Minggu Estomihi. Estomihi artinya: Jadilah bagiku gunung batu tempat
perlindungan (Maz. 31: 3b). Minggu Estomihi merupakan bagian dari minggu-minggu sengsara yakni yang menceritakan perjalanan Yesus menuju Yerusalem atau menuju kayu salib. Perjalanan sengsara Yesus menuju kayu salib ini merupakan perjalanan yang menyelamatkan dan membebaskan. Minggu Estomihi ini juga merupakan minggu doa bagi umat percaya seperti doa Pemazmur Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan (Maz. 31: 3b). Dalam minggu Estomihi memberikan suatu titik kunci untuk melihat ke belakang yakni masa-masa Epiphani (penyataan) dan melihat ke depan pada masa-masa sengsara (pra-Paskah) hingga Paskah. Minggu-minggu Epiphani sampai minggu Paskah merupakan minggu transfigurasi yang dimulai dari pembaptisan Yesus sampai dengan malam sebelum Yesus di salibkan atau malam Yesus dimuliakan di atas gunung. Di mana dalam kedua peristiwa itu sama-sama terdengar suara dari surga: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat. 3: 17; 17: 5). Kesaksian dari surga ini membingkai awal pelayanan-Nya melalui baptisan yang mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang sejati mengambil rupa manusia (daging) dan kesaksian yang sama juga terjadi pada pemuliaan Yesus di atas gunung. Transfigurasi Yesus di atas gunung menggambarkan Yesus “tampil dalam kemuliaan-Nya” juga menunjuk ke masa yang akan datang atau parousia ketika Dia akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Khusus mengenai transfigurasi dan parousia inilah yang paling berhubungan langsung dengan perikop kita 2 Petrus 1: 16-21 karena transfigurasi Yesus di atas gunung itu di saksikan langsung oleh Petrus (Matius 17:1-8; Markus 9:2-8; Lukas 9:28-36). Namun perlu kita ketahui bahwa sebagian dari surat Rasul Petrus ini bertujuan untuk menentang guru dan ajaran palsu yang menyangkal kemuliaan Yesus dan kedatangan-Nya untuk kedua kalinya dalam kemuliaan-Nya. Minggu Estomihi ini kita disuguhi perikop dari 2 Petrus 1: 16-21 dengan terang tema: Yesus Sang Raja Yang Maha Mulia. Mari kita uji menyelidiki perikop ini, apa yang hendak disampaikannya bagi kita untuk semakin menguatkan iman percaya kita kepada Yesus Sang Raja Yang Maha Mulia yang menjadi Gunung Batu Tempat Perlindungan kita: 1. Kuasa dan Kedatangan Yesus bukan dongeng Dalam pembukaan surat Rasul Paulus ini para pembaca dinasihati untuk hidup saleh sebagai pertanda pengenalan akan Kristus (1: 3-11). Sebagai informasi kehidupan jemaat-jemaat yang menjadi tujuan surat ini (di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil, dan Bitinia) mengalami pergumulan yang sangat berat. Mereka mengalami penangkapan, penyiksaan, pemenjaraan bahkan pembunuhan oleh karena beriman kepada Yesus Kristus. Ditambah lagi dengan munculnya guru- guru palsu yang menyebarkan ajaran-ajaran palsu yang membuat jemaat-jemaat itu bingung bahkan putus asa. Sehingga banyak dari antara mereka yang menginginkan “Hari Tuhan” segera datang (3: 12). Dalam situasi pergumulan berat ini jemaat-jemaat mudah untuk kehilangan iman, ditambah lagi ajaran-ajaran palsu dari para guru palsu yang menambah kebingungan bahkan mengatakan kemuliaan, kuasa, dan kedatangan Kristus yang kedua kali (parousia) itu “hanya dongeng isapan jempol manusia belaka.” (bnd. 3:4). Dalam ayat 16, Rasul Petrus dengan tegas mengatakan bahwa berita kuasa dan kedatangan Yesus Kristus bukanlah dongeng isapan jempol manusia. Kata Dongeng (Yun. Muthoi = mitos) ini merujuk kepada legenda-legenda dan dongeng Yunani atau Romawi tentang dewa-dewa mereka. Berita tentang Yesus Kristus tidak sama seperti itu, karena Petrus dan kedua murid lain ( Yohanes dan Yakobus) menjadi saksi dari kebesaran-Nya. Kalau dalam terjemahan bebas atau bahasa sehari-hari ayat 16 ini kira-kira seperti ini bunyinya: “ketika kami mengkhotbahkan kedatangan Kristus kepada kamu, kami tidak seperti yang dituduhkan lawan-lawan kami, menyisipkan mitologi yang cerdik kepada kamu.” Petrus ingin mengatakan kepada jemaat-jemaat itu dan kita saat ini untuk tidak meragukan otoritas, kredibilitas kuasa, kemuliaan Yesus Kristus karena Yesus Kristus telah datang dan akan datang kedua kalinya. Kata parousia memang sering diartikan untuk “kedatangan” Yesus kedua kalinya. Namun pengertian dasar parousia adalah “kehadiran” jadi kalau dihubungkan dengan konsep transfigurasi maka artinya akan merujuk kepada otoritas dan kuasa Yesus Kristus telah hadir dalam kehidupan kita. Jadi tidak perlu ragu akan kuasa dan kemuliaan Kristus, itu “bukan dongeng isapan jempol manusia”, melainkan telah nyata hadir dan bersemayam (berdiam) dalam kehidupan para murid, jemaat mula-mula, dan orang Kristen sepanjang masa sampai pada kedatangan Kristus yang kedua kalinya. 2. Kuasa dan Kemuliaan Yesus Sebagai Raja bukan pemberian Manusia (17-18) Sehubungan dengan adanya ajaran-ajaran palsu yang berkembang saat itu yakni gnostisime yang mengatakan bahwa Yesus Kristus bukanlah Tuhan. Ditentang oleh Rasul Petrus dengan menuturkan kesaksiannya tentang peristiwa di gunung (Matius 17: 1-13) di mana ada suara yang mengatakan: “Inilah anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah aku berkenan.” Ini menyatakan bahwa “Kuasa dan kemuliaan” Yesus bukan pemberian manusia tetapi pemberian Allah. Bukan buatan manusia tetapi Allah sendiri yang memuliakan Kristus. Kata-kata yang diucapkan oleh Allah Bapa adalah “kemuliaan Agung” dan Yesus telah ditetapkan oleh Bapa sebagai Raja dan Hakim yang akan datang kelak dengan segala kemuliaan-Nya seperti yang disaksikan sendiri oleh Petrus. Suara yang mereka dengar itu bukan desas-desus atau mitos tetapi suara itu dari surga ketika mereka bersama-sama dengan Yesus di atas gunung yang kudus (Ay. 18). Kuasa dan kemuliaan Kristus itu bukan pemberian atau manusia yang mengangkat Yesus menjadi Raja tetapi Allah sendiri yang memberi kuasa dan kemuliaan itu kepada-Nya. Peristiwa ini adalah sesuatu yang benar-benar terjadi dan dilihat oleh para saksi mata termasuk Petrus. Peristiwa ini bukan sekedar legenda atau kisah yang dibuat-buat untuk menunjukkan poin spiritual tentang identitas Yesus. Itu benar-benar terjadi dan menjadi bukti kuasa Yesus pada kedatangan-Nya yang pertama maupun kedatangan-Nya yang akan terlihat pada Hari Terakhir Di sini Rasul Petrus menginginkan jemaat mula-mula dan jemaat sepanjang segala abad meyakini dan mengimani bahwa Yesus Kristus memperoleh kemuliaan- Nya dari Bapa-Nya sendiri, bukan karangan, atau isapan jempol manusia. Petrus dan dua murid lainnya menjadi saksi utama peristiwa kemuliaan itu. 3. Landasan kita mempercayai-Nya adalah Kitab Suci (Firman Allah). Rasul Petrus berkata: “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi.” Perkataan ini menunjukkan dan memperkuat kesaksian Petrus akan kuasa dan kedatangan Kristus bukan dongeng. Karena kuasa dan kedatangan Yesus Kristus dalam kemuliaan-Nya bukan karangan atau dongeng melainkan sudah dinubuatkan oleh para nabi. Semua “nubuatan kenabian” (PL) (Ay. 20) berbicara tentang kedatangan Yesus Kristus dalam kemuliaan-Nya. Rasul Paulus juga mengatakan hal yang sama: “Tetapi sekarang, atas perintah Allah yang abadi, rencana itu sudah dinyatakan dan diberitahukan kepada semua bangsa melalui tulisan-tulisan para nabi, supaya mereka semuanya percaya dan taat kepada Allah” (Roma 16: 26). Dalam hal ini peristiwa kemuliaan di gunung Suci yang disaksikan oleh Rasul Petrus sepenuhnya memperkuat kesaksian Kitab Suci. Rasul Petrus juga menekankan bahwa kesaksian Kitab Suci tentang Yesus Kristus akan berfungsi sebagai “pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing.” Kitab Suci adalah landasan kita untuk mempercayai kedatangan Kristus dalam kemuliaan-Nya kelak. Kata “Bintang Timur” itu merujuk kepada kedatangan seorang Raja yang dijanjikan, Mesias, yang akan menebus umat-Nya (lih. Wahyu 2: 28; 22: 16 yang menyatakan Kristus sebagai Bintang Timur atau Bintang Fajar). Landasan iman kita untuk mempercayai Yesus Kristus adalah Kitab Suci yang berisikan nubuatan para nabi tentang Yesus Kristus. Karena Kitab Suci yang berisikan nubuatan-nubuatan para nabi bukanlah buatan, tafsiran, atau karangan nabi itu sendiri tetapi yang diilhamkan oleh Tuhan melalui Roh Kudus (Ay. 20-21) Dengan demikian nubuatan para nabi yang tertulis dalam Alkitab menjadi landasan utama kita untuk mengimani bahwa Kristus akan datang dalam Kemuliaan-Nya sebagai Raja dan Hakim. Alkitab juga sebagai landasan utama kita atau pelita kita berjalan sampai fajar atau bintang timur itu terbit dalam hati kita. Alkitab juga akan mengajar kita untuk menjalani hari-hari kita seperti yang dikatakan dalam 2 Timotius 3: 16, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” 4. Minggu Estomihi ini, kita semakin dikuatkan bahwa Yesus Kristus yang telah datang dan akan datang kedua kalinya adalah Yesus Raja Yang Maha Mulia, Dialah Gunung Batu tempat perlindungan dan keselamatan kita.