You are on page 1of 12

Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road Safety)

Vol. X No. X, Halaman: xx – xx, Bulan, 200x


Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan

ANALISA PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN JALAN


DI JALUR PARIWISATA
(STUDI KASUS : KAJEN–DIENG)
Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3

Program Studi Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan


Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan
Jalan Semeru No. 3 Kota Tegal, Jawa Tengah 52125
E-mail: rizkydwianggara31@gmail.com

Abstract
Tourism is a journey made from one place to another with the intention of doing
sightseeing and recreation. To travel to Dieng, tourists can use the route from
Pekalongan Regency via the Kajen route to Kalibening–Wanayasa–Dieng. Many tourism
activities depend on transportation. For the sake of smooth access to tourist
attractions, safety aspects are needed in facilitating accessibility and avoiding accident
victims. For the data needed in this study, namely primary data. The analyzed data
was obtained from a survey using the Hawkeye tool and also software called the
Hawkeye Processing Toolkit to analyze the data. From the results of the study, it was
found that the tourism route section contained an aspect of the road geometric with a
moderately dangerous risk category (CB), namely Roughness/IRI and for aspects of
the harmonization of road equipment there was a Very Dangerous (SB) category,
namely lane width, shoulder width. roads, and street lighting which on this route have
technical deviations and high accident probability and impact. This is related to the
driver who crosses this road section must be vigilant because the road is damaged and
less smooth coupled with the road lanes that do not meet the standards and the
lighting is very lacking, especially when crossing at night.

Keywords: Tourism, road safety inspection, Hawkeye, road safety deficiency.

Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3 1


Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road Safety)

Abstrak

Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain
dengan maksud melakukan tamasya dan rekreasi. Untuk melakukan perjalanan wisata
ke dieng, Wisatawan bisa memanfaatkan jalur dari Kabupaten Pekalongan melalui jalur
Kajen ke arah Kalibening–Wanayasa–Dieng. Aktivitas kepariwisatan banyak bergantung
pada transportasi. Demi kelancaran dalam mengakses tempat wisata, maka
diperlukannya aspek keselamatan dalam memperlancar aksesibilitas dan menghindari
korban kecelakaan. Untuk data yang diperlukan pada penelitian ini yaitu data primer.
Data yang dianalisis diperoleh dari survei menggunakan alat bantu Hawkeye dan juga
software yang bernama Hawkeye Processing Toolkit untuk menganalisa datanya. Dari
hasil penelitian tersebut, didapatkan bahwa ruas jalur pariwisata tersebut terdapat
aspek dari geometrik jalan dengan kategori risiko Cukup Berbahaya (CB) yaitu pada
Roughness/IRI dan untuk aspek dari harmonisasi perlengkapan jalan terdapat kategori
Sangat Bahaya (SB) yaitu pada lebar lajur, lebar bahu jalan, dan lampu penerangan
jalan yang di mana pada rute ini memiliki penyimpangan teknis dan nilai peluang dan
dampak kecelakaan yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan pengemudi yang melintasi
ruas jalan ini harus waspada dikarenakan jalan yang rusak dan kurang mulus ditambah
dengan lajur jalan yang tidak memenuhi standar dan lampu penerangan yang sangat
kurang terlebih saat melintasi di malam hari.

Kata Kunci : Pariwisata, inpeksi keselamatan jalan, Hawkeye, defisiensi keselamatan


jalan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, dijelaskan bahwa
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah,
dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air kecuali
jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
Sesuatu hal yang tidak mungkin terjadi apabila di zaman yang sangat modern
ini, jika orang-orang melakukan perjalanan wisata tidak menggunakan fasilitas
pengangkutan yang memadai. Aktivitas kepariwisatan banyak bergantung pada
transportasi. Demi kelancaran dalam mengakses tempat wisata, maka
diperlukannya aspek keselamatan dalam memperlancar aksesibilitas dan
menghindari korban kecelakaan.

Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3 2


Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road Safety)

Untuk meningkatkan aspek keselamatan pada ruas jalan, maka dilakukannya


inspeksi keselamatan jalan. Latar belakang utama pelaksanan inspeksi
keselamatan jalan antara lain untuk mewujudkan keselamatan jalan yang
merupakan salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan transportasi jalan
sesuai dengan Undang Undang No 22 Tahun 2009. Selain itu, inspeksi terhadap
kondisi jalan beserta pelengkapnya dan lingkungan sekitarnya sangat
berpengaruh terhadap keselamatan pengguna jalan, yang diperkirakan memiliki
kontribusi cukup besar terhadap terjadinya kecelakaan yang relatif besar.
Salah satu faktor penyebab kecelakaan adalah kurangnya perhatian terhadap
prasarana yang memenuhi aspek dari keselamatan. Walaupun jumlah
kecelakaan akibat prasarana relatif kecil bila dibandingkan dengan faktor
Human Error (manusia) dan kendaraan (sarana), namun harus tetap
mendapatkan perhatian yang serius. Kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan
oleh kurangnya prasarana jalan tersebut umumnya disebabkan oleh desain
geometrik jalan kurang tepat, kondisi permukaan jalan yang buruk, kurangnya
tanda-tanda jalan seperti marka dan rambu serta kekurangan inventaris jalan
yang lain seperti Penerangan Jalan Umum (PJU), Pagar Pengaman (Guardrail),
Cermin Tikung, Delineator dan sebagainya. Tujuan daripada penelitian ini
adalah tidak lain untuk menciptakan jalan yang berkeselamatan.

Kajian Pustaka

Inspeksi Keselamatan Jalan


Menurut Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (2016), Inspeksi
Keselamatan Jalan merupakan pemeriksaan sistematis dari jalan atau segmen
jalan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya, kesalahan kesalahan dan
kekurangan-kekurangan yang dapat menyebabkan kecelakaan.

Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan Lalu Lintas merupakan suatu peristiwa di jalan yang tidak
disangkasangka dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian
harta benda (Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1993 pasal 93 (1)).

Ketidakrataan Jalan
Ketidakrataan Jalan merupakan gambaran karakteristik profil memanjang
permukaan perkerasan pada lintasan jejak roda yang dilewati. Ketidakrataan
merupakan fenomena yang ditimbulkan akibat interaksi antara profil
memanjang permukaan perkerasan dengan kendaraan yang melintas di atas
permukaan perkerasa tersebut, sehingga Ketidakrataan merupakan ekspresi
kenyamanan kendaraan.
Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3 3
Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road Safety)

Fasilitas Perlengkapan Jalan


Fasilitas Perlengkapan Jalan memberi informasi kepada pengguna jalan tentang
peraturan dan petunjuk yang diperlukan untuk mencapai arus lalu lintas yang
selamat, seragam, dan beroperasi dengan efisien.

Identifikasi Lokasi Rawan Kecelakaan


Identifikasi lokasi rawan kecelakaan lalu lintas meliputi dua tahapan di
antaranya sejarah kecelakaan (accident history) dari seluruh wilayah studi
dipelajari untuk memilih beberapa lokasi yang rawan terhadap kecelakaan dan
lokasi terpilih dipelajari secara detail untuk menemukan penanganan yang
dilakukan. Daerah rawan kecelakaan dikelompokkan menjadi tiga diantaranya
lokasi rawan kecelakaan (hazardous sites), rute rawan kecelakaan (hazardous
routes) dan wilayah rawan kecelakaan (hazardous area) (Pusdiklat
Perhubungan Darat, 1998).

Geometrik Jalan
Geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang titik beratkan
pada alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal sehingga dapat memenuhi
fungsi dasar dari jalan yang memberikan kenyamanan yang optimal pada arus
lalu lintas sesuai dengan kecepatan yang direncanakan.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Gambar 1 Peta Jalur Pariwisata


Kajen–Kalibening–Wanayasa

Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3 4


Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road Safety)

Jalur Pariwisata Kajen–Kalibening–Wanayasa berada di antara daerah


Kabupaten Pekalongan–Kabupaten Banjarnegara. Survei dilakukan dimulai dari
bundaran Kecamatan Kajen sampai di pertigaan Kecamatan Wanayasa dengan
total panjang 55,00 km. Untuk jalan disurvei ada 2 arah yaitu arah normal (N)
dan opposite (O).
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data primer yaitu berupa
data video jalan, data ketidakrataan jalan, dan data geometrik jalan.
b. Analisis Hawkeye 2000 Series, Hawkeye 2000 series, merupakan peralatan
survey jalan raya digital terpadu yang terintegrasi, modular, dan terskala
(scalable). Lalu data yang telah diperoleh dari survei akan diproses di
software yang bernama Hawkeye Processing Toolkit.
c. Analisis nilai ketidakrataan jalan/IRI, Tingkat ketidakrataan jalan atau yang
disebut dengan IRI (International Roughness Index) adalah besaran ukuran
yang menggambarkan nilai ketidakrataan permukaan yang diindikasikan
sebagai panjang kumulatif turun naiknya permukaan per satuan panjang.
Parameter ketidakrataan ditampilkan dalam suatu skala yang
menggambarkan ketidakrataan permukaan perkerasan yang dirasakan oleh
pengendara.

Tabel 1 Kriteria Kondisi Jalan Berdasarkan Nilai IRI

Nilai IRI Keterangan Kondisi Jalan


IRI ≤ 4 Kondisi Baik

4 < IRI ≤ 8 Kondisi Sedang

8 < IRI ≤ 12 Kondisi Rusak Ringan

IRI > 12 Kondisi Rusak Berat

Sumber: Permen PUPR No. 33/PRT/M/2016, (2016)

Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3 5


Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road Safety)

d. Analisis defisiensi keselamatan jalan

Tabel 2 Nilai Dan Kategori Risiko Beserta Tingkat


Penanganan Defisiensi Keselamatan Infrastruktur Jalan
Analisis Risiko
Kategori Tingkat Kepentingan Penanganan
Nilai Risiko
Risiko
Monitoring rutin dengan inspeksi
Tidak
keselamatan jalan yang terjadwal pada
< 125 Berbahaya
titik-titik yang berpotensi terhadap
(TB)
kejadian kecelakaan
Perlu penanganan teknis yang tidak
Cukup
terjadwal berdasarkan hasil inspeksi
125 - 250 Berbahaya
keselamatan jalan di lokasi kejadian dan
(CB)
sekitarnya
Perlu Penanganan teknis yang terjadwal
Berbahaya
250 - 375 maksimal 2 (dua) bulan sejak hasil
(B)
audit keselamatan disetujui
Perlu penanganan teknis secara total
Sangat
dengan stakeholder terkait maksimal 2
> 375 Berbahaya
(dua) minggu sejak hasil audit
(SB)
keselamatan jalan disetujui

Sumber: Mulyono dkk (2009)

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Rambu Lalu Lintas
Tabel 3 Rambu Existing Ruas Jalur Pariwisata Kajen–
Kalibening–Wanayasa pada Jalur Normal
Kondisi
No Jenis Rambu Jumlah
Baik Buruk
1 Peringatan 194 190 4
2 Petunjuk 11 11 0
3 Perintah 1 1 0
4 Larangan 1 1 0
Total 207 203 4

Sumber: Hasil Observasi

Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3 6


Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road Safety)

Tabel 4 Rambu Eksisting Ruas Jalur Pariwisata


Wanayasa–Kalibening–Kajen pada Jalur Opposite
Kondisi
No Jenis Rambu Jumlah
Baik Buruk
1 Peringatan 95 89 6
2 Petunjuk 10 10 0
3 Perintah 2 2 0
4 Larangan 2 2 0
Total 109 103 6

Sumber: Hasil Observasi

b. Marka Jalan
Panjang jalan yang dilakukan survei pada ruas jalur ini adalah sepanjang
54,98 km. Kondisi eksisting marka jalan pada ruas jalur pariwisata
tersebut dibagi menjadi 3 kondisi yaitu marka dengan kondisi yang baik,
pudar, dan tidak dilengkapi dengan marka. Terdapat 35,08 km marka
tengah yang masih dalam kondisi baik, 7,35 km marka yang pudar, dan
12,55 km jalan yang tidak dilengkapi marka. Sedangkan pada marka tepi
terdapat 4,77 km marka yang dalam kondisi baik, 23,56 km marka yang
pudar, dan 26 ,65 km yang tidak dilengkapi marka.

c. Ketidakrataan Jalan/IRI
Ketidakrataan permukaan jalan pada ruas jalur pariwisata Kajen–
Kalibening–Wanayasa di jalur normal dibagi menjadi 4 kategori yaitu baik,
sedang, rusak ringan, dan rusak berat. Jalan terpanjang di mana terdapat
pada kategori sedang yaitu sepanjang 24,08 kilometer atau sebesar 44%
dari total keseluruhan panjang jalan. Sedangkan pada jalur opposite
dibagi menjadi 4 kategori yaitu baik, sedang, rusak ringan, dan rusak
berat. Jalan terpanjang di mana terdapat pada kategori sedang yaitu
sepanjang 24,02 kilometer atau sebesar 44% dari total keseluruhan
panjang jalan. Panjang jalan akan dijelaskan oleh tabel berikut.

Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3 7


Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road Safety)

Tabel 5 Ketidakrataan/Kerusakan Permukaan


Jalan Eksisting Ruas Kajen–Kalibening–Wanayasa
pada Jalur Normal

Jenis Ketidakrataan Panjang Jalan


Permukaan Jalan (km)
Baik 17,28
Sedang 24,02
Rusak Ringan 8,63
Rusak Berat 5,08

Sumber: Hasil Observasi

d. Geometrik Jalan

Tabel 6 Geometrik Jalan Eksisting Jalur Pariwisata Kajen–


Kalibening–Wanayasa

Panjang Jalan (km)


No Kategori Cross H. V.
Grade
Slope Curve Curve
1 Tidak Berbahaya 28,55 37,35 53,39 55,01
2 Cukup Berbahaya 7,37 12,37 1,6 -
3 Berbahaya 12,21 4,53 0,02 -
4 Sangat Berbahaya 6,88 0,76 - -

Sumber: Hasil Observasi

Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3 8


Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road Safety)

e. Hasil Analisis

Tabel 7 Hasil Inspeksi Keselamatan Jalan dan Kategori Risiko


Jalur Pariwisata Kajen–Kalibening–Wanayasa

Nilai Nilai Nilai Kategori


Aspek yang diaudit
peluang dampak risiko Risiko
Grade 1 100 100 TB
Cross Slope 1 1 1 TB
Horizontal Curv. 1 1 1 TB
Vertical Curv. 1 1 1 TB
Roughness/IRI 1,4 100 140 CB
Jarak Pandang 1,4 1 1,4 TB
Lebar Lajur 7,2 100 720 SB
Beda Elevasi Bahu Jalan 1,2 1 1,2 TB
Lebar Bahu Jalan 4,8 100 480 SB

Akses Persil 1,2 1 1,2 TB

Rambu Larangan 2,8 1 2,8 TB

Rambu Perintah 2,8 1 2,8 TB

Rambu Peringatan 2,8 1 2,8 TB

Rambu Petunjuk 2,8 1 2,8 TB

Marka Jalan 1,2 1 1,2 TB

Lampu Penerangan 7,2 100 720 SB

Guardrail dan Delineator 2,8 20 56 TB

Median 2,8 20 56 TB
Hasil Pengkategorian Risiko Jalan 127 CB

Sumber: Hasil Analisa

Dari hasil tersebut terdapat aspek dari geometrik jalan dengan kategori risiko
Cukup Berbahaya (CB) yaitu pada Roughness/IRI dan untuk aspek dari
harmonisasi perlengkapan jalan terdapat kategori Sangat Bahaya (SB) yaitu
pada lebar lajur, lebar bahu jalan, dan lampu penerangan jalan yang di mana
pada rute ini memiliki penyimpangan teknis dan nilai peluang dan dampak
kecelakaan yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan pengemudi yang melintasi
ruas jalan ini harus waspada dikarenakan jalan yang rusak dan kurang mulus
ditambah dengan lajur jalan yang tidak memenuhi

Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3 9


Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road Safety)

standar dan lampu penerangan yang sangat kurang terlebih saat melintasi di
malam hari.
Tabel 8 Kategori Risiko Pada Ruas Jalur
Pariwisata Kajen–Kalibening–Wanayasa

Nilai Risiko Kategori Risiko

Tidak berbahaya
< 125
(TB)
Cukup berbahaya
125 – 250
(CB)
250 – 375 Berbahaya (B)
Sangat berbahaya
>375
(SB)

Sumber: Hasil Analisa

Dari kesimpulan hasil di atas dapat ditentukan bahwa tingkat kategori risiko
pada ruas jalan Kajen–Kalibening–Wanayasa adalah Cukup Berbahaya (CB).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Setelah dianalisis, pada aspek geometrik jalan terdapat 2 kategori yaitu
berbahaya dan sangat berbahaya. Untuk kategori berbahaya terdapat Grade
sepanjang 12,21 km, dan Cross Slope sepanjang 4,53 km sedangkan untuk
kategori sangat berbahaya terdapat Grade sepanjang 6,88 km, dan Cross
Slope sepanjang 0,76 km. Ketidakrataan permukaan jalan pada arah normal
dan opposite dibagi menjadi 4 kategori yaitu baik, sedang, rusak ringan, dan
rusak berat. Jalan terpanjang pada jalur normal terdapat pada kategori
sedang yaitu sepanjang 24,08 kilometer atau sebesar 44% dari total
keseluruhan panjang jalan dan pada jalur opposite atau arah sebaliknya
terdapat pada kategori sedang yaitu sepanjang 24,02 km atau sebesar 44%
dari total keseluruhan panjang jalan.
2. Perlengkapan jalan pada ruas jalur pariwisata Kajen – Wanayasa yaitu pada
rambu lalu lintas sudah cukup memadai. Terdapat 306 buah rambu yang di
mana 10 buah rambu dalam keadaan rusak. Kondisi eksisting marka jalan di
sepanjang 54,98 km pada ruas jalur pariwisata tersebut dibagi menjadi 3
kondisi yaitu marka dengan kondisi yang baik, pudar, dan tidak dilengkapi

Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3 10


Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road Safety)

3. dengan marka. Terdapat 35,08 km marka tengah yang masih dalam kondisi
baik, 7,35 km marka yang pudar, dan 12,55 km jalan yang tidak dilengkapi
marka. Sedangkan pada marka tepi terdapat 4,77 km marka yang dalam
kondisi baik, 23,56 km marka yang pudar, dan 26 ,65 km yang tidak
dilengkapi marka.
4. Analisis yang dilakukan terhadap aspek dari geometrik jalan didapatkan
kategori risiko Cukup Berbahaya (CB) yaitu pada Roughness/IRI dan untuk
aspek dari harmonisasi perlengkapan jalan terdapat kategori Sangat Bahaya
(SB) yaitu pada lebar lajur, lebar bahu jalan, dan lampu penerangan jalan
yang di mana pada rute ini memliki penyimpangan teknis dan nilai peluang
dan dampak kecelakaan yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan pengguna
jalan yang melintasi ruas jalur pariwisata yang hendak melakukan perjalanan
wisata ini harus waspada dikarenakan pada ruas jalur ini masih ada di
beberapa bagian jalan yang rusak dan kurang mulus ditambah dengan lajur
jalan yang tidak memenuhi standar dan lampu penerangan jalan yang masih
sangat kurang terlebih saat melintasi di malam hari.
Saran
1. Perlunya melakukan inspeksi keselamatan jalan secara berkala agar bisa
mengetahui di mana saja titik-titik berbahaya dan kekurangan-kekurangan
inventarisasi jalan pada ruas jalur ini terletak.
2. Perlu dilakukan penanganan atau perbaikan-perbaikan yang sesuai dengan
jenis defisiensi yang ada agar bisa memberikan keselamatan pada para
pengguna jalan di ruas jalur pariwisata tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. “Tata
cara perencanaan geometrik jalan antar kota”. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Jalan. Bandung.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia.
2016. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 33/PRT/M/2016 Tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur.
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 13 Tahun 2014 Tentang
Rambu Lalu Lintas.

Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3 11


Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan (Indonesian Journal of Road Safety)

Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri


Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 34 Tahun 2014 Tentang
Marka Jalan.
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 82 Tahun 2018 Tentang Alat
Pengendali Dan Pengaman Pengguna Jalan.
Menteri Pekerjaan Umum. 2011. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
19/PRT/M/2011 Tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan.
Mulyono, A. T., Kushari, B. and Gunawan, H. E., 2009. “Audit Keselamatan
Infrastruktur Jalan (Studi Kasus Jalan Nasional KM 78-KM 79 Jalur Pantura
Jawa, Kabupaten Batang)”, Jurnal Teknik Sipil, Jurnal Teoritis dan Terapan
Bidang Rekayasa Sipil ISSN 0853-2982. Vol. 16 No. 3 Desember 2009.
Undang Undang No 22. 2009. UU No 22 Tahun 2009. UU No. 22 Th 2009.
https://doi.org/10.7202/1016404ar

Yoeti, Oka A. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa

Rizky Dwi Anggara1, Nugroho Suadi2, Yogi Oktopianto3 12

You might also like