You are on page 1of 15

PERSEPSI SISWA TERHADAP DAMPAK DIGITAL

STORYTELLING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS

DI SMKN 1 NANGA PINOH

OUTLINE PENELITIAN

OLEH
RIYANDI AGIL CAHYADI

NIM. 322010036

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2023/2024
Persepsi Siswa Terhadap Pengaruh Digital Storytelling

Terhadap Keterampilan Menulis Di SMKN 1 NANGA

PINOH

OUTLINE PENELITIAN

OLEH

RIYANDI AGIL CAHYADI

NIM. 322010036

Dikisahkan Oleh: Disetujui Oleh:

Wakil Dekan I Ketua Program Studi

Fakultas PBS Pendidikan Bahasa Inggris

Al Ashadi Alimin, M.Pd. Sahrawi, M.Pd

PLTN. 202 2012 192 PLTN. 202 2014 281


FORMAT: JUDUL DAN KERANGKA PROPOSAL PENELITIAN

Nama siswa : RIYANDI AGIL CAHYADI


Nomor Siswa : 322010036
Program belajar : Pendidikan Bahasa Inggris

Pengawas Akademik : Maliqul Hafiz, M.Pd


Jumlah Kredit :1 40 SKS

Judul skripsi : Persepsi Siswa Tentang Pengaruh

Digital Storytelling Terhadap

Keterampilan Menulis Di SMKN 1

NANGA PINOH

Pengawas Utama :
Asisten Pengawas :

Kepala Pendidikan Bahasa Inggris


Program Studi Supervisor Akademik
Pontianak, 2 Februari 023 Pontianak, 20 Februari 23

Maliqul Hafiz, M.Pd. Sahrawi, M.Pd.


PLTN. 202 2014 282 PLTN. 202 2014 281
A. Judul _
“ PERSEPSI SISWA TERHADAP DAMPAK DIGITAL STORYTELLING
TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS DI SMKN 1 NANGA PINOH”

B. Latar belakang penelitian


Menulis adalah salah satu dari empat kemampuan dasar bahasa
Inggris yang harus dipelajari siswa. Menurut Yamac dan Ulusoy (2016),
menulis sangat penting karena semakin penting untuk berkomunikasi
dengan dunia luar dan untuk ekspresi diri. Menulis dapat menyampaikan
konsep yang ingin diungkapkan oleh penulis. Menulis memungkinkan
penulis untuk mengkomunikasikan pemikiran mereka. Bahkan pembicara
yang ingin berpidato harus menuliskan garis besarnya. Menulis juga dapat
membantu penulis berkomunikasi dengan orang lain. Penulis dapat
memberikan informasi kepada pembaca, seperti pendapat mereka tentang
suatu topik. Menulis dapat meningkatkan kreativitas penulis karena
memungkinkan penulis untuk mengungkapkan beberapa poin dan
kemudian membangunnya dengan lebih banyak kata. Menulis juga dapat
meningkatkan kosa kata karena penulis membutuhkan banyak kata untuk
memulai.
Guru harus merancang teknik pembelajaran untuk menarik
perhatian siswa saat mengajar menulis kepada siswa EFL. Pendekatan
pembelajaran dimaksudkan agar siswa tidak bingung atau bosan saat
belajar. Menurut Richard dan Renandya (2002), siswa berjuang tidak
hanya dengan menyusun ide tetapi juga dengan menyusun materi sehingga
dapat dibaca. Mereka menemukan bahwa sebagian besar siswa EFL tidak
menyukai menulis karena mereka kekurangan keahlian, ide, tata bahasa,
tanda baca, dan sebagainya. Mereka juga menemukan dalam penelitian
mereka bahwa beberapa instruktur terus menggunakan strategi yang
berpusat pada guru dalam mengajar menulis di kelas dan bahwa guru tidak
menggunakan media apa pun dalam mengajar menulis, seperti foto, video,
dan lainnya yang dapat membantu siswa dalam menulis.
Metode pembelajaran untuk mengajar menulis dapat membantu
menciptakan lingkungan belajar yang optimal. Penggunaan metode
pembelajaran dapat membantu siswa meningkatkan kemampuannya
sekaligus menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan di dalam
kelas. Ada beberapa teknik untuk mengajar menulis, termasuk pendekatan
berbasis produk, pendekatan berbasis proses, dan pendekatan berbasis
teknologi. Pendekatan berbasis produk telah menggarisbawahi pentingnya
penulis berfokus pada produk tulisan. Pendekatan berbasis proses telah
menyoroti pentingnya proses penulisan di atas keluaran. Penggunaan
teknologi oleh para penulis dalam menulis ditekankan oleh pendekatan
berbasis teknologi. Penelitian ini menggunakan teknologi digital, seperti
mendongeng digital, untuk mengajar menulis.
Digital Storytelling adalah singkatan yang menggabungkan digital
dan storytelling. Karena kemajuan teknologi, digital digunakan sebagai
alat bantu pembelajaran. Sementara itu, mendongeng mengacu pada
tindakan menceritakan atau menceritakan kembali sebuah narasi kepada
orang lain. Mendongeng adalah praktik yang menyenangkan untuk
dimasukkan ke dalam proses pembelajaran. Instruktur dapat menggunakan
cerita untuk membangkitkan minat anak-anak. Ini disebut sebagai
penceritaan digital. Smeda, Dakich, dan Sharda (2014) mendefinisikan
digital storytelling sebagai narasi yang dikombinasikan dengan
penggunaan teknologi. Beberapa investigasi, seperti Abd Sani dan Shah
(2017) dan Ahmad dan Yamat (2020), menunjukkan bahwa menggunakan
penceritaan digital meningkatkan minat dan perhatian siswa untuk belajar
bahasa Inggris. Sangat menarik untuk menggunakannya di kelas untuk
mengajar bahasa Inggris karena akan membuat belajar bahasa Inggris
sebagai bahasa asing lebih menarik dan mengasyikkan bagi siswa.
Hasilnya, pengajaran menulis melalui penceritaan digital dapat
meningkatkan kesenangan menulis siswa di kelas.
Ada beberapa manfaat menggunakan cerita digital untuk
membantu siswa belajar. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa
mendongeng digital meningkatkan keterampilan menulis. Karena suara
narator dalam dongeng memungkinkan pendengar untuk mendengar
emosi, mendongeng digital menyediakan lingkungan belajar yang menarik
untuk belajar menulis. Pada saat yang sama, mendongeng digital
membantu dalam pengembangan keterampilan konseptual. Mungkin
sesederhana memahami kisah dan menyelesaikan situasi. Kemampuan
lain, seperti berpikir kritis, dapat ditingkatkan melalui penceritaan digital.
Setiap dongeng umumnya mengandung beberapa aspek, seperti nilai-nilai
moral, yang harus diidentifikasi oleh siswa melalui pemikiran kritis.
Akibatnya, mendongeng digital dapat digunakan secara efektif oleh guru
untuk mengajar menulis di kelas.
Banyak penelitian telah menemukan bahwa mendongeng digital
memiliki banyak efek positif pada tulisan pembelajar. Lim dan Noor
(2019) melakukan penelitian pada siswa sekolah menengah di Malaysia
yang menggunakan penceritaan digital sebagai strategi teknologi
terintegrasi. Mereka menemukan bahwa mendongeng digital membantu
siswa mengatur pemikiran mereka, mengembangkan teks yang koheren,
dan menggunakan bahasa dan terminologi yang tepat. Menurut Duman
dan Göcen (2015), mendongeng digital dapat membantu siswa belajar
bagaimana menggunakan kata-kata dan tata bahasa dengan tepat, serta
membangun kelancaran dan struktur tulisan. Menurut Nassim (2018),
melalui pembelajaran, siswa dapat menyampaikan pesan cerita atau nilai-
nilai moral.
Mendongeng digital dapat membantu meningkatkan keterlibatan
siswa di kelas. Menurut Foelske (2014), mendongeng digital
meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa di kelas karena
menyediakan lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Menurut
LoBello (2015), mendongeng digital meningkatkan kinerja menulis siswa,
orisinalitas, dan motivasi. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan
bahwa mendongeng digital bekerja dengan baik dalam kegiatan belajar
mengajar. Yamac dan Ulusoy (2016) melakukan penelitian di Turki
tentang digital storytelling sebagai media untuk siswa kelas tiga. Menurut
temuan penelitian, penceritaan digital yang digunakan oleh instruktur
Turki meningkatkan ide, organisasi, pilihan kata, kefasihan kalimat, dan
norma penulisan siswa. Seifeddin, Ahmed, dan Ebrahim (2015)
menyelidiki Digital Storytelling Writing Program (DSWP) untuk siswa
sekolah persiapan tahun kedua di Mesir. Mereka menemukan bahwa
penceritaan digital meningkatkan kinerja menulis dan pemikiran reflektif
siswa.
Berdasarkan studi yang ditunjukkan di atas, mendongeng digital
dapat dimanfaatkan untuk mengajar siswa bagaimana menulis dalam
bahasa Inggris. Hal inilah yang mendorong penulis untuk menggunakan
digital storytelling untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa SMP.
Itu juga karena anak-anak menerima nilai menulis yang rendah
berdasarkan data dari guru bahasa Inggris mereka. Ini bukan kasus coba-
coba karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
mendongeng digital dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.
Akibatnya, menggunakan cerita digital untuk mengajar menulis kepada
siswa sekolah menengah pertama dapat menjadi pilihan yang layak untuk
meningkatkan nilai menulis anak-anak.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk
menjembatani kesenjangan antara penyelidikan-penyelidikan sebelumnya.
Sebagian besar penelitian difokuskan pada penggunaan penceritaan digital
untuk meningkatkan penulisan secara umum, sedangkan penulis ingin
meningkatkan penulisan dalam teks naratif. Namun, penelitian terkait
digital storytelling dalam pengajaran menulis di Kalimantan Barat masih
sedikit, seperti Sari (2018) yang melakukan penelitian tentang persepsi
siswa SMA tentang penciptaan digital storytelling di kelas menulis, dan
Sudarmaji, Mulyana, dan Karsiyah (2020), yang melakukan penelitian
tentang pengajaran menulis menggunakan digital storytelling untuk siswa
SMA guna meningkatkan memori visual dan keterampilan menulis siswa.
Sayangnya, belum pernah ada penelitian yang dilakukan di Melawi,
khususnya pada penulisan SMA. Akibatnya, penulis mengantisipasi bahwa
mendongeng digital akan menjadi teknik yang bermanfaat bagi siswa
sekolah menengah atas untuk belajar menulis prosa naratif. Penelitian
dilaksanakan di SMKN 1 Nanga Pinoh yang terpilih sebagai sampel dari
seluruh SMA di Nanga Pinoh.

C. Masalah Penelitian
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi siswa SMK 1 Nanga Pinoh tentang penggunaan
digital storytelling dalam tulisan bahasa Inggris?
2. Bagaimana dampak digital storytelling terhadap keterampilan menulis
siswa SMKN 1 Nanga Pinoh?

D. Tujuan penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui persepsi siswa SMK 1 Nanga Pinoh tentang
penggunaan cerita digital dalam tulisan bahasa Inggris.
2. Untuk memahami dampak digital storytelling terhadap keterampilan
menulis siswa SMK 1 Nanga Pinoh .

E. Signifikansi Studi

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan akademisi

lainnya. Pentingnya ini diklasifikasikan ke dalam tiga kategori:

1. Para Peneliti

Studi ini kemungkinan akan berfungsi sebagai sumber daya bagi akademisi lain

yang tertarik untuk menggunakan penceritaan digital untuk mengajar menulis.


2. Para Guru

Dengan menggunakan penceritaan digital untuk meningkatkan kemampuan

menulis siswa, teknik ini mendorong guru untuk mengajar menulis dengan lebih

efektif.

3. Para Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan dan penerapan

keterampilan menulis siswa melalui penggunaan cerita digital.

F. Lingkup Penelitian

1. Terminologi Penelitian

Penting untuk menawarkan beberapa penjelasan untuk terminologi yang


digunakan dalam tesis. Ini adalah istilahnya:
1. Mendongeng Digital
Menurut Robin (2014), digital storytelling adalah penggabungan cerita dengan
multimedia digital seperti audio, foto, dan video. Digital Storytelling adalah metode
pengajaran bahasa Inggris yang telah digunakan dalam pendidikan bahasa. Pada
penelitian ini, digital storytelling digunakan untuk membantu siswa SMKN 1
Nanga Pinoh dalam meningkatkan kemampuan menulisnya.
2. Keterampilan menulis
Menurut Harmer (2001), menulis adalah jenis komunikasi yang menggunakan
bentuk tertulis untuk mengirimkan informasi. Menulis juga dapat digambarkan
sebagai tindakan menghasilkan ide-ide utama menggunakan huruf dan tanda baca.
Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan suatu tugas. Jadi, keterampilan
menulis adalah kemampuan menulis yang dimiliki penulis untuk menyampaikan
informasi secara jelas
G. Metodologi Penelitian

1. Desain Penelitian

Untuk penelitian ini, desain penelitian deskriptif kualitatif akan digunakan. Desain

ini memungkinkan peneliti untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan

persepsi siswa SMK 1 Nanga Pinoh mengenai dampak digital storytelling

terhadap keterampilan menulis mereka. Ini berfokus pada mengeksplorasi

pengalaman dan pemahaman siswa melalui wawancara mendalam dan analisis

dokumen.

Dalam penelitian ini, metode penelitian kualitatif digunakan untuk

mengumpulkan data. Pengumpulan data melibatkan melakukan wawancara dan

menganalisis dokumen tertulis siswa. Penelitian ini berfokus pada siswa kelas X

SMK 1 Nanga Pinoh dan bertujuan untuk mengeksplorasi dampak penceritaan

digital terhadap keterampilan menulis mereka.

Untuk mengumpulkan data, peneliti melakukan wawancara dengan siswa.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan wawasan tentang pengalaman,

persepsi, dan pemikiran siswa tentang penggunaan cerita digital dalam

meningkatkan keterampilan menulis mereka. Pertanyaan wawancara dirancang

untuk memperoleh tanggapan rinci dan mendalam dari siswa.

Selain itu, peneliti menganalisis dokumen tertulis yang dihasilkan oleh siswa. Para

siswa diberi tugas menulis yang berkaitan dengan topik tertentu, seperti teks

naratif. Dokumen tertulis, seperti cerita atau karangan, dikumpulkan dan diperiksa

untuk menilai kemampuan menulis siswa.


Pendekatan penelitian kualitatif memungkinkan pemahaman yang kaya tentang

perspektif dan pengalaman siswa dengan penceritaan digital. Data yang

dikumpulkan melalui wawancara dan dokumen tertulis memberikan wawasan

berharga tentang keefektifan penceritaan digital dalam meningkatkan

keterampilan menulis siswa.

Selanjutnya penelitian difokuskan pada kelompok siswa tertentu yaitu siswa kelas

X SMK 1 Nanga Pinoh. Pendekatan bertarget ini bertujuan untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana penceritaan digital

memengaruhi kemampuan menulis mereka.

Secara keseluruhan, penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengeksplorasi

dampak digital storytelling terhadap keterampilan menulis siswa kelas X SMK 1

Nanga Pinoh melalui wawancara dan analisis dokumen tertulis.

2. Mata Pelajaran

Lokasi penelitian adalah tempat dilakukannya penelitian. Penelitian ini dilakukan

di SMKN 1 Nanga Pinoh. JL Sidomulyo, Kec. Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi,

Kalimantan Barat 79672 adalah alamatnya. Karena cocok untuk melakukan

pembelajaran dengan siswa SMA, SMK 1 Nanga Pinoh dipilih sebagai lokasi

penelitian. Sekolah telah membuatnya cukup mudah, dan bahasa Inggris

digunakan dalam kurikulum untuk anak-anak.

A. Populasi penelitian

Populasi adalah kelompok lengkap orang tentang siapa peneliti mencari informasi.

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK 1 Nanga Pinoh.
Lembaga ini menyediakan 12 kelas untuk siswa dari berbagai tingkatan dan empat

kelas untuk siswa tahun kedua. Setiap sesi memiliki tiga puluh siswa dengan

berbagai tingkat kemampuan menulis.

B. Analisis Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang lebih besar dari siapa peneliti akan

mengumpulkan data. Sampel penelitian ini adalah kelas X TKJ SMK 1 Nanga

Pinoh yang berjumlah 30 siswa, 24 perempuan, dan 6 laki-laki. Kelas tersebut

terdiri dari 30 siswa dengan berbagai bakat menulis; Namun, peneliti hanya

memilih 10 siswa yang menghadiri semua pertemuan penelitian.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer untuk penelitian ini adalah wawancara. Peneliti

akan melakukan wawancara mendalam dengan para siswa untuk mengumpulkan

perspektif, pemikiran, dan pengalaman mereka tentang dampak penceritaan digital

terhadap keterampilan menulis mereka. Selain itu, transkrip dokumen, seperti

cerita atau karangan yang ditulis oleh siswa, akan dikumpulkan dan dianalisis

untuk lebih memahami kemampuan menulis mereka dan setiap perubahan yang

dihasilkan dari penggunaan penceritaan digital.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tematik.

Analisis tematik melibatkan identifikasi pola, tema, atau ide yang berulang dalam

data kualitatif yang dikumpulkan dari wawancara dan transkrip dokumen. Peneliti
akan menganalisis data secara sistematis untuk mengekstrak tema dan wawasan

yang bermakna terkait dengan persepsi siswa dan dampak penceritaan digital pada

keterampilan menulis mereka. Pendekatan ini akan memberikan pemahaman yang

komprehensif tentang pengalaman dan sikap siswa terhadap penceritaan digital

dalam tulisan bahasa Inggris.

BIBLIOGRAFI

Amelia, LCH, & Abidin, MJZ (2018). Persepsi Pembelajar Muda ESL tentang

Pengaruh Penggunaan Aplikasi Digital Storytelling dalam Pembelajaran Bahasa Inggris.

Jurnal Pertanika Ilmu Sosial & Humaniora .

Azmi Zakaria, M., & Aziz, AA (2019). Dampak penceritaan digital pada

keterampilan menulis narasi ESL. Arab World English Journal (AWEJ) Edisi Khusus CALL ,

(5).

Azis, YA (2020). Tugas berbasis mendongeng digital kolaboratif untuk instruksi

menulis EFL: Hasil dan persepsi. Jurnal Asia TEFL , 17 (2), 562.

Bhakti, MENABUR (2020). Persepsi Siswa terhadap Implementasi Digital

Storytelling dalam Pengembangan Keterampilan Menulis. Jurnal Bahasa Inggris Terapan

, 6 (2), 66-74.

Ballast, K., Stephens, L., & Radcliffe, R. (2008, Maret). Efek penceritaan digital

pada tulisan siswa kelas enam dan sikap mereka tentang menulis. Dalam Konferensi

Internasional Masyarakat untuk Teknologi Informasi & Pendidikan Guru (hlm. 875-879).

Asosiasi untuk Kemajuan Komputer dalam Pendidikan (AACE).

Castillo-Cuesta, L., Quinonez-Beltran, A., Cabrera-Solano, P., Ochoa-Cueva, C., &

Gonzalez-Torres, P. (2021). Menggunakan Penceritaan Digital sebagai Strategi untuk


Meningkatkan Keterampilan Menulis EFL. Jurnal Internasional Teknologi Baru dalam

Pembelajaran , 16 (13).

Castillo-Cuesta, L., Quinonez-Beltran, A., Cabrera-Solano, P., Ochoa-Cueva, C., &

Gonzalez-Torres, P. (2021). Menggunakan Penceritaan Digital sebagai Strategi untuk

Meningkatkan Keterampilan Menulis EFL. Jurnal Internasional Teknologi Baru dalam

Pembelajaran , 16 (13).

Hava, K. (2021). Menjelajahi peran penceritaan digital dalam motivasi dan

kepuasan siswa dalam pendidikan EFL. Pembelajaran Bahasa dengan Bantuan Komputer

, 34 (7), 958-978.

Leong, ACH, Abidin, MJZ, & Saibon, J. (2019). PERSEPSI PEMBELAJAR TERHADAP

DAMPAK PENGGUNAAN DIGITAL STORYTELLING TERHADAP PEMBELAJARAN

VOCABULARY. Mengajar Bahasa Inggris dengan Teknologi , 19 (4), 3-26.

LoBello, C. (2015). Dampak penceritaan digital terhadap motivasi menulis siswa

kelas IV. Tesis master tidak dipublikasikan). Universitas Negeri New York, Amerika

Serikat .

Munajah, R., Sumantri, MS, & Yufiarti, Y. (2023). Penggunaan digital storytelling

untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Kemajuan Penelitian Pendidikan

Mobile Learning , 3 (1), 579-585.

Meletiadou, E. (2022). Menggunakan penceritaan digital pendidikan untuk

meningkatkan keterampilan menulis siswa multibahasa di pendidikan tinggi. Jurnal

Pendidikan IAFOR , 10 (2), 111-130.

Rahimi, M., & Yadollahi, S. (2017). Efek penceritaan digital offline vs. online

pada pengembangan keterampilan literasi pembelajar bahasa Inggris. Pendidikan

Cogent , 4 (1), 1285531.


Santiana, S., Lesmana, DS, Marzuki, AG, & Erizar, E. (2021, Desember).

Wawasan tentang aplikasi anitales yang dirasakan oleh siswa mendongeng digital.

Dalam Prosiding International Conference on Islamic Education (ICIED) (Vol. 6, No. 1,

hlm. 23-30).

Sarıca, H.Ç., & Usluel, YK (2016). Efek mendongeng digital pada memori visual

dan keterampilan menulis. Komputer & Pendidikan , 94 , 298-309.

Tanrikulu, F. (2022). Persepsi siswa tentang efek penceritaan digital kolaboratif

terhadap keterampilan menulis. Pembelajaran Bahasa Berbantuan Komputer , 35 (5-6),

1090-1105.

You might also like