You are on page 1of 9

1.

Aanalisis hasil penelitian skripsi:


a. Latar belakang penelitian ini yaitu keadaan sosial yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat dengan dengan
prestasi belajar siswa kelas XI Jurusan Teknik Mekanik Otomotif SMK sekabupaten
Sleman. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara umum lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat berhubungan positif dan signifikan
dengan prestasi belajar, sedangkan kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu
lingkungan sekolah mwmiliki hubungan yang terkuat dan lingkungan masyarakat
memiliki hubungan yang terlemah dengan prestasi belajar siswa kelas XI Jurusan
Teknik Mekanik Otomotif SMK sekabupaten Sleman.
Kata kunci: belajar, keluarga, lingkungan. masyarakat, prestasi, sekolah.
b. The background of this research is social conditions that can affect student
achievement. The purpose of this study was to determine the relationship between the
family environment, school environment, and community environment with the
learning achievement of class XI students of the Automotive Mechanical Engineering
Department, SMK, Sleman Regency. The research method used is quantitative
research. The results of this study indicate that in general the family environment,
school environment, and community environment have a positive and significant
relationship with learning achievement, while the conclusions from this study are that
the school environment has the strongest relationship and the community environment
has the weakest relationship with student achievement in class XI majoring
Automotive Mechanical Engineering Vocational High School, Sleman Regency.
Keywords: learning, family, environment. community, achievement, school.
2. Rekonstruksi kesalahan dalam penggunaan huruf kapital dalam teks.
a. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat kaya akan serat alam. Serat alam
Indonesia seperti rami, bambu, rotan, kelapa, eceng gondok dan berbagai serat alam
lain sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan teknik untuk membuat
berbagai produk manufaktur yang kuat, aman, nyaman dan murah. Kita mengetahui
bahwa perkembangan teknologi komposit saat ini sudah mulai mengalami pergeseran
dari bahan komposit berpenguat serat sintetis menjadi bahan komposit berpenguat
serat alam.
Teknologi komposit pun sebenarnya mencontoh komposit alam yang sudah ada
sebelumnya. Pergeseran tren teknologi ini dilandasi oleh sifat komposit berpenguat
serat alam yang lebih ramah lingkungan, banyak tersedia di alam, dapat didaur ulang
dan harganya relatif murah. Komposit serat alam juga lebih ringan. Meskipun
perannya belum dapat sepenuhnya menggantikan serat sintetis, pemanfaatan serat
alam yang ramah lingkungan merupakan langkah bijak untuk menyelamatkan
kelestarian lingkungan dan menghasilkan produk yang dapat diaur ulang, sehingga
ramah lingkungan. Belum semua potensi serat alam yang dimiliki Indonesia dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai produk inovasi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat kita.
Bagaimana memanfaatkan salah satu serat alam asli indonesia, yaitu serat rotan? Serat
rotan mempunyai kekuatan yang baik dan tahan lama. Kekuatan serat rotan dan serat
alam disebabkan adanya unsur selulosa dan yang menyebabkan kelemahan adalah
unsur lignin. Selain mempunyai berbagai kelebihan, serat rotan dan serat alam lainnya
juga mempunyai kelemahan antara lain kekuatan terhadap beban kejut yang tidak
terlalu baik, keandalannya rendah untuk beban yang berat dalam waktu yang lama,
mudah menyerap air, tidak tahan suhu tinggi, kualitas bervariasi tergantung musim,
umur, kondisi tanah dan lingkungan. Biasanya diperlukan perlakuan tertentu terhadap
serat alam agar kelemahan yang dimiliki dapat dikurangi atau dihilangkan.
Contoh produk yang telah dikembangkan dari bahan komposit serat rotan oleh tim
peneliti dari universitas tarumanagara adalah pembuatan bagian soket dari kaki palsu.
Produk ini dapat menggantikan bahan komposit serat sintetis yang biasa digunakan
membuat soket kaki palsu, yaitu serat gelas. Serat rotan dipersiapkan dengan cara
membuat ukuran serat yang cukup kecil, tipis dan memanjang, kemudian dianyam
menjadi anyaman serat rotan. anyaman serat rotan ini kemudian dicor dengan
menggunakan resin ke dalam satu cetakan yang sudah dipersiapkan sesuai ukuran
puntung dari kaki. Proses ini sering disebut dengan proses laminasi serat rotan dengan
resin. hasil produknya kuat dan tahan lama.
Produk soket kaki palsu dengan menggunakan serat rotan merupakan satu produk
inovasi telah berhasil dikembangkan dan saat ini telah dimanfaatkan oleh pengguna
kaki palsu. Hasil produknya kuat, ringat, aman, dan nyaman digunakan oleh pasien
yang membutuhkan kaki palsu. Kebutuhan kekutan dan syarat lain untuk
menghasilkan produk soket kaki palsu dapat dipenuhi oleh komposit serat rotan.
Kekuatan yang baik dari produk soket serat rotan dapat dilihat dari kekuatan tarik,
tekan, geser, dan lentur. persyaratan lain adalah bahan soket kaki palsu harus ringan,
tidak korosif, tahan terhadap air, tahan terhadap beban kejut dan tidak mengganggu
kesehatan bagi pengguna.
Pengembangan produk soket kaki palsu dengan bahan komposit serat rotan
merupakan terobosan dalam bidang komposit serat alam yang berlimpah di Indonesia.
Pemanfaatan serat alam untuk menghasilkan produk ini, telah mendukung konsep go
green dan back to nature, memberikan nilai tambah bagi penggunaan bahan alami
yang ada di Indonesia dan menghasilkan produk yang dapat digunakan oleh
masyarakat dengan kualitas baik dan harga yang relatif murah. Hasil penelitian ini
telah digunakan oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mitra yang menghasilkan
kaki palsu melalui hibah kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dibiayai oleh
Kementerian Ristek Brin pada 2020. (Oleh: Prof Dr Ir Agustinus Purna Irawan
Profesor Bidang Ilmu Teknik Mesin, Rektor Universitas Tarumanagara)
b. Alasan huruf tersebut harus kapital yaitu sebagai berikut.
 Sebagai awal kalimat.
 Sebagai nama bangsa / negara.
 Sebagai singkatan dan akronim.
3. Penyuntingan kata yang kurang tepat dalam kutipan artikel.

a. Ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan lebih panas dari daerah-daerah lain
di Bumi. Akibatnya, gunung es akan meleleh dan daratan akan menyusut. Akan lebih
sedikit es yang mengambang di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang
sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada
pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta
akan lebih cepat meleleh. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area.
Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan condong untuk meningkat.

 Kata memanas kurang tepat digunakan dalam kalimat tersebut karena menggunakan
imbuhan me- yang menjadikan makna dari kata panas itu sendiri berubah.

 Kata enteng tidak tepat digunakan dalam kalimat tersebut karena konteksnya tidak
cocok dengan topik mengenai salju.
b. Penggunaan flipped classroom memberikan inovasi dalam proses belajar dan
pembelajaran pada matakuliah keterampilan membaca. Peran dosen dalam proses
pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang memberikan beberapa dampak positif
kepada mahasiswa, yakni: 1) mahasiswa termotivasi untuk belajar serta mampu
merespon pertanyaan dengan cepat, 2) mahasiswa dapat saling menghormati pendapat
satu sama lain, dan 3) mahasiswa memiliki pengetahuan yang lebih komprehensif
tentang materi keterampilan membaca. Gaya belajar mahasiswa dalam mengikuti
perkuliahan keterampilan membaca menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa
memiliki gaya belajar yang visual, auditori, dan kinestetik.

 Kata menyerahkan kurang tepat digunakan dalam kalimat tersebut karena akan
menyebabkan perubahan makna dalam kalimat tersebut, sehingga kata yang tepat
yaitu memberikan.

 Kalimat ...untuk dan pembelajaran... memiliki makna yang tidak jelas dan tidak
efektif, sehingga kalimat tersebut diganti dengan kata belajar.

 Urutan nomor tidak sesuai.

 Kata pembelajar memiliki arti sebagai ‘orang yang mempelajari’, sehingga dalam
konteks tersebut tidak tepat jika menggunakan kata tersebut.

4. Hasil parafrase bagian pendahuluan:

Pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia sudah dilakukan sedini


mungkin dengan berbagai standar kompetensi dasar yang berbeda, mulai dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi, apapun jenis kurikulumnya bahasa Indonesia juga
selalu mengisi daftar mata pelajaran pada jenjang pendidikan tersebut.

Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik berkemampuan


untuk (1) dapat komunikasi dengan efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis, (2) menghargai dan bangga berbahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) memahami dan
menggunakan bahasa Indonesia secara untuk berbagai maksudsecara tepat dan
kreatif, (4) menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana guna meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (5) sebagai wadah
untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan melalui bahasa dalam karya sastra, (6) menghargai dan
membanggakan sastra Indonesia sebagai kekayaan budaya dan intelektual masyarakat
Indonesia (BSNP, 2006: 110).

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya minat membaca yang


tinggi. Keberhasilan anak didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah
banyak ditentukan kemampuannya dalam membaca. Hal tersebut dikarenakan
sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa tulis sehingga menuntut
anak harus melakukan aktivitas membaca guna memperoleh pengetahuan.

Salah satu ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia adalah membaca
(BSNP, 2006: 110). Dari hal tersebut maka standar kompetensi dan kompetensi dasar
membaca disusun guna mempermudah guru dan peserta didik dalam melakukan
proses pembelajaran. Pembelajaran membaca menurut Tarigan (1979: 22-140)
meliputi membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca telaah bahasa, dan
membaca telaah isi. Membaca telaah isi dibagi menjadi membaca teliti, membaca
kritis, membaca ide, dan membaca pemahaman.

Membaca pemahaman bukan sebuah kegiatan yang pasif. Sebenarnya, pada


peringkat yang lebih tinggi, membaca bukan hanya memahami lambang-lambang
tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak, membandingkan dan
meyakini isi, termasuk di dalamnya opini yang terdapat dalam bacaan. Membaca
pemahaman inilah yang dikembangkan secara bertahap pada sekolah.

Sekolah di masa sekarang ini lebih banyak memberikan buku pelajaran berupa
textbook, meskipun sudah ada variasi dan inovasi berupa penambahan ilustrasi tetapi
belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan minat baca siswa.
Minat membaca yang rendah menyebabkan keaktifan dan keterampilan membaca
pemahaman menjadi rendah. Kerumitan bahan ajar yang disampaikan semakin
membuat siswa kurang tertarik untuk membaca buku pelajaran termasuk buku bahasa
Indonesia. Siswa biasanya akan lebih tertarik membaca buku cerita bergambar
(seperti komik) daripada buku pelajaran, dikarenakan komik memiliki alur cerita yang
runtut dan teratur, sehingga menarik dan memudahkan untuk diingat kembali.

Hal serupa diungkap oleh Endarwati (2015: 1-5) dalam artikel yang berjudul
Komik Cantik. Endarwati berpendapat bahwa sekali membaca komik, langsung
ketagihan. Hal tersebut dikarenakan ia sendiri juga merasakannya ketika pertama kali
membaca komik. Doraemon adalah judul komik pertama yang ia abaca. Pasti semua
orang tahu tentang Doraemon. Dari kalangan tua hingga kalangan muda hampir
semuanya tahu robot kucing yang menggemaskan ini. Hal tersebut dikarenakan
karakter Doraemon digambarkan sebagai sosok yang lucu dan suara seraknya yang
khas. Belum lagi kantong ajaibnya yang dapat mengeluarkan benda-benda aneh. Dari
segi cerita memang tidak ada klimaks ataupun anti klimaksnya.

Dari sinilah muncul ide untuk menggabungkan daya tarik komik, seperti
pengemasannya yang menarik, jalan cerita yang runtut dan mudah dipahami dari buku
pelajaran yang cenderung textbook sehingga siswa tertarik untuk membacanya. Hakim
(2015: 1-3) dalam artikelnya berjudul Komik Jokowi! menjelaskan bahwa dulu komik
tidak terlalu dapat diterima sebagai satu bacaan yang bermanfaat. Bahkan banyak
orang tua dan guru sekolah yang melarang anak-anaknya untuk membaca komik.
Namun faktanya justru berkebalikan, banyak anak-anak yang sangat gemar membaca
komik. Seperti komik Mahabarata oleh RA Kosasih, Wayang Purwa, Sri Asih, Siti
Gahara dan banyak lagi lainnya. Dari luar negeri, ada juga muncul di koran-koran
tertentu cerita bergambar mirip komik seperti Flash Gordon.

Berkaitan dengan hasil penelitian di atas, peneliti juga menemukan


permasalahan yang sama ketika mewawancarai bapak Atiek Budiono yang
merupakan guru matavpelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP MBS Al-Amin,
bapak Atiek Budiono berpendapat bahwa kurangnya media dalam mengajar membaca
pemahaman sangat berpengaruh terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa.
Selain itu, peneliti juga mewawancarai siswa kelas VII. Dari wawancara tersebut,
dapat disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi oleh siswa yaitu masih kurangnya
minat membaca dalam diri siswa, sehingga siswa kurang termotivasi untuk
mempelajari materi-materi yang telah disampaikan oleh guru. Selain itu, guru yang
masih menggunaan strategi konvensional juga ikut andil dalam menurunnya
keterampilan membaca pemahaman siswa SMP MBS Al-Amin. Sehingga dengan
semua hal itu akan bermuara pada dampak hasil belajar siswa yang belum maksimal.

Permasalahan semacam itu harus segera mendapat perhatian dan strategi


pengganti yang sesuai agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini akan mencoba menerapkan
strategi belajar PQ4R. Strategi belajar ini dikolaborasikan dengan media komik
karena dinilai dapat menjadi salah satu strategi yang efektif untuk dikembangkan.
Strategi belajar PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka
baca, sedangkan secara arti kata P singkatan dari preview (membaca selintas dengan
cepat), Q adalah question (bertanya), dan 4R singkatan dari read (membaca), reflecty
(refleksi), recite (tanya jawab sendiri). review (mengulang secara menyeluruh).

Pembelajaran dengan penerapan strategi belajar PQ4R menurut Arends (dalam


Trianto, 2010: 154-155) aktivitas yang akan dilakukan oleh guru memenuhi langkah-
langkah berikut.
Setelah mengetahui bagaimana cara guru dalam menerapkan strategi belajar
PQ4R. Tentu strategi belajar PQ4R ini sudah pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya karena strategi ini sangat cocok bila dikaitkan dengan keterampilan
membaca.

Penelitian sebelumnya yang pernah membuktikan strategi PQ4R adalah Aini


(2009: menjelaskan bahwa dari hasil wawancara, baik guru maupun siswa
menunjukkan bahwa pelaksanaan strategi PQ4R lebih memudahkan dalam
pembelajaran membaca intensif untuk menemukan informasi sebagai bahan
pengajaran dan berdiskusi. Baik secara berkelompok maupun individu, siswa merasa
senang, selain didukung dengan langkah-langkah yang mudah, siswa juga merasa
bahwa materi yang disampaikan menarik. Guru juga mengatakan bahwa strategi
PQ4R sesuai jika digunakan dalam pembelajaran membaca, karena dalam setiap
langkah-langkahnya memberikan kewajiban kepada siswa untuk mencari kaitan
antara informasi dengan pengetahuan siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa hal
tersebut sesuai dengan pembelajaran kontekstual. Berdasarkan data hasil penelitian
membuktikan bahwa kemampuan membaca intensif siswa untuk menemukan
informasi sebagai bahan diskusi dapat dikatakan berhasil dengan baik. Data yang
diperoleh dari evaluasi, observasi maupun wawancara menunjukkan penerapan
strategi PQ4R telah berhasil meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa baik
dari segi kemampuan maupun aktivitas siswa saat membaca intensif.

Selain bukti empiris di atas, alasan lain pemilihan strategi ini karena strategi
PQ4R diperkirakan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Strategi belajar PQ4R
dengan media komik sangat efektif dan cocok digunakan untuk pembelajaran di ruang
kelas oleh guru agar dapat meningkatkan mtoivasi dan keterampilan membaca
pemahaman cerita anak yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan. Pertama,
strategi belajar PQ4R dengan media komik memiliki metode dan media baru yang
lebih memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran keterampilan
membaca pemahaman cerita anak dan pencapaian-pencapaian yang terarah, dengan
menggunakan strategi belajar PQ4R dengan media komik, guru akan menggabungkan
keistimewaan belajar agar prestasi siswa dapat maksimal. Kedua, strategi belajar
PQ4R dengan media komik merupakan metode dari beberapa teori pendidikan yang
selaras dengan fungsi kerja otak, sehingga akan mampu meningkatkan kemampuan
guru untuk membantu kemampuan murid untuk meningkatkan motivasi dan
keterampilan membaca pemahaman cerita anak.

Hal ini sama seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
Wahyuningsih (2012: 19- 27) bahwa media pembelajaran komik bergambar pada
materi sistem saraf manusia yang diaplikasikan dengan strategi PQ4R menumbuhkan
sikap positif siswa untuk membaca dan mempelajari materi sehingga mendorong
siswa menjadi pembaca yang efektif, efisien, dan berdampak pada peningkatan minat,
aktivitas, dan hasil belajar siswa secara klasikal. Atas dasar pertimbangan tersebut
maka strategi belajar PQ4R dengan media komik diyakini mampu mengatasi
permasalahan di kelas yang berkaitan dengan pengajaran materi keterampilan
membaca pemahaman cerita anak oleh guru. Pada suasana yang nyaman dan
menyenangkan inilah, siswa akan lebih termotivasi melakukan pencarian dan
penjelajahan sesuai dengan karakter siswa yang masih memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi. Rasa ingin tahu yang tinggi inilah akan meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman cerita anak.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk membuktikan penggunakan strategi PQ4R dengan media komik dapat memiliki
keterampilan membaca pemahaman cerita anak yang lebih baik dari pada diajar
dengan menggunakan strategi ekspositori.

You might also like