You are on page 1of 6

Fenomena Hafalan Juz 30 Di MAN 1 Banyumas Dari Kelas X Sampai XII Studi Kasus:

Pengaruh Hafalan Siswa Terhadap Kenaikan Kelas

Ayunda Nur Rizkika1, Indri Rahayu2, Irsadul Anam3, Rafi Raihan4, Tsalitsa Rizqi Fadhilah5,
Widia Nawang Wulan6
Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto
Jl. A. Yani No. 40-A (+62-281)-635624, Purwokerto 53126
1
rizkikaayunda0@gmail.com 2indrirhy258@gmail.com 3irsadanam14@gmail.com
4
rafiraihan1121@gmail.com 5tsalitsa.rizqi30@gmail.com 6widianawangwulan@gmail.com

Abstract: Applied spirituality phenomena such as pranana flow, archipelago spiritual energy, hypno,
psychotronics, energy transfer, etc. are spiritual pattern phenomena that are able to fill some of the
anxiety space of modern people. The turn of modern humans who are starting to get tired of relying
solely on positive, materialist thinking patterns towards spirituality as a balance of human nature does
not necessarily mean that they need a religion which contains faith in Allah SWT, the Lord of the
universe. However, it turns out that spirituality consists of many varieties. There are at least three
basic patterns of spirituality, namely spirituality based on human psychology/self, nature and religion.
The first two types of spirituality are essentially the same as scientific sciences which are based on the
belief that the energy centers are humans and nature (anthropo center and natural center) which will
also reach the point of emptiness and limitations of humans and nature and result in anxiety and
despair. Religious spirituality should be able to come to the surface, delivered with methods and
strategies of religious education, especially Islam, that are easy to understand and actualized in
accordance with globalization so that it can be a solution to modern humans' aridity regarding the
complex, fast and pluralistic nature of life. The spirituality of the Islamic religion can thus be
expected to become the new foundation of future civilization.
Keywords: instant spiritual; Islamic education; Global Era; civilization

Abstrak: Fenomena spiritualitas terapan seperti aliran pranana, energy spiritual nusantara, hypno,
psichotronika, transfer energy dll sebagai fenomena pola spiritualitas yang mampu mengisi sebagian
ruang kegelisahan orang-orang modern. Berbeloknya manusia modern yang mulai lelah dengan
hanya mengandalkan pola berfikir materialis positifis menuju spiritualitas sebagai keseimbangan fithri
manusia ternyata tidak serta merta mereka membutuhkan agama yang di dalamnya berisi ke imanan
terhadap Allah SWT, Tuhan semesta alam. Namun ternyata spiritualitas terdiri dari banyak ragamnya.
Setidaknya ada tiga pola dasar spiritualitas yaitu spiritualitas yang berdasar psikologi/diri manusia,
alam dan agama. Dua macam spiritualitas yang pertama hakikatnya sama dengan ilmu-ilmu sain yang
mendasarkan pada keyakinan bahwa pusat energi adalah manusia dan alam (anthropo centre dan
natural centre) yang juga akan sampai pada titik kehampaan dan keterbatasan manusia dan alam dan
berbuah kegelisahan dan keputusasaan. Spiritualitas agama seharusnya bisa tampil ke permukaan,
disampaikan dengan metode dan strategi pendidikan agama khususnya Islam yang mudah dipahami
dan di aktualisasikan sesuai dengan globalisasi sehingga bisa menjadi solusi bagi kegersangan
manusia modern akan hakikat hidup yang serba kompleks, cepat dan majemuk. Spiritualitas agama
Islam dengan demikian bisa diharapkan menjadi fondasi baru peradaban mendatang.
Kata kunci: spiritual instan; Pendidikan Agama Islam; Era Global; peradaban.
PENDAHULUAN
Hafalan Al-Qur’an ialah kemampuan seseorang untuk menghafal seluruh atau
sebagian besar isi Al-Qur’an. Yang melibatkan pengulangan dan pengingatan ayat-ayat Al-
Qur’an yang bertujuan untuk mengucapkan tajwid dengan benar dan tanpa kesalahan.
Hafalan Al-Qur’an dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap kitab suci dalam Umat
Islam. Menghafal Al-Qur’an merupakan posisi yang selalu didambakan oleh semua orang
yang ingin bercita-cita tulus, juga berharap pada kenikmatan duniawi dan ukhrawi agar bisa
menjadi Hamba Allah yang sempurna. Mengenai menghafal Al-Qur’an, Rasulullah bersabda
yang artinya:
Dari Umar r.a bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya perumpamaan
orang yang menghafal Al-Qur’an, seperti pemilik unta yang diikat. Jika ia
menjaganya berarti ia telah mengikatnya, namun jika ia melepaskan ikatan itu niscaya
unta akan pergi” (H.R Bukhari dan Muslim).
Hadis diatas menjelaskan bahwa manusia yang menghafal Al-Qur’an diinginkan untuk
mendekatkan diri pada Allah SWT dengan memperbanyak bacaan dan menghafalnya, karena
orang yang diangkat derajatnya oleh Allah adalah orang yang berusaha untuk memperbaiki
hafalannya.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah sebuah cara atau metode penelitian yang lebih
menekankan analisa atau deskriptif. Dalam sebuah proses penelitian kualitatif hal-hal yang
bersifat perspektif subjek lebih ditonjolkan dan landasan teori dimanfaatkan oleh peneliti
sebagai pemandu, agar proses penelitian sesuai dengan fakta yang ditemui di lapangan ketika
melakukan penelitian. Pada Fenomena Hafalan Juz 30 Di MAN 1 Banyumas Dari Kelas X
Sampai XII Studi Kasus: Pengaruh Hafalan Siswa Terhadap Kenaikan Kelas, dilakukan
proses wawancara di lapangan untuk mendapatkan data yang valid.
PEMBAHASAN
Kata hafalan berasal dari kata bahasa Arab yaitu‫ تحفىد‬yang berasal dari tasrifan ‫خفد‬
‫ ىخفد تخفد‬yang mempunyai arti memelihara dan menjaga secara etimologi mempunyai arti
yang berlawanan dengan lupa, yang sering disebut dengan ingat, kadang lupa. Menghafal
adalah kata kerja berarti berusaha menyerap sesuatu dalam pikiran agar tidak hilang atau
lupa. Tahfidz adalah suatu proses menghafal sesuatu kedalam pikiran yang bisa di ucapakan
dengan tidak membacamembaca dan menggunakan metode tertentu.
Al-qur'an merupakan kitab suci bagi umat islam sebagai sumber sumber pedoman
hidup dan hukum, yang mana manusia tidak semua bisa menghafal Al-qur'an hanya manusia
yang sudah di pilih Allah. Al-qur'an juga adalah kitab yang terakhir di turunkan oleh Allah
dan diturunkan kepada Rasullah sebagai wahyu, banyak berpendapat di turunkan selama 23
tahun dan tidak melalui tulisan melainkan hafalan.
Awal mula ditetapkannya metode hafalan juz 30 di MAN 1 Banyumas yaitu pada
tahun 2010. Metode ini ditetapkan dengan memiliki tujuan untuk membentuk manusia yang
bertaqwa, yang berakhlaq sehingga menjadi insan yang kamil, mampu menghafal juz 30
dengan tartil, memahamkan salah satu bentuk ibadah kepada peserta didik, dengan menghafal
juz 30 dapat membentuk karakter disiplinan peserta didik dengan al-Qur’an dapat
membentuk pribadi yang berakhlakul karimah, dan mampu mengaplikasikan dalam
mendukung bentuk ibadah yang lain dengan baik dan benar.
Perkembangan hafalan siswa setelah ditetapkannya fenomena hafalan Juz 30 sebagai
persyaratan kenaikan kelas dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, seperti motivasi
siswa, dukungan lingkungan, metode pengajaran.
Beberapa siswa mungkin menunjukkan perkembangannya dalam hafalan Juz 30
setelah penerapan persyaratan ini. Mereka mungkin merasa termotivasi untuk mempelajari
dan menghafal juz 30 tersebut dengan tekun. Dukungan dari guru, orangtua, dan teman
sekelas juga dapat mempengaruhi perkembangan mereka. Siswa-siswa ini mungkin berhasil
menguasai hafalan Juz 30 dengan baik dan meningkatkan kompetensi mereka dalam hafalan
Al-Qur'an.
Namun, ada juga siswa yang mungkin mengalami kesulitan atau mengalami
penurunan motivasi setelah persyaratan hafalan Juz 30 diterapkan. Mereka mungkin merasa
terbebani secara mental atau merasa bahwa hafalan Al-Qur'an tidak relevan dengan kenaikan
kelas. Beberapa siswa mungkin tidak memiliki minat yang kuat dalam menghafal Al-Qur'an,
atau mungkin memiliki gaya belajar yang kurang cocok dengan metode pengajaran yang
digunakan.
Penting bagi siswa untuk mempertimbangkan bahwa fokus pendidikan Islam
seharusnya tidak hanya pada hafalan Al-Qur'an saja, tetapi juga pada pemahaman dan
aplikasi nilai-nilai Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Penting bagi sekolah atau pihak
terkait untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan memberikan motivasi siswa
dalam menghafal Al-Qur'an, serta memberikan semangat positif terhadap perkembangan
mereka, baik yang berhasil maupun yang mengalami kesulitan.
Jadi, perkembangan hafalan siswa setelah diterapkannya fenomena hafalan Juz 30
sebagai persyaratan kenaikan kelas dapat sangat beragam tergantung pada faktor-faktor yang
telah dijelaskan di atas. Metode yang di gunakan yaitu siswa menyetorkan hafalnya ketika di
dalam kelas sebelum memulai mata pelajaran, kemudian ketika sudah lancar baru bisa pindah
ayat selanjutnya. Perkembangan akademik siswa di sekolah dapat bervariasi setelah
ditetapkannya fenomena hafalan juz 30 sebagai persyaratan kenaikan kelas. Sebagian siswa
mungkin akan mengalami peningkatan dalam perkembangan akademik mereka karena
mereka tidak hanya fokus pada hafalan Al-Quran, tetapi juga mengembangkan kemampuan
membaca, menulis, berhitung, dan memahami materi pelajaran lainnya. Mereka dapat
menjadi lebih terorganisir, lebih teliti, dan lebih fokus dalam belajar di dalam kelas.
Namun, ada juga kemungkinan bahwa beberapa siswa akan mengalami penurunan
perkembangan akademik mereka. Hal ini dapat terjadi jika mereka terlalu terfokus pada
hafalan juz 30 sehingga mengabaikan mata pelajaran lainnya atau jika mereka merasa
terbebani oleh tuntutan hafalan Al-Quran yang membutuhkan waktu dan energi yang banyak.
Selain itu, fenomena hafalan juz 30 juga dapat mempengaruhi pendekatan pengajaran
di sekolah. Guru mungkin harus mencari cara untuk mengintegrasikan pengajaran agama
dengan mata pelajaran akademik dan mencari keseimbangan antara keduanya. Ini dapat
mempengaruhi strategi pengajaran, jadwal pelajaran, dan metode penilaian di sekolah bagi
siswa.
Untuk memastikan bahwa fenomena hafalan juz 30 tidak merugikan perkembangan
akademik siswa, penting bagi sekolah dan guru untuk memberikan dukungan dan
pembimbingan yang memadai kepada siswa. Mereka harus memastikan bahwa siswa tidak
hanya fokus pada hafalan Al-Quran, tetapi juga memiliki pemahaman yang baik tentang
materi pelajaran lainnya. Dalam hal ini, pengembangan keterampilan membaca, menulis, dan
berpikir kritis secara luas sangat penting bagi para siswa di sekolah. Secara keseluruhan,
dampak fenomena hafalan juz 30 terhadap perkembangan akademik siswa sangat tergantung
pada bagaimana pendekatan dan dukungan yang diberikan oleh sekolah dan guru. Dengan
pendekatan yang tepat, siswa dapat mengembangkan kemampuan akademik mereka secara
menyeluruh tanpa mengabaikan pentingnya hafalan Al-Quran.
Metode hafalan ini mempunyai pengaruh positif dan negatif. Diantara pengaruh
positifnya yaitu, siswa mendapat arahan dan dorongan untuk menghafal Al-Qur'an, siswa
menjadi semangat untuk menghafal, dengan menghafal juga bisa meningkatkan kapasitas
daya ingat siswa, dan siswa bisa lebih disiplin dalam membagi waktu untuk menghafal
ataupun belajar. Adapun pengaruh negatifnya yaitu, merasa tertekan dengan adanya metode
ini dikarenakan kemampuannya kurang dalam menghafal dan menjadi kurang fokus atau
tidak semangat untuk menghafal dan belajar.
KESIMPULAN
Menghafal adalah berusaha menyerap sesuatu dalam pikiran agar tidak hilang atau
lupa. Yang mana menghafal pada sekolah MAN 1 BANYUMAS yaitu menghafalkan Al-
qur’an yang terdapat hanya di juz 30 saja. Di adakanya hafalan ini untuk membentuk manusia
yang bertaqwa, yang berakhlaq sehingga menjadi insan yang kamil. Hafalan juz 30 ini
memiliki suatu peran penting bagi siswa yaitu agar bisa naik kelas, hafalan juz 30 juga dapat
mempengaruhi pendekatan pengajaran di sekolah dan juga sebagai guru harus
mengintegrasikan pengajaran agama dengan mata pelajaran akademik dan mencari
keseimbangan antara keduanya. Metode yang di gunakan menghafal terlebih dahulu sebelum
masuk ke kelas kemudian menyetorkan hafalan di dalam kelas sebelum memulai mata
pelajaran. Pengaruh positif, siswa mendapat arahan dan dorongan untuk menghafal Al-
Qur'an, pengaruh negatifnya yaitu, merasa tertekan dengan adanya metode ini dikarenakan
kemampuannya kurang dalam menghafal dan menjadi kurang fokus atau tidak semangat
untuk menghafal dan belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Poerdarminta, kamus besar bahasa indonesia (jakarta:balai pustaka),222.
Fifi lufiah, “hubungan antara hafalan al quran”.
Wawancara Bu Ninung, selaku guru bahasa arab MAN 1 Banyumas, wawancara Sabtu (25
November 2023).
Wawancara Mba Fani, salah satu alumni MAN 1 Banyumas, wawancara Sabtu (25
November 2023).
Wawancara Pak Sholihin, selaku guru fikih MAN 1 Banyumas, wawancara Senin (27
November 2023).

You might also like