga belajar diartikan sebagai kegiatan
menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan yang melibatkan proses berpiki yang sangat
dibentuk seseorang dari kesinambungan kmpleks dan komprhensif. Ciri-ciri
lingkungannya. kognitivisme antara lain adalah 1)
Bentuk belajar kognitif menyebutkan menekankan segala yang ada pada diri
bahwa sikap dan tingkah laku anak manusia; 2) menekankan pada seluruh
ditentukan dari penerimaan dan pemahaman bagian; 3) menekankan peranan kognitif; 4)
tentang situasi yang mengarah pada tujuan mefokuskan pada situasi dan kondisi saat ini;
belajar (Nurhadi, 2020). Proses ini dilakukan 5) menekankan struktur kognitif (Nugroho,
secara kontinu, mengalir dan menyeluruh. 2015).
Seperti seseorang yang sedang bermain alat Prinsip Dasar dan Tujuan Teori Belajar
Kognitif
musik, maka untuk memahami bagian-bagian
Teori kognitif berasal dari dua teori,
dari not dan blok sebagai informasi tidaklah
yaitu kognitif dan psikologi. Dalam konteks
dapat dipelajari secara sendiri-sendiri karena
kognitif, hal ini menyoal tentang bagaimana
menjadi satu kesatuan yang utuh masuk ke
manusia mendapatkan pemahaman tehadap
dalam pikiran dan perasaan (Siregar & Nara,
diri dan lingkungannya serta bagaiamana
2010, p. 30).
manusia berhubugan secara sadar dengan
Teori Kognitif merupakan teori yang lingkungannya. Sedangkan psikologi menyoal
menekankan pada usaha yang melibatkan tentang interaksi manusia dan lingkungan
mental diri manusia yang disebabkan oleh psikologinya bersamaan. Oleh karenanya
proses interaksi dengan lingkungannya psikologi kognitif adalah teori yang
sehingga mendapatkan suatu pengetahuan, menekankan pada pentingnya internal dan
pemahaman, nilai sikap atau tingkah laku, mental. Prinsip teori kognitif adalah sebagai
dan keterampilan (Given, 2002). Dalam berikut (Budiningsih, 2005, pp. 43–44):
konteks belajar, Kognitivisme sangat setuju Menurutnya, apa yang dikatakan
dengan faktor individu dan tidak mengenai pandangan dan kerangka
meremehkan faktor lingkungan. Teori konseptual dari perspektif kognitivisme
kognitif mengartikan belajar merupakan adalah bentuk relasi yang terjalin antara otak,
suatu proses interaksi antara manusia dengan daya ingat, dan lingkungan saling kuat dan
lingkungannya secara kontinyu hingga tiada. interaktif. Hubungan tersebut lahir
Kognitif merupakan suatu pelengkap pada dikarenakan hakikat dasar manusia adalah
diri manusia yang bertugas menjadi sentral manusia sosial, memerlukan interaksi dengan
penggerak aktivitas; mengenal, melihat dan sesama, lingkungan, dan Tuhan. Sifat dasar
menganalisis masalah, mencari informasi, itu kemudian membentuk sebuah pola
menyimpulkan dan lain sebagaianya bagaimana keterhubungan daya fikir manusia
(Nugroho, 2015, p. 291). dalam proses pembelajaran dan dibarengi
Secara umum pandangan teori dengan proses interaksi yang inheren dalam
kognitif adalah menyatakan pengertian proses tersebut. Sehingga, pada tahap
belajar ataupun pembelajaran merupakan tertentu, seorang siswa mampu
usaha yang fokus pada proses membentuk mengembangkan apa yang telah diketahui
ingatan, menyimpan dan mrengolah sebelumnya dengan mengelaborasi
informasi, emosi dan hal-hal yang pengetahuan-pengetahuan baru.
berhubungan dengan intelektualitas.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 207
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

Sedangkan tujuan dari teori pendekatan itu ditujukan untuk


pembelajaran kognitif menurut (Gunawan & mengembalikan fungsi dasar bahwa
Palupi, 2016) adalah membantu peserta didik pendidikan adalah salah satu instrumen
agar mendapat pengalaman dan dengan itu membentuk peradaban dunia. Salah satu teori
akan bertambahlah kualitas dan kuantitas pengembangan pembelajaran yang seringkali
tingkah laku peserta didik. Tingkah laku ini digunakan dalam institusi pendidikan adalah
merupakan ilmu pengetahuan, keterampilan, pendekatan kognitivisme. Kognitivisme lahir
nilai dan norm yang berfungsi sebagai bukan secara kebetulan dan sebagai konvensi
pengontrol sikap dan tingkah laku peserta dalam dunia kependidikan. Imbuhan –isme
didik. pada akhir kata “kognitiv” ini menandakan
Teori kognitif dikembangkan untuk bahwasannya skema atau metode pengajaran
membantu pendidik untuk memahami ini menjadi sebuah paham tersendiri dalam
peserta didik. Di samping itu, kognitif juga pendidikan. Inilah alasan utama terdapat
mampu membantu memahami diri pendidik beberapa tokoh pendidikan yang termasuk
sendiri dengan baik. Kognitivisme dalam kategori kognitivisme—Jerome
memandang belajar sebagai proses hubungan Bruner, Ausebel, Robert M. Gagne.
manusia mendapatkan pemahaman baru dari Pendekatan ini menekankan pada
perubahan struktur kognitif dan mengubah aspek individual dalam pengembangan
yang lama. Tujuan teori kognitif dibuat pembelajaran. Aspek yang bersifat individual
adalah sebagai rekonstruksi dasar belajar ini berkaitan dengan bagaimana kondisi dan
ilmiah. Hal ini akan menghasilkan prosedur- perkembangan daya pikir manusia senantiasa
prosedur yang bisa diterapkan daam kegiatan diperhatikan. Dengan kata lain bahwa yang
pembelajaran di dalam kelas guna bersifat individual itu akan membentuk suatu
mendapatkan hasil yang produktif. paradigma tersendiri sesuai kapabilitas yang
Dalam teori kognitif ditekankan dimiliki oleh peserta didik. Beberapa elemen
bahwa proses pesertaa didik mendapaatkan itu teridiri dari usia, daya tahan belajar, daya
pemahaman terhadap diri juga interpretasi objek—yang kesemuanya tidak
lingkungannya, lalu menginterpretasikan bisa diselaraskan untuk semua peserta didik
adalah hal yang saling terkait. Karena latar (Mitsui et al., 2008, p. 8). Ini adalah bentuk
belakang adanya teori ini adalah prilaku, cita- semangat teoretis dari pendekatan
cita, cara dan metode seseorang memahami kogintitvisme.
bagaimana dirinya dan lingkungannya Adapun implikasi metodologis dari
berhasil meraih tujuan yang ingin didapatkan. aliran kognitivisme adalah mengupayakan
Sehingga teori kognitif akan menghasilkan bagaimana keberhasilan pendidikan itu bisa
insight atau pemahaman pada diri sendiri dan diwujudkan dengan mengedepankan
lingkungannya. pendekatan individual terhadap peserta didik.
Untuk memahami metode ini terdapat
Perkembangan Teori Pembelajaran beberapa tokoh yang berhasil menyusun
Kognitivisme sebuah kerangka konseptual yang digunakan
1. Tokoh Teori Pembelajaran Kognitivisme dalam pendidikan kognitivisme. Beberapa
Terdapat beberapa teori maupun filsuf pendidikan ini akan penulis jelaskan
pendekatan dalam pengembangan kualitas bagaimana semangat teoretis yang diusung
dan mutu dalam bidang pendidikan. Hal ini sekaligus bagaimana konsep atau paradigma
ditengarai karena segala bentuk teori maupun yang ingin dicapai dalam hal pendidikan.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 208
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

a) Jerome Bruner mengamati sekaligus menjadikan objek


Jerome Bruner adalah salah satu yang ia lihat sebagai fakta empirik. Pada
pemikir terkenal dalam dunia pendidikan, tahap ini siswa, sesuai dengan semangat
terutama yang berkaitan dengan kognitiv, dituntut untuk mampu
pendekatan kognitivisme (Cognitive menggunakan daya imajinasinya agar
approach). Bangunan teoretik yang objek tersebut bisa ditangkap sesuai
dikembangkan oleh Bruner pertama kali dengan kapasitasnya. Pada proses ini hal
dikenal oleh masyarakat luas karena yang sangat diperhitungkan adalah
pemikirannya mengenai pendidikan kemungkinan apa yang muncul ketika
sangat provokatif dan kontroversial respon motorik itu digunakan oleh siswa.
(Rowland & McGuire, 1968). Dikala Sedangkan untuk defenisi kedua
masyarakat dunia tengah mendambakan mengenai representasi ikonik berkaitan
seorang Jean Piaget yang mengusung dengan daya intuisi berpikir siswa.
konsep psikologi pendidikan, kedatangan Pandangan ini selaras dengan apa yang
Bruner mengundang simpati banyak dikatakan oleh Dewey mengenai sugesti
orang karena pemikirannya yang dan verifikasi yang membentuk sebuah
mengulang kembali konsep Piaget di satu ide dari hasil refleksi pemikiran (Dewey,
sisi, dan menolak apa yang telah dipahami 1986). Tahap ini sering dipahami pada
sebagai metode kognitiv di sisi lain tahapan siswa mampu mengkonkretisasi
(David P Ausubel, 1966, p. 338). objek ke dalam bentuk visual. Inilah poin
Bagi Bruner perkembangan utama dari ikonik ini yang bertumpu pada
kemampuan daya pikir bergantung pada kemampuan siswa dalam memberikan
dua kompetensi yang membangunnya. makna dengan signifikan. Karena itu,
Pertama ia sebut sebagai representasi Bruner menyebut tahap ikonik ini seperti
(representation) merupakan regulasi hubungan timbal balik atau resiprokal
dasar dalam lingkungan dan integrasi yang mengedepankan aspek intuitif—
(integration) yang dilihat sebagai menjaga struktur berpikir dan menjadi
transendensi daya ingat masa lampau percaya diri dalam berpikir.
kemudian ditransformasikan ke masa Adapun fase representasi simbolik ini
depan. Pengembangan komptensi berkaitan dengan proses dimana siswa
intelegensia ini digunakan untuk dalam tahapan internalisasi pengetahuan
membuahkan terobosan baru atau untuk mampu mengabstraksikan
inovasi yang dimanfaatkan sebagai pengetahuannya dalam bentuk konkret.
bentuk prototipe dari agen kultural— Seperti halnya pada aliran psikologi, fase
guru, orang tua. simbolik adalah fase dimana subjek atau
Dasar teori dimana ia diposisikan siswa memasuki tahap internasilasi
sebagai pengikut Piaget (Piagetian) konstruksi sosial yang dipahami sebagai
terlihat dari tiga konsep yang ia tulis kebenaran dari hasil konvensional. Pada
dalam The Course of Cognitive Growth fase ini juga, simbolisasi pengetahuan
(1964). Dalam buku tersebut terdapat tiga menjadi fakta konkret sudah
konsep pengembangan intelektual, yakni menghapuskan pemahaman yang absurd,
enaktif, ikonik, dan simbolik. Untuk yang pengetahuan yang diperoleh pada fase
pertama, representasi enaktif ini sebelumnya.
berkenaan dengan tindakan siswa dalam

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 209
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

Lebih jauh lagi, perkembangan khalayak. Pendidikan merupakan


kognitivisme Bruner ini menjelaskan dua rangkaian dan alur manajerial
tipe dasar mengenai proses memperoleh pengalaman untuk mengembangkan apa
pengetahuan (cognition) bagi manusia. Dua yang telah dilakukan dan dipelajari
tipe itu dijelaskan dalam bukunya The sebelumnya. Inti dari proses
Relevance of Education 1973) mengenai dua pembelajaran, bagi Bruner, konsisten
kategori utama dalam membentuk daya memegang prinsip “dukungan dan
imajinasi siswa. Pertama adalah dialog”. Kedua prinsip tersebut menjadi
berdasarkan identitas, dan kedua pola dasar ikatan yang terjalin dalam agen
berkaitan dengan kesetaraan. Untuk yang kultural peserta didik.
pertama ini diklasifikasikan berdasarkan Kedua, Knowing Is a Process Not a Product
varietas stimulus untuk memperoleh atau Muara tujuan pendidikan selain dari
menjadi model kesamaan paradigma yang transfer akademik, pendidikan juga
digunakan. Untuk yang kedua ini berperan penting dalam membentuk
diklasifikasikan berdasarkan model untuk karakter peserta didik. Pembangunan
berpikir. Lebih jauh lagi, untuk tipe yang karakter ini akan mencerminkan
kedua ini terdapat beberapa elemen dasar bagaimana konstruksi ideologis yang
yang membentuk jalinan, pertama, afektif tercipta dari institusi pendidikan mampu
(tingkah laku); kedua, fungsional menjadi harapan bangsa sekaligus
(menyisipkan atau membuat kalkulasi menggoreskan tinta peradaban
dari tugas belajar siswa); dan ketiga, kemanusiaan. Pandangan ini sedikit
formal (struktur dalam proses berbeda dengan paham pragmatisme
pembelajaran). yang memandang tujuan pendidikan itu
Dalam buku Toward a Theory of secara pragmatik atau tepat guna.
Instruction (1966) Bruner menjelaskan Pandangan ini melihat bahwa sebuah
bagaimana arah masa depan pendidikan rangkaian proses pembelajaran akan
dilaksanakan agar hasil yang diperoleh membentuk sebuah partikular subjek
bisa maksimal (Bruner, 1966). Ia melihat dengan mengedepankan konstruksi
bahwasannya dalam proses simbolik dan norma sosial.
pembelajaran, dalam hal ini peserta didik, Ketiga, Learning Is Its Own Reward.
mereka lebih mengutamakan mencari Panorama pendidikan di era
pengetahuan di usia muda sehingga kontemporer orang tua seringkali
realisasi pengetahuan yang diperoleh memberikan penghargaan lebih ketika
mampu diaktualisasikan dalam bentuk anaknya mendapatkan prestasi akademik.
praksis. Dalam buku itu, Bruner sedikit Hal ini ditengarai bahwasannya
menyinggung mengenai penyusunan konstruksi yang dianut oleh para orang
paradigma pembelajaran senantiasa tua tersebut berpandangan capaian
memperhatikan beberapa elemen sebagai tertinggi dalam pendidikan diukur dari
berikut: prestasi yang tengah diperoleh. Oleh
Pertama, Education Is Experienced sebab itu, Bruner berpandangan bahwa
Reorganized Pendidikan, dalam pandangan untuk mengapresiasi proses
Bruner, bukan hanya sebatas institusi pembelajaran itu adalah dengan
formal yang digunakan untuk transfer membentuk energi natural yakni
pengetahuan seperti yang dipahami oleh memberikan pemahaman dari aspek rasa

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 210
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

ingin tahu yang tinggi, hasrat untuk ia juga bertanggung jawab untuk
berproses dengan baik (desire of menularkan apa yang telah didapatkan
competence), dan komitmen yang tinggi dari proses pembelajarannya.
terhadap pembentukan karakter. b) David P. Ausubel
Keempat, Subject Matter Is a Way of Terdapat beberapa pakar yang
Thinking. Dalam menjalani proses mengembangkan teori kognitif selain
pembelajaran, dasar yang harus diperkuat Jerome Bruner seperti yang telah
adalah metode atau cara berpikir. Untuk disebutkan di atas. Seperti teori kognitif
memahami subject matter dalam yang dikembangkan oleh David Paul
pendidikan kita diarahkan untuk Ausubel. Ia merupakan penganut paham
mengetahui bagaimana penyusunan dan kognitivisme dikarenakan semangat teori
penerapan paradigma pembelajaran yang yang ia kembangkan berkaitan dengan
efektif untuk semua peserta didik. Bruner aspek psikologis siswa. Tawaran
menekankan proses berpikir ini dimulai paradigma kognitivisme yang diajukan
sejak dini agar siswa mampu menangkap oleh Ausubel menakankan metode
dan mengembangkan objek yang interpretasi dari objek pengetahuan yang
diterima itu dan diolah melalu pemikiran sedang ditangkap. Menurutnya, metode
progresif-transformatif. penafsiran atau interpretasi ini
Kelima, Teaching Discovery. Salah satu berkembang bersamaan dengan daya
dasar keterbentukan pembelajaran pikir siswa menjadi utuh dan konkret.
kognitiv ini mengutamakan peran guru Artinya metode ini berupaya untuk
dalam membawakan materi menelaah objek itu dengan sentuhan
pembelajaran. Guru dituntut untuk bisa nalar berpikir kritis. Kemudian objek
menghidupkan aspek kognitiv murid pengetahuan tersebut diolah dan
dengan memberikan stimulus yang dikombinasikan dengan hasil
disesuaikan dengan kapabilitas masing- pengetahuan yang pernah ditangkap
masing murid. Di sini, guru memiliki sebelumnya, serta menjadi navigasi dalam
peranan penting agar daya kognitiv itu pengambilan keputusan (Given, 2002).
bisa bangkit dan murid mampu Nugroho menjelaskan konsep
mendayagunakan itu semaksimal pembelajaran dalam perspektif Ausubel
mungkin dengan pemikirannya sendiri. yang bertumpu pada aspek daya
interpretasi itu akan membentuk
Keenam, The Responsibility of Scholarship.
inklusivitas berpikir siswa (Nugroho,
Seperti yang telah dijelaskan di atas 2015). Inklusivitas berpikir ini akan
mengenai tujuan utama pendidikan mewujud dalam konkretisasi objek
adalah pembentukan dan internalisasi pengetahuan dengan menerapkan
nilai-nilai moral dan karakter ini berkaitan pemahaman itu secara luwes dan lentur.
dengan kehidupan sosial masyarakat. Kelenturan ini akan menjadi sebuah
Artinya tanggung jawab yang diemban perbedaan utama dari lanskap dua kutub
ilmu pengetahuan—ilmu sains dan sosial.
para siswa bukan hanya sebagai hasil
Berpijak pada asumsi dasar kognitivisme
proyeksi institusi pendidikan belaka, para Ausubel, kita bisa memahamai bahwa
siswa itu juga memiliki tanggung jawab keluwesan dalam interpretasi objek
sosial. Dengan demikian, tanggung jawab pengetahuan sosial membawa kita pada
sosial ini diaplikasikan dalam kehidupan tahapan penghapusan logika sains yang
siswa di luar institusi pendidikan, bahwa cenderung bersifat oposisi biner.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 211
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

Kecenderungan ini bisa terlihat Gambar 1. Klasifikasi belajar Ausubel


ketika logika berpikir yang digunakan Sumber: Ratna Wils (1989)
senantiasa menempatkan posisi hirarkis
antara baik dan buruk, benar dan salah, Adapun peta konsep metode yang
dan seterusnya. Ausubel hendak digunakan dalam pembelajaran
memecahkan ini dengan tawaran logika
berpikir verbal dimana dalam merupakan rangkaian struktur aktif yang
mengejawantahkan objek pengetahuan memiliki keterkaitan antar satu dan
harus disertai dengan logika-logika lainnya. Menurut Barlow (1985) dalam
penafsiran yang konkret. Dalam bukunya Muhibbin Syah (1995) mengatakan
The Pesychology of Meaningful Verbal Learning bahwa jalinan variabel yang membentuk
(1963) Ausubel hendak menjelaskan jaringan struktur kognitif itu terdiri dari
bagaimana kognitivisme pendidikan ini
beberapa poin (Syah, 1995), yaitu: petama
memiliki relevansi ketika dimanfaatkan
sebagai metode pembelajaran (D P Advanced organizer (pengaturan awal) di
Ausubel, 1963). dalamnya terdapat konsep yang
Untuk memasuki logika yang diaplikasikan di awal pembelajaran
ditawarkan oleh Ausubel, kita dibawa sebelum memasuki pelajaran
untuk memahami konsep utamanya sesungguhnya. Hal ini berguna untuk
mengenai Meaningfull Learning atau meningkatkan kemampuan peserta didik
pembelajaran yang menekankan pada dalam belajar, dan mengingat materi
struktur kognitiv yang harus bisa pelajaran. Kedua adalah progressive
dikembangkan secara totalitas. Guru, differentiation, yaitu mengembangkan
yang dalam hal ini berperan sebagai konsep pembelajaran dengan memulai
fasilitator, memegang peranan penting menjelaskan terlebih dahulu hal-hal
agar semua daya kognitif dan imajinatif khusus disertai dengan contoh. Ketiga,
peserta didik bisa memahami potensi- Reconcilasi reconciliation (integrative
potensi yang terdapat pada seluruh reconciliation), guru mengawali
peserta didik. Karena dalam metode ini, pembelajaran dengan menjelaskan dan
menurut Ausubel, setiap individu menunjukkan dengan jelas persamaan
memiliki keunikan atau karakteristik yang maupun perbedaan materi baru dengan
berbeda-beda, karena itu semua inheren yang lalu yang telah dikuasai peserta
di dalam daya pikir manusia (D P didik. Terakhir adalah konsolidasi, yaitu
Ausubel, 1963). guru memberikan pemantapan terhadap
materi belajar terhadap materi yang lalu
agar peserta didik mudah untuk
mempelajari materi belajar selanjutnya.
c) Robert M. Gagne
Teori kognitif Robert M. Gagne
adalah perpaduan antara konsep
behaviorisme dan kognitivisme dalam
proses pembelajaran (Hariyanto, 2017, p.
92). Belajar bagi Gagne adalah proses
mendapatkan pengetahuan dari hasil olah
informasi di dalam otak manusia.
Artinya, dalam kegiatan belajar terjadi

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 212
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

proses penerimaan informasi oleh otak adalah (a)motivasi, (b)pemahaman,


untuk diolah sehingga menghasilkan (c)pemerolehan, (d)penyimpanan,
output suatu pengetahuan. Untuk (e)pengingatan kembali, (f)generalisasi,
mengolah informasi di dalam otak (g)perlakuan, (h)timbal balik. Sedangkan
manusia, terdapat proses di antaranya, langkah-langkah pembelajaran menurut
pertama dimualai dari reseptor atau alat Gagne adalah sebagi berikut terdapat
indera yang menerima stimulus dari luar pada gambar:
lingkungan dan mengubahnya menjadi
rangsangan saraf, sehingga memberikan Aktualisasi Teori Kognitivisme dalam
gambar informasi yang diterimanya; Pembelajaran PAI
kedua, sensory register (penampungan Proses belajar menurut kognitivisme
kesan sensori) yang berada di syaraf adalah melaui tahap-tahap asimilasi, yaitu
pusat, berfungsi untuk menampung peleburan sifat natural peserta didik dengan
kesan-kesan sensori dan menyeleksinya lingkungannya; akomodasi, yaitu penyesuaian
sehingga terbentuk persepsi selektif; menerima objek yang berbeda; dan
ketiga, short-term memory (memori equilibrasi, yaitu proses belajar lebih
jangka pendek) menampung hasil diarahkan. Hal ini disesuaikan pada usia
pengolahan perseptual dan peserta didik, sehingga tahapannya adalah
menyimpannya. informas tertentu dengan enaktif, ekonik, dan simbolik.
disimpan lebih lama dan diolah untuk Secara umum teori kognitif
mendapatkan makna. Memori jangka menekankan pada struktur kognitif peserta
pendek juga disebut dengan memori didik. Dengan memahami struktur kognitif
kerja, kapasitasnya sangat terbatas, jangka peserta didik, maka materi pelajaran yang
waktu penyimpanannya pendek. Bentuk disampaikan pada pelajaran PAI dapat
informasi ini adalah berupa kode dan disesuaikan dengan kemampuan peserta
nantinya dilanjutkan ke memori jangka didik. Materi PAI disusun secara bertahap
panjang. dimulai dari yang paling mudah ke kompleks.
1. Long-term memory (memori jangka Metode pengajaran tidak memfokuskan pada
panjang) menampung hasil pengolahan hafalan saja, namun juga menekankan pada
yang ad di memori jangka pendek. pemahaman materi yang tengah dipelajari.
Informasi disimpan dalam waktu dan Sehingga ketika peserta didik paham, maka
bertahan lama. Informasi dalam jangka
akan mudah mengingat materi pelajarannya
waktu lama dapat digunakan bila
diperlukan. Jika ada transformasi (Nurhadi, 2020, p. 21). Melalui media
informasi, informasi baru terintergrasi pembelajaran berupa cerita bergambar akan
dengan informasi lama yang tersimpan. memberikan peningkatan kepada peserta
2. Respone generator (pencipta respons), didik tingkat SD dalam kemampuannya
menampung informasi yang tersimpan mencerna materi pelajaran PAI. Hal ini
pada memori jangka panjang dan dikarenakan media pembelajaran akan
merubshnys menjadi sebuah reaksi
membentuk penguasaan peserta didik karena
jawaban.
Dalam karyanya The Condition of adanya interaksi dalam proses belajar
Learning (1970), Gagne menyampaikan (Fahyuni, 2011).
bahwa ada 8 tahap belajar mulai dari Dalam praksisnya, apa yang telah
proses yang mudah sampai ke kompleks. dijelaskan di atas, dalam pandangan
Delapan tahap proses belajar tersebut kognitivisme, ragam bentuk metode

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 213
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

pembelajaran dan pendidikan di Indonesia, tujuan dimana siswa diharapkan mampu


terlebih dala hal pendidikan agama islam, mengembangkan kepedulian sosial dan
menjadi sebuah tawaran bagaimana lingkungannya. Insting dalam hal kepedulian
kemampuan individual setiap siswa mampu sosial dan lingkungan menjadi kunci lain dari
ditumbuhkembangkan melalui lingkungan pendekatan kognitif agar kepekaan sosial itu
sekolah. Artinya, institusi sekolah berperan lahir dan menubuh dalam diri siswa.
sebagai lembaga yang menanamkan Kepekaan yang akan menjadi penunjuk jalan
paradigma bagaimana nalar berpikir kritis bagaimana seorang siswa berinteraksi dengan
senantiasa menjadi tujuan utama dalam sesama dan lingkungan. Karena dalam
pendidikan. Tujuan utama dalam pendidikan, dalam Pandangan Gredler
membangun budaya nalar kritis dapat (Gredler, 1991) adalah rangkaian proses
menjadikan nalar siswa ke arah deskripsi untuk menumbuhkembangan kecakapan
mengenai objek. Objek yang dideskripsikan akademik dan membentuk moralitas siswa.
secara ilmiah adalah ciri utama dari budaya Akan tetapi, dalam praksisnya, baik
akademik, dan, pada kondisi tertentu, adalah dalam institusi Islam dan lainnya, jamak
benar kadar ilmiah tidak selalu menjadi dijumpai bagaimana penyelewengan sosial itu
patokan utama dalam pendidikan Islam. terjadi, dan yang menjadi subjek dalam
Berkaitan dengan pemikiran kritis, penyelewengan tersebut adalah seorang
dalam pandangan kognitvisme menekan siswa. Sebab dan karena alasan itulah baik
bagaimana pengakuan dan perancangan dari kurikulum maupun metode belajar
kognisi itu hadir melalui pengakuan guru mengajar selalu bersinggungan dan
yang bertindak sebagai fasilitator. Pengakuan, menjadikan paradigma pendidikan Islam
dalam hal ini, dalam bentuk apresiasi tentang sebagai alat bantu dalam menyelesaikan
apa yang telah dicerna dan dinarasikan secara masalah sosial, menyongsong masa depan,
akademik oleh siswa. Sebab dengan dan membangun peradaban melalui jalur
pengakuan kognitif ini yang kemudian pendidikan (Wibowo, 2020).
memungkinkan siswa untuk terus-menerus Aktualisasi teori kognitif dalam SD
memperbaiki daya berpikirnya. Di sisi lain, kelas 1 dengan materi pengenalan huruf
semangat pendekatan dan teoretis dari hijaiyah contohnya. Melalui teori kognitif,
kognitivisme ini bersinggungan dengan maka seorang guru memberikan pengenalan
kebebasan berpikir, inklusifitas menjadi materi dan memberikan motivasi terhadap
persoalan fundamental dalam membina peserta didik, kemudian murid menghafalkan
bagaimana siswa mampu mengendalikan dan mendapatkan pemahaman sehingga akan
daya fikirnya, baik dalam perihal akademik, diingat di dalam otak. Setelah tahapan
sosial, dan spiritual. Karena, sesuai dengan tersebut, siswa akan mengingat kembali
tujuan utama pendidikan Islam, dalam meteri hijaiyah yang pernah dipelajari dengan
pendidikan Islam terdapat tujuan inter-relasi mampu menulis ulang apa yang telah
yang bersifat resiprokal dari ketiga unsur dipelajarinya. Kemudian, peserta didik akan
tersebut. lebih banyak mengetahui informasi tentang
Berangkat dari pandangan Bruner, huruf hijaiyah yang mereka dapat dari proses
apa yang dikatakan pendekatan kognitivisme pembelajaran. Hal ini nampak dari peserta
ini merupakan pendekatan dan metode didik yang awalnya hanya mampu menulis
pembelajaran, yang bukan hanya, menyoal huruf hijaiyah secara terpisah, berikutnya
kognisi nalar kritis siswa belaka. Terdapat sudah mampu menulis dengan huruf

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 214
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

bergandeng dan semakin lihai dalam menulis diantaranya: pertama, teori kognitif tidak
ayat maupun hadits tanpa melihat contoh dapat digunakan menyeluruh pada tingkatan
tulisan. Ini merupakan pengetahuan yang pendidikan khususnya pedidikan tingkat
mereka dapat dari proses belajar dimana lanjut. Kedua, karena teori kognitif
dalam teori kognitif dikenal sebagai proses 9 mefokuskan pada daya ingat peserta didik,
tahap kognitif Robert M. Gagne maupun sehingga memukul sama rata kemampuan
dengan istilah enaktif, ikonik, simbolik ingatan peserta didik. Ketiga, jika metode
menurut J. Bruner. pengajaran hanya menggunakan
metodekognitif, pastilah peserta didik tidak
Kekurangan dan Kelebihan Teori akan paham scera detil apa yang telah
Kognitivisme: Sebuah Analisa disampaikan. Keempat, menerapkan teori
Teori pembelajaran apabila kognitif harus memperhatikan kemampuan
dibandingkan dengan teori pembelajaran siswa untuk dapat mengembangakan
yang lain pastilah memiliki kelebihan maupun pelajaran yang telah diberikan.
kekurangan. Namun teori pembelajaran
SIMPULAN
tersebut saling melengkapi. Menurut
Nurhadi, teori kognitivisme memiliki Sebagai jawaban dari rumusan
kelebihan sebagai berikut (Nurhadi, 2020, p. masalah di atas, maka dapat diambil
19): kesimpulan bahwa teori kognitif merupakan
Pertama, peserta didik menjadi lebih suatu teori belajar yang menekankan proses
mandiri dan kreatif, sehingga peserta didik belajar dari pada hasil. Secara umum
akan lebih mudah memahami materi belajar pandangan kognitifisme adalah bahwa belajar
dengan sendiri, kedua kurikulum Indonesia ataupun pembelajaran merupakan proses
sebagian besar lebih mengedepankan aspek yang fokus pada proses membangun ingatan,
kognitif dan pengembangan pengetahuan penyimpanan informasi, pengolahan
yang dimiliki peserta didik, ketiga metode informasi, emosi dan aspek-aspek yang
pembelajaran kognitifistik adalah pendidik berhubungan dengan intelektualitas.
memberikan pengantar materi dan Sehingga belajar adalah kegiatan yang
dikembangkan oleh peserta didik. Artinya melibatkan proses berpiki yang sangat
adalah pendidik hanya menjelaskan dari kmpleks dan komprhensif.
pengembangan materi yang telah Ciri-ciri kognitivisme antara lain
disampaikan dan mengamati perkembangan adalah 1) menekankan apa yang ada pada diri
peserat didik. Keempat, teori kognitif manusia; 2) menekankan seluruh bagian; 3)
mampu memaksimalkan ingatan peserta menekankan peranan kognitif; 4)
didik terhadap materi-materi pembelajaran mefokuskan situasi dan kondisi saat ini; 5)
yang telah diberikan karena teori ini menekankan struktur kognitif. Teori kognitif
menekankan ingatan pada anak terhadap dikembangkan oleh J. Bruner, David P.
materi pelajaran yang telah disampaikan. Ausubel, dan R. M. Gagne. Ketiga tokoh ini
Kelima, teori kognitif adalah membuat hal memiliki gaya penyampaina kognitif yang
baru terhadap suatu yang telah ada, metode bermacam-macama. J.Bruner menyebutkan
yang digunakan dalam menyeleseikan proses kognitif adalah enaktif, ikonik, dan
pembelajaran adalah kreatif dan inovatif. simbolik. Ausubel mengatakan proses
Namun, di samping kelebihannya kognitif terjadi Advanced organizer
teori kognitif juga memiliki kekurangan, (pengaturan awal), progressive

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 215
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

differentiation, Reconcilasi reconciliation Gunawan, I., & Palupi, A. R. (2016).


(integrative reconciliation), konsolidasi. Taksonomi Bloom revisi ranah kognitif:
Robert M. Gagne menyebutkan bahwa kerangka landasan untuk pembelajaran,
proses kognitif adalah melalui reseptor, pengajaran, dan penilaian. Premiere
sensory register, short-term memory, long- Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar Dan
term memory, dan respose generator. Proses Pembelajaran, 2(02).
belajar menurut kognitivisme adalah melaui Hariyanto, M. S. (2017). Belajar dan
tahap-tahap asimilasi, yaitu peleburan sifat Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar.
natural peserta didik dengan lingkungannya;
Marhayati, N., Chandra, P., & Fransisca, M.
akomodasi, yaitu penyesuaian menerima
(2020). Pendekatan Kognitif Sosial pada
objek yang berbeda; dan equilibrasi, yaitu
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
proses belajar lebih diarahkan. Hal ini DAYAH: Journal of Islamic Education, 3(2),
disesuaikan pada usia peserta didik, sehingga 250–270.
tahpannya adalah dengan enaktif, ekonik, dan
simbolik. Mitsui, T., Wakayama, Y., Onodera, T.,
Takaya, Y., & Oikawa, H. (2008). Light
propagation within colloidal crystal wire
DAFTAR PUSTAKA fabricated by a dewetting process. Nano
Ausubel, D P. (1963). The Psychology of Letters, 8(3), 853–858.
Meaningful V erbal Learning. 1963. New
York: Grune and Stratton. Niamah, K. (2021). Paradigma Pendidikan
Islam Perspektif Al-Ghazali.
Ausubel, David P. (1966). Meaningful HEUTAGOGIA: Journal of Islamic Education,
reception learning and the acquisition of 1(1), 59–71.
concepts. In Analyses of concept learning (pp.
157–175). Elsevier. Nugroho, P. (2015). Pandangan
Kognitifisme dan Aplikasinya dalam
Baharuddin. (2015). Pendidikan dan Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak
Perkembangan. Ar Ruzz Media. Usia Dini. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan
Bruner, J. S. (1966). Toward a theory of Guru Raudhatul Athfal, 3(2), 281–304.
instruction (Vol. 59). Harvard University Press. Nurhadi, N. (2020). Teori Kognitivisme serta
Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Aplikasinya dalam Pembelajaran. EDISI,
pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2(1), 77–95.

Dewey, J. (1986). Experience and education. Pahliwandari, R. (2017). Penerapan Teori


The Educational Forum, 50(3), 241–252. Pembelajaran Kognitif dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jurnal
Fahyuni, E. F. (2011). Efektivitas Media Pendidikan Olah Raga, 5(2), 154–164.
Cerita Bergambar dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Siswa. Skripsi. Rowland, T., & McGuire, C. (1968). The
Dipublikasikan. Universitas Islam Negeri development of intelligent behavior IV:
Surabaya. Jerome S. Bruner. Psychology in the Schools, 5(4),
317–329.
Given, B. K. (2002). Teaching to the brain’s
natural learning systems. ASCD. Siregar, E., & Nara, H. (2010). Teori belajar dan
pembelajaran.
Gredler, M. E. (1991). Belajar dan
membelajarkan. Rajawali Pers, Jakarta.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 216
Khoirotul Ni’amah, Hafidzulloh S.M, Teori Pembelajaran Kognivistik…
DOI: https://doi.org/10.24090/jimrf.v10i2.4947

Syah, M. (1995). Psikologi pendidikan suatu


pendekatan baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wibowo, E. N. (2020). Model
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Berbasis Multikultural dalam Menghadapi
Ujaran Kebencian (Studi Prodi PAI
Pascasarjana IAIN Surakarta). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Raushan Fikr, 9(2), 89–97.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. 10, No. 2 Juli-Desember 2021
pg. 217

You might also like