You are on page 1of 21

MAKALAH SOSIOLOGI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :


1. Helmalia Azzahra
2. Nurul Zahra Apriliya
3. Ida Amanda Afrilya
4. Nabila Fauzia Ramadina
5. Ferdy Febriana
6. Haris Abdul Rahman
7. Deni Ramdan Firmansyah

SMA NEGERI 1 TALAGA


Jl.Ganeas 05 Majalengka Telp (0233) 319373
Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja & puji syukur atas rahmat & ridho Allah
SWT. Karena tanpa rahmat & ridhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Sopyan selaku guru mata
pelajaran Sosiologi yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data pembuatan makalah ini. Dalam
makalah ini kami menjelaskan tentang
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun
guru. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Talaga, 11 Januari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………......................................................... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah…………………………………………………….1
B. Rumusan masalah………..…………………………………………………..1
C. Tujuan penelitian………………………………………………………………1
D. Manfaat penelitian……………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
I.Pemulihan (recovery), Rehabilitasi, Riintegrasi, Dan Transformasi Sosial
A.Pemulihan (recovery)……………………………………………………..3
B. Rekonsiliasi…………………………………………………………………….4
C.Rehabilitasi……………………………………………………………………..4
D. Rekonstruksi………………………………………………………………….5
E. Transformasi sosial………………………………………………………..6
F. Reintegrasi sosial……………………………………………………………6
II. REINTEGRASI DAN KOEKSISTENSI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN DAMAI DI
MASYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Terdapat 1.300 suku bangsa di Indonesia yang tentunya antara satu
dengan yang lain berbeda beda dengan keunikannya masing masing.
Keberagaman ini menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara
dengan budaya paling kaya di dunia. Seperti dua mata sisi uang,
keberagaman ini juga dapat memicu terjadinya konflik. Setelah konflik
usai, biasanya muncul kerusakan kerusakan fasilitas bahkan trauma
bagi masyarakat. Untuk ‘menyembuhkan’-nya perlu adanya upaya
pemulihan atau recovery.Recovery atau pemulihan mempunyai arti
mengembalikan dan memperbaiki keadaan akibat konflik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemulihan,rehabilitasi,reintegrasi, dan
transformasi sosial?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi reintegrasi sosial

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian pemulihan (recovery), rekonsiliasi,
rehabilitasi,rekonstruksi, dan transformasi sosial
D. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan adanya pemulihan
(recovery)
2.Mengetahui bagaimana proses terjadinya pemulihan (recovery)
3. Mengetahui definisi atau pengertian dari pemulihan(recovery),
rekonsiliasi,rehabilitasi,rekonstruksi,dan transformasi sosial
BAB II
PEMBAHASAN
I.PEMULIHAN (RECOVERY), REHABILITASI, REINTEGRASI, DAN
TRANSFORMASI SOSIAL
A. Pemulihan
Upaya menangani konflik ini merupakan tanggung jawab
bersama baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah
telah mengeluarkan peraturan pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun
2015 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 7 Tahun 2012
tentang penanganan Konfkikk Sosial. Peraturan Pemerintah
tersebut mengatur bahwa pemulihan pasca konflik menjadi
kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah secara terencana,
terpadu, berkelanjutan, dan terukur sesuai dengan
kewenangannya Pemulihan pasca konflik tersebut meliputi
rekonsiliasi, rehabilitasi, dan rekontruksi. Pemulihan pasca konflik
bertujuan membangun masyarakat Indonesia yang cinta damai.
Karena itu, pembangunan ke arah perdamaian harus diupayakan
dengan serius untuk mengatasi sumber sumber konflikdan akar
akar kekerasan masyarakat.
Menurut Undang Undanfg Republik Indonesia No 7 Tahun 2012
tentang penanganan konfllik sosial, pada Bab V mengenai
pemulihan pasca konflik pada pasal 36 disebutkan pada ayat (1)
pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban melakukan
upaya pemulihan pasca konflik pasca terencana, terpadu,
berkelanjutan, dan terukur. Adapun pasal 36 ayat (2) disebutkan
upaya pemulihan pasca konflik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi rekonsiliasi, rehabilitasi, dan rekontruksi.
B. Rekonsiliasi
Sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 7 Tahun
2012 tentang penanganan konflik sosial pasal 37, disebutkan pada
ayat 37, disebutkan pada ayat (1) pemerintah dan pemerintah
daerah melakukan rekonsiliasi antara para pihak yang bertikai
dengan cara perundingan secara damai, pemberian restitusi (ganti
kerugian), dan atau pemaafan. Adapun pasal 37 undang undang
yang sama, ayat (2) berbunyi bahwa rekonsiliasi dapat dilakukan
dengan mengunakan institusi/pranata adat dan atau pranata
sosial atau satuan tugas penyelesaian konflik sosial.
C. Rehabilitasi
Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No 7 Tahun 2012
tentang penanganan konflik sosial, pasal 38 menyatakan
pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan rehabilitasi
sesuai tugas, tenggung jawab, dan wewenangnya. Rehabilitasi
ditujukan pada daerah pasca konflik dan di daerah terkena
dampak konflik. Adapun upaya rehabilitasi tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Pemulihan psikologis korban konflik dan perlindungan
kelompok rentan.
2. Pemulihan kondisi sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan
ketertiban.
3. Perbaikan dan pengembangan lingkungan dan/atau daerah
perdamaian.
4. Penguatan relasi sosial yang adil untuk kesejahteraan rakyat.
5. Penguatan kebijakan publik yang mendorong pembangunan
lingkungan dan/atau daerah perdamaian berbasiskan hak
masyarakat.
6. Pemulihan ekonomi dan hak keperdataan, serta peningkatan
pelayanan pemerintah.
7. Pemenuhan kebutuhan dasar spesifik perempuan, anak
anak, lanjut usia, dan kelompok orang yang berkebutuhan
khusus.
8. Pemenuhan kebutuhan dan pelayanan kesehatan reproduksi
bagi kelompok perempuan;
9. Peningkatan pelayanan kesehatan anak anak.
10. Pemfasilitasan serta medisiasi pengembalian dan
pemulihan aset korban konflil.
D. Rekonstruksi
Undang Undang Republik Indonesi Nomor 7 Tahun 2012 tentang
penanganan konflik sosial, pasal 39 menyatakan bahwa
pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan rekonstruksi
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pemulihan dan peningkatan fungsi pelayanan publik di
lingkungan dan/atau daerah pasca konflik.
2. Pemulihan dan penyediaan akses pendidikan, kesehatan dan
mata pencaharian.
3. Perbaikan sarana dan prasarana umum daerah konflik
4. Perbaikan berbagai struktur dan kerangka kerja yang
menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan, termasuk
kesenjangan ekonomi.
5. Perbaikan dan penyediaam fasilitas pelayanan pemenuhan
kebutuhan dasar spesfik perempuan, anak anak, lanjut usia,
dan kelompok orang yang berkebutuhan khusus.
6. Perbaikan dan pemulihan tempat ibadah
E. Transformasi Sosial
Transformasi sosial terdiri dari dua kata yaitu transformasi
dan sosial. Transformasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia
(KBBI) berarti perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan
sebagainya). Adapun sosial menurut KBBI berarti berkenaan
dengan masyarakat. Dengan demikian transformasi sosial dapat
berarti perubahan yang berkenaan dengan masyarakat.
Transformasi sosial berkaitan dengan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Perubahan dapat terjadi akibat beberapa hal seperti
peningkatan ekonomi, terjadinya perang, kekacauan politik, dan
konflik di masyarakat. Transformasi sosial mengacu pada proses
perubahan perubahan yang terjadi pada nilai, norma, hubungan,
dan stratifikasi sosial pada masyarakat. Transformasi sosial,
dengan demikian, berfokus pada persoalan perubahan sosial yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat yang dinamis. Bila
transformasi sosial terjadi dan perubahan tersebut diterima oleh
masyarakat, akan terjadi integrasi dalam masyarakat.

F. Reintegrasi Sosial
Reintegrasi dalam pemulihan konflik merupakan suatu
proses penyesuaian kembali dari unsur-unsur yang berbeda dalam
masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Apabila
kita ibaratkan dalam sebuah taman yang dahulunya indah tertata
rapi kemudian diterpa angin putting-beliung yang mengakibatkan
rusaknya taman tersebut. Kemudian diperbaiki dan ditata kembali
sehingga taman itu menjadi indah dan rapi seperti semula. Angin
putting-beliung tersebut ibarat konflik yang terjadi di dalam
masyarakat yang jelas merupakan suatu masalah sosial yang
menjadi kendala dalam proses reintegrasi sosial. Penataan
kembali taman merupakan reintegrasi.
Dalam menghadapi masalah tersebut, masyarakat berusaha untuk
kembali pada tahap integrasi di mana lembaga politik, ekonomi,
pemerintahan, agama, dan sosial berada di dalam keadaan yang
selaras, serasi, seimbang. Proses ini disebut dengan reintegrasi.
Menurut Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, dalam Kamus
Ilmiah Populer, reintegrasi sosial adalah kembali ke kondisi
sebelum terjadinya konflik atau perpecahan. Dengan demikian
reintegrasi merupakan suatu proses sosial dalam menyatukan
kembali pihak-pihak yang berkonflik untuk berdamai atau bersatu
kembali seperti kondisi sebelum terjadinya konflik.ti kondisi
sebelum terjadinya konflik.

II. Reintegrasi Dan Koeksistensi sosial dalam kehidupan damai di


masyarakat
Dalam pandangan Soerjono Sukanto, reintegrasi atau
reorganisasi adalah proses pembentukan kembali norma-norma
dan nilai-nilai baru untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan. Reintegrasi
terlaksana apabila norma-norma atau nilai-nilai baru telah
melembaga diri dari warga masyarakat.
Tidak mudah dalam masyarakat untuk mengembalikan kondisi
konflik ke dalam kondisi semula, karena yang berkonflik kadang
masih diliputi oleh perasaan tidak suka atau dendam. Pada
umumnya masyarakat memiliki sarana atau mekanisme untuk
mengendalikan terjadinya konflik. Dalam reintegrasi sosial sarana
mengendalikan terjadinya konflik sangat dibutuhkan oleh
masyarakat yang berkonflik. Tujuan masyarakat memiliki sarana
tersebut adalah untuk menetralkan ketegangan-ketegangan yang
timbul dari dampak konflik. Contohnya, melalui kompromi antara
perwakilan, yang berkonflik untuk melakukan perdamaian,
sehingga masing-masing yang berkonflik menyadari kesalahan-
kesalahan tindakan yang telah diperbuatnya. Untuk menjamin
kelangsungan hidup menuju kedamaian dan keharmonisan dalam
masyarakat, pihak-pihak yang berkonflik sebaiknya menata
kembali nilai-nilai dan norma yang disepakati bersama.
Kesepakatan atau komitmen bersama harus dijadikan landasan
tindakan dari kelompok-kelompok yang berreintegrasi.
Reintegrasi tidak semudah menyatukan satu jaringan hubungan.
Sebaliknya, untuk mengintegrasi kembali masyarakat, semua
jaringan hubungan harus dibangun kembali. Reintegrasi
membutuhkan rekoneksi secara besar-besar hubungan sosial yang
telah rusak selama konflik. Reintegrasi dapat diartikan sebagai
integrasi kembali kepada masyarakat yang mempunyai fungsi
sosial. Setiap masyarakat dibangun di atas hubungan yang
normatif dan intersubjektif. Ini berarti identitas kolektif
masyarakat itu sendiri saling dibentuk. Identitas sosial adalah
produk dari jaringan hubungan yang terjadi dalam masyarakat itu.
Reintegrasi sosial adalah sebagian upaya untuk membangun
kembali kepercayaan, modal sosial, dan kohesi sosial. Proses ini
bukanlah proses yang mudah. Proses ini cukup sulit dan memakan
waktu yang lama.
Adapun koeksistensu merupakan suatu keadaan ketika dua
atau lebih kelompok hidup bersama dan menghormati perbedaan
tiap kelompok dan menyelesaikan konflik antarkelompok tanpa
kekerasan. Dasar dari koeksistensi adalah kesadaran bahwa
indvidu dan kelompok berbeda, mencakup perbedaan kelas,
etnid, agama, gender, dan pemilihan politik. Identitas identitas
kelomppok tersebut dapat menjadi sumber konflik. Konsep
koeksistensi, dengan demikian, mengurangi kemungkinan
perbedaan identitas kelompok dan akan meningkat menjadi
konflik yang rumit dan merusak.
Koeksistensi ada sebelum dan setelah terjadinya konflik.
Namun, koeksistensi tidak statis, bergerak berkaitan dengan
tingkatan interaksi sosial. Koeksistensi ada dalam situasi ketika
individu dan masyarakat secara aktif menerima dan merangkul
keragaman, atau disebut koeksistensi aktif, dan ketika individu
dan masyarakat sekedar metoleransi kelompok lain, atau disebut
koeksistensu pasif.
Koeksistensi memberikan kondisi alamiah dan psikologis bagi
individu, kelompok, serta masyarakat untuk mrngurangi
ketegangan, terutama setalah terjadinya konflik. Periode atau
masa koeksistensi memberikan sarana agar penyebab konflik
dapat ditemukan dan perdamaian dapat dicapai. Reintegrasi
sosial, dengan demikian, dapat terjadi ketika koeksistensi terjadi
pada masyarakat yang telah mengalami konflik, ingin
menyelesaikan konflik, dan menjadi masyarakat yang bersatu
kembali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Recovery atau pemulihan mempunyai arti mengembalikan dan
memperbaiki keadaan akibat konflik. Recovery diatur dalam
Undang Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012 Bab V
tentang pemulihan pasca konflik pada pasal 36 ayat 1 dan 2.
Ada acara pemulihan (recovery) yaitu:
1. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi adalah upaya penanganan konflik dengan cara
berunding secara damai dapat dilakukan dengan menggunakan
institusi adat atau pranata sosial dalam menyelesaikan konflik
sosial dengan cara pemberian ganti rugi dengan cara
pemaafan.
2. Rehabilitasi
Rehabilitasi ini meliputi perbaikan dan pemulihan semua
aspek masyarakat seperti pada kondisi sebelumnya.
3. Rekonstruksi
Rekonstruksi yang artinya membangun kembali semua
prasarana serta kelembangan pada wilayah konflik yang
tentunya dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.

Konflik hanya akan membawa kehancuran saja bagi


masyarakat dan dalam upaya pemulihannya butuh bertahun
tahun untuk dapat kembali seperti semula. Maka dari itu,
selalu hargai dan hromati keunikan masing masing individu,
untuk Indonesia yang damai.
B. Saran
1. Bagi peneliti yang meneliti mengenai recovery, perlu dikaji
lebih lanjut.
2. Bagi guru, pembina, dan pelatih bisa dijadikan prameter dalam
mecapai suatu keberhasilan dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

You might also like