You are on page 1of 4

Ibrah: Rangkaian Ibadah Haji

‫ف هِبِ َما َو َم ْن‬


َ ‫اح َعلَْي ِه َأ ْن يَطََّّو‬ ِ ‫ِئ‬ ِ َّ ‫ِإ َّن‬
َ ‫الص َفا َوالْ َم ْر َو َة م ْن َش َعا ِر اللَّه فَ َم ْن َح َّج الَْبْي‬
َ َ‫ت َأ ِو ْاعتَ َمَر فَاَل ُجن‬
ِ ِ ‫ِإ‬
ٌ ‫ع َخْيًرا فَ َّن اللَّهَ َشاكٌر َعل‬
.‫يم‬ َ ‫تَطََّو‬
Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah.
Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah,
maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan
barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati,
maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha
Mengetahui. (QS. Al-Baqarah ayat 158)

Alhamdulillah, hari ini kita masih berada di bulan Dzulqa’dah.


Dzulqa’dah termasuk salah satu dari empat bulan yang dimuliakan
Allah swt. (asyharul hurum),

ٌ‫ض ِمْن َه ٓا َْأر َب َع ة‬ ِ َّ ‫ب ٱللَّ ِه ي وم خلَ ق‬ ِ َ‫ُّهو ِر ِعن َد ٱللَّ ِه ٱ ْثنَ ا َع َش ر َش ْهرا ىِف كِٰت‬ ِ
َ ‫ٱَأْلر‬
ْ ‫ٱلس َٰم َٰوت َو‬ َ َ َ َْ ً َ ُ ‫ِإ َّن ع َّد َة ٱلش‬
۟ ِ ِ۟ ِ ِ
ً‫ني َكٓافَّةً َك َم ا يُ َٰقتِلُونَ ُك ْم َكٓافَّة‬ِ
َ ‫ِّين ٱلْ َقيِّ ُم ۚ فَاَل تَظْل ُموا في ِه َّن َأن ُف َس ُك ْم ۚ َو ٰقَتلُوا ٱلْ ُم ْش ِرك‬
ُ ‫ك ٱلد‬ َ ‫ُحُر ٌم ۚ َٰذل‬
ِ َّ ‫ٱعلَ ُم ٓو ۟ا‬
َ ‫َأن ٱللَّهَ َم َع ٱلْ ُمتَّق‬
‫ني‬ ْ ‫ۚ َو‬
Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas
bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan
bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang
lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang
empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana
merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya
Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
(Qs. 9: 36)

Rasulullah saw. menyampaikan bahwa

ُّ َ‫ض َوِإ َّن ِع َّدة‬


‫الش ُه ْو ِر ا ْثنَ ا َع َش َر َش ْهًرا‬ ِ َّ ‫اس تَ َد َار َك َهْيَئتِ ِه َي ْو َم َخلَ َق‬ ِ َّ ‫َوِإ َّن‬
َ ‫اَأْلر‬
ْ ‫الس َم َاوات َو‬ ْ ‫الز َم ا َن قَ د‬
‫ضَّر الَّ ِذي َبنْي َ مُجَ َادى َو َش ْعبَا َن‬
َ ‫ب ُم‬
ٌ ‫ات َو َر َج‬
ِ ِ
ٌ َ‫مْن َها َْأر َب َعةٌ ُحُر ٌم ثَاَل ثَةٌ ُمَت َوالي‬
“Zaman itu berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan
langit dan bumi. Satu tahun itu dua belas bulan. Di antaranya ada empat
bulan haram. Tiga bulan berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan
Muharram dan bulan Rajab Mudhar yang terletak antara Jumadal akhir
dan Sya’ban.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Ada satu Peristiwa penting di bulan Dzulqa’dah yang patut kita
ingat ialah Haji Wada yang dilaksanakan Rasulullah saw. yang
merupakan ibadah haji pertama dan terakhirnya sebelum wafat.
Kejadian ini tepatnya terjadi pada tahun ke-10 Hijriah tanggal 10
Dzulqa’dah, Selang empat tahun setelah perjanjian Hudaibiyah yang
terjadi pada bulan yang sama tahun ke-6 Hijriah. Di momen ini pula
Rasul menyampaikan khutbah terakhirnya. Dalam khutbah tersebut,
Rasul meninggalkan pesan kepada seluruh umat Islam agar selalu
memegang teguh Al-Quran maupun sunnahnya.
Ibn Katsir berdasar keterangan dari Imam Ahmad dari Aisyah
menyampaikan bahwa ayat di atas turun terkait dengan sikap kaum
Anshar yang enggan sa’i antara Shafa dan Marwah dikarenakan rasa
bersalah mereka pernah menyembah dan berkorban untuk berhala
Manat pada masa jahiliyah. Sedangkan Syekh Nawawi al-Bantani
menyampaikan pernyataan Ibnu Abbas bahwa (dahulu) di atas Shafa
dan Marwah terdapat berhala yang bernama Asaf dan Nailah.
Masyarakat Jahiliyah melakukan thawaf untuk keduanya dan
mengharap keberkahan dengan keduanya. Setelah Islam datang, umat
Islam tidak menyukai melakukan ibadah thawaf (sa’i) di antara
keduanya karena dua berhala tersebut. Kemudian Allah Ta’ala memberi
izin dan mengabarkan bahwa ibadah di antara keduanya (sa’i) termasuk
syiar Allah, bukan syiar Jahiliyah.
Shofa dan Marwah (Arab: ‫الصفا‬ As-Shofā ; ‫المروة‬ Al-Marwah) adalah
dua bukit yang terletak di Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi tempat
melaksanakan ibadah sa'i dalam ritual ibadah haji dan umrah. Shofa —
yang merupakan tempat dimulainya sunnah sa'i (Arab: ‫ — )س عى‬terletak
kurang lebih 100 m dari Ka'bah. Marwah terletak sekitar 350 m dari
Ka'bah. Jarak antara Shofa dan Marwah sekitar 450 meter, sehingga
perjalanan tujuh kali berjumlah kurang lebih 3,15 kilometer. Kedua
tempat itu dan jalan diantaranya sekarang berada di dalam bagian
mesjid.
Al-Qurtubi dalam tafsirnya menuliskan bahwa Adam as. yang
memberi nama as-Shafa saat ia berdiri di atasnya. Sedangkan al-
Marwah merupakan nama yang diberikan oleh Hawa ketika ia berdiri di
atasnya. Secara bahasa, as-Shafa berarti batu halus atau kesucian
sedangkan al-Marwah berarti batu putih yang bersinar dengan padat,
atau batu yang kuat dan berliku yang putih padat, atau cita-cita yang
ideal.
“Syiar artinya tanda. Kata jamaknya ialah sya’air. Dikalangan ahli
fikih (kamus al-Ma’ani), syi’ar diartikan sebagai tanda yang membedakan
suatu negara atau kelompok, dan ungkapan yang dikenali orang dalam
perang atau perjalanan. Sya’airallah artinya syi’ar-syi’ar Allah, yakni
tanda-tanda atau monumen adanya risalah dan perjuangan
membumikannya, dari pembawa risalah, yakni para rasulullah dari
Adam as., Ibrahim as., hingga Muhammad saw.
Dalam perspektif kesejarahan, ayat di atas secara implisit
memberikan pengharapan kepada Rasulullah saw. dalam perjuangannya
membumikan al-Qur’an bahwa di masa depan ia akan dapat melakukan
thawaf antara shafa dan marwah. Buya Hamka dalam Tafsirnya Al-
Azhar menulis, “Maka dengan ayat ini dibayangkanlah pengharapan,
bahwa akan datang masanya mereka akan berkeliling di antara bukit
Shafa dan Marwah. Betapapun besarnya kesulitan yang tengah dihadapi
sekarang namun pengharapan mesti selalu dibayangkan.”
Syahdan, Pada prinsipnya setiap bentuk peribadatan Islam
memiliki nilai, pelajaran, dan manfaat tersendiri. Haji bisa disebut
sebagai mu'tamar tahunan, ia merupakan pertemuan akbar bagi umat
Islam sedunia. Mereka bisa saling ta'aruf dan bertukar informasi tentang
keadaan kaum muslimin di negeri masing-masing. Bahkan kajian-kajian
pada masa kolonial sudah muncul terkait dengan manfaat yang
mengaitkan dengan pembebasan nusantara dari cekraman penjajah
seperti dalam kajian C. Snouck Hurgronye. Dia menceritakan bahwa di
kota Mekkah inilah terletak jantung kehidupan nusantara yang setiap
detik selalu memompakan darah segar ke seluruh tubuh kaum
muslimin Indonesia. Di kota Mekkah pula para mukmin berkenalan
dengan mukmin lainnya yang berbeda suku dan bangsa. Kedudukan
mereka sebagai jembatan antara kehidupan rohani di kota ini dengan
kehidupan agama di tanah airnya yang dikuatirkan akan menjadi
gangguan bagi pemerintah kolonial Eropa.
Nilai, manfaat, dan pelajaran dari serangkaian ibadah haji dapat
dilihat pada aspek berikut: 1)Niat, Ihram, dan Miqat 2) Thawaf 3) Sa’I 4)
Wuquf di Padang Arafah 5) Muzdalifah dan Mina.
Pelaksanaan ibadah haji dan umrah ditandai dengan niat dari
Miqat sekaligus mengenakan pakaian ihram. Dalam niat ada cita-cita,
kemauan yang kuat, dan perencanaan yang matang. Miqat, memiliki dua
makna sekaligus yaitu tempat (miqat makany) dan waktu (miqat
zamany). Miqat, sebagai titik awal pelaksanaan haji yang diikuti niat
sekaligus deklarasi dalam jiwa bahwa “saya” yang berhaji harus
meninggalkan rumah untuk menuju rumah bersama, rumah umat
manusia, meninggalkan sikap mementingkan diri sendiri dan siap hidup
dalam kehidupan yang penuh bakti dan tanggungjawab. Itu semua
disimbolkan dengan pakaian ihram. Memakai pakaian ihram berarti
menanggalkan pakaian keakuan untuk berserah diri kepada Allah swt.
Nilai-nilai seperti inilah yang perlu diasah dalam perjalanan seorang da’I
ila Allah.
Thawaf adalah rukun ke dua Haji, yaitu mengelilingi ka’bah
sebanyak 7 kali dan menjadikan ka’bah di sebelah kiri sambil
memanjatkan doa dan pujian-pujian kepada Allah swt. Pelajaran yang
bisa dipetik dalam amalan ini antara lain: Gerakan berputar dari kiri ke
kanan dengan arah berlawanan dengan jarum jam adalah sunnatullah
yang berlaku bagi jagat raya dan manusia. Gerakan planet-planet hingga
atom-atom bergerak sebagaimana gerakan thawaf. Bergeraklah dengan
memuji Allah dimanapun dan di posisi apapun engkau berada secara
bershaf. Bagaimanapun pergerakanmu tetap terhubung ke satu tujuan.
Jadikanlah perjalanan Ibrahim dan Ismail sebagai teladan dalam memuji
Allah. Memuji Allah berarti engkau berperilaku dengan yang diinginkan
Allah.
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit shafa dan bukit marwah
sebanyak 7 kali yang dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit
Marwah. Sa’I merupakan wahana mengingat perjuangan Hajar dalam
pencariannya mencari air. Pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa ini
bahwa manusia seharusnya tidak berputus asa dalam upayanya meraih
cita-cita. Tidak ada kata mentok, yakinlah bahwa Allah akan menolong
dalam setiap ikhtiar yang dilakukan.
Wuquf di Padang Arafah adalah inti pelaksanaan haji. Wuquf
berarti berhenti, Arafah berarti mengenal. Wuquf di Padang Arafah
mengajarkan manusia untuk sejenak meninggalkan aktivitas rutinnya,
agar bisa melakukan perenungan mengevaluasi aktivitas yang sudah
dilakukan, akhirnya ia akan mengenal hal-hal yang perlu diperbaiki lalu
ia segera istighfar dan taubat kepada Allah.
Amalan selanjutnya dalam ibadah haji setelah Wuquf adalah ke
Muzdalifah untuk mengumpulkan batu/kerikil sebagai bahan yang
digunakan melontar jumrah di Mina. Perjalanan dari Arafah ke Mina
disunatkan setelah terbenamnya matahari sebagai simbol saat
mengumpulkan batu/kerikil di Muzdalifah bahwa musuh tidak boleh
mengetahui siasat dan strategi. Di Mina, para Jemaah melontar tiga
tempat yaitu, ula, wushtha, dan aqabah sebagai simbol serangan
terhadap musuh (yakni syaithan) yang menjadi sebab kemungkaran di
muka bumi ini.
Seluruh rangkaian ibadah haji ini semata-mata untuk dzikrullah.
Hanya orang yang ber-dzikrullah-lah yang akan diberi karunia Rahmat
dan Pertolongan-Nya dalam membumikan ad-dzikr yang telah
diturunkan-Nya. Semoga Allah memasukkan kita sebagai ahl adz-dzikr.

You might also like