Professional Documents
Culture Documents
Berbasis LMS
Sri Tubilah Noor
Email : 1sritubilah@gmail.com,
ABSTRAK
Pendidikan tidak terlepas dari sebuah manajemen karena manajemen diperlukan untuk
mengatur dan mencapai sasaran pendidikan. Dalam pendidikan tidak terlepas dari
pembelajaran karena inti dari pendidikan adalah proses belajar. Pendidikan pada saat ini
sudah mengalami banyak sekali perkembangan. Beberapa perkembangan tersebut
disebabkan oleh teknologi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai inovasi-inovasi pendidikan
dalam bidang pendidikan yang menerapkan teknologi dalam pelaksanaannya, salah satunya
penerapan e-learning dengan flatform LMS yang diterapkan dalam pembelajaran blended
learning. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai manajemen
pendidikan dengan pembelajaran blended learning berbasis LMS. Metode penelitian yang
digunakan ialah metode studi literatur yang berdasarkan pengumpulan data dari para ahli
atau penelitian terdahulu serta mengumpulkan informasi dari beberapa jurnal. Metode ini
dilakukan dengan membaca, mencatat dan mengelola bahan. Setelah data terkumpul
dilakukan analisis, kompulasi, serta menyimpulkannya sehingga dapat disimpulkan dari studi
literatur yang dilakukan dari berbagai sumber data dan dihubungkan dengan topik yang
penulis bahas kemudian disampaikan kembali dalam bentuk deskripsi. Berdasarkan hasil
studi literatur ternyata manajemen pembelajaran blended learning berbasis LMS yang
merupakan kombinasi belajar tatap muka dan online berbasis LMS yang mempermudah
siswa dan guru dalam proses pembelajaran karena dapat diakses kapan saja dan dimana
saja tanpa terbatas ruang dan waktu.
ABSTRAK
Education is inseparable from learning because the essence of education is the learning
process. Education at this time is experienced a lot of development. Some of these
developments are due to technology. This can be seen from various educational innovations
in the field of education that apply technology in their implementation, one of which is the
application of e-learning with the LMS platform which is applied in blended learning. The
research method used is a literature study method based on data collection from experts or
previous research and collecting information from several journals. This method is done by
reading, recording and managing materials. After the data has been collected, it is analyzed,
compiled, and concluded so that it can be concluded from a literature study conducted from
various data sources and linked to the topic that the author discussed and then conveyed
back in the form of a description. Based on the results of a literature study it turns out that
LMS-based blended learning management is a combination of LMS-based face-to-face and
online learning that makes it easier for students and teachers in the learning process
because it can be accessed anytime and anywhere without being limited by space and time.
Keywords: management, blended learning, LMS
PENDAHULUAN
Pendidikan pada saat ini sudah mengalami banyak sekali perkembangan.
Beberapa perkembangan tersebut disebabkan oleh teknologi. Perkembangan
teknologi memberikan dampak yang sangat besar besar terhadap dunia pendidikan.
Bisa kita lihat dari berbagai inovasi pendidikan dalam proses pembelajaran. Salah
satu contoh penerapan proses pembelajaran menggunakan ICT yaitu dengan
menggunakan e-learning. Salah satu penerapan e-learning di dalam proses
pembelajaran adalah menggunakan Learning Management System (LMS). Learning
Management System merupakan sebuah platform e-learning berbasis web sebagai
sebuah sistem yang komprehensif dan terintegrasi karena memiliki fitur: tatap muka
(user interface) yang dapat memberi kesan menarik, variatif dan inovatif; Siswa
melalui pendaftaran online dapat mengakses konten silabus dan materi sekolah
dalam bentuk video interaktif, adanya animasi atau rekaman suara pengajar
sehingga tidak khawatir ketinggalan materi; Kuis dan ujian online, forum diskusi,
serta laporan. Learning Management System dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
dimana saja, kapan saja dan tanpa adanya batasan antara rasio jumlah guru dan
siswa sehingga menghewat biaya, efektif dari segi waktu dan lokasi. Serta
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang berbasis student centered learning.
Fungsi dari LMS dapat memungkinkan sekolah membuat berbagai latihan dan
belajar mandiri dengan mudah dan memonitor peserta didiknya. Learning
Management System (LMS) sendiri secara umum merupakan perangkat lunak yang
dirancang untuk membuat, mendistribusikan, dan mengatur penyampaian materi
pembelajaran. Sistem LMS ini bisa membantu para pengajar untuk merencanakan
dan membuat silabus, mengelola bahan pembelajaran, mengelola aktivitas
pembelajaran murid, mengelola nilai, merekapitulasi absensi, menampilkan transkrip
nilai, berdiskusi dan melakukan kuis.
Permasalahan adalah berdasarkan hasil penelitian Septi Riyanu dkk, (2022)
yang menyatakan bahwa rata-rata persentase problematika penggunaan LMS
berbasis Google Classroom dan e-learning di MAN Tanjungpinang adalah sebesar
63,64% yang masuk dalam kategori problematika yang tinggi. Hal itu membuktikan
bahwa pembelajaran yang dilakukan MAN Tanjungpinang belum maksimal masih
banyak problematika yang dihadapi oleh peserta didik.
Begitu pula menurut Wardani dkk (2018 :13) mengatakan bahwa proses
pembelajaran e- learning hanyalah memanfaatkan teknologi pada pembelajaran
biasa dengan pembelajaran elektronik. Tanpa adanya interaksi dua arah. Oleh
karena itu, dibutuhkan managemen pendidikan dalam pembelajaran yang
menerapkan LMS namun dapat mengatasi kekurangan dengan tetap
mengedepankan kelebihan proses pembelajaran menggunakan LMS.
Penerapan model pembelajaran yang menerapkan LMS dengan berbasis
flatform web banyak sekali ragamnya, salah satunya model blended learning. Model
pembelajaran blended learning adalah sebuah metode yang menggabungkan
antara pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka. Blended learning adalah
pembelajaran masa kini yang menggabungkan kelebihan pembelajaran tatap muka dan
kelemahan pembelajaran tatap muka dilengkapi dengan kelebihan pembelajaran fitur online.
atau sebaliknya Niekerk & Webb (2016).
Inilah yang menjadi tantangan managemen pendidikan dalam pelajaran
blended Learning berbasis LMS. Proses pembelajaran blended learning tidak hanya
berfokus pada penyampaian materi yang fleksibel dan efisien, lebih dari itu juga
menciptakan sebuah interaksi yang intens dari kedua belah pihak. Blended learning
mengkombinasikan efektivitas pembelajaran tatap muka dengan kemudahan dalam
mengakses pembelajaran melalui LMS. permasalahannya manajemen pendidikan
dengan pembelajaran blended learning ditentukan oleh penguasaan keterampilan
pendidik dan tenaga Pendidikan juga ketersediaan alat dan fasilitas pembelajaran.
Sebagaimana hasil studi Keney, menyimpulkan bahwa kemampuan secara efektif
dalam mengintegrasikan pembelajaran daring dan tatap muka adalah bagian paling
penting dalam meramu pembelajaran blended. Karena itu manajemen Pendidikan
pembelajaran blended learning dapat menjadi model yang efektif dan efisien
apabila seluruh aspek pendidikan, tenaga pendidikan dan fasilitas saling berkaitan
dengan baik. Namun Sebagaimana hasil penelitian menurut Risdiany &
Herlambang, (2021) menyatakan bahwa keberhasilan manajemen pendidikan salah
satunya tergantung dari aspek kualitas tenaga pendidikan yang memiliki status dan
pengaruh yang sangat penting. Berdasarkan atas pemikiran di atas maka perlu
adanya perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian dan solusi pada
manajemen pendidikan dalam pembelajaran blended learning berbasis LMS.
METODA PENELITIAN
Pada penelitian ini penulis menggunakan studi literatur. Metoda literatur sendiri
merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan studi terhadap karya tulis
saja. Metode pengumpulan datanya dilakukan dengan cara membaca, mencatat dan
mengelola bahan. Setelah data terkumpul dilakukan analisis, kompulasi, serta
menyimpulkannya sehingga dapat disimpulkan dari studi literatur yang dilakukan.
Jenis data yang terdapat dalam studi literatur adalah data sekunder dan
menggunakan variabel tidak baku. Maksud dari data sekunder di sini merupakan
suatu data yang sudah ada namun dengan sengaja di kumpulkan oleh peneliti untuk
memenuhi kebutuhan dari yang diteliliti. Data yang telah di identifikasi, dievaluasi
dan juga diinterpretasikan semua ketersediaan penelitian yang relevan terhadap
pertanyaan atau kasus berdasarkan topik yang diteliti. Tahapan penelitian yang
dilakukan merupakan, pengumpulan beberapa sumber yang sudah dicari pada
artikel, reduksi artikel dan review artikel. Sumber data dan keterangan
didapatkan berdasarkan dari berbagai literatur yang dilakukan dan disusun dari
hasil berdasarkan studi informasi yang diperoleh. (Al Inu dkk, 2022)
Penulisan bisa diupayakan untuk saling terkait antar satu sama lain dan
wajib sesuai dengan topik yang sudah dikaji. Data yang sudah terkumpul diseleksi
terlebih dahulu dan diurutkan sesui dengan topik yang sudah kajian. Kemudian
dilakukan penyusunan karya tulis menurut dengan data yang sudah disiapkan
secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat deskriptif argumentatif.
Hasil berdasarkan penggunaan metode telah dikemukakan ini diharapkan bisa
menjawab permasalahan yang terkait dengan “Manajemen Pendidikan dalam
Pembelajaran blended Learning berbasis LMS”
Gambar 1. Classifying K-12 Blended learning by Heather Staker and Michael B. Horn
Pembelajaran blended learning tidak lepas dari manajemen, dimana manjemen
mangatur dan mencapai target Pendidikan, sebagai sebuah konsep dan praktik
Pendidikan supaya efektif dan efisien. Manajemen pendidikan menurut seorang
industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20, Ia menyebutkan
lima fungsi manajemen, yaitu Planning, Organizing, Actuating, Controlling and
Evaluating). Adapun strategi yang sesuai yaitu melalui aktivitas pembelajaran
tatap muka ataupun tatap maya (online) dengan rencana pembelajaran menjadi tiga
aspek, yaitu tujuan pembelajaran, evaluasi, dan aktivitas pembelajaran.
A. Planing
Menurut Maliki dan Erwinsyah (2020: 24-25) menyatakan bahwa perencanaan
pembelajaran yang mencakup pendidik, siswa dan tenaga administrasi, materi,
penggunaan metode, mekanisme yang merupakan tidak berdasarkan perangkat
pembelajaran yang wajib diorganisasikan secara sistematis dan sistematis tetapi
tetapi tetap wajib di sesuai panduan Kurikulum.
Selain Kurikulum, perencanaan pembelajaran juga tampak pada menyusun
silabus & Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus & RPP adalah
perencanaan pada aktivitas pembelajaran yg disusun oleh setiap pendidik buat
dipakai pada melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dalam silabus & RPP tadi
menampakan bahwa seseorang sudah merencanakan pembelajaran menggunakan
baik, hal ini sinkron menurut isi silabus & RPP yang berisi mengenai baku
kompetensi, kompetensi inti, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
metode pembelajaran, langkah-langkah aktivitas pembelajaran, asal belajar, sampai
evaluasi yg akan dilakukan dalam masa pandemi. Dalam merancang perencanaan
pembelajaran, seseorang pendidik wajib tau setiap buah KI, KD, dan Indikator yg
terdapat di dalam RPP. Bahan-bahan tersebut kemudian diupload agar siswa
mendapatkan bahan materi pembelajaran yang dapat dilihat di mana pun mereka
berada. Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu diadakan pertemuan untuk membahas
terkait penggunaan e-learning dan memberikan informasi akan aturan-aturan yang
ada agar dalam penerapan blended learning berjalan sesuai apa yang diharapkan.
Agar bisa terlaksana dengan baik, kegiatan pembelajaran blended learning
yang dipersiapkan guru setelah membuat RPP, silabus, materi ajar, sesuai dengan
KI, KD dan Indikator yang ada dalam RPP adalah :
1. Content Curator
Content curator adalah search, find, and curate; cari, temukan pilih. Guru dan
siswa bisa memanfaatkan search engine (google) untuk mencari, menemukan dan
memilih konten digital yang relevan (link, teks, slide presentasi, video, simulasi,
dll).
2. DIY Konten
DIY Konten adalah berarti guru membuat konten pembelajaran sendiri. Kita
bisa menggunakan authoring tools untuk membuat konten sendiri seperti podcast,
talking head, audio presentasi, slide, diktat, dll. Sampai tahap kedua ini, guru
sudah memiliki (bahan ajar digital, boleh dari kurasi atau membuat sendiri). Di LMS
Taklim Al lathif atau lainnya (bahan ajar digital, boleh dari kurasi atau guru
membuat sendiri) atau untuk mengembangkan sendiri konten-konten yang lebih
menarik dan maju, guru perlu belajar dari para ahli untuk membuat dengan
mengembangkan production house.
3. Deliver Content
Setelah guru mempunyai konten, proses seharusnya adalah menyampaikan
nya kepada para siswa. Bagaimana cara menyampaikan konten. Penyampaian
konten menggunakan Learning Management System (LMS) tertentu, seperti Taklim
Al lathif, SEVIMA EdLink, Google classroom atau moodle.
4. Asuh Aktifitas
Melakukan aktivitas pembelajaran dengan memberikan pengarahan kepada
siswa, Sehingga, meskipun kegiatan dilakukan secara daring, pengajar masih bisa
mengontrol pembelajaran tersebut.
5. Tatap Maya
Melakukan pembelajaran secara tatap maya merupakan bentuk lain untuk
meneruskan pembelajaran yang dulunya dilakukan secara tatap muka. Dalam
melakukan kegiatan ini, Dosen/guru bisa melakukannya melalui web conference
dan penyampaian materi dengan online
B. Organizing
Pengorganisasian Kelas
Pengorganisasian kelas blended diambil menurut Heather Staker and Michael
B. Horn, (2012) dalam bukunya yang berjudul Classifying K-12 Blended learning,
mengelompokkan blended Learning menjadi 4 model, yaitu : (1) rotation model,
terbagi menjadi 4 model, yaitu station- rotation model, lab-rotation model, flipped
clasroom model, dan individual morataion model; (2) flex model; 3) self-blended
model dan; (4) enriched-virtual model.
Model rotasi dapat dibagi menjadi beberapa model yaitu 1) model rotasi
stasiun, 2) model rotasi lab, 3) model flipped classroom, dan 4) model rotasi
individu.
a. Rotasi Stasiun
Pada rotasi model station dilakukan secara online dan offline secara
bergantian dalam kelompok belajar. Kelompok belajar dapat terdiri dari seluruh
anggota kelas, atau guru dapat membagi lagi menjadi kelompok-kelompok belajar
yang lebih kecil.
Pada saat pembelajaran online siswa mengakses materi pelajaran secara
online. Guru dapat mengintruksikan apa yang harus dikerjakan oleh siswa bukan
hanya sekedar untuk membaca materi pelajaran tetapi juga mengerjakan
keterampilan, tugas proyek, atau menilai sesuatu berdasarkan panduan atau
tutorial yang telah disediakan sebelumnya secara online. Melalui pembelajaran
online seperti ini, siswa akan memiliki kesempatan untuk belajar mandiri dan bebas
dari tekanan terutama bagaimana mereka harus mempresentasikan hasil
pembelajaran kepada siswa lainnya.
b. Rotasi model
Model rotasi merupakan salah satu model blended learning yang banyak
dimana pembelajaran secara online dan offline diterapkan secara bergantian. Siswa
mengikuti pembelajaran tatap muka secara penuh dan pada waktu berikutnya
mengikuti kelas online.
c. Rotasi Lab
Rotasi laboratorium model hampir sama dengan rotasi stasiun model, yang
membedakan yaitu pada model lab ransum pada saat online pembelajaran
dilakukan di laboratorium komputer sedangkan pada rotasi model stasiun
pembelajaran dapat dilakukan di mana saja. Kelebihan dari model ini yaitu guru
dapat dengan mudah mengontrol dan mengawasi siswa. Belajar secara online pada
umumnya sulit untuk mengontrol siswa, karena siswa dapat membuka apa yang
ada di luar materi pelajaran. Sehingga perencanaan yang cermat dan bimbingan
guru di lab komputer selama pembelajaran online harus menjadi faktor dalam
pengambilan keputusan. Untuk dapat menerapkan model lab rotari tentunya
dibutuhkan fasilitas laboratorium yang memadai serta memiliki pengelolaan yang
baik.
d. Flipped classroom
Flipped classroom merupakan model pembelajaran blended learning di mana
siswa sebelum belajar di kelas terlebih dahulu mempelajari materi di rumah sesuai
dengan instruksi yang diberikan oleh guru. Metode ini juga dapat digunakan oleh
guru ketika terdapat siswa yang tidak hadir di kelas karena sesuatu hal. Guru bisa
membuat video apa yang diajarkannya dan diberikan kepada siswa yang tidak
masuk kelas tersebut.
Pada pelaksanaannya model flipped classrom dimulai dengan cara guru
memberikan apa yang harus dilakukan oleh siswa di rumah terkait dengan materi
pelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya. Guru dapat memberikan
tugas seperti membaca materi, membuat resume, mencari berita atau tugas lainnya
yang berkaitan dengan materi pelajaran selanjutnya dimana pada pertemuan muka
guru tidak lagi menyampaikan materi secara detil, tetapi lebih untuk memperdalam
materi pelajaran yang dipelajari di rumah sebelumnya. Model belajar seperti ini
membuat siswa sulit untuk lebih mandiri karena mereka mempelajari bahan terlebih
dahulu sebelum ada pertemuan di kelas. Model ini juga membuat siswa lebih aktif
karena dorongan keingintahuan mereka juga lebih tinggi.
e. Individual-Rotation
Dalam model individual-rotation siswa melaksanakan pembelajaran melalui
offline dan online secara mandiri atau sendiri-sendiri disesuaikan dengan kebutuhan
dan pengalaman belajar siswa secara individu. Melalui model ini siswa memiliki
kebebasan untuk mempelajari materi sesuai dengan kemampuannya tidak
tergantung kepada kelompok belajarnya. Model ini cocok diterapkan untuk siswa
yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan teman sekelasnya atau
untuk siswa yang mengalami ketertinggalan materi pelajaran. Atau juga dapat
diterapkan pada kelompok belajar dimana terdapat perbedaan kemampuan yang
mencolok antar anggotanya/siswa.
User Management
E-Learning secara default menyediakan 7 lapisan user (previlege) untuk
mengurangi tingkat keterlibatan administrator sehingga administrator tidak terlalu
sibuk, mengerjakan seluruh tugas di situs tersebut, tentu saja dengan tetap
mempertahankan, mingkat keamanan situs. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan
7 lapisan user tersebut:
1. Administrator
Seorang administrator bertugas mengatur situs secara umum. Misalnya mengatur
tampilan situs, menu-menu apa saja yang terdapat pada situs, mengatur user
previlege (disebut role pada Moodle), dan lain sebagainya.
2. Course Creator
Seorang course creator dapat membuat course (pelatihan/mata kuliah/mata
pelajaran), dan mengajar course tersebut atau menunjuk teacher (pengajar)
mana yang akan mengajarkan course tersebut dan melihat course yang tidak
dipublish. Pada dunia nyatanya, seorang course creator dapat dianggap sebagai
kepala departemen atau koordinator program studi.
3. Teacher
Seorang teacher dapat melakukan apapun terhadap course yang diajarkannya,
seperti mengganti aktivitas yang terdapat pada course tersebut, memberi nilai
kepada anak didik yang mengambil course tersebut, mengeluarkan siswa yang
terggabung dalam course tersebut, menunjuk non editing teacher untuk mengajar
pada course tersebut, dan lain-lain.
4. Non-Editing Teacher
Non editing teacher dapat mengajar pada course-nya, seperti memberi nilai
siswa, namun tidak dapat mengubah aktivitas yang telah dibuat oleh teacher yang
mengajar pada course tersebut. Pada dunia nyata, non editing teacher dapat
dianggap sebagai co-teacher.
5. Student
Student merupakan user yang belajar pada suatu course. Sebelum dapat
mengikuti aktifitas pada suatu course, seorang student harus mendaftar terlebih
dahulu pada course tersebut, selanjutnya pengajar yang mengajar pada course
tersebut akan memberikan grade terhadap pencapaian student tersebut.
6. Guest
Guest merupakan user yang selalu memiliki akses read-only. Setiap user yang
belum terdaftar pada moodle merupakan guest. Guest dapat masuk ke course
manapun yang memperbolehkan guest untuk masuk. User yang telah login dapat
masuk ke course manapun yang memperbolehkan guest untuk masuk. Walupun
diperbolehkan masuk, namun guest tidak diperbolehkan mengikuti aktivitas
apapun pada course tersebut. Terdapat 2 tipe akses guest pada moodle: yang
memerlukan enrolment key dan yang tidak. Jika untuk masuk pada suatu
coursediperlukan enrolment key, maka setiap ingin masuk ke course tersebut
guest harus memasukkkan enrolment key terlebih dahulu jadi dapat dibatasi
guest yang boleh masuk pada course tersebut. Jadi guest disediakan untuk user
yang ingin melihat - lihat course yang tersedia pada suatu situs sehingga dapat
menentukan apakah course tersebut sesuai dengan kenginannya atau tidak.
7. Authenticated User
Secara default seluruh user yang telah login merupakan Authenticated User.
Walupun suatu user berperan sebagai teacher pada suatu course, namun di
course lain ia hanya berperan sebagi authenticated user yang memiliki kedudukan
yang sama dengan guest. Perbedaan guest dengan authenticated user, bila belum
terdaftar pada suatu course, maka authenticated user dapat langsung mendaftar
pada course tersebut sedangkan guest tidak.
Course Management
Pada e-learning TKJ yang berbasis Moodle ini, manajemen course yang ada
hanyalah user dengan role sebagai teacher, course creator dan admin. Walaupun
user dengan role course creator dapat memciptakan suatu course, namun user
tersebut tidak dapat memodifikasi course yang telah ia ciptakan bila ia tidak
mengajar di course tersebut (bukan sebagai teacher). Course pada Moodle memiliki
beberapa format, yaitu:
1. LAM Scourse format.
LAMS (Learning Activity Management System ) ini secara default telah
terintegrasi dengan moodle sehingga teacher dapat membangun aktivitas-aktivitas
berdasarkan LAMS didalam course pada Moodle. LAMS akan digunakan sebagai
materi utama untuk melakukan proses belajar mengajar dan bila dibutuhkan,
aktivitas dan resourse yang disediakan oleh Moodle dapat digunakan untuk
mendukung proses belajar mengajar
tersebut.
2. SCORM format
Dengan menggunakan format ini, teacher dapat menggunakan satu paket
SCORM (Sharable Content Object Reference Model )untuk melakukan seluruh proses
belajar mengajar pada course tersebut. Teacher tidak dapat menggunkan aktivitas
dan resourse lain yang disediakan oleh Moodle. Jadi aktivitas dan resourse yang
dibutuhkan untuk mendukung proses belajar mengajar harus sudah tertanam di
paket SCORM tersebut.
3. Social format
Format ini berorientasi pada sebuah forum, social forum. Format berguna bila
proses belajar mengajar yang dilakukan hanya memerlukan diskusi atau interaksi
antar komponennya (student - teacher, student - student ). Bahkan format ini dapat
digunakan selain untuk course, misalnya sebagai papan pengumuman.
4. Topics Format
Pada format ini, materi pada course terbagi - bagi berdasarkan topic -
topic.Setiap topic dapat menggunakan aktifitas dan resource yang disediakan oleh
Moodle. Format ini cocok dengan course yang didesain dengan concept-oriented,
dimana proses belajar mengajar akan melalui tahapan - tahapan konsep, mulai dari
beginner sampai advance.
5. Weekly format
Format ini mirip dengan format topic, yang membedakan format ini dengan
format topic adalah pembagian materi pada course berdasarkan penjadwalan yang
tetap (week). Setiap week memiliki tanggal mulainya proses belajar mengajar dan
tanggal berakhirnya proses belajar mengajar. Jadi setiap student akan mempelajari
materi pada waktu yang bersamaan. Selebihnya format ini sama dengan format
topic.
6. Weekly format - CSS/No tables
Format ini sama dengan format weekly, namun tanpa menggunakan table
sebagai layout. Sebagai tambahan agar proses belajar mengajar lebih interaktif.
Moodle menyediakan berbagai aktifitas dan resource. Aktifitas yang disediakan oleh
Moodle yaitu:
a. Assignments
Dengan aktifitas ini, teacher dapat memberikan tugas yang mengharuskan
student mengirim (upload) konten digital, misalnya essay, tugas proyek, laporan,
dan lainlain. Jenis file yang dapat dikirim misalnya word-processed documents,
spreadsheets, images, audio and video clips. Selanjutnya teacher dapat melihat dan
menilai tugas yang telah dikirim oleh student.
b. Chats
Dengan aktivitas ini, setiap peserta dapat berdiskusi secara real-time lewat
web.
c. Choices
Aktifitas ini sangat sederhana - teacher memberikan beberapa pertanyaan dan
menyediakan berberapa pilihan jawaban. Aktifitas ini dapat digunakan sebagai
polling untuk merangsang daya pikir terhadap sebuah topik, misalnya membiarkan
sebuah kelas untuk menentukan (vote) arah dari course. Database Activity dengan
aktifitas ini, teacher dan/atau students dapat membuat, melihat dan mencari
bankdata mengenai topik apapun. Format dan struktur data yang dimasukan hampir
tidak terbatas, termasuk gambar, file, URL, nomor, dan text.
d. Forum
Sama dengan chat, pada forum, student dan teacher dapat berinteraksi satu
sama lain secara real-time. Namun tidak seperti chat, pada forum interaksi yang
dilakukan secara asinkron. Setiap anggota yang tergabung dalam forum akan
menerima salinan dari posting di email mereka.
e. Glossary
Pada aktivitas ini, peserta dapat membuat kumpulan/daftar pengertian -
pengertian kata, seperti kamus. Data yang dimasukkan dapat berasal dariberbagai
format dan secara otomatis dapat dibuat link ke materi lain.
f. Lesson
Lesson ditujukan agar teacher dapat membuat aktifitas yang berisi konten
Yang menarik dan fleksibel. Lesson terbagi menjadi beberapa halaman dan
diakhirsetiap halaman biasanya terdapat pertanyaan yang memiliki beberapa
jawaban.Jawaban yang dipilih student akan menentukan halaman mana yang akan
diaksesnya.
g. Quizzes
Pada modul ini, teacher dapat mendesain kumpulan soal, yang berisi
multiplechoice, true-false, dan pertanyaan jawaban singkat. Pertanyaan –
pertanyaan tersebut akan tersimpan di bank soal yang dapat dikategorikan dan
digunakan ulang.
Scorm/Aicc Packages
Dengan module ini, teacher dapat membuat paket yang berisi halaman
web,grafis, program Javascript, slide presentasi flash, video, suara and konten
apapun yang dapat dibuka di web browser. Paket ini juga diintegrasikan kumpulan
soal yang bila diperlukan dapat dinilai dan kemudian dimasukkan ke rapor student.
a. Survey
Survey merupakan feedback, quisioner ataupun angket yang dapat digunakan
sebagai bahan pembelajaran ataupun kritikan bagi teacher ataupun course.Sehingga
kinerja teacher dan isi dari course dapat diperbaiki diwaktu mendatang.
b. Wikis
Pada aktivitas ini, student dan teacher dapat secara kolaboratif menulis
dokumenweb tanpa mengetahui bahasa html, langsung dari web browser. Hasilnya
dapat berupa hasil kreativitas kelas, kelompok ataupun individu. Berikut merupakan
resource yang disediakan oleh Moodle.
c. Web page
Dengan resource tipe ini, teacher dapat membuat tulisan yang hanya berisi
teks. Beberapa tipe formating disediakan untuk membuat teks menjadi halaman
web yang enak dilihat.
d. Link to Files or web pages
Dengan resoursce ini, teacher dapat membuat link ke halaman web ataupun
file lain yang ada di internet. Link juga dapat diarahkan ke halaman web atau file
lain yang telah diupload ke komputer lokal.
e. Directory
Dengan resource ini, mahasiswa dapat melihat seluruh direktori (dan
subdirektori) dari direktori yang berada dibawah direktori course tersebut.
f. IMS Content Packages
IMS content packages dapat dibuat dengan beragam software content
authoring,hasilnya berupa file zip. Moodle secara otomatis akan mengekstrak paket
tersebut agar konten tersebut dapat dilihat. Konten paket IMS biasanya berisi seperti
slide presentasi yang terdiri beberapa halaman yang dan terdapat navigasi
perhalaman.
g. Labels
Berbeda dengan resourse lain, dengan label hanya berupa teks dan grafis.
Label berguna sebagai instruksi pendek yang menginformasikan kepada murid apa
yang harus dilakukan kemudian.
h. Workshop
Workshop atau Lokakarya adalah fitur baru dalam Moodle 2. Fungsinya mirip
dengan modul tugas yang diperluas fungsinya dalam banyak cara. Namun,
dianjurkan bahwa fasilitator dan peserta kursus setidaknya memiliki beberapa
pengalaman dengan modul penugasan sebelum Lokakarya yang digunakan dalam
kursus. Seperti di Penugasan, peserta kursus menyerahkan pekerjaan mereka
selama kegiatan Lokakarya. Setiap peserta kursus menyerahkan pekerjaan mereka
sendiri. Pengajuan dapat terdiri dari teks dan lampiran. Oleh karena itu, penyerahan
Lokakarya menggabungkan baik teks Online dan Upload jenis file dari modul
Assignment.
D. Pelaksanaan (Actuiting)
1. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dilakukan adalah sesuai dengan model
pembelajaran Blended Learning dalam proses implementasinya salah satunya
menurut Tomlinson dan Whitaker (2013) meringkas konsep taksonomi blended
learning dari Smith dan Kurthen (2007), dan Gruba dan Hinkelman (2012)
menyebutkan 4 jenis, yaitu web enhancement, blended,, hybrid dan sepenuhnya
online (Ivone, Mukminatien, and Tresnadewi 2020, 19). Tabel di bawah ini
menjelaskan klasifikasi model pembelajaran yang dikelompokkan berdasarkan rasio
waktu pembelajaran online terhadap waktu pembelajaran tatap muka.
Tabel 1 Taksonomi Blended Learning
Dari hasil penelitian Sri Tubilah Noor, (2022) Dari penjelasan diatas,
dapat dikatakan bahwa persentasi dalam konsep pembelajaran tatap muka
dan online di Al Lathif Islamic International School adalah 50 % tatap muka
dan 50% daring, namun dalam keefektifan penerapan dilapangan pembelajaran
tatap muka mengambil porsi 55% dan daring 45% dari total pelaksanaan
pembelajaran. Pembelajaran melalui tatap muka dan online virtual, selama
pembelajaran online tidak sepenuhnya harus dikirim secara tatap muka pula,
namun dikirim melalui pertemuan saat online.
2. Metode Pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan melalui learning management
system baik singkron dan asingkron.
Gambar 3.
Metoda
Kesimpulan
Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran atau sebaliknya sangatlah
dibutuhkan dalam manajemen pendidikan dan model pembelajaran blended learning
menggunakan LMS sebagai salah satu upaya yang digunakan untuk mengurangi
kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran ber-platform e- learning atau
sebaliknya. Oleh karena itu, dibutuhkan managemen pendidikan dalam
pembelajaran yang menerapkan LMS. Pendekatan yang dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi berbasis LMS memudahkan
siswa dan guru dalam proses pembelajaran karena dapat diakses dimana saja dan
kapan saja tanpa terbatas ruang dan waktu. Selain itu LMS yang bersifat open
sources dapat digunakan siapa saja. Sedangkan untuk pembelajaran sampai ke
proses evaluasi dapat berlangsung tatap muka sinkron atau tatap muka asinkron
yang dibimbing langsung dengan guru. Blended learning ini dilakukan dengan tidak
mengurangi esensi dari pembelajaran yang tetap meningkatkan kompetensi. Model
ini tetap bertujuan mendorong peserta didik memanfaatkan sebaik-baiknya media
untuk mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Inu, A. Afriliani, M. Yulianti, Windayana, H. (2022). Manajemen Pendidikan Dalam
Pembelajaran Blended Learning di Masa Pandemi.Jurnal Naturalistic 06, No.
2:1221.
Aspden, L., & Helm, p. (2004). Making the Connection in a Blended Learning
Environment. Educational Media International, 41(3), 245–252.
Retrieved from http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/
09523980410001680851.
Al-Washilah, C. (2010). Filsafat bahasa dan pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Baderan, J. K. (2018). PEDAGOGIKA Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 9 (Nomor 2)
2018. 9(Nomor 2), 152–178.
Bowyer, J and Chambers, L. (2017). Evaluating Blended Learning : Bringing the
Elements Together Recearch Metter: A Cambridge Assessment Publication,
Unles. 23 :17.
Faisal. (2014). Sukses Mengawal Kurikulum 2013 di SD. Yogyakarta: Diandra
Creative
Fanani, Zainal. (2018). Strategi pengembangan Soal Higher order thingking skills
(HOTS) dalam kurikulum 2013. Edunena.
George.R.Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Terj. J. Smith, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993).
Gomes, T., & panchoo, S. (2016). Teaching Climate Change Through Blended
Learning: A Case Study in a Private Secondary School in Mauritius. ICCCS
(pp.1–5).
Herman, T. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Jurnal Educationist, 1, 47-56.
Haeruman, L.D., Wijayanti, D.A., Meidianingsih, Q. (2021): Efektivitas Blended
Learning Berbasis Lms Dalam Pembelajaran Matematika. JRPMS, 5, 1 : 80-84.
Harding, A. (2014). Evaluation of blended learning : Analysis of qualitative data,
ReaseachGate : Uniserve Sciende Blended Learning Symposium Proceedings.
Inriani, T.M. (2018). Implementasi Blended Learning dalam Program Pendidikan
Jarak Jauh pada Jenjang Pendidikan Menengah Kejuruan. Edutcehnologia,
2.2: 137.
Mukti Sintawati. (2015). Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Matematika
Dengan Pendekatan Problem Posing dan Problem-Based Learning Ditinjau dari
Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Minat Belajar Matematika
Siswa SMP Kelas VIII. Tesis UNY.
Noor, S.T. (2022). Blended Learning/ Flipped Classroom Using Taklim Al Lathif
Learning Management System During the New Normal Period. ICSS, 1,1
Suhairi dan Santi, Jumara (2021). Model Management Pembelajaran Blended
Learnng Pada Masa Pandemi Covid -19. Syntax Litera.
Pratiwi,Shella Ade. 2019. Pengaruh Model pembelajaran Problem Based Learning
untuk meningkatkan Higher order thingking Skills. Skripsi.Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Primayana, K. H., & Karakter, P. (2019). Menciptakan Pembelajaran Berbasis
Pemecahan Masalah Dengan Berorientasi Pembentukan Karakter Untuk
Mencapai Tujuan Higher Order Thingking Skilss (HOTS) Pada Anak Sekolah
Dasar. 3(2), 85–92.
Riyani, S. Irawan, B., Opsrasmani, E. (2022) “Problematika Penggunaan Lerning
Management Syistem Berbasis Google Classroom dan E-Leraning sebagai
Media Pembelajaran Online Kelas XI IPA MAN TanjungPiang”.JPB. 09. (1) : 8.
Sutrio. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Fisika Eksperimen Berbasis Proyek
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Calon Guru Fisika. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi. (Vol 4 No.1). 131-140
Slamet, A. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Semarang: Universitas
Negeri Semarang Press.
Terry, G. R. (2021) Asas - Asas Manajemen Edisi Kedelapan. Terjemahan Winardi.
Bandung: Pt Alumni.
Tahir, A.T. (2022) Supervisi Pembelajaran Berbasis E-Learning dalam goole
Classroom pada Masa Pandemi Covid-19.J-MPI (Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam), 06, no.1:51.
Xu, Z, (2017). The Blended Etl Environment and Changing Role of Teacher and
Students in Hong Kong”. ETL Research Jurnal. 1, No. 1:51.
Gomes, T., & panchoo, S. (2015). Teaching Climate Change Through Blended
Lessons Learned: Case studies in Private High Schools in Mauritius. paper
presented at the 2015 International Conference on Computing,
Communications and Security (ICCCS), (pp.1–5). IEEE. Retrieved April 14,
2016 from http://ieeexplore.ieee.org/document/ 7374179/?
arnumber=7374179