You are on page 1of 16

MAKALAH

“HUBUNGAN SEMANTIK DENGAN ILMU LAIN”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. APRILIA DWI YUSTIKA 1951041021


2. DIAH EKA DAMAYANTI 1951040017
3. FIRDA ARHAIDAH 1951040018
4. IKHA INDAWATI 1951040020
5. ROSANTI 1951041027
6. ROSNINA 1951042018

Dosen Pengampu : Dr. Idawati S.Pd.,M.Pd.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga
makalah, “Hubungan Semantik dengan Ilmu Lain” ini dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada.
Materi – materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua sebagai calon pendidik.

Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, kita selaku calon


pendidik akan mampu menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan
yang timbul dalam belajar.

Makassar, 20 Februari 2020

Penulis

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Pengertian Semantik dan Ilmu Lainnya yang Terkait.............................................3
B. Hubungan Semantik dengan Ilmu Lainnya.............................................................4
BAB III............................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Linguistik merupakan ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek
kajiannya. Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan
informasi dalam komunikasi baik secara lisan maupun tidak lisan. Pada
umumnya bahasa yang digunakan dalam suasana formal akan berbeda jika
dibandingkan dengan suasana tidak formal dan bahasa tertulis sering berbeda
pula dengan bahasa lisan. Namun, baik bahasa formal maupun tidak formal
atau bahasa lisan maupun tertulis terdapat satu komponen yang sangat penting
di dalamnya. Komponen penting ini disebut “makna”. Dalam tataran ilmu
linguistik, makna diberi istilah semantik.
Semantik merupakan ilmu yang dapat dikatakan luas cakupannya. Tidak
hanya mempelajari semantik tetapi juga mempelajari kaitan semantik itu
sendiri dengan bidang ilmu lainnya. Pateda (2001:11) mengemukakan bahwa
masalah makna tidak hanya menjadi urusan ahli yang bergerak di bidang
semantik tetapi juga menjadi kajian ahli yang bergerak di bidang filsafat,
logika dan psikologi. Oleh karena itu, seperti yang sudah disebutkan bahwa
ilmu-ilmu yang terkait pasal semantik di dalamnya antara lain linguistik,
psikologi, logika, dan filsafat. Menarik jika kita paham mengapa semantik
memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut. Atas dasar inilah kami dari
kelompok tiga berusaha menemukan sumber bagaimana semantik itu
berhubungan dengan disiplin ilmu lain. Pembahasan tentang hubungan ilmu
semantik dengan ilmu linguistik, psikologi, logika, dan filsafat akan diuraikan
satu per satu pada bagian pembahasan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari semantik, linguistik, psikologi, logika, dan filsafat?

2. Bagaimanakah semantik dapat dikatakan berhubungan dengan linguistik,


psikologi, logika dan filsafat?

C. Tujuan Penulisan
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Semantik sebagai tugas presentasi kelompok. Secara khusus, makalah ini
bertujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang ilmu semantik
dan hubungannya dengan disiplin ilmu yang lain sehingga ilmu semantik
mampu diterapkan tidak hanya dalam pembelajaran tetapi juga dalam
kehidupan bermasyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Semantik dan Ilmu Lainnya yang Terkait


Pengetian yang mudah dipahami perihal semantik disampaikan oleh Verhaar
(1999:385) yang mengemukakan bahwa semantik merupakan cabang dari ilmu
linguistik yang meneliti arti atau makna. Dengan kata lain semantik menjadikan
makna sebagai objek penelitian ataupun kajiannya. Para ahli yang lain seperti
Samuel dan Kiefer, Lehrer, serta Kambartel juga memberi pengertian yang tidak
jauh beda dengan pengertian yang dikemukakan oleh Verhaar.
Makalah ini akan membahas tentang hubungan semantik dengan beberapa
disiplin ilmu. Oleh karena itu, sebelum kita meninjau hubungannya terlebih
dahulu kita tinjau pengertian dari berbagai ilmu yang berhubungan dengan
semantik itu sendiri.
Ilmu yang pertama adalah linguistik. Menurut Verhaar (1996:3) linguistik
berarti ilmu tentang bahasa. Bahasa menjadi objek kajiannya. Linguistik memiliki
beberapa cabang ilmu yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Jadi
semantik merupakan bagian dari ilmu linguistik. Tentu banyak kaitannya antar
cabang ilmu linguistik tersebut.
Ilmu yang kedua adalah Psikologi. Secara etimologi kata psikologi berasal dari
bahasa Yunani Kuno yaitu psyce dan logos. Psyce berarti jiwa, roh, atau sukma
dan logos yang berarti ilmu.(Abdul Chaer 2003) menyatakan bahwa psikologi
berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menjadikan jiwa sebagai objek kajiannya.
Terkadang seseorang menggunakan bahasa dalam suasana yang berbeda-beda.
Ketika jiwa dalam suasana bahagia maka bahasa yang diproduksi tentu akan
berbeda dengan bahasa yang diproduksi ketika jiwa dalam keadaan yang tidak
tenang.(Chaer 2003)
Ilmu yang ketiga adalah Logika. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1990:193)
logika memiliki arti pengetahuan tentang cara berpikir secara sehat dan beralasan
serta masuk akal. Artinya kalimat yang nantinya dihasilkan oleh seseorang

3
harusnya memiliki makna yang beralasan dan masuk akal sehingga diterima oleh
orang yang membaca atau mendengar kalimat tersebut.
Ilmu selanjutnya adalah Filsafat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Setiawan 2012) filsafat memiliki arti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal
budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Kalimat-
kalimat yang ditulis atau diujarkan seseorang akan berbeda segi analisis
maknanya menurut ahli filsafat yang disebut filsuf. Biasanya filsuf akan
mempermasalahkan makna dari sebuah kata itu sampai ke akar-akarnya yang
dalam pengertian disebutkan sebagai sebab dan asal.

B. Hubungan Semantik dengan Ilmu Lainnya

1. Hubungan semantik dengan ilmu linguistik

Sudah dibahas sebelumnya bahwa semantik merupakan salah satu cabang ilmu
linguistik. Tentu antara semantik dengan cabang ilmu linguistik lainnya memiliki
hubungan yang bisa dikatakan sangat dekat. Seseorang yang melakukan
komunikasi dengan orang lainnya tentu memiliki makna yang ingin disampaikan
dalam struktur bahasa yang diutarakan. Jadi, pemaknaan itu penting dalam
berbahasa karena jika berbahasa tanpa makna sama saja dengan berbicara tanpa
arah dan tujuan yang jelas. Penjelasan tentang hubungan semantik dengan cabang
ilmu linguistik lainnya akan dibahas pada paragraf berikutnya.

Pada tataran cabang ilmu linguistik, cabang ilmu tingkat pertama adalah
fonologi. Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bunyi bahasa.
Dalam ilmu fonologi, bunyi bahasa itu dapat membedakan makna. Contoh
perbedaan bunyi bahasa yang membedakan makna yaitu :

• Kata apel yang bermakna buah dengan kata apel yang bermakna upacara.

• Kata perang yang bermakna pertempuran dengan kata perang yang bermakna
merah kecoklatan atau kekuningan.

4
Makna yang berhubungan dengan ilmu fonologi ini lebih kepada makna yang
muncul karena perbedaan bunyi pada beberapa kata yang berbeda dan perbedaan
satu huruf saja pada sebuah kata yang mampu memunculkan makna baru.

Cabang ilmu linguistik setelah fonologi adalah morfologi. Morfologi


merupakan ilmu yang mengkaji tentang morfem atau kata. Kata yang sudah
ditetapkan artinya dalam kamus tentu berbeda dengan kata yang sudah
ditambahkan kata lain didepannya. Sebagai contoh perhatikan kata dasar dan
rangkaian kata lain berikut.

• Kaki

• Kaki meja

• Kaki gunung

Dari ketiga contoh tersebut, contoh pertama dan kedua pasti kita ketahui
maknanya meskipun membaca sepintas. Makna yang kita tangkap dari contoh
kaki meja dan kaki gunung tentu berbeda dengan bentuk dasar kaki yang sudah
memiliki arti tersendiri di dalam kamus. Penambahan-penambahan kata pada kata
atau bentuk dasar dapat mempengaruhi makna dari bentuk dasar itu sendiri.

Cabang ilmu linguistik setelah morfologi adalah sintaksis. Menurut Rostina


Taib (2012:5) Sintaksis merupakan ilmu yang mengkaji hubungan antar kata
dalam kalimat. Ruang lingkup yang dipelajari tidak hanya kalimat tetapi juga
frasa dan klausa. Dalam membuat kalimat yang sekurang-kurangnya harus terdiri
atas unsur subjek dan predikat juga harus memiliki makna yang padu. Pateda
(2001:12) menyatakan bahwa kalimat yang digunakan oleh manusia untuk
berkomunikasi merupakan kalimat yang bermakna dan masuk akal bagi pembaca
atau pendengar. Sebagai contoh :

• Katak yang berlari mengejar musang

• Wahyu memakan batu-bata

5
Dari kedua contoh kalimat tersebut, memang secara struktur kalimat dapat
dikatakan benar tetapi makna yang dimiliki kalimat ini tidak benar karena tidak
logis. Pada kalimat pertama, ketidaklogisan terdapat pada katak yang berlari
karena pada kenyataannya katak tidak dapat berlari tetapi hanya dapat melompat.
Jadi tidak masuk akal jika katak itu berlari. Pada kalimat kedua, ketidaklogisan
terdapat pada subjek wahyu yang seorang manusia makan batu. Tidak logis jika
manusia makan batu selapar apapun orang itu. Intinya, kalimat tidak hanya harus
benar sesuai struktur tetapi juga harus sinkron antara makna dan kenyataan.

2. Hubungan semantik dengan ilmu psikologi

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa psikologi itu merupakan ilmu tentang


jiwa. Dalam berkomunikasi menggunakan kalimat dengan orang lain tentu
kalimat yang dihasilkan oleh penulis atau pembicara bergantung pada suasana hati
maupun keadaan jiwanya. Akan berbeda kalimat yang dihasilkan oleh orang yang
sedang bahagia dengan orang yang sedang sedih dan berbeda pula kalimat yang
dihasilkan oleh orang yang terganggu jiwanya dengan orang yang sehat jiwanya.
Sebagai contoh :

• Ucha sedang malas bertemu dengan Sri

• Iswani ingin melompat dari lantai tiga gedung FKIP

• Sapu itu terlihat terbang tadi malam

Contoh yang pertama, Ucha sedang malas bertemu dengan Sri dapat dimaknai
oleh seorang psikolog dengan mengaitkan makna kalimat ini dengan keadaan jiwa
atau suasana hati penulis atau pembicara. Analisis yang dilakukan seorang
psikolog dari kalimat tersebut antara lain:

• Mengapa Ucha malas bertemu Sri?

• Apakah yang mengganggu Ucha jika bertemu Sri?

• Siapakah yang mengujarkan kalimat ini? Uchakah atau orang lainkah?

6
Contoh yang kedua, Iswani ingin melompat dari lantai tiga gedung FKIP.
Analisis yang dilakukan oleh psikolog terhadap pemaknaan kalimat tersebut
antara lain :

• Mengapa Iswani ingin melompat dari lantai tiga?

• Bagaimana keadaan jiwanya?

• Apakah yang mengganggu jiwanya sehingga dia ingin berbuat demikian?

Contoh yang ketiga, kalimat sapu itu terlihat terbang tadi malam juga dianalisis
oleh seorang psikolog tidak jauh berbeda dengan dua contoh kalimat sebelumnya.
Analisis tersebut antara lain:

• Siapakah yang mengujarkan kalimat ini?

• Bagaimanakah keadaan jiwanya?

• Apakah yang mengganggu pikirannya?

• Apakah dia sedang berhalusinasi ketika mengujarkan kalimat ini?

Setidaknya begitulah analisis yang akan dilakukan seorang ahli psikologi


terhadap makna dari kalimat yang diujarkan seseorang. Makna yang dilahirkan
bergantung pada keadaan jiwa orang yang mengujarkan. Penting bagi psikolog
untuk mengetahui keadaan jiwa dalam pemaknaan sebuah kalimat karena psikolog
akan mempelajari reaksi manusia, gejala jiwa, baik yang melewati kegiatan verbal
maupun yang nonverbal (Pateda:16).

3. Hubungan semantik dengan ilmu logika

Dalam berbahasa memang dituntut agar berbahasa yang logis atau masuk akal
sehingga dapat diterima apa yang ingin disampaikan tersebut. Bahasa ilmiah
berbeda dengan bahasa sastra yang tidak menuntut harus selalu menggunakan
bahasa yang bermakna logis karena sastra itu pembebasan pikiran menuju alam
imajinasi yang mampu menciptakan dunia baru yang berbeda dengan dunia nyata

7
yang kita jalani sebagaimana mestinya. Kembali kepada bahasa yang kita pelajari
adalah kalimat-kalimat yang harus logis. Perhatikan contoh kalimat berikut.

• Kambing menangkap Ina

• Kotak itu tidak dapat diangkat

• Aku akan mencintaimu sampai si bisu mengatakan bahwa si tuli mendengar si


buta melihat si pincang sedang berjalan.

Kalimat yang pertama secara struktur kalimat dapat diterima karena unsurnya
lengkap mulai dari subjek, predikat, dan adanya kehadiran objek. Namun, secara
ilmu logika tentu tidak berterima karena tidak masuk akal jika hewan bernama
kambing menangkap manusia yang bernama Ina. Kambing merupakan hewan
pemamah biak yang memakan rumput dan biasa dijadikan hewan ternak. Tidak
mungkin jika hewan ternak mampu menangkap seorang manusia. Tentu tidak ada
alasan bagi seekor kambing untuk melakukan pekerjaan menangkap manusia. Jadi
kalimat ini tentu sangat tidak masuk akal.

Kalimat kedua kotak itu tidak dapat diangkat dijelaskan oleh (Parera 1991:187)
bahwa kalimat ini tidak masuk akal karena belum jelas tidak dapat diangkat oleh
siapa dan berapa orang. Di samping itu, tidak diketahui kotak tersebut terbuat dari
apa sehingga tidak dapat diangkat oleh orang yang tidak diketahui jumlahnya
sehingga kalimat ini masih tergolong kalimat yang tidak masuk akal.

Contoh ketiga juga secara struktur kalimat dapat diterima tetapi secara logika
kalimat aku akan mencintaimu sampai si bisu mengatakan bahwa si tuli
mendengar si buta melihat si pincang sedang berjalan sangat tidak logis. kata-kata
seperti bisu yang dapat berbicara, tuli yang dapat mendengar, buta yang dapat
melihat dan pincang yang dapat berjalan merupakan rangkaian kata yang mustahil
dalam bahasa ilmiah karena terjadi kontradiksi antar kata tersebut. Misalanya kata
bisu yang berkontradiksi dengan berkata, kata tuli yang berkontradiksi dengan
mendengar, kata buta berkontradiksi dengan melihat, begitu pula kata pincang
yang berkontradiksi dengan kata berjalan.

8
Bahasa merupakan sarana berpikir logis sehingga kehadiran makna menjadi hal
yang sangat urgen di sana. Bahasa yang tidak logis seperti bahasa yang tidak
memberikan keterukuran, pengalaman, nyata, dan bersifat kontradiksi tidak
memenuhi bahasa keilmuan atau bahasa ilmiah yang menuntut kelogisan makna
di dalamnya.

4. Hubungan semantik dengan ilmu filsafat

Dalam ilmu filsafat, bahasa yang memproduksi kalimat-kalimat untuk


berkomunikasi dipertanyakan asal penamaannya. Filsuf memang orang yang
sanggup mempertanyakan kebenaran sampai ke dasar-dasarnya. Tidak heran jika
mereka memiliki pandangan luas dan tidak ingin dibatasi pemikirannya terhadap
kebenaran sesuatu. Perhatikan analisis mereka terhadap kalimat berikut.

• Kelompok satu sedang mempresentasikan makalah mereka.

• Dosen kami merupakan lulusan luar negeri

contoh kalimat pertama akan dianalisis pemaknaannya oleh ahli filsafat antara
lain:

• Mengapa manusia yang berkumpul lebih dari satu orang itu disebut kelompok?

• Mengapa setiap yang di awal atau yang menjadi yang pertama itu disebut satu?
bukan sati atau sata?

• Mengapa menampilkan atau menyajikan sesuatu untuk khalayak ramai itu


disebut presentasi?

• Mengapa digunakan kata makalah? bukan makalih, makeleh, atau sebagainya?

Contoh kalimat kedua pun tidak jauh berbeda bentuk analisisnya oleh filsuf
seperti yang telah dianalisis pada kalimat sebelumnya. Analisisnya antara lain:

• Mengapa digunakan kata dosen untuk orang yang mengajar di perguruan


tinggi?

9
• Mengapa digunakan kata kami? mengapa tidak digunakan kata kama, kimi dan
sebagainya?

Analisis yang sama terjadi pada kata-kata berikutnya yang intinya


mempertanyakan asal dari kata tersebut dan mengapa digunakan kata itu untuk
makna yang menunjukkan seperti ini, dari mana dasarnya, mengapa demikian, dan
sederetan pertanyaan mendasar yang susah untuk kita jelaskan. Pertanyaan-
pertanyaan yang apabila ditanyakan kepada orang yang bukan ahli filsafat hanya
bisa menjawab dengan kalimat “karena memang sudah seperti itu sejak dulu”.
Analisis-analisis yang membuntukan pemikiran kita sebagai orang yang awam
ilmu filsafat.

5. Hubungan semantik dengan ilmu politik

Ada satu ilmu lagi yang sangat mementingkan semantik di dalamnya. Ilmu
tersebut adalah ilmu politik. Ilmu politik merupakan ilmu yang memperlajari
tentang seluk-beluk ketatanegaraan baik mengenai sistem, dasar, maupun siasat
negara. Pateda (2001:14) menjelaskan beberapa contoh keterkaitan semantik
dengan ilmu politik. Perhatikan cotoh kalimat berikut ini.

• Pemerintah sedang berusaha menyesuaikan tarif BBM tahun ini.

• Jika tarif BBM naik tahun ini dikhawatirkan masyarakat akan mengganggu
ketertiban.

Urutan kata menyesuaikan tarif pada contoh kalimat pertama digunakan untuk
menggantikan urutan kata menaikkan harga karena pertimbangan politik.
Sebenarnya makna dari kedua urutan kata tersebut sama. Namun digunakan
urutan kata menyesuaikan tarif karena dirasa urutan kata tersebut lebih halus dan
dapat diterima masyarakat dengan mudah. Begitu pula urutan kata mengganggu
ketertiban digunakan untuk menggantikan kata berontak. Hal yang sama terjadi
pada urutan kata ini yaitu digunakan karena lebih halus, sopan, berpendidikan,
dan mudah diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, semantik dalam hal ini
pemaknaan terhadap kata-kata yang dipilih oleh politikus sangat penting. Tidak

10
heran jika politikus yang profesional itu sangat ahli dalam berbahasa dan biasanya
bahasa mereka lebih halus sehingga sampai ke masyarakat dan menjadi mudah
membujuk masyarakat jika terjadi sesuatu yang menyebabkan perdebatan.

Demikianlah penjelasan hubungan antara semantik dengan beberapa disiplin


ilmu lain yang jika dikaji dan paham sangat bermanfaat bagi kehidupan kita.
Banyak yang dapat menjadi pelajaran baru dan banyak pula yang akan membuka
wawasan kita bahwa setiap ilmu itu tidak mutlak berdiri sendiri. Ilmu itu pasti
membutuhkan ilmu lain dalam perkembangannya.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada bagian pembahasan tentang hubungan
semantik dengan ilmu lainnya dapat kita ambil kesimpulan bahwa cabang
ilmu linguistik yang disebut semantik ini berperan penting dalam berbagai
disiplin ilmu bahkan ilmu yang sangat mendasar. Oleh karena semantik
merupakan ilmu yang mempelajari makna dalam artian yang luas ia menjadi
sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu sehingga banyak bermanfaat.
Tidak hanya bermanfaat untuk ilmu yang membahas seputar bahasa tetapi
juga bermanfaat dibidang ilmu lainnya seperti psikologi, logika, filsafat,
bahkan ilmu politik.
Setelah mempelajari ilmu semantik ini semoga kita dapat menerapkannya
dalam ilmu yang lain seperti yang sudah diuraikan

B. Saran
Semantik dapat dikatakan cabang ilmu yang sulit karena berbagai macam
aspek makna dan dari segi mana makna itu akan dilihat. Keterkaitannya
dengan ilmu lain pun berbeda cara pemaknaannya sehingga perlu bagi kita
untuk benar-benar memahami kembali dasar semantik ini. semoga setelah
mempelajari ilmu semantik kita dapat menerapkannya dalam ilmu yang lain
seperti yang sudah diuraikan sehingga ilmu linguistik kita menjadi
sempurna.

12
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1990. Pengantar semantik bahasa Indonesia. Rineka Cipta.

———. 2003. “Psikolinguistik; Kajian Teoritik, Jakarta: PT.” Rineka Cipta.

Parera, Jos Daniel. 1991. Teori Semantik. Jakarta:Erlangga .

Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Setiawan, Ebta. 2012. “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.” KBBI
Indonesia.

Ai Ani, Na ni Fitriah. 2013. Makalah Semantik


http://aianinanifitriah.blogspot.com/2013/03/semantik-dan-disiplin-ilmu-lain.html
(diakses tanggal 13 Maret 2013)

You might also like