You are on page 1of 20

MAKALAH PENAFSIRAN AYAT TENTANG MENIKAH

( Relasi Suami Istri )

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Ahkam
Dosen Pengampu : Dr. Tinggal Purwanto,M.SI
Disusun oleh:
1. Dhea Ananda (2232039)
2. Houstin Paradilla (2232024)
3. Jorgi Darmawan (2232043)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN KONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2023/2024
PENAFSIRAN AYAT MENIKAH RELASI SUAMI ISTRI

Oleh

Dhea Ananda, Houstin Paradilla, Jorgi Darmawan

Abstract
A husband and wife have a significant role in carrying out all their household obligations. In
addition to the obligations that must be carried out, both husband and wife also have rights attached to
both, so that each is required to be able to carry out rights and obligations in a fair and balanced
manner. it is necessary to clarify the meaning, intent and purpose with al- Hadith. With this, it will be
possible to know how the relevance between the two is so that it can be a guide to realizing the goal of
marriage and the formation of a happy household both physically and mentally. husband and wife in
the household give rise to equal rights and obligations for both, namely the wife's right to her
husband, the husband's right to his wife, and the mutual rights between the two. Second, the
interpretation of the ahkam verse and its relevance to the ahkam hadith regarding the rights and
obligations of husband and wife in the household can be divided into the husband's obligations which
are the wife's rights and the wife's obligations which are the husband's rights. In the Qur'an it is
stated that the husband must provide for his wife , treat the wife with ma'ruf (good). This right is in
line with the interpretation of al-Hadith as described by Asy'ari, namely that the husband has full
responsibility for the wife both regarding maintenance, treatment and other needs. Meanwhile,
regarding the obligations of the wife which are the rights of the husband as stated in the Qur'an,
namely that the wife must be (able) to keep everything related to her husband's property. In al-Hadith
it is explained that this concerns everything about the wife, including the obligation to ask her
husband's permission both when doing things at home (domestic work: wearing clothes, cooking and
taking care of children) and when outside the home.

Keywords: Relationship, Household, Rights, Obligations, Husband, Wife1

ABSTRACT:

Sepasang suami istri memiliki peran yang signifikan dalam menjalankan semua kewajiban rumah
tangganya. Selain kewajiban yang harus dilakukan, baik suami atau istri juga memiliki hak yang melekat
pada keduanya, sehinggamasing-masing dituntut untuk bisa menjalankan hak dan kewajiban secara adil

1
Sifa Mulya Nurani,e-Journal Al-Syakhsiyyah Journal of Law and Family Studies, Vol. 3 No. 1 (2021)
dan berkeseimbangan.Adanya ayat-yatal-Qur’an yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban suami istri
tentu perlu diperjelas makna, maksuddan tujuannya dengan al-Hadits.

Dengan hal ini maka akan bisa diketahui bagaimana relevansi antara keduanya sehingga bisa menjadi
pedoman untuk mewujudkan tujuan perkawinan dan terbentuknya rumah tangga yang bahagia lahir
maupun batin.Artikel ini memberikan kesimpulan bahwa:Pertama,relasi antara suami dan istri di dalam
rumah tangga menimbulkan hak dan kewajiban yang setara atas keduanya, yaitu hak istri atas suami, hak
suami atas istri, dan hak bersama antara keduanya. Kedua, penafsiran ayat ahkam dan relevansinya
terhadap hadits ahkam tentang hak dan kewajiban suami istri dalam rumah tangga dapat dibagi menjadi
kewajiban suami yang menjadi hak istri dan kewajiban istri yang menjadi hak suami.Di dalam al-Qur’an
disebutkan bahwa suami harus memberi nafkah istri, memperlakukan istri dengan ma’ruf(baik).Hak ini
sejalan dengan tafsir al-Haditssebagaimana dipaparkan oleh Asy’ari, yaitubahwa suami mempunyai
tanggung jawab penuh atas istri baik mengenai nafkah, perlakuan dan kebututuhan lainnya. Sedangkan
tentang kewajiban istri yang menjadi hak suamisebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’an yaitu bahwa
istri harus (mampu) menjaga segala sesuatu yang berkenaan dengan milik suami. Di dalam al-Hadits
diterangkan bahwa hal tersebut menyangkut segala hal tentang diri istri, di antaranya tentang kewajiban
untuk meminta izin suamibaik saat melakukan hal di dalam rumah (kerja domestik: memakai pakaian,
memasak dan memelihara anak) maupun saat di luar rumah.

Keywords: Hubungan, Rumah Tangga, Hak, Kewajiban, Suami, Istri 2

PENDAHULUAN

Perkawinan merupakan bagian dari ajaran syariat Islam yang bertujuan menjaga, memelihara dan
melestarikan keturunan. Dengan perkawinan seorang laki-laki dan perempuan bisa hidup berdampingan,
menjalin hubungan suami istri dan bersatu dalam sebuah ikatan keluarga secara aman. Perkawinan
adalahsarana agamayang mengatur pola hubungan antara laki-laki dan perempuan untuk saling
mencurahkan kasih sayang di antara mereka dan bersama-sama meraih keberkahan. Untuk itu, sebagai
ibadah luhur yang (dianggap) sakral, perkawinan harus dilakukan atas dasar keikhlasan, penuh tanggung
jawab dan sesuai dengan ketentuan hukum yang ada. Agama Islam mengajarkan bahwa setiap perbuatan
harus dilakukan semata-mata karena mengharap ridho dari Allah SWT.Artinya, seseorang yang telah
menikah berarti juga memasuki dunia dan kehidupan yang baru pula. 3

2
Sifa Mulya Nurani,e-Journal Al-Syakhsiyyah Journal of Law and Family Studies, Vol. 3 No. 1 (2021)
3
Wibisana, Wahyu. Perkawinan Dalam Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta'lim Vol. 14,
No. 2. 2016.
Sehingga harus bisa memadukan antara urusan duniawi dengan urusan ukhrawiyang berdimensi insani
dengan yang profane secara arif dan bijaksana. Kehidupan dalam bingkai perkawinan harus dijalani
dengan penuh kesadaran, rasa kasih sayang, saling hormat-menghormati, mampu menjaga rahasia dan aib
masing-masing dan bisa saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Antara suami istri harus bisa
saling memahami dan menjaga hak dan kewajibannya masing-masing secara adil dan seimbang sesuai
dengan Q.S. al-Baqarah ayat 228 yang berbunyi:

Dari ayat tersebut jelas bahwa pola hubungan yang dikehendaki adalah hubungan saling
membutuhkan antara satu pihak (suami) dengan pihak lainnya (istri). Antara suami dan istri memiliki hak
dan kewajiban masing-masing yang harus dihormati dan dijaga dengan sepenuh hati demi terwujudnya
cita-cita perkawinan , yaitu kehidupan bersama (suami istri) yang sakinah, mawaddahwa rahmah (penuh
ketenangan dan kasih sayang) baik di dunia maupun nanti di akhirat. Sebagai agama yang kaffah, Islam
juga memberikan arahan tentang tata kehidupan suami istri baik itu melalui ayat-ayat al-Qur’an maupun
yang dijelaskan melalui al-Hadits, karena tidak semua ayat-ayat dalam al-Qur’an tersebut bisa langsung
dipahami secara tekstual.Di sinilah peran, fungsi dan kewenangan Nabi SAW. sebagai pihak yang
menerima wahyu al-Qur’an untuk memberikan penafsiran dan penjelasan sehingga ayat-ayat tersebut bisa
dipahami maknanya secara jelas dan tegas. Berpijak pada hal-hal tersebut di atas, antara suami dan istri
adalah mitra yang saling berhubungan secara erat tanpa subordinisi baik dalam pemenuhan hak maupun
kewajiban yang diatur dalam al-Quran dan al-Hadits. Dalam konteks inilah tulisan ini akan memaparkan
bagaimana relevansi ayat-ayat al-Qur’an tentang hak dan kewajiban suami istri dengan al-Hadits yang
mengemukakan tentang hal yang sama. Dengan uraian ini diharapkan bisa diketemukan sebuah formulasi
ideal tentang hubungan suami istri dalam bingkai ajaran agama Islam.

PEMBAHASAN

A. Istilah Suami Istri Dalam Al-Quran.


1. Istilah Suami Dalam Al-Quran
a. Al-Zauj
Kata al-Ẓauj dan bentukan akar kata ini disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 81 kali. Dalam
kitab-kitab fikih, istri disebut zawjah.4

4
Mohamad Irfan Hidayat, RELASI SUAMI ISTRI PERSPEKTIF AHMAD MUSTAFA AL-MARAGHI DALAM
TAFSIR ALMARAGHI
Makna kata al- Ẓauj dalam berbagai bentuknya juga memiliki makna yang beragam antara lain
mengumpulkan, menyertakan, mencampuri, berkeluarga, sepasang, sandal dan suami. Dalam al-
Quran pengertian kata-kata al-Zauj dapat diidentifikasi dengan banyak pengertian yaitu: salah
satu dari dua hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam dunia hewan yang kawin atau
setiap yang dihubungkan dengan yang lain yang sejenis. Dalam rujukan lain mengatakan al Zauj
bermakna: (1) pasangan genetik jenis manusia sebagaimana terdapat dalam (an-Nisa: 1), (2)
pasangan genetik dalam dunia fauna (binatang) seperti dalam (as-Syura:11), (3) pasangan genetis
dalam dunia flora (tumbuhan) seperti terdapat dalam (al-Qaf:7), (4) pasangan dalam arti istri
seperti dalam (al-Ahzab: 37), dan (5) segala sesuatu yang saling berpasangan sebagaimana
termuat dalam al- Dzariyat: 49).5
b. Al-Ba’lu
Al-Ba’lu digunakan oleh al-Qur’an untuk melambangkan suami sedangkan ba’latun untuk
melambangkan istri. Kata al-ba’lu dalam bahasa Arab memiliki makna sebagai suami,22 pemilik,
tidak mengerti apa yang dilakukannya dan tanah yang tinggi.23 Al- Qur’an menggunakan istilah
ini dalam beberapa ayat di antaranya; (al-Baqarah: 228, Hud: Al-Nur: 31). Maknamakna di atas
menunjukkan pengertian atau melambangkan laki-laki dari kedua suami istri. 6
c. Ar-Rijal
Al-Rijal dalam al-Qur’an digunakan untuk melambangkan laki-laki dari golongan manusia.25
Dalam berbagai bentukannya kata ini disebutkan 34 tempat dalam al-Qur’an) antara lain, Al-
Nisa’:34.
2. Istilah Istri Dalam Al-Quran
a. An-Nisa’.
Kata An-Nisa diartikan sebagai kaum perempuan.26 Dalam berbagai bentukannya kata ini
disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 57 tempat; antara lain disebutkan dalam Al-Baqarah: 187,
b. Imra’atun.
Imra’atun diartikan sebagai pelengkap dari lakilaki. 28 Dalam berbagai bentuknya disebutkan al-
Qur’an sebanyak 26 tempat Al-Baqarah: 187, 222, 226, dan lainlain. 7
Makna dan istilah yang berhubungan dengan suami atau istri di atas menunjukkan bahwa
relasi suami istri adalah suatu keluarga yang hidup berkumpul, bersama-sama, tidak berdiri
sendiri. Seorang laki-laki juga tidak dapat disebut suami bila tidak memiliki istri dan sebaliknya.

5
Fatimah Zuhrah, Relasi Suami dan Istri Dalam Keluarga Muslim Menurut Konsep Al-Quran: Analisis Tafsir
Maudhudhy,Analytica Islamica, Vol. 2 No 1, 2013, hal. 179
6
Abil Qosil Al Husain. Al Mufrodaat Fi Gharaibul Quran, hal. 61
7
Fatimah Zuhrah, Relasi Suami dan Istri Dalam KeluargaMuslim Menurut Konsep Al-Quran: Analisis Tafsir
Maudhudhy,Analytica Islamica, hal. 180
Suami istri selalu berpasangan ibarat sebuah sandal tidak dapat berfungsi bila tidak ada yang
lainnya. Pasangan di sini adalah pasangan yang berlawanan bukan dari jenisnya sendiri inilah
yang makna yang ditunjukkan al-Ẓawj. Suami pasangannya istri (jenis kelamin yang
berlawanan).
B. Relasi Suami-Istri

Relasi suami dan istri merupakan ladang ibadah jika dilakukan dengan benar dan tepat, namun juga
dapat menjadi musibah jika dijalankan dengan tindakan yang jahat. Dalam Islam relasi antara suami dan
istri banyak dikaji sejak ulama klasik itulah sebabnya Islam menjadi agama yang ramah bagi kaum
perempuan, sebagaimana dikemukakan oleh Buya Husein, menurutnya kaum tradisional seperti kiai dan
lingkungan pesantren harusnya belajar kepada nabi bagaimana memperlakukan seorang istri dengan bijak
dan terhormat (Muhammad, 2001), bukan hanya belajar atas bunyi teks saja, bahwa antara suami dan istri
memiliki peran yang saling bersinergi bukan malah saling kontestasi (Muhammad, 2004). 8

Surah Al-Baqarah ayat 223

Artinya: “ Istrimu adalah ladang bagimu. Maka, datangilah ladangmu itu (bercampurlah dengan benar dan
wajar) kapan dan bagaimana yang kamu sukai. Utamakanlah (hal yang terbaik) untuk dirimu.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menghadap kepada-Nya.
Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin.”

Dalam ayat diatas, istri diumpamakan dengan ladang tempat bercocok tanam dan tempat menyebarkan
bibit tanam-tanaman. Boleh mendatangi kebun dari mana saja arahnya asal untuk menyebarkan bibit dan
untuk berkembangnya tanaman dengan baik dan subur. Istri adalah tempat menyebarkan bibit keturunan
agar berkembang dengan baik, maka seorang suami boleh bercampur dengan istrinya denan berbagai cara
yang disukainya, asal tidak mendatangkan kemudrahatan.

Jelas bahwa maksud perkawinan itu untuk kebahagiaan hidup berkeluarga termasuk mendapatkan
keturunan, bukan hanya sekadar bersenang-senang melepaskan syahwat. Untuk itu, Allah menyuruh
berbuat amal kebajikan, sebagai persiapan untuk masa depan agar mendapat keturunan yang saleh,
berguna bagi agama dan bangsa, serta berbakti kepada kedua orang tuanya. 9

8
Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Volume 14 Nomor 01 2020

9
Tafsir tahlili, Aplikasi Qur-an kemenag
Kemudian Allah menyuruh para suami agar berhati-hati menjaga istri dan anak-anaknya, menjaga rumah
tangga, jangan sampai hancur dan berantakan. Karena itu bertakwalah kepada Allah. Sebab akhirnya
manusia akan kembali kepada Allah jua, dan akan bertemu dengan-Nya di akhirat nanti untuk menerima
balasan atas setiap amal perbuatan yang dikerjakannya di dunia. Allah swt menyuruh agar setiap orang
mukmin yang bertakwa kepada-Nya diberi kabar gembira bahwa mereka akan memperoleh kebahagiaan
di dunia ini dan juga di akhirat kelak.

Tanah yang digunakan untuk bercocok-tanam adalah tanah yang subur, di dalamnya penuh dengan nutrisi
dan zat-zat fertilizer lainnya, termasuk mineral. Ketika benih dimasukkan ke dalam tanah yang subur
seperti itu, maka benih tersebut segera berkecambah, tumbuh dengan subur pula. Kecambah ini tumbuh
dengan energi yang di dapat dari nutrisi tanah itu. Jelas bahwa tanah yang digunakan untuk bercocok-
tanam itu, merupakan media subur bagi tumbuhnya benih menjadi tanaman baru. Pada ayat di atas,
dijelaskan bahwa “istri-istri kamu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam”. Memang
demikianlah halnya, karena rahim yang ada pada setiap wanita, merupakan media yang subur bagi
terjadinya konsepsi antara sperma (benih laki-laki) dengan sel telur, yang terdapat di dalam rahim wanita.
Peristiwa konsepsi ini akan segera diikuti dengan pertumbuhan menjadi janin, dibantu oleh ‘makanan’
yang berupa nutrisi atau vitamin-vitamin yang terdapat dalam rahim ibu tersebut. Bahkan mitokondria
ibu, akan memberikan supply energi pada proses pertumbuhan janin menjadi bayi. Jadi tepatlah
perumpamaan di atas, bahwa istri-istri merupakan ladang atau tanah untuk bercocok-tanam. 10

Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 187

Artinya : “Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian
bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan
dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan

10
Tafsir tahlili, Aplikasi Qur-an kemenag
carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan)
antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang)
malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah
batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa.”

Tafsir Tahlili ayat ini :

Pada ayat ini Allah menerangkan 'uzur atau halangan yang membolehkan untuk meninggalkan puasa,
serta hukum-hukum yang bertalian dengan puasa.

Banyak riwayat yang menceritakan tentang sebab turunnya ayat ini, antara lain: pada awal diwajibkan
puasa, para sahabat Nabi dibolehkan makan, minum, dan bersetubuh sampai salat Isya atau tidur.

Apabila mereka telah salat Isya atau tidur, kemudian bangun maka haramlah bagi mereka semua itu. Pada
suatu waktu, ‘Umar bin al-Khaṭṭāb bersetubuh dengan istrinya sesudah salat Isya, dan beliau sangat
menyesal atas perbuatan itu dan menyampaikannya kepada Rasulullah saw. Maka turunlah ayat ini
menjelaskan hukum Allah yang lebih ringan daripada yang telah mereka ketahui dan mereka amalkan.
Bahwa sejak terbenamnya matahari (magrib) sampai sebelum terbit fajar (subuh), dihalalkan semua apa
yang tidak diperbolehkan pada siang hari pada bulan Ramadan dengan penjelasan sebagai berikut:
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari Ramadan bersetubuh dengan istri kamu, karena mereka adalah
pakaian bagi kamu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu telah
mengkhianati diri kamu, yakni tidak mampu menahan nafsu dengan berpuasa seperti yang kamu lakukan,
karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi keringanan pada kamu. Maka sekarang campurilah
mereka dan carilah apa yang ditetapkan bagimu". (al-Baqarah/2:186) Artinya sekarang kamu
diperbolehkan bersetubuh dengan istri kamu dan berbuat hal-hal yang dibolehkan untuk kamu. Makan
dan minumlah sehingga terang bagimu benang putih dari benang hitam yaitu sampai terbit fajar,
sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam. Selain dari itu kamu dilarang pula bersetubuh dengan
istrimu ketika kamu sedang beriktikaf di dalam masjid. Kemudian Allah menutup ayat ini dengan
menegaskan bahwa larangan-larangan yang telah ditentukan Allah itu tidak boleh kamu dekati dan
janganlah kamu melampaui dan melanggarnya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada
umat manusia, agar mereka bertakwa.11

Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 235

11
Tafsir tahlili, Aplikasi Qur-an kemenag
Artinya: “Tidak ada dosa bagimu atas kata sindiran untuk meminang perempuan-perempuan72) atau
(keinginan menikah) yang kamu sembunyikan dalam hati. Allah mengetahui bahwa kamu akan
menyebut-nyebut mereka. Akan tetapi, janganlah kamu berjanji secara diam-diam untuk (menikahi)
mereka, kecuali sekadar mengucapkan kata-kata yang patut (sindiran). Jangan pulalah kamu menetapkan
akad nikah sebelum berakhirnya masa idah. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam
hatimu. Maka, takutlah kepada-Nya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”

TAFSIR TAHLILI

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seorang laki-laki boleh mengucapkan kata-kata sindiran untuk
meminang wanita yang masih berada dalam masa idahnya, baik idah karena kematian suami, maupun
idah karena talak ba’in. Tetapi hal itu sama sekali tidak dibenarkan bila wanita itu berada dalam masa
idah dari talak raj'i.

Ungkapan yang menggambarkan bahwa lelaki itu mempunyai maksud untuk mengawininya, bila telah
selesai idahnya, umpamanya si lelaki itu berkata, “Saya senang sekali bila mempunyai istri yang memiliki
sifat-sifat seperti engkau," atau ungkapan lainnya yang tidak mengarah pada berterus terang. Allah
melarang bila seorang laki-laki mengadakan janji akan menikah, atau membujuknya untuk menikah
secara sembunyi-sembunyi atau mengadakan pertemuan rahasia. Hal ini tidak dibenarkan karena
dikhawatirkan terjadi fitnah.

Seorang laki-laki tidak dilarang meminang perempuan yang masih dalam masa idah talak ba’in jika
pinangan itu dilakukan secara sindiran, atau masih dalam rencana, karena Allah mengetahui bahwa
manusia tidak selalu dapat menyembunyikan isi hatinya. Pinangan tersebut hendaknya tidak dilakukan
secara terang-terangan tetapi hendaknya dengan kata-kata kiasan yang merupakan pendahuluan, yang
akan ditindaklanjuti dalam bentuk pinangan resmi, ketika perempuan tersebut telah habis idahnya.
Pinangan dengan sindiran itu tidak boleh dilakukan terhadap perempuan yang masih dalam idah talak
raj'i, karena masih ada kemungkinan perempuan itu akan kembali kepada suaminya semula. 12

Cara seperti ini dimaksudkan agar perasaan wanita yang sedang berkabung itu tidak tersinggung, juga
untuk menghindarkan reaksi buruk dari keluarga mantan suami dan masyarakat umum. Karenanya akad
nikah dengan wanita yang masih dalam idah dilarang. Suatu larangan yang dianggap ḥaram qaṭ‘i, dan
akad nikah tersebut harus dibatalkan.

C. Keharmonisan keluarga
1. Pergaulan Suami Istri
12
Tafsir tahlili, Aplikasi Qur-an kemenag
Al-Baqarah ayat 222

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah suatu
kotoran.”Maka, jauhilah para istri (dari melakukan hubungan intim) pada waktu haid dan jangan kamu
dekati mereka (untuk melakukan hubungan intim) hingga mereka suci (habis masa haid). Apabila mereka
benar-benar suci (setelah mandi wajib), campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan
Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang
yang menyucikan diri.”

Al-Baqarah ayat 223

Artinya:
“Istrimu adalah ladang bagimu.66) Maka, datangilah ladangmu itu (bercampurlah dengan benar dan
wajar) kapan dan bagaimana yang kamu sukai. Utamakanlah (hal yang terbaik) untuk dirimu.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menghadap kepada-Nya.
Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin”

a. Makna Mufradat (kosakata)


 Kata al-mahidh dalam ayat di atastertuag dua kali. yang pertama dalam bentuk
masdhar mii, dalam arti haid. dan yang terakhir dalam bentuk ism az-zaman atau ism
al-makandari hadha, yang berarti masa haid atau tempat haid. akan tetapi, kata al-
mahidh kedua dalam ayat ini lebih serasi diartikan kepada “masa haid”yaitu suatu
masa yang dilalui oleh wanita pada saat darah keluar dari kemaluannya dalam
keadaan sehat.13
 Kata I’tazilu adalah fi’il amar jamak dari I’tazil yang berarti “jauhilah” , maka kata
artinya “jauhilah istrimu”. Akan tetapi, menjauhi tidak berarti tidak boleh berdekatan
secara fisik. yang dimaksud dengan menjauhi dalam ayat tersebut adalah jangan
mencampurinya

13
Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam;Tafsir Tematik Ayat-ayat hukum: Jakarta, 2019
 Secara harfiah, kata tatohharna ini berasal dari thahara, yang berarti suci atau lawan
dari najis. Dalam istilah fiqh kata tersebut berarti membasuh sesuatu yag ken najis
sehingga menjadi suci atau orang yang telah berhadas kecil kemudian ia berwudhu
sehingga menjadi suci, dan atau seseorang yang telah berhadas besar kemudian
mandi sehingga ia menjadi suci.

b. Sebab turunnya ayat


Diriwayatkan dari Anas: Bahwa laki-laki ari kalangan orang-orang Yahudi tidak
memakan masakan istri, tidak meminumair yang dibuatnya, dan tidak pulamempergaulinya
apabila istri mereka itu sedang haid. Hal ini dilarang arena perbuatan itu kotor, menyakitkan
dan dapat mendatangkan penyakit, terutama kepada anak yang dikandung oleh sang istri.
Apabila seorang laki-laki tidak lagi menyenangi istrinya, kemudian menceraikannya
maka ia tidak boleh mengambil harta yang telah diberikan kepada istrinya itu, baik harta
ituberupa maskawin atau harta lainnya yang memang telahdiberikan kepadanya. Segala usaha
seorang laki-laki sebagai siasat agar ia dapat mengambil harta yang tela diberikannya itu
merupakan perbuatan dosa seperti menuduhnya berbuat maksiat padahal istrinya itu tidak
pernah melakukan hal tersebut.14

D. Beberapa adab pergaulan suami-isteri diantaranya:


Adab Suami terhadap istri
1. Menggauli Isteri dengan cara ma'ruf
Seorang suami hendaknya berlapang dada terhadap cacat tingkah laku isterinya. Tidak
diperkenankan menyianyiakan istrinya. Selalu menumbuhkan rasa kasih sayang dan
penuh cinta. Sesungguhnya termasuk akhlak yang mulia menerima cacat tingkah
lakuisteri berupa kemarahan dan ketidakbijaksanaan isteri

2. Bersenda Gurau dengan isteri


Suami hendaklah bersenda gurau serta menggoda istri. Cara tersebut dapat memberikan
kenyamanan pada hati istridan efektif dalam menghadapi tingkah laku istri yang menurut
suami kurang diperkenankan.
Adab Istri terhadap suami

14
Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam;Tafsir Tematik Ayat-ayat hukum: Jakarta, 2019
1. Qona’ah
Seorang istri sudah sepatutnya tidak membebani suami diluar batas kemampuan
suami. khususnya dari segi finansial. Hal inibagian dari cara embantu suami. sifat
tidak membebani suami merupakan bagian dari sifat menerima apa adanya dan
bagian dari sifat mulia. Sesungguhnya qona’ah dapat memberikan dampak
keharmonisan dalam keluarga
2. Menghormati Ibu dari suami
Diantara adab istri terhadap suami adalah sikap baik terhadap suami keluarga suami
khususnya Ibu dari suami. Menomorduakan hak pribadi istri engan mengedepankan
hak suami beserta keluarganya. Hak-hak ibu suami tidak sepantasnya dipenuhi istri
salah satu caranya dalah menghormati.
3. Menjadi pendidik bagi anggota keluarganya
Adab ketiga adalah Tarbiyah. Mendidik anggota keluarga. Seorangistri menjadi
madrasah pertama bagi anak-anaknya. Diantara dasar penting dalam mendidik
keluarga adalah mengajarkan hidup dalam kesederhanaan, bersabar, menanamkan
dan mengajarkan iman, cara-cara bersuci dan mempraktekanakhlak yang mulia.
Mendukung keluarganya dalam hal kebaikan dan melarang berbuat keburukan.Maka
Allah akan memberikan pahala yang sangat besar.
4. Tidak membicarakan aib keluarga
Menjaga lisan merupakan adab yang sangat penting. Tidak membicarakan aib
suaminya. Kesukaraan hidup dalam keluarganya, serta menghindari kebiasaan
bergibah dengan perkumpulan wanita.15

Hak Suami atas Istri


Kewajiban istri terhadap suami merupakan hak suami yang harus dipenuhi oleh
istri, yaitu:
1. Kepatuhan

15
Al-Qishthu, Vol. 17 No. 1, 2019
Seorang suami berhak atas kepatuhan istri, yaitu di mana seorang istri wajib mentaati suaminya,
baik terhadap perkara yang rahasia maupun yang terang atau jelas.Seorang istri harus mentaati
suaminya karena akan mendatangkan keharmonisan dalam keluarga. 16 Sebaliknya,
ketidakpatuhan dan ketidaktaatan istri akan mendatangkan kekecewaan dan keretakan dalam
hubungan keluarga. Hal ini tidak terlepas bahwa dalam kondisi apapun, suami adalah pemimpin
dalam keluarga berdasar pada QS. Al-Nisa’: 34

Artinya:Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang
saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh
karena Allah telah memelihara (mereka).

Berdasar ayat tersebut di atas, keharmonisan dalam rumah tangga sangat bergantung pada
bagaimana peran dan fungsi suami sebagai pemimpin keluarga melakukan metode
kepemimpinannya untuk mengatur keluarganya. Jika kepemimpinan itu buruk maka
keharmonisan keluarga akan terancam karena pada saat bersamaan istri yang mestinya patuh
dan taat juga akan melakukan perlawanan. Tegasnya, suami wajib menjadi qawwamun yang
benarbenar mampu menguasai istri dan keluarganya secara arif dan bijaksana sehingga
mendapat kewibaayan, dipatuhi dan ditaati oleh istri beserta segenap anggota keluarga yang lain
dalam kondisi apapun juga, baik saat ada di lingkungan keluarga ataupun saat tidak ada
(bepergian atau berada di luar rumah)17
2. Menjaga diri
Seorang istri berkewajiban menjaga diri, harta dan keluarganya saat suami tidak sedang
berada di rumah. Hal-hal teknis seperti misalnya menerima tamu laki-laki dalam kondisi

16
Mustofa Bisri, Bingkisan Pengantin (Sumber Solo: Qaula Smart Media 2008), 142
17
Mustofa Bisri, Bingkisan Pengantin (Sumber Solo: Qaula Smart Media 2008), 142
sendirian mesti dihindari oleh istri karena akan menimbulkan fitnah dan prasangka yang tidak
baik. Demikian juga istri tidak boleh sekehendak hatinya memanfaatkan atau membelanjakan
harta saat suami sedang tidak ada di rumah, kecuali untuk hal-hal yang mendesak dan setelah
mendapat persetujuan suami.Hal-hal ini merupakan hak bagi suami yang tidak bisa dilanggar
oleh istri karena menyangkut kewibawaan dan kepribadian seorang laki-laki.

Hak Bersama
Hak bersama suami istri adalah hak yang melekat pada kedua belah pihak yang harus
dilakukan dengan penuh kesadaran, tanpa adanya paksaan dan intervensi dari pihak manapun.
Menurut Sayyid Sabiq, hak bersama antara suami dan istri meliputi hal-hal sebagaimana
berikut, yaitu:18
1. Menikmati hubungan seksual. Hubungan seksual yang terjadi antara suami istri adalah
merupakan hubungan timbal balik yang harus dilakukan bersama-sama dengan penuh
perasaan dan kerelaan atas dasar kasih sayang yang tulus. Salah satu pihak tidak bisa
memaksanakan kehendaknya atas yang lain karena hubungan seksual tidak bisa dilakukan
secara mandiri oleh salah satu pihak saja.
2. Antara suami dan istri sama-sama dilarang melakukan pernikahan dalam jalur keturunan.
Artinya, seorang istri haram dinikahi oleh ayah dari suaminya, kakeknya, anak-anaknya dan
cucu-cunya. Demikian juga suami tidak bisa menikasi ibu dari istrinya, anak perempuannya
dan cucu-cucunya.19
3. Menasabkan anak (keturunan) pada suami yang sah. Baik dalam kondisi masih dalam
hubungan suami istri atau setelah perceraian, nasab anak akibat hubungan perkawinan yang
sah tetap melekat pada suami (sebagai ayah yang sah).
4. Baik suami ataupun istri wajib memperlakukan pasangannya dengan baik sehingga
memunculkan kemesraan antara keduanya.20
5. Hak mendapatkan warisan, yaitu bahwa suami ataupun istri berhak mendapatkan warisan
jika salah satu dari keduanya meninggal dunia. Baik suami atau istri akan mendapatan hak
warisan tanpa penghalang.
PENUTUP
A. Kesimpulan

18
Fatkhur Rasyid, Babat Sikap-Sikap Istri Terhadap Suami yang Harus Dihindari Sejak Malam
Pertama, (Jogjakarta: DIVA Press, 2011), 33.
19
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah Jilid 3: Pengantar Imam Hasan Al-Bana (Jakarta: Pt Nada Cipta Raya,
2004), 39.
20
Ahmad Attabik dan Khoridatul Mudhiiah, “Perkawinan dan Hikmahnya Perspektif Hukum
Islam” (Yudisia. Vol. 5, No. 2. Desember.2014).
Dilihat dari keutamaan menikah yang dibahas didalam al-Qur`an, menunjukkan bahwa hal
tersebut lebih banyak mengandung manfaat bagi manusia. Menikah adalah kebutuhan yang dapat
dipenuhi ataupun sebaliknya, karena hal tersebut bukanlah kebutuhan pokok yang harus terpenuhi.
Menikah merupakan jalan bagi manusia yang membutuhkan pasangan dan mampu menjalankannya.
Sebagian besar mufassir memiliki pendapat bahwa ayat-ayat tentang nikah dalam al-Qur`an
membahas tentang anjuran menikah dan keutamaan dari menikah. al-Qur`an tidak mewajibkan
seseorang harus menikah. Sehingga mufassir a’zab yang memilih melajang dalam hidupnya tanpa
melanggar ketentuan hukum nikah dalam al-Qur`an. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa,
pernikahan merupakan sebuah akad atau ikatan yang memperbolehkan hubungan intim. Didalam al-
Qur’an, menikah berarti terjalinnya hubungan suami istri secara sah. Mufassir a’zab dan mutazawwaj
memandang menikah adalah sebuah anjuran yang utama dilihat dari ayat-ayat nikah dalam al-
Qur`an. Mufassir a’zab menilai bahwa menikah dapat disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan
mufassir mutazawwaj lebih mengedepankan anjuran menikah dalam al-Qur`an sebagai perintah
untuk melaksanakannya kecuali dalam beberapa kondisi yang dimunkinkan untuk tidak menikah.

B. Saran
Makalah ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan dan perlu dikembangkan kembali.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi para penggiat tafsir untuk menulis lebih
lanjut mengenai kata yang memiliki perbedaan penafsiran, ataupun permasalahan zaman modern
yang dapat ditemukan pembahasannya melalui istilah yang berdekatan atau memiliki makna yang
sama.

DAFTAR PUSTAKA

Sifa Mulya Nurani,e-Journal Al-Syakhsiyyah Journal of Law and Family Studies, Vol. 3 No. 1
(2021)

Keywords: Hubungan, Rumah Tangga, Hak, Kewajiban, Suami, Istri21

21
Wibisana, Wahyu. Perkawinan Dalam Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta'lim Vol.
14,No. 2. 2016.

Mohamad Irfan Hidayat, RELASI SUAMI ISTRI PERSPEKTIF AHMAD MUSTAFA AL-
MARAGHI DALAM TAFSIR ALMARAGHI

Fatimah Zuhrah, Relasi Suami dan Istri Dalam Keluarga Muslim Menurut Konsep Al-Quran:
Analisis Tafsir Maudhudhy,Analytica Islamica, Vol. 2 No 1, 2013, hal. 179

Abil Qosil Al Husain. Al Mufrodaat Fi Gharaibul Quran, hal. 61

Fatimah Zuhrah, Relasi Suami dan Istri Dalam KeluargaMuslim Menurut Konsep Al-Quran:
Analisis Tafsir Maudhudhy,Analytica Islamica, hal. 180

Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Volume 14 Nomor 01 2020

Tafsir tahlili, Aplikasi Qur-an kemenag

Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam;Tafsir Tematik Ayat-ayat hukum: Jakarta, 2019

Al-Qishthu, Vol. 17 No. 1, 2019

Mustofa Bisri, Bingkisan Pengantin (Sumber Solo: Qaula Smart Media 2008), 142

Fatkhur Rasyid, Babat Sikap-Sikap Istri Terhadap Suami yang Harus Dihindari Sejak
MalamPertama, (Jogjakarta: DIVA Press, 2011), 33.

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah Jilid 3: Pengantar Imam Hasan Al-Bana (Jakarta: Pt Nada Cipta
Raya,2004), 39.

Ahmad Attabik dan Khoridatul Mudhiiah, “Perkawinan dan Hikmahnya Perspektif Hukum
Islam” (Yudisia. Vol. 5, No. 2. Desember.2014).

You might also like