Professional Documents
Culture Documents
Abstrak: Memahami makna pendidikan di dalam al-Qur’an berarti harus menganalisis secara pedagogis
suatu aspek utama dari al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat Islam mengandung implikasi
kependidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia menjadi seorang mukmin,
muslim, muhsin, dan Muttakin yang sesuai dengan tujuan dari penciptaan manusia itu sendiri
melalui proses tahap demi tahap. Sebagai sumber pedoman bagi umat Islam, al-Qur’an mengandung
1
dan membawakan Nilai-nilai yang membudayakan manusia. Hampir dua pertiga ayat- ayat al-Qur’an
mengandung motivasi Pendidikan bagi umat manusia. Bila dicermati secara mendalam bagaimana Tuhan
mendidik alam ini, akan tampak bahwa Allah sebagai Yang Maha Pendidik (al-murabbi ala‟dham) dengan
kodrat dan iradat-Nya telah mempolakan suatu suprasistem. Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk
mengetahui manusia sebagai pelaku Pendidikan (insan akademik)berkaitan dengan kedudukan dan tugas
nya yang terdapat dalam surat Adz-Dzariat 56 dan Al-Baqarah ayat 30. Penelitian ini
merupakan penelitian pustaka (library research). Dimana datanya diperoleh dari sumber kepustakaan
berupa buku-buku yang berkaitan dengan pokok penelitian, maka data penelitian dikumpulkan dengan
metode dokumentasi. Kajian pustaka dilakukan untuk menggali konsep-konsep, teori, data-data dari
berbagai sumber literature yang ada dan kemudian dipergunakan sebagai kerangka dalam melihat
dan menilai terhadap kondisi obyektif berbagai persoalan yang terjadi dilapangan. Konsep al-Qur’an
tentang manusia sebagai tujuan pendidikan memberikan gambaran bagaimana ideologi Islam juga
menambah pada perencanaan dalam persiapan bagi kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat.
Pendidikan berupaya untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip al-Qur’an atau dalam arti preparasi
bagi hidup di akhirat dengan tidak melupakan kehidupan di dunia. Analisis poin ketiga ini,
bagaimanapun telah mengantarkan pada kemestian.
Kata Kunci: Manusia, Pendidikan, Kedudukan, Tugas
DOI: https://doi.org/10.15575/ath.xxx.xxx
Received: mm, yyyy. Accepted: mm, yyyy. Published: mm, yyyy.
Cika Nur Inayah, Daffa Alif Firmansyah dan Fani Rahmasari
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu berkah yang amat besar yang diberikan
Allah SWT kepada manusia dan hanya manusialah yang ditakdirkan untuk
mendapatkan Pendidikan. Tugasnya sebagai khalifah di bumi Allah
membekali manusia dengan akal kemudian memberi manusia pengetahuan
dan moral untuk budi pekerti atau sikap. Oleh karena itu, pada prinsipnya
konsepsi-konsepsi tentang tujuan pendidikan Islam selalu berlandaskan pada
Al- Qur’an dan Al-Hadist. Meskipun terkadang para ahli dalam
merumuskan konsep pendidikan Islam memunculkan pendapat para tokoh
pendidikan Islam yang otoritatif dan juga tokoh pemikiran barat, akan tetapi
mereka tetap berorientasi pada tawaran Al-Qur’an dan Hadits.
Pendidikan dengan berbagai permasalahannya saat ini tidak pernah
kering untuk dikaji, apalagi krisis moral di era modern saat ini sudah mencapai
tahap akut, sehingga pendidikan seharusnya menjadi solusi bijak dalam
mengatasi berbagai permasalahan manusia. Namun dari sekian banyak
masalah yang menjadi fokus kajian Al-Qur’an salah satunya adalah masalah
pendidikan. Masalah-masalah pendidikan pada zaman sekarang ini yaitu
diantara-Nya tujuan pendidikan yang belum menitikberatkan pada
pembentukan manusia yang mengabdi sepenuhnya kepada Allah
sebagaimana tujuan penciptaan manusia, metode penyampaian materi yang
sering kali tidak relevan dan tidak menyentuh hati para peserta didik, dan
belum banyak orang yang memahami bahwa pembelajaran itu adalah proses
yang berlangsung sepanjang hayat.
Muhammad Qurais Shihab menyatakan bahwa pencapaian akhir dari
pendidiikan adalah terbentuknya insan yang seimbang antara lahir dan batin
dalam menjalankan perannya sebagai khalifah.
Berdasarkan dari uraian keterangan diatas, Pendidikan merupakan
suatu usaha kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-
tingkatan. Setela uasaha atau kegiatan itu selesai maka diharapkan adanya
tujuan yang tercapai, Karena hal tersebut bertahap dan bertingkat maka tujuan
pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia
merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan
seluruh aspek kehidupannya. Hasil penelitian ini yaitu: Konsep tujuan
Pendidikan Islam yang terdapat dalam QS Al-Baqarah ayat 30 adalah
membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya, guna membangun
dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh Allah Swt, dan konsep
tujuan pendidikan Islam dalam QS Ad-Dzariyat ayat 56 adalah membentuk
manusia yang taat dan patuh, khususnya kepada sang Pencipta. Karena ciri
orang terdidik adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap norma dan aturan
yang berlaku.
Hanya saja diri manusia juga telah dianugerahi kemampuan dasar untuk
memilih atau mempunyai “kebebasan” sebagaimana firman Allah Swt sebagai
berikut :
سا َها
َّ اب َم ْن َد َ ) َوقَ ْد َخ9( ) قَ ْد أ َ ْفلَ َح َم ْن َزكَّا َها8( ور َها َوت َ ْق َوا َها َ ) فَأَلْ َه َمهَا فُ ُج7( س َّوا َها َ َونَ ْف ٍس َو َما
(10)
Artinya: “Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang
yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.
S. Al-Syams [91]: 7-10).
Sehingga walaupun roh Ilahi yang melekat pada tubuh material manusia
telah melakukan perjanjian dengan Tuhannya (untuk bersedia tunduk dan taat
kepadanya), tetapi ketundukannya kepada Tuhan tidaklah terjadi secara
otomatis dan pasti sebagaimana robot, melainkan karena pilihan dan
keputusannya sendiri (Hamzah, 2015). Dan manusia itu dalam
perkembangannya dari waktu ke waktu suka melupakan perjanjian tersebut,
sehingga pilihannya ada yang mengarah kepada pilihan baiknya (jalan
ketakwaan) dan ada pula yang mengarah kepada pilihan buruknya (jalan
kefasikan) (Shihab,2015). Karena itu Allah selalu mengingatkan kepada manusia,
melalui para Nabi atau Rasul-rasulnya sampai dengan Nabi Muhammad SAW.
Sebagai nabi/rasul terakhir, agar manusia senantiasa tetap berada pada naturnya
sendiri, yaitu taat, patuh dan tunduk kepada Allah SWT (’Abdullah) (Dhin,
2013). Setelah Rasulullah SAW. Wafat, maka tugas memperingatkan manusia itu
diteruskan oleh para sahabat, dan para pengikut Nabi SAW. (dulu sampai
sekarang) yang setia terhadap ajaran-ajaran Allah dan rasulnya, termasuk di
dalamnya adalah para pendidik muslim (Wathoni, 2020).
b. Tugas manusia sebagai Khalifah Allah
Tugas hidup manusia juga sebagai khalifah Allah di muka bumi. Hal ini
dapat difahami dari firman Allah Swt sebagai berikut :
ۤ
ُالد َم ۤا َۚ َء َونَ ْحن
ِ ُس ِفك
ْ َس ُد فِ ْي َها َوي ِ ض َخ ِل ْيفَةً ۗ قَالُ ْْٓوا اَت َ ْجعَ ُل فِ ْي َها َمنْ يُّ ْف
ِ َواِذْ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َمل ِٕى َك ِة ِان ِْي َجا ِعلٌ فِى ْاْلَ ْر
ْ َ ِس لَكَ ۗ قَا َل اِن ِْْٓي ا
علَ ُم َما َْل ت َ ْعلَ ُم ْو َن ُ سبِ ُح بِ َح ْمدِكَ َونُقَد
َ ُن
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan
orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih
memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui”( Q.S. Al-Baqarah: 30).
Apa yang dimaksud dengan khalifah? Kata khalifah berasal dari kata
“khalf” (menggantikan, mengganti), atau kata “khalaf” (orang yang datang
kemudian) sebagai lawan dari kata “salaf” (orang yang terdahulu) (Shahid,
2020). Sedangkan arti khilafah adalah menggantikan yang lain, adakalanya
karena tidak adanya (tidak hadirnya) orang yang diganti, atau karena kematian
orang yang diganti, atau karena kelemahan/tidak berfungsinya yang diganti,
misalnya Abu Bakar ditunjuk oleh umat Islam sebagai khalifah pengganti Nabi
SAW, yakni penerus dari perjuangan beliau dan pemimpin umat yang
menggantikan Nabi SAW (RAHMAN, 2016).
adalah : Agar Aku tuntut mereka untuk beribadah kepada-Ku, maka Aku balas
bagi orang-orang yang ikhlas dan aku adazab bagi orang-orang yang berbuat
keburukan (Simbolon, 2020).
b. Makna Lafadz-Lafadz yang berkaitan dengan Q.S Al-Baqarah (2):30
ًض َخلِيفَة ِ ( إِنِي َجا ِع ٌل فِي ْاْل َ ْرIngatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi”). Makna dari ( )الخليفةadalah penerus bagi para pendahulu (malaikat); dan
yang dimaksud dengan khalifah dalam ayat ini adalah Nabi Adam (Alimuddin,
2020). Kalimat ini ditujukan oleh Allah kepada pada malaikat bukan bertujuan
untuk bermusyawarah atau meminta pendapat akan tetapi untuk mengeluarkan
apa yang ada dalam diri mereka.
س ُد فِي َها ِ “( أ َت َ ْجعَ ُل فِي َها َمنْ يُ ْفMengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya) Yakni dengan
melakukan kesyirikan dan kemaksiatan. Para ulama berpendapat bahwa
perkataan ini berasal dari ilmu yang diajarkan oleh Allah kepada malaikat.
Karena mereka pada dasarnya tidak mengetahui hal yang ghaib (Ilyas, 2016).
ِ ُس ِفك
الد َما َء ْ َ(ويdan
َ menumpahkan darah) Yakni dengan menyakiti dan
membunuh. َِس لَك ُ سبِ ُح بِ َح ْمدِكَ َونُقَد َ ُ( َونَحْ نُ نpadahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Yakni kami senantiasa memuji
Engkau dan mensucikan Engkau dari apa yang tidak layak untuk dinisbahkan
kepada-Mu. َعلَ ُم َما َْل ت َ ْعلَ ُمون ْ َ ( قَا َل إِنِي أTuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” Qatadah berpendapat dalam tafsir
ayat ini bahwa : Allah mengetahui bahwa akan ada diantara khalifah ini yang
akan menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul, orang-orang sholeh, dan penghuni surga
(Abbas, 2017).
4. Munabah Ayat Q.S Adzzariyat (51):56 dan Q.S Al-Baqarah (2):30
a. Munabah Ayat Q.S Adzzariyat (51):56
Ayat Q.S Adzzariyat (51):56 mempunyai munasabah dengan surat At-
Taubah ayat 31 yang menjelaskan bahwa penyembahan yang dimaksud adalah
kepada Tuhan yang Esa yakni Allah (Shihab, 2019). Ayat ini menegaskan bahwa
Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan
agar menyembah-Nya. Dalam kaitan ini Allah SWT berfirman:
س ْي َح ا ْب َن َم ْريَ َۚ َم َو َما ْٓ ا ُ ِم ُر ْْٓوا ا اِْل ِليَعْبُد ُْْٓوا اِل ًها اواحِ د ًَۚا َْلْٓ اِلهَ ا اِْل
ِ ّٰللاِ َوا ْل َم َ َاِت ا َخذ ُ ْْٓوا اَحْ ب
ارهُ ْم َو ُر ْهبَانَ ُه ْم ا َ ْربَابًا ِمنْ د ُْو ِن ه
ع اما يُش ِْرك ُْو َنَ ه َُو سُبْحنَه ۗ
Artinya: “Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya
(Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal
mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia.
Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan” (At-Taubah [9]: (31).
b. Munasabah Q.S Al-Baqarah(2):30
Ayat Q.S Baqarah(2):30 mempunyai munasabah ayat dengan Q.S
Baqarah(2) 31:32 dengan melihat aspek linguistik, isi, dan interpretasinya, maka
dapat disimpulkan prinsip-prinsip komunikasi dialogis, yaitu: harus ada yang
memulai sebuah dialog, adanya sikap terbuka dalam memahami lawan dialog,
adanya kepercayaan (trust) antar pelaku dialog, rasionalisasi atas argumentasi
yang diungkapkan, tidak simplikatif, saling menghargai pendapat, dan tentunya
C. SIMPULAN
Tugas hidup manusia sebagai ’Abdullah merupakan realisasi dari
mengemban amanah dalam arti: memelihara beban/tugas-tugas kewajiban dari
Allah yang harus dipatuhi, kalimah La ilaaha illa Allah atau kalimat tauhid, dan
atau ma’rifah kepadanya. Sedangkan Khalifah Allah merupakan realisasi dari
mengemban amanah dalam arti: memelihara, memanfaatkan, atau
mengoptimalkan penggunaan segala anggota badan, alat-alat potensial
(termasuk Indera, akal dan qalbu) atau potensi-potensi dasar manusia, guna
menegakkan keadilan, kemakmuran dan kebahagiaan hidup.
Asbabun Nuzul surat adz-Dzariyat ayat 56, yaitu Ketika para malaikat
mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah
SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Dia
memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Ayat 30
surat Al-Baqarah tersebut mengisyaratkan kepada manusia bahwa, sebelum
sesuatu itu diciptakan harus disosialisasikan terlebih dahulu, jangan dibuat
secara dadakan tanpa pemberitahuan.
Pendidikan sebagaimana dipahami, sebuah proses pengembangan
segala potensi yang dimiliki manusia sehingga ia menjadi manusia yang
bermartabat. Secara sederhana, dapat dikatakan, pendidikan adalah proses
memanusiakan manusia. salah satu standar atau ukuran untuk dapat hidup
bermasyarakat dengan baik, harus memiliki rasa saling menghargai dan
menghormati sesama manusia.
D. DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A. S. (2017). Syari’at perlindungan dan pemeliharaan alam. Himmah:
Jurnal Kajian Islam Kontemporer, 1(01).
Alimuddin, A. M. (2020). MAKNA KHALIFAH DALAM AL-QUR’AN. Al-Ihda’:
Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran, 15(1), 509–518.
Cika Nur Inayah, Daffa Alif Firmansyah dan Fani Rahmasari