You are on page 1of 8

The 16th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, November 1-2, 2013

STUDI PREFERENSI OPERATOR TRUK ANGKUTAN


BARANG TERHADAP ANGKUTAN LAUT JARAK PENDEK
(SHORT SEA SHIPPING)
(KASUS: ANGKUTAN BARANG JAWA-SUMATERA)
Darwin
Peserta Program S3 Transportasi
Sekolah Arsitektur, Perencanaan
dan Pengembangan Kebijakan,
ITB
Bandung 40113
Telp: 0811225936
mhmddarwin@gmail.com;

Ofyar Z Tamim
Professor
Program Studi Teknik Sipil
Institut Teknologi Bandung
Jln.Ganesha 10
Bandung, 40113
Telp: 0811223169
ofyar@trans.si.itb.ac.id

Gatot Yudoko
Dosen
Sekolah Bisnis dan Manajemen,
Institut Teknologi Bandung
Jln.Ganesha 10
Bandung, 40113
Telp: 08156070967
gyudoko@yahoo.com

Abstract
Indonesia as an archipelagic country has a land freight, sea freight and air freight. From the data the share of
freight by road freight transport modes obtained 90.4%, 7% sea freight, rail freight only 0.6% and 0.99%
ferry. This study was therefore conducted to determine the preferences of truck drivers to transport freight
multimodal, short-distance sea transport (short sea shipping), particularly the Java-Sumatra freight. The
methodology used in this study were interviews with freight operators through questionnaires regarding
freight service attributes. Respondents were asked to answer questions and statements freight service scenario
preferences. The data processing as many as 223 respondents using a binary logit model showed that
operators prefer land modes rather than sea mode, which is shown by the following equation utility transport
options:

Based on the research and the results of data processing, it can be concluded that the government needs to
develop a policy of integrated multimodal transport (short sea shipping) in order to more effectively and
efficiently.
Abstrak
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki angkutan darat, angkutan laut, dan angkutan udara. Dari data
share angkutan barang berdasarkan moda angkutan diperoleh angkutan jalan mencapai 90,4%, angkutan laut
mencapai 7%, angkutan kereta api hanya mecapai 0,6% dan penyeberangan sebesar 0,99%. Oleh karena itu
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui preferensi pengemudi truk angkutan barang terhadap angkutan
multimoda, angkutan laut jarak pendek (short sea shipping), khususnya angkutan barang Jawa-Sumatera.
Metodologi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan operator angkutan barang
melalui kuesioner mengenai atribut pelayanan angkutan. Responden diminta menjawab pertanyaan skenario
pelayanan angkutan dan pernyataan preferensinya. Hasil pengolahan data sebanyak 223 responden dengan
menggunakan model logit biner menunjukan bahwa operator lebih suka melalui moda darat ketimbang moda
laut, yang ditunjukan oleh persamaan utilitas pilihan angkutan berikut:

Berdasarkan penelitian dan hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah perlu
mengembangkan kebijakan angkutan multimoda (short sea shipping) terpadu agar lebih efektif dan efisien.
Kata Kunci: Angkutan Barang, Moda Angkutan Laut, Multimoda, Fungsi Utilitas, Model Logit Biner.

The 16th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, November 1-2, 2013

PENDAHULUAN
Transportasi merupakan bagian dari sistem kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara yang berperan sebagai urat nadi dan sekaligus sebagai sarana mobilitas sosial,
ekonomi, dan budaya serta pertahanan keamanan. Melihat kondisi geografis Indonesia
yang berupa kepulauan, maka transportasi menjadi wahana yang sangat vital untuk
memfasilitasi pergerakan orang dan barang ke seluruh tanah air.
Indonesia sebagai negara kepulauan, oleh karena itu transportasi laut memegang peranan
yang sangat penting dan strategis. Peranan tersebut dapat dilihat dari angka statistik yang
menunjukkan bahwa sekitar 97 % perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) Indonesia
dilakukan dengan transportasi laut. Namun demikian peran angkutan laut belum
termanfaatkan dengan optimal di Indonesia. Dari data share angkutan barang berdasarkan
moda transportasi diperoleh angkutan jalan masih mendominasi dengan prosentasi
mencapai besaran 90,4 % , disusul dengan angkutan transportasi laut mencapai 7 %.
Sedangkan angkutan kereta api hanya mecapai 0,6 %, dan penyebrangan 0,99 %.
Angkutan barang Jawa-Sumatra dilayani oleh oleh angkutan Truk Penyebrangan Merak
Bakauheni. Aktivitas angkutan antar kota di kedua pulau besar ini meningkat terus
seperti ditunjukan oleh tabel 1, sementara berbagai masalah terjadi dalam angkutan barang
ini, seperti muatan lebih, klas jalan yang berbeda mengakibatkan tingkat kerusakan jalan
semakin tinggi, kemacetan lalulintas, dan gangguan ketersediaan kapal serta cuaca saat
penyeberangan.
Tabel 1 Jumlah kendaraan Angkutan Barang yang Melintas Merak - Bakauheni
Jumlah kendaraan
Jumlah Kendaraan
Tahun
angkutan barang
angkutan barang
2000
524361
542859
2001
530722
547784
2002
565984
572966
2003
584685
617209
2004
632468
670246
2005
782442
690192
2006
681146
650649
2007
769774
709229
2008
858675
778938
2009
811478
785858
2010
895264
856077
Sumber : PT ASDP Ferry Cabang Merak dan Bakauheni
yang pada akhirnya menurunkan kinerja angkutan karena waktu perjalanan menjadi tinggi.
Karena kecepatannya rendah, sementara kedatangannya relatif tinggi maka pada waktuwaktu tertentu dan pada ruas jalan tertentu terjadi kemacetan. Kondisi ini sangat
menjengkelkan para pengemudi truk, dan kerugian pengemudi semakin besar, baik karena

The 16th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, November 1-2, 2013
bahan bakar yang lebih boros, energi fisik lebih terkuras. Permasalahan tidak saja ditemui
di jalan raya, tapi juga dipelabuhan penyebrangan, yaitu penyeberangan tergantung pada
kondisi cuaca dan tinggi rendahnya gelombang laut sehingga menimbulkan antrian yang
panjang dan memunculkan berbagai pungutan liar. Pada Gambar 1 ditunjukan kondisi di
pelabuhan Merak saat penelitian ini dilakukan.

Gambar 1 Antrian Truk di pelabuhan penyebrangan Merak


Antrian kendaraan bisa mencapai pintu gerbang tol cilegon Barat, dan kerugian pengusaha
perhari akibat keterlambatan distribusi bisa mencapai Rp 18 Milyar, sedangkan banjir
Jakarta yang mengakibatkan jalan tol Ciujung terendam merugikan pengusaha di kawasan
industri Cilegon mengalami kerugian Rp. 50 Milyar/hari. Sampai saat ini pemerintah
belum memiliki database lengkap mengenai aktivitas industri tersebut, baik kegiatan rantai
pasok (logistik produk jadi, bahan baku, atau bahan pendukung lainnya), disamping itu
juga kepedulian industri untuk melaporkan barang yang dikirimkan setiap waktu (manifest
barang) sangat rendah, dan pemerintah belum memiliki sistem informasi manifest
angkutan barang yang terpadu, baik moda darat, moda laut, dan udara, sehingga masih sulit
untuk mengestimasi kerugian nilai asset yang hilang akibat keterlambatan sistem distribusi
logistik.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui preferensi
pengemudi truk angkutan barang terhadap angkutan laut jarak pendek (short sea shipping),
khususnya angkutan barang di Jawa-Sumatera. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
masukan kebijakan pengembangan angkutan multimoda di Indonesia, yang sampai saat ini
masih belum berjalan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA
SISTEM ANGKUTAN
Sistem angkutan dari suatu wilayah adalah sistem pergerakan manusia atau barang dari
satu zona asal (origin) ke satu zona tujuan (destination) dalam wilayah yang bersangkutan
dengan menggunakan berbagai sumber tenaga dan dilakukan untuk suatu tujuan tertentu

The 16th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, November 1-2, 2013
(Manheim, 1979). Perkembangan angkutan sesuai dengan temuan teknologi baru,
berkembang dalam bentuk jasa angkutan darat, laut dan udara. Kegiatan angkutan
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan masyarakat di regional tersebut. Sesuai
dengan perkembangan kebudayaan dan teknologi, perpindahan muatan (barang) ini
membutuhkan dimensi baru, yaitu segi kualitas produk jasa angkutan yang meliputi
keamanan muatan, kecepatan, ketepatan waktu tiba ditempat tujuan, biaya yang
wajar, serta keteraturan singgah dari sarana angkutan (frekuensi) tersebut.
Menurut Manheim (1978) atribut pelayanan angkutan ditunjukan pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Atribut Pelayanan Angkutan
Waktu
Waktu perjalanan total,
Keandalan (variasi waktu perjalanan),
Waktu yang dihabiskan pada tempat perpindahan,
Frekuensi pelayanan,
Jadwal waktu.
Ongkos Pengguna Jasa
Ongkos angkutan langsung : tarif, toll, bahan bakar, dan parkir,
Ongkos operasi langsung lainnya : pemuatan dan dokumentasi,
Ongkos tidak langsung : ongkos belajar, perawatan, jaminan kendaraan atau barang,
pergudangan, bunga, dan asuransi.
Keamanan
Probabilitas kerusakan pada barang,
Probabilitas kecelakaan,
Distribusi probabilitas dari tipe kecelakaan.
Kesenangan dan keamanan pengguna jasa
Jarak perjalanan,
Jumlah kendaraan,
Kesenangan fisik (temperatur, kelembaban, kebersihan, kualitas perjalanan, dan keadaan
cuaca),
Kesenangan fsikologis (status dan kebebasan),
Kesenangan yang lain (penanganan bagasi, tiket, pelayanan makanan, dll),
Kesenangan perjalanan.
Pelayanan Perjalanan
Jaminan/asuransi.

Model Logit Binomial


Dalam pemilihan moda dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti waktu, ongkos,
kenyamanan, dan lain-lain. Pada model logit binomial pengambil keputusan dihadapkan
pada sepasang alternatif diskrit, dimana alternatif yang akan dipilih adalah yang
mempunyai utility terbesar, utiliti dalam hal ini dipandang sebagai variabel acak (random).

The 16th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, November 1-2, 2013
Dalam penelitian ini pemilihan moda angkutan umum penumpang yang akan diteliti.
Dengan 2 (dua) alternatif moda yang dibandingkan, adapun persamaan yang digunakan
adalah:
Probabilitas pengguna moda Angkutan Laut :
(1)
Probabilitas pengguna moda Angkutan Darat :
(2)
dimana :
PAL = Probabilitas pemilihan moda angkutan laut (kapal cepat)
PAD = Probabilitas pemilihan moda angkutan darat (ferry)
UAL= Utilitas moda angkutan laut (kapal cepat)
UAD= Utilitas moda angkutan darat (ferry)
Kalibrasi Parameter Model Logit Biner
Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengestimasi parameter model logit biner untuk
persamaan di atas, yang paling sering digunakan adalah metode penaksiran kemiripan
maksimum (maximum likelihood) dan metode penaksiran regresi linier (Tamin, 2008).
Karena penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan model pemilihan diskrit
(discrete choice models) maka kalibrasi parameter yang dirasakan paling cocok adalah
dengan menggunakan metode penaksiran kemiripan maksimum (maximum likelihood).
Langkah kalibrasi parameter k pada model logit biner diestimasi dengan metode
penaksiran kemiripan maksimum (maximum likelihood) adalah sebagai berikut:
L(1,2,..., k) =

P (i)
n

n 1

yin

Pn ( j )

y jn

(3)

Teknik Stated Preference


Dalam survai preferensi, dikenal dua metode pendekatan. Pendekatan pertama adalah
Revealed Preference (RP). Teknik Revealed Preference menganalisis pilihan responden
berdasarkan laporan yang sudah ada. Dengan menggunakan teknik statistik diidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan. Teknik Revealed Preference memiliki
kelemahan antara lain dalam hal memperkirakan respon individu terhadap suatu keadaan
pelayanan yang pada saat sekarang belum ada dan bisa jadi keadaan tersebut jauh berbeda
dari keadaan yang ada sekarang (Ortuzar and Willumsen, 2001). Kelemahan pada
pendekatan pertama ini dicoba diatasi dengan pendekatan kedua yang disebut teknik Stated
Preference (SP). Teknik SP merupakan pendekatan terhadap responden untuk mengetahui
respon mereka terhadap situasi yang berbeda.
Analisis Data Stated Preference
Utilitas yang diukur dengan teknik stated preference dideskripsikan sebagai utilitas tidak
langsung (indirect utility). Nilai utilitas diketahui dengan melakukan pengukuran terhadap
atribut-atribut suatu produk yang diprediksikan memberikan kepuasan produk tersebut,
sehingga berfungsi dalam merefleksikan pengaruh pilihan responden pada seluruh atribut
yang termasuk dalam stated preference, dan model matematik yang diturunkan dari data
stated preference akan mencerminkan hipotesa dari penelitian.

The 16th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, November 1-2, 2013
Bentuk umum utilitas suatu produk adalah merupakan model linier yang merupakan
kombinasi dari berbagai atribut:
UI = a0 + a1X1+ a2X2+.....+ aNXN

(4)

dengan:
UI : utilitas pelayanan produk/moda i
X1... Xn : atribut produk/moda i
a1... an : koefisien atribut produk/moda i
a0 : konstanta

METODOLOGI, DATA DAN ANALISIS


Metodologi penelitian dilakukan dengan tahapan berikut:
Perumusan Masalah
Tinjauan Pustaka
Identifikasi Data yang
dibutuhkan

Penyusunan Model
Analisis dan Disain
Kuesioner
Perbaiki
Uji coba baik ?

Pengumpulan dan
Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3. Metodologi penelitian


Data dari hasil kuesioner sebanyak 223 responden lalu ditabelkan seperti contoh
ditunjukan pada tabel 3 dan tabel 4 di halaman berikut. Jumlah Respondent 223

The 16th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, November 1-2, 2013

Tabel 3 Data Responden hasil wawancara

No Polisi

BK 1806
AE
B 9288 TJ

Jenis
Armada
(Truck)
Tronton
(21-30
ton)
Sedang (512 ton)

Dominasi
Muatan

Vol
(Ton)

Asal
Muatan
(Kab/Kota/
Prov)

Tujuan
Muatan
(Kab/Kota
/Prov)

Susu &
Makanan

30

Jakarta

Pekanbaru

Motor

Jakarta

Palemban
g

4.000.000
3.500.000

BE 9121
CC

Besar (1320 ton)

Tepung
Terigu

20

Cibitung

Palemban
g

BK 8931
GH

Besar (1320 ton)

Kelontongan

15

Jakarta

Medan

BE 9683
BH

Sedang (512 ton)

Makanan
Biskuit

7,5

Jakarta

Bengkulu

BE 4715 AS

Sedang (512 ton)

Asbes

14

Bekasi

Lampung

Kelontongan

25

Jakarta

Medan

Drum Oli

13

Tangerang

Palemban
g

BG 8708
LK

Tronton
(21-30
ton)
Besar (1320 ton)

BH 9246
LG

Sedang (512 ton)

Besi, Kabel

10

Tangerang

Jambi

B 9082 YG

Tronton
(21-30

Hel

23

Merak

Lampung

B 9105 JI

Biaya yang
dikeluarkan
sampai
tujuan (Rp)
7.000.000

5.500.000

3.000.000

2.000.000

5.500.000
3.000.000
5.200.000
3.550.000

Waktu
tempuh
total
(Hari)
5
3
5

2,5

Sistem Upah

Insentif (gaji
tetap+insentif tiap
perjalanan)
Gaji Bulanan
(tetap+bonus)
Insentif (gaji
tetap+insentif tiap
perjalanan)
Insentif (gaji
tetap+insentif tiap
perjalanan)
Insentif (gaji
tetap+insentif tiap
perjalanan)
Insentif (gaji
tetap+insentif tiap
perjalanan)

Kontrak lepas

Kontrak lepas

Insentif (gaji
tetap+insentif tiap
perjalanan)

Kontrak lepas

Tabel 4 Hasil Pengolahan Data

Skenari
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Selisih (Kapal Laut - Angk.


Darat)
Biaya
Waktu
Perjalanan
Perjalanan
0
-0.25
0
-1
0
0.25
0
1
0
1.5
-5%
0.25
-10%
1
-15%
1.5
-20%
2

UKL UAD
0.6399
1.4236
0.1174
-0.6663
-1.1887
0.1453
-0.6105
-1.1051
-1.5996

Probabilitas
Angkutan
Laut
65%
81%
53%
34%
23%
54%
35%
25%
17%

Angkutan
Darat
35%
19%
47%
66%
77%
46%
65%
75%
83%

Berdasarkan data-data diatas selanjutnya dihitung utilitas bahwa seorang pengemudi truk
akan memilih moda laut dibandingkan moda darat adalah:

The 16th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, November 1-2, 2013
Dari persamaan diatas tampak bahwa waktu menjadi pertimbangan penting bagi
pengemudi truk, untuk memilih moda yang cocok. Artinya jika moda laut dapat bergerak
lebih cepat dari jalan di darat maka moda laut akan dipilh, tarif angkutan laut harus lebih
rendah atau sama dengan nilai waktu yang dihemat. Pelaku perjalanan angkutan barang
akan tetap memilih Angkutan Darat terlihat dari skenario 5 (lima) yaitu apabila tidak ada
selisih biaya total perjalanan kedua moda, tetapi waktu total perjalanan Angkutan Darat
lebih cepat 1,5 hari dengan probabilitas sebesar 23% memilih Angkutan Laut dan 77%
memilih Angkutan Darat. Namun apabila Angkutan Laut beroperasi maka responden
kemungkinan besar akan berpindah moda menggunakan angkutan laut tersebut.
KESIMPULAN
Dalam pemilihan moda maka operator cenderung menggunakan moda jalan raya,
sekalipun resiko macet serta pungutan liar menghantui. Namun jika tersedia pelayaran
jarak pendek (short sea shipping) yang bisa mempercepat waktu perjalanan dengan ongkos
tidak berbeda jauh maka mereka cenderung pindah ke moda laut. Oleh karena itu
pemerintah perlu menetapkan kebijakan multimoda terintegrasi dengan pola
Layanan angkutan laut multi moda door-to-door

Asal

Truk

Pelabuhan
Asal

Kapal (Lo-Lo)

Pelabuhan
Tujuan

Truk

Tujuan

yang dikelola oleh kontraktor angkutan secara terpadu dengan tarif yang efektif dan
efisien. Beberapa jenis komoditi dapat diwajibkan harus menggunakan angkutan laut,
sehingga pemerintah dapat menghemat biaya pemeliharaan jalan, dan penghematan ini
dialihkan sebagai subsidi angkutan multimoda. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai
pelabuhan-pelabuhan yang terdekat dari asal barang serta pelabuhan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Hensher, D.A.,Rose, J.M., and Greene, W.H. (2005) Applied Choice Analysis, A Primer,
Cambridge University Press, Cambridge.
Ortuzar, J.D. dan Willumsen, 1994, Modeling Transport, England: John Wiley and Sons,
Ltd.
Permain, D and Swanson, J (1991), Stated Preference Techniques: A Guide to Practice,
Steer Devies. Gleave and Haque Consulting Group, London.
Sheffi, Y. (1992) : Urban Transportation Network; Equilibrium Analysis with
Mathematical Programming Method, Prentice Hall International, Inc., New Jersey,
USA
Tamin, O.Z. (2008) : Perencanaan, Pemodelan dan Rekayasa Transportasi: Teori, Contoh
Soal dan Aplikasi, Penerbit ITB, Bandung.

You might also like