Professional Documents
Culture Documents
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/dikmas
Abstract
Organic farming is being promoted to maintain the fertility of paddy fields. Farmers who are
members of the Kadang Tani Sarwo Tulus (KTST) Ambal Kebumen have been implementing it
since 2021. However, their existence pays little attention to its development strategy. This
community service research aims to help the KTST Ambal develop themselves based on their assets
and potential in a participatory manner. The method used is the Asset Based Community
Development (ABCD) approach. As a result, they succeeded in building their own vision, mission,
objectives, programs and activities. They even managed to carry out two activities, namely, making
goat compost and product packaging and promotion training, and making a product promotion
activities and organic rice market development. They succeeded in implementing participatory
strategic management. Their success is supported by their partnership with IAINU Kebumen.
Recommendations, strategic management analysis needs to be one of the analytical tools in
implementing activities based on the ABCD approach. Campus (university) partnerships with the
community need to be a model in strengthening the community.
Keywords: ABCD, organic farmers, strategic management, partnership
Abstrak
Pertanian organic tengah digalakkan untuk menjaga kesuburan lahan tanah sawah. Petani yang
tergabung dalam Kadang Tani Sarwo Tulus (KTST) Ambal Kebumen pun melaksanakannya sejak
2021. Akan tetapi eksistensi mereka kurang memperhatikan strategi pengembangannya. Riset
pengabdian ini bertujuan membantu KTST Ambal mengembangkan diri berbasiskan asset dan
potensi mereka secara partisipatoris. Metode digunakan adalah pendekatan Aset Based Community
Development (ABCD). Hasilnya mereka berhasil membangun visi, misi, tujuan, program, dan
kegiatannya sendiri. Bahkan mereka berhasil melaksanakan dua kegiatan, yaitu, pembuatan pupuk
kompos kambing dan pelatihan pengepakan dan promosi produk, dan kegiatan promosi produk dan
pengembangan pasar beras organic. Mereka berhasil menyelenggarakan manajemen stratejik secara
partisipatoris. Keberhasilan mereka didukung oleh kemitraan mereka dengan IAINU Kebumen.
Rekomendasi, analisis manajemen stratejik perlu menjadi salah satu alat analisis dalam
penyelenggaraan kegiatan berbasis pendekatan ABCD. Kemitraan kampus (universitas) dengan
komunitas perlu menjadi model dalam penguatan komunitas.
Kata kunci: ABCD, petani organic, manajemen stratejik, kemitraan
PENDAHULUAN
Petani, menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, adalah
warga negara Indonensia, baik perseorangan maupun beserta keluarganya yang
melakukan usaha tani di bidang pangan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian (2016:2-6) menjelaskan lebih rinci tentang konsep petani,
kelompok tani, dan pertanian organic. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia
beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani,
minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan,
yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang.
Sedangkan kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas
Varietasnya adalah rajalele, dan sebagian kecil adalah mentik wangi susu, padi hitam, dan
padi merah. Pada masa panen September 2022, dengan luasan sawah 4,89 hektar, hasilnya
menurun dengan 2,82 ton padi atau 2,57 ton beras. Varietasnya masih dominan rajalele,
dengan sebagian kecil adalah padi hitam dan padi merah.
Hasil panen banyak dikonsumsi untuk keluarga, dan sebagian dijual terbatas.
Relatif tidak ada pengembangan signifikan dalam upaya pemasaran produk beras sehat
organic mereka. Fruktuasi hasil panen ini nampaknya juga membuat mereka khawatir.
Dengan demikian suatu upaya manajerial bagi pengembangan petani organic yang
tergabung dalam KTST Ambal ini menjadi urgen dilakukan. Riset pengabdian ini
bertujuan untuk membantu mereka mengembangkan diri secara partisipatoris aktif terkait
dengan manajemen KTST mereka.
Metode yang digunakan dalam riset pengabdian ini adalah pendekatan asset
based community development (ABCD). Metode ini sudah cukup banyak dipakai dalam
sejumlah riset berbasis pengabdian kepada masyarakat. Di antaranya riset Fikria Najitama
di Desa Tanggulangin Kebumen (2018), yang menempatkan singkong dan hasil
tangkapan ikan laut sebagai asset ekonomi perempuan eksodan, menjadi tiwul dan bakso
goreng. Lalu riset Iffatus Sholehah di Bantul (2017), yang telah berhasil membantu
komunitas difabel menjadi percaya diri dengan berbasiskan asset mereka sendiri. Riset
Ani Faujiah dkk.(2018), yang berhasil membantu pengembangan UKM Kampung
Krupuk Surabaya berbasiskan asset keluarga melalui penguatan manajemen keuangan.
Ada juga riset Andi Susilawaty, dkk.(2018) di Desa Barugaia Kepulauan Selayar, yang
berhasil membantu peningkatan sarana dasar kesehatan berbasiskan pada asset manusia,
fisik, alam, social, dan finansial di lokasi. Riset Fatmawaty Mallapiang dkk.,(2020) di
Pesisir Bulukumba, yang berhasil membantu pengelolaan sampah dengan berbasis asset
fisik, manusia, social, finansial, dan alam di lokasi. Terakhir riset Casta Casta dkk.(2022)
di Desa Karangasem Plumbon Cirebon, yang membantu mengembangkan role model
Oemah Sinau.
Masih banyak riset dengan pendekatan ABCD. Riset pengabdian ini
menggunakan pendekatan tersebut. Subyek riset adalah petani organic produk PKPNU
yang tergabung dalam KTST Ambal. Fokus pengabdian pada upaya pengembangan
manajemennya.
METODE
Di atas sudah disebutkan bahwa riset pengabdian ini menggunakan metode dan
pendekatan ABCD. Pendekatan ini menempatkan komunitas dan individu di dalamnya
sebagai subyek-subyek pembangunan yang memiliki sumber daya, ketrampilan, dan
pengalaman hidup yang menjadi dasar utama peningkatan kualitas hidup mereka
kedepan. Mereka ibarat gelas berisi setengah air dipandang sebagai gelas yang berisi
setengah air, bukan sebagai gelas yang setengah kosong. Menurut Christopher Dureau
(2013), pendekatan ABCD ini memiliki tiga elemen kunci, yaitu, energi masa lampau,
daya tarik masa depan, dan persuasi masa kini. Pendekatan ini memiliki cara pandang
terhadap realitas sebagai seperti gelas setengah penuh, bahwa komunitas/masyarakat itu
memiliki sesuatu yang menjadi modal/asset. Pendekatan ini mengapresiasi apa yang telah
bekerja dengan baik di masa lalu, dan ini merupakan modal yang dimiliki untuk
mendapatkan apa yang diinginkan komunitas/masyarakat tersebut.
Meskipun hanya 95 orang petani dengan 21 aktivis KTST Ambal, sejumlah kader
lain yang dihubungi secara acak mengaku mendukung dan berpartisipasi pasif dalam
kegiatan KTST Ambal. Selain itu, terdapat juga sekitar 50 orang kader aktif dari luar
Ambal, seperti dari Kecamatan Prembun, Buluspesantren, dan Puring, yang menjalin
hubungan dengan KTST Ambal. Dari Gambar 3 terlihat aset manusia KTST Ambal
memiliki jejaring dengan sesama kader Ambal, kader Kebumen, dan kader Jawa Tengah.
Aset fisik. Dari aktivis KTST Ambal, ada tujuh orang merupakan pamong desa di
desa masing-masing. Secara fisik, mereka memiliki asset terkait pemanfaatan balai desa
masing-masing untuk melaksanakan program kegiatan pertanian organic. Sebagian lagi
merupakan pengelola masjid/mushalla yang secara fisik dapat dimanfaatkan untuk
berkumpul melakukan kegiatan keagamaan, keorganisasian NU, dan sekaligus kegiatan
terkait pertanian organic.
Selain itu, tiap anggota juga memiliki rumah dengan pekarangan yang cukup.
Sejumlah tujuh anggota memiliki kandang ternak sapi (10 ekor), dan dua kandang
kambing di dekat rumahnya (32 ekor). Rumah-rumah mereka dilengkapi dengan sumur
dan pembuangan air limbah yang terawat. Sementara jumlah sapi di Ambal 7.375 ekor,
dan kambing 18.662 ekor, dan ayam kampugn 327.264 ekor.
Aset teknologi. Seluruh anggota KTST Ambal memiliki handphone dengan
sejumlah aplikasi komunikasi yang lengkap, seperti Whatsapp, Facebook, Istagram,
camera, dan Youtube. Semua anggota memiliki peralatan pertanian sederhana, seperti
cangkul dan sabit. Satu orang memiliki mesin tractor yang disewakan. Beberapa dapat
membuat video pendek dengan camera handphone, dan hasilnya diunggah di media social
Youtube. WA Group yang diikuti adalah grup KTST Ambal, grup Go Organik Kebumen,
grup PKPPNU Jateng.
Aset lingkungan alam. Fasilitas jalan di wilayah Ambal relative sudah bagus.
Sebagian sudah diaspal, dan sebagian merupakan jalan kampung yang baik. Kondisi alam
yang baik ini sangat mendukung mobilitas petani. Wilayah Kecamatan Ambal merupakan
wilayah pertanian yang subur dan terawat dan produktif. Sarana transportasi ke/dari
sawah sudah baik. Sistem irigasi pengairan sawahnya juga sudah baik.
Aset social budaya. Kehidupan masyarakat Ambal merupakan kehidupan khas
pedesaan yang kental dengan tradisi gotong royong. Di antara anggota KTST juga masih
memiliki hubungan kerabat, yang artinya bahwa mereka juga memiliki asset kerjasama
berbasis kekerabatan. Di atas juga sudah digambarkan tentang jejaring social mereka
dengan sesame kader NU di tingkat kecamatan (MWCNU), Kabupaten (PCNU), dan
provinsi (PWNU). Aset social budaya tercermin dalam eksistensi organisasi KTST milik
mereka. Anggota KTST berkumpul dalam WA Group (WAG). Grup ini aktif dengan
informasi. Saling sapa dan berdiskusi menjadi kegiatan rutin WAG mereka.Di tengah
masyarakat, mereka juga aktif dalam kegiatan social kemasyarakatan, seperti
yasinan/tahlilan malam Jumat, kumpulan RT, kerja bakti, dan lainnya. Beberapa anggota
terlibat dalam struktur pemerintahan desa sebagai pamong desa. Beberapa lagi menjadi
pengelola/pengurus masjid/mushalla.
Aset ekonomi. Secara ekonomi semua petani organic nahdliyin memiliki sawah
sebagai sumber ekonomi mereka. Selain bertani, sebagian juga bekerja yang lain. Ada
yang jadi pamong desa, guru, pekerja swasta, dan pedagang. Mereka juga memelihara
ternak. Ada yang memelihara sapi, kambing, dan unggas di rumah masing-masing.
Semua anggota memiliki rekening dan tabungan di bank, separuhnya memiliki 2-3
rekening bank. Aset ekonomi terkait produk beras organic sudah mereka miliki. Mereka
sudah mencoba menanam padi dengan model organic. Mereka juga sudah memiliki
produksi pupuk organic, meskipun belum maksimal. Pada September 2021 mereka sudah
berhasil memanen padi organic perdana mereka.
Pada Tabel 2 tercatat bahwa pada awalnya mereka sudah menjalankan pertanian
organic. Luasan sawah yang mereka pergunakan sebanyak 1,871 hektar, sekitar 1.330,28
ubin (18.707m2). Luasan ini tersebar pada 25 desa. Mereka semua menanam jenis
varietas padi rajalele – satu jenis kultivar padi lokal unggulan di Indonesia yang berasal
dari Klaten Jawa Tengah. Aset terbesar terkonsentrasi di Desa banjarsari dan Desa
Benerwetan.
Hasil padi yang diperoleh sebanyak 1.683,5 kilogram (1,68 ton). Hasil berasnya
sekitar 1.136,4 kilogram (1,13 ton). Jenis varietas yang ditanam adalah padi rajalele.
Sebagian besar dikonsumsi sendiri untuk keluarga. Keluarga mereka sudah merasakan
manfaatnya mengkonsumsi nasi organic. Selain enak dan punel, nasinya juga tahan lama.
Keluarga senang. Sebagian kecil dijual terbatas sesama kader dengan harga Rp15000/kg.
Dukungan dan partisipasi keluarga petani organic ini merupakan asset luar biasa. Hal ini
dapat dipahami sebab pada umumnya kepala keluarga petani di Jawa hidupnya untuk
kepentingan kelangsungan hidup keluarga mereka.
Aset pertanian organic mereka tercatat pada Tabel 3, bahwa masa panen kedua
(Februari 2022) mereka berhasil menambah luasan sawah pertanian organic menjadi
sekitar 4,895 hektar (3.480,3 ubin). Ada peningkatan pada asset ekonomi yang sangat
signifan sebesar 260% lebih.
Ini diperoleh produksi padi sekitar 4,894,5 kilogram (4,89 ton). Ada variasi dalam
jenis varietas padi yang ditanam. Petani mencoba menanam varietas rajalele sebagai
unggulan, kemudian varietas mentik (mentik wangi susu), padi merah, dan padi hitam.
Adanya keberanian menambah varietas padi, meski dalam jumlah terbatas dan wilayah
terbatas, ini menunjukkan adanya asset mentalitas dan spiritualitas mereka.
Sedangkan pada Tabel 4 tercatat bahwa produksi padi dan beras organic
mengalami penurunan. Penurunan ini dikarenakan factor adaptasi tanah sawah, dan petani
tidak mempermasalahkannya. Hal ini terbukti pada musim tanam Nopember 2022 mereka
tetap menggarap sawah dengan model pertanian organic. Jenis varietas padi mentik tidak
ditanam sebab masa tanamnya kurang mendukung menurut perhitungan mereka.
Adanya perhitungan dan keberanian untuk tetap melanjutkan model pertanian
organic ini merupakan asset mentalitas dan spiritualitas yang lain. Mereka sering
menyebutkan, bahwa mereka harus tetap teguh pendirian dalam memperjuangan
pertanian organic. Yang penting bagi mereka adalah mereka memberikan makanan pada
keluarganya dengan nasi yang sehat.
Demikian sejumlah temuan yang berhasil digali di lapangan. Temuan-temuan ini
selanjutnya nantinya akan menjadi materi dalam kegiatan FGD. Temuan di atas tentunya
memiliki potensi dan kekuatan yang dahsyat. Terlihat sudah, bahwa terdapat banyak
‘energi masalalu’ mereka yang potensial dan menjadi asset berharga. Keteguhan dan
kejuangan mereka bertahun-tahun menjadi petani merupakan contoh dari asset yang
mereka miliki. Disamping itu, terdapat juga banyak ‘energi masakini’ mereka yang
persuasif. Rangkaian peristiwa dan pengalaman bersama PKPNU, KTST LPP Jawa
Tengah, kegiatan penanaman padi model pertanian organic sepanjang 2021-2022,
semuanya merupakan energi besar dan dahsyat. Rangkaian itu semua melahirkan ideologi
baru mereka tentang ‘berorganik adalah jihad’. Oleh karenanya kegiatan selanjutnya
seperti focused group discussion (FGD) dan lainnya itu sebenarnya merupakan kegiatan
yang tinggal mendorong energi mereka berkembang untuk membangun masadepan
mereka lebih visioner dan aksional. Kegiatan berikutnya adalah kegiatan membangkitkan
dan mengarahkan ‘energi masadepan’ mereka, agar mereka secara partisipatif aktif lebih
mandiri, berdaulat, maju, makmur, dan sentausa.
FGD
Kegiatan FGD dilaksanakan di rumah M Ansori, pada Ahad 20 Nopember 2022,
dari pagi hingga sore hari. Hadir 30 anggota KTST, 1 orang dari LPP/KTST Jawa Tengah,
3 fasilitator (peneliti), dan juga 4 mahasiswa IAINU Kebumen. Pelibatan mahasiswa
merupakan bagian dari upaya pengembangan pengabdian kolaboratif dosen-mahasiswa
di lingkungan kampus. Jadwal kegiatan diatur, jam 9-10 pengantar dan apersepsi; jam 10-
11 checking asset & best practices, jam 11-12 penyusunan visi, misi, tujuan; jam 13-14
penyusunan program, prioritas, dan rencana pelaksanaan; jam 14-15 refleksi.
Rangkaian acara dipandu oleh mahasiswa sebagai protocol. Setelah pembukaan
dan sambutan selamat datang, fasilitator menyampaikan kegiatan apa saja yang penting
dilakukan bersama pada saat itu. Rangkaian kegiatan ini menggunakan pendekatan asset
based community development (ABCD). Di lapangan pendekatan tersebut dibahasakan
dalam rangkaian kegiatan, yang meliputi:
a. pengecekan data asset KTST dan anggotanya,
b. evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan dan sekaligus pengungkapan praktek-
praktek baik,
c. merangkain harapan, impian, tujuan, dan sasaran,
d. menyusun program kegiatan,
e. membuat prioritas program kegiatan dan jadwalnya, dan
f. menyepakati program kegiatan sekaligus pemantapan.
Discovery. Pada tahap ini semua anggota KTST Ambal diajak untuk kembali
menemukan dan mengecek asset-aset mereka. Apa yang sudah didata sebelumnya
ditinjau dan dicek kembali, utamanya untuk mendapatkan tambahan data asset
kepemilikan mereka. Pada tahap ini data yang sudah diperoleh tidak banyak berubah.
Karena data asset mereka relatif tidak berubah, maka pada tahap ini mereka diajak untuk
mencoba mengevaluasi hasil kerja pertanian organic mereka. Hal ini diarahkan untuk
menemukan sebanyak-banyaknya praktek baik (best practice) milik mereka. Ada
beberapa hal yang menarik perhatian mereka dalam sesi praktek baik, yaitu, pembuatan
kompos dari feses kambing, pengepakan beras, dan pemasaran produk beras. Praktek
anggota KTST Banjarsari dan Benerwetan menjadi diskusi hangat mereka.
Dream. Melalui pembahasan yang santai dan hangat, mereka diajak untuk
membangun impian (dream), harapan, dan cita-cita. Tujuannya tetap untuk
pengembangan mereka sendiri sekaligus produksi padi/beras organic mereka Setelah
memperhatikan arah ketertarikan komunitas pada persoalan bisnis dan pemasaran beras
organik, pada sesi ini fasilitator membantu komunitas untuk belajar tentang Model Bisnis
Kanvas (MBK). Bantuan ini untuk mempertajam langkah mereka dalam merangkai
impian, harapan, tujuan, dan sasaran mereka. Mereka pun diajak berlatih menyusun
MBK. Contohnya antara lain dapat dilihat dalam Gambar 4. Setelah berlatih mereka
semakin semangat mengembangkannya.
Akhirnya mereka sepakat bahwa petani organic yang tergabung dalam KTST
Ambal harus lebih bermanfaat dan maju. Bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan
lingkungan hidup. Maju dalam pengetahuan dan ketrampilan. Karena produk unggulan
KTST Ambal adalah beras sehat “Lohjinawi”, maka kemudian mereka menginginkan
mutu dan penampilan produk semakin baik. Selain itu, mereka juga merasa penting untuk
seluruh anggota semakin menguasai cara pembuatan pupuk yang dapat dimanfaatkan
sendiri dan orang lain.
Visi mereka menjadi semakin jelas, yaitu, ‘petani KTST Ambal yang semakin
bermanfaat dan maju’.
Cita-cita ini kemudian mereka akan lakukan dengan langkah-langkah misi:
a. Memasyarakatkan hasil produk petani KTST Ambal,
b. Meningkatkan mutu produk petani KTST Ambal.
Adapun tujuannya adalah:
a. Agar produk petani KTST Ambal semakin bermutu dan bermanfaat
b. Agar produk petani KTST Ambal semakin dikenal luas oleh masyarakat dan
menjadi pilihan sehat.
Design. Mereka pun kemudian diajak menyusun program kegiatan dalam rangka
mewujudkan harapan dan tujuan. Fasilitator mengajak mereka mengingat kembali visi,
misi, dan tujuan baru mereka. Selanjutnya mereka diajak untuk menyusun program.
Adapun program yang berhasil mereka buat adalah:
a. Program peningkatan pengetahuan dan ketrampilan anggota
b. Program peningkatkan kebermanfaatan produk beras sehat organic bagi
masyarakat luas.
Destiny. Dua kegiatan besar yang sudah dirrencanakan itu kemudian digodok
ulang dan dilengkapi agar pada saat pelaksanaannya nanti tidak terjadi kendala. Pada
Pelatihan
Sesuai rencana, kegiatan pelatihan ini dilangsungkan pada hari Ahad 27
November 2022, di kompleks kediaman Ansori di Desa Banjarsari Ambal. Kegiatan
berlangsung dari jam 9 sampai jam 15 sore. Hadir 25 peserta. Kegiatan ini bertujuan untuk
keperluan perbaikan mutu produk, selain juga untuk keperluan mensukseskan promo
produk. Kegiatan ini meliputi kegiatan produksi pupuk kompos berbahan feses kambing,
latihan pengepakan (packing), dan latihan cara memasarkan produk beras sehat organic
(promotion). Jadwal kegiatan diatur, jam 9-10 pengantar dan apersepsi; jam 10-11 latihan
packing, jam 11-12 latihan promosi; jam 13-14 refleksi packing dan promosi; jam 14-15
pembuatan pupuk.
Untuk promosi produk beras organic, mereka sepakat untuk Ansori nanti menjadi
pembicaranya dibantu Triyono dan Rohmat. Promosi beras organic nanti juga akan
sekalian promosi kopi bekatul hitam dari beras organic. Rohmat menyiapkan sekalian
Sesi promosi diantarkan oleh M Ansori dengan dibantu Priyono dan Rohmat.
Ansori menceritakan proses penanamannya, pemupukan, panen, dan pengepakannya.
Ansori juga menyampaikan kandungan beras dan khasiatnya. Tidak lupa juga
disampaikan harganya Rp15000/kg. Selain itu juga dilakukan demontrasi icip-icip nasi
sehat organic asli Ambal. Yang mencicipi menyatakan berasnya enak dan punel. Tidak
lupa, dipromosikan juga kopi bekatul beras hitam, dan peserta dipersilahkan
mencicipinya. Kegiatan promosi produk berlangsung hangat dan meriah. Sebagian tokoh
langsung pesan.
Saat sesi tanggapan peserta, para tokoh memberikan dukungan pengembangan
pasar beras organic Ambal. Ada lima tokoh yang dihadirkan untuk memberikan penilaian
dan tanggapan. Yang pertama adalah H Agan Suhari SE, Bendahara PCNU Kebumen
yang juga Ketua Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Kebumen dan Komisaris PT
Alfa Berlian. Agan menyatakan mendukung dan siap bekerjasama pemasarannya. Agan
menyarankan agar KTST Ambal dibantu kampus untuk memasarkannya kepada jaringan
pedagang beras di Kebumen, dan dia siap membantunya.
Yang kedua H Yusuf Murtiono Sag Presidium Forum Masyarakat Sipil (Formasi)
Kebumen yang terkenal biasa melakukan pendampingan dan penguatan desa. Yusuf
mengulas dana desa dan pentingnya pemerintahan desa mendukung pertanian organic.
Yusuf menganggap dholim kalua pemeerintah desa tidak menyentuh dan memberikan
anggaran penguatan pertanian organic. Yang ketiga Fuad Wahyudi ST, Wakil Ketua
DPRD Kabupaten Kebumen. Prinsipnya sebagai wakil rakyat dirinya siap membantu apa
yang diperlukan petani organic sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai legislative.
Yang keempat adalah Teguh Yuliono MSI Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kebumen.
Prinsipnya dinas siap membantu pengembangan produksi beras organic di Kebumen.
Produk beras Ambal dapat dipromosikan secara online. Yang kelima K Drs Mustofa
Ketua KTST LPP PWNU Jawa Tengah. Mustofa siap mengawal peningkatan mutu
produk dan siap mengawal pengembangan pasar produk beras organic Ambal. Mustofa
kembali mendengungkan bahwa ‘berorganik adalah jihad’, dan ‘tidak mendukung
pertanian organic adalah tindakan dholim’.
Penilaian yang positif dan dukungan serta tanggapan para tokoh itu dikembalikan
kepada KTST Ambal, apakah KTST Ambal siap menerima tantangan yang diungkapkan
para tokoh. Secara serentak para anggota KTST Ambal yang duduk di sebelah timur
menyatakan siap. Ketika ditanyakan apakah ada desa di Ambal yang siap menjadi desa
organic, dua desa menyatakan siap. Kedua des aitu adalah Desa Banjarsari dan
Benerwetan. Usai makan siang dengan nasi organic, para anggota KTST Ambal kembali
berkumpul di masjid kampus. Mereka melakukan evaluasi dan refleksi kegiatan. Hasilnya
adalah: (a)mereka mengakui ternyata mereka mampu mempromosikan produk beras
organiknya di kampus dan di hadapan tokoh pengusaha, LSM, DPRD, dan pejabat dinas
terkait, (b)mereka mengakui ternyata mereka sekarang mendapatkan peluang
pengembangan pasar beras organic yang semakin luas, termasuk kerjasama dengan
pengusaha. Bahkan Ansori menyebutkan sudah ada SMS masuk memesan beras organic
Ambal dan minta diantar.
mereka menciptakan melakukan diskusi (FGD), membangun visi, misi, tujuan, program,
dan kegiatan aksi itu semua telah menggeser cara pandang mereka terhadap diri mereka
sendiri, bahwa mereka ternyata dapat berbuat dan bermanfaat bagi sesama, dan mereka
sukses. Mereka bergeser dan berkembang dalam melihat dunia sekitar mereka, bahwa
orang di luar mereka (out-group) sebenarnya tidak selamanya melakukan stigma dan
diskriminasi. Justru lebih dari itu, lompatan yang menakjubkan adalah bahwa mereka
berhasil mengaktualisasikan diri dalam bentuk promosi produk dan sekaligus berhasil
meyakinkan banyak pihak luar. Kemitraan memberikan manfaat luas bagi KTST Ambal.
Mereka kini menjadi lebih berani keluar untuk membangun jejaring untuk
mengembangkan diri.
Manajemen
Pada bagian ini pembahasan akan mengetengahkan konsep-konsep manajemen.
Tujuannya untuk melengkapi pembahasan tentang pengembangan petani organic
nahdliyin di Ambal. Ada dua pendekatan manajemen yang akan dimanfaatkan disini,
yaitu, perencanaan stratejik dan manajemen kaizen Edwards Deming tentang plan, do,
check, act (PDCA).
Proses FGD yang berangkat dari discovery yang memuat pemetaan asset dan
potensi merupakan langkah tepat sebagai bentuk analisis lingkungan internal (ALI) yang
sekaligus analisis lingkungan eksternal (ALE). Aset yang bersumber pada kondisi
internal petani maupun eksternal itu semua membawa kesadaran dan semangat baru untuk
mempertajam kerja-kerja komunitas KTST. Analisis dilakukan secara partisipatoris
dimana semua anggota KTST melakukannya bersama-sama. Dalam tahapan ini juga
diberikan kesempatan kepada anggota untuk menyampaikan praktek-praktek baik
prtanian organic untuk memperkaya analisis, dan nyatanya beberapa anggota dengan baik
menyampaikan praktek-praktek baik mereka. Ini semua berlangsung penuh semangat.
Akhirnya didapati hasil pemetaan atas asset mereka, dan hasilnya diketahui semuanya.
Setelah itu dilakukan langkah berikutnya berupa dream. Pada langkah ini
terbangun sejumlah impian, di antaranya adalah: (a)memberikan makanan (nasi) sehat
bagi keluarga, bukan racun (nasi anorganik), (b)memperlakukan tanah sawah milik
mereka secara ramah dan adil dengan menggunakan pupuk organic, (c)mengamalkan
doa-doa dan salawat Nabi untuk tanaman padi mereka, (d)memasyarakatkan pertanian
organic kepada petani lainnya dan memasarkan hasil beras organic mereka kepada
masyarakat luas, agar petani lain dan masyarakat semakin mementingkan hidup sehat
dengan lingkungan alam yang sehat pula.
Dari impian itu terbangun kemudian visi mereka, yaitu, “petani KTST Ambal
yang semakin bermanfaat dan maju”. Dari cita-cita ini kemudian mereka akan lakukan
dengan langkah-langkah misi, berupa: (a)memasyarakatkan hasil produk petani KTST
Ambal, dan (b)meningkatkan mutu produk petani KTST Ambal,. Adapun tujuannya
adalah: (a)mewujudkan produk petani KTST Ambal yang semakin bermutu dan
bermanfaat, dan (b)mewujudkan produk petani KTST Ambal yang semakin dikenal luas
oleh masyarakat dan menjadi pilihan sehat. Strateginya dengan berlatih bersama,
termasuk bersama dengan mitra.
Dari impian (dream) nampak sudah bahwa KTST Ambal sudah berhasil
membangun apa yang disebut Wheelen-Hunger sebagai ‘strategy formulation’
(perumusan strategi). Para petani berhasil membuat visi, misi, tujuan, dan strategi untuk
UCAPAN TERIMAKASIH
Kepada Subdirektorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat
Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI, LPPM IAINU Kebumen, KTST LPP PWNU Jawa Tengah, dan KTST Ambal
Kebumen. Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan, dukungan, dan kerjasamanya.
SIMPULAN
Kesimpulannya adalah bahwa petani organic yang tergabung dalam KTST Ambal
telah mengecek dan memetakan asset dan potensi mereka dengan baik. Melalui
pendekatan ABCD, mereka berhasil membangun visi, misi, tujuan, sasaran, program,
strategi, dan kegiatan pelaksanaan program. Nyatanya mereka berhasil
menyelenggarakan dua buah kegiatan, yaitu, kegiatan pembuatan pupuk kompos
kambing dan pelatihan pengepakan dan pelatihan promosi produk, dan kegiatan promosi
produk dan pengembangan pasar beras organic di pasar yang lebih luas. Keberhasilan
mereka tidak lepas dari model kemitraan yang dibangun mereka bersama LPPM IAINU
Kebumen. Oleh karenanya dalam kesempatan ini layak direkomendasikan dua hal, yaitu,
perlunya penggunaan alat analisis manajemen stratejik dalam pendekatan ABCD, dan
DAFTAR PUSTAKA
Agus Nursoleh, dkk. (2021).“Pendekatan Asset Based Community Development dalam
Pembuatan Pupuk Organik di Ambal”, dalam Bunga Rampai Pengabdian,
Kumpulan Artikel Kolaboratif Dosen dan Mahasiswa, Editor Agus Salim Chamidi
dan Muna Fauziah, Cetakan 1, Yogyakarta, Magnum Pustaka Utama bekerjasama
dengan IAINU Kebumen Press
Agus Salim Chamidi (2018). “Banser NU and Brujul Adventure Park Kebumen”, dalam
Proceeding International Conference on University-Community Engagement
(ICON UCE), Volume 3, Number 1, 2018
Agus Salim Chamidi (2017). “Membedah Identitas Santri”, dalam Jurnal An-Nahdlah,
Volume 11 Nomor 1, Januari 2017.
Andi Susilawaty, dkk. (2018). “Identifikasi Aset Sarana Sanitasi Dasar Dengan
Pendekatan Asset Based Community Development (ABCD) Di Desa Barugaia
Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar”, Jurnal Al-Sihah, Volume
10, Nomor 1
Ani Faujiah, dkk. (2018). “Emproving Existence of Supreior Campaign ‘UKM Kampung
Krupuk’ Surabaya Through Family Financing Management”, Proceeding
International Conference on University-Community Engagement, Volume 3,
Nomor 1
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kebumen (2021). Kecamatan Ambal dalam
Angka 2021, Kebumen, CV.Resmart Grafindo
Casta Casta, dkk. (2022). “Pemberdayaan Oemah Sinau: Strategi Pencegahan Terjadinya
Lose in Education di Desa Karangasem Berbasis Pendekatan ABCD”, Jurnal Etos,
Volume 4, Nomor 1
Christopher Dureau (2013). Pembaharu dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan,
terjemahan Budhita Kismadi, Australian Community Development and Civil
Society.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (2016). Petunjuk Teknis
Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi Tahun 2016
Fatmawaty Mallapiang, dkk. (2020). “Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Asset-
Based Community Development (ABCD) di Wilayah Pesisir Bulukumba Sulawesi
Selatan”, Jurnal Raje, Volume 3, Nomor 2
Fikria Najitama, dkk. (2018). “Asset-Based Economic Empowerment in Exodan Women
in Tanggulangin Kebumen, Proceeding International Conference on University-
Community Engagement, Volume 3, Nomor 1
Iffatus Sholihah (2017). “Pemberdayaan Difabel melalui Asset Based Approach”, Jurnal
Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1, Nomor 1
Inalayatul Ulya dan Nushan Abid (2015). “Pemikiran Thomas Kuhn dan Relevansinya
Terhadap Keilmuan Islam”, Jurnal Fikrah, Volume 3, Nomor 2
Michael Sherraden (2006). Aset untuk Orang Miskin, Perspektif Baru Usaha Pengentasan
Kemiskinan, terjemahan Sirojuddin Abbas, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada
Moh Ansori, dkk. (2021). Pendekatan-Pendekatan dalam University-Community
Engagement, Surabaya, UIN Sunan Ampel Press
https://journal2.unusa.ac.id/index.php/AMJ/article/ view/69
https://lp2m.uma.ac.id/2022/07/06/mengenal-value-proposition-dan-pentingnya-bagi-
perusahaan/.
https://www.kabarnu.id/2021/04/serius-kembangkan-pupuk-organik-kader.html