You are on page 1of 42

Laporan mini project

PREVALENSI KEJADIAN HIPERTENSI PADA BULAN DESEMBER

2020-FEBRUARI 2021 DI PUSKESMAS SUKAMAJU

KABUPATEN LUWU UTARA

DISUSUN OLEH :

dr. Nurlatifah Almaida Amaluddin

PENDAMPING :

dr. Made Agus

DIBAWAKAN DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS PADA

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

WAHANA PENEMPATAN KABUPATEN LUWU UTARA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERIODE FEBRUARI 2021-FEBRUARI 2022

1
HALAMAN PENGESAHAN

Mini Project

PREVALENSI KEJADIAN DISPEPSIA PADA BULAN DESEMBER 2020-


FEBRUARI 2021 DI PUSKESMAS SUKAMAJU
KABUPATEN LUWU UTARA

Dibawakan Dalam Rangka Menyelesaikan Tugas Pada

Program Internsip Dokter Indonesia

Wahana Penempatan Kabupaten Luwu Utara

Provinsi Sulawesi Selatan

Periode Februari 2021 – Februari 2022

Penyusun :

dr. Nurlatifah Almaida Amaluddin

Telah Disetujui Oleh :

Pendamping,

dr. Made Agus

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul……………………………………………………….......…….1
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………2
DAFTAR ISI ……………...………………………………………………...........3
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang……………………….…………………...…………………5
1.2 Rumusan Masalah…………………………………….……………………..6
1.3 Tujuan……………………………………….…...….………………………6
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………………………6
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………………...6
1.4 Manfaat…………………………………………………...…………….…...7
1.4.1 Manfaat Teoritis…………………………………………………….....7
1.4.2 Manfaat Praktis………………………………………………………..7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................8
2.1 Definisi Hipertensi...………...………………………………………………8
2.2 Etiologi Hipertensi ……………………...…………………………………..9
2.3 Patogenesis Hipertensi ..…………………………………………………...14
2.4 Gejala Klinis Hipertensi ..………………………………………………….16
2.5 Diagnosis Hipertensi ....……………………………………………………17
2.6 Penatalaksanaan Hipertensi ..………………………………………………18
BAB III
METODE PENELITIAN....................................................................................26
3.1 Perancangan Penelitian…………………………………………………….26
3.2 Populasi dan Sampel……………………………………………………….26
3.3 Instrumen Penelitian………………………………………………………..26
3.4 Variabel Penelitian…………………………………………………………26
3.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………26

3
3.6 Cara Analisis Data………………………………………………………….26
3.7 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………………...27
BAB IV
PROFIL UMUM PUSKESMAS SUKAMAJU……………………………….28
4.1 Profil Komunitas Umum………………………………………………….. 28
4.2 Data Geografis……………………………………………………………..28
4.3 Data Demografis…………………………………………………………...29
4.4 Keadaan Sosial Ekonomi.………………..………………………………...31

4.5 Keadaan Perilaku Masyarakat...……………………………………………32

4.6 Situasi Derajat Kesehatan………………………………………………….34

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………40
6.1 Kesimpulan………………………………………………………………..40
6.2 Saran………………………………………………………………………40
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….…..41

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik

lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90

mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah.2 Hipertensi dapat diklasifikasikan

menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak

diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal,

penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi

seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus

tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu,

hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara

berkala.1

Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas

dari penyakit kardiovaskular. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat berkembang

menjadi krisis hipertensi berupa kerusakan di organ-organ sasaran yang terkait

(target organ damage).2

Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneous group of disease karena

dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial, dan ekonomi.

Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi, dan

globalisasi memunculkan sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka

kesakitan hipertensi. Penderita hipertensi berisiko besar mengalami stroke,

serangan jantung, gagal ginjal dan kematian.2

5
Di Amerika diperkirakan sekitar 64 juta lebih penduduknya yang berusia

antara 18 sampai 75 tahun menderita hipertensi. Separuh dari jumlah tersebut

pada awalnya tidak menyadari bahwa dirinya sedang diincar oleh pembawa maut

yang bernama hipertensi. Bila seseorang dinyatakan positif mengidap hipertensi

tetapi tidak berusaha mengatasinya dengan segera, maka akan mengundang

munculnya risiko tersebut.2 Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam

kesehatanmasyarakat di Indonesia dan beberapa negara di dunia.3

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui prevalensi kejadian hipertensi pada bulan desember

2020-februari 2021 di Puskesmas Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan umum


Mengetahui gambaran tentang kejadian hipertensi pada bulan

desember 2020-februari 2021 di Puskesmas Sukamaju kabupaten Luwu Utara,

Sulawesi Selatan.

1.3.2 Tujuan khusus


 Untuk meningkatkan pengetahuan pasien faktor-faktor risiko
penyakit hipertensi
 Untuk meningkatkan kesadaran pasien tentang pengobatan
hipertensi yang harus rutin baik non-farmakologi maupun
farmakologi

6
1.4 Manfaat

 Manfaat teoritis

Memberikan gambaran prevalensi kejadian hipertensi pada bulan

desember 2020-februari 2021 di Puskesmas Sukamaju kabupaten Luwu

Utara, Sulawesi Selatan.

 Manfaat Praktis

1. Bagi tenaga Kesehatan

Sebagai masukan guna memperbaiki program penanganan hipertensi

di Puskesmas Sukamaju Kabupaten Luwu Utara

2. Bagi Puskesmas

Sebagai masukan dalam rangka pengambilan keputusan dan

melakukan penyuluhan tentang hipertensi di puskesmas Sukamaju

3. Bagi Penulis

Menjadikan data awal maupun panduan untuk penelitian selanjutnya

4. Bagi masyarakat

Sebagai bahan informasi bagi pasien tentang penyakit hipertensi

sehingga pasien akan lebih sadar untuk melakukan pemeriksaan

tekanan darah dan pengobatan secara rutin

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

mencapai 140 mmHg atau lebih tinggi dan atau peningkatan tekanan darah

diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih tinggi. Hipertensi dibagi menjadi dua

tingkatan baik bersadarkan sistolik maupun diastolik darah (Tabel 1). Tekanan

darah sistolik antara 120 dan 139 mmHg atau tekanan darah diastolik antara 80

dan 89 mm Hg dikategorikan prehipertensi. Orang dengan prehipertensi memiliki

peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan perkembangan hipertensi dari

waktu ke waktu dibandingkan dengan orang dengan tekanan darah normal.4

Tabel I. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

8
Tabel II. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi grade 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi grade 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

2.2 Etiologi

Sebagian besar (80-90%) dari pasien dengan hipertensi memiliki

peningkatan tekanan darah primer, yaitu hipertensi esensial yang tidak diketahui

penyebabnya.5

a. Hipertensi Esensial/ Hipertensi Primer 5

Hipertensi esensial memiliki etiologi multifaktorial.

 Faktor genetik

Tekanan darah anak dalam sebuah keluarga cenderung meningkat apabila

orang tuanya mengalami hipertensi,dibandingkan dengan anak tanpa

riwayat orang tua hipertensi. Hal ini menunjukkan tendensi faktor risiko

genetik dalam penyebab hipertensi, meskipun sebagian, adanya pengaruh

lingkungan secara bersama. Namun, sebagian besar faktor genetik

bertanggung jawab atas kejadian hipertensi dalam sebuah keluarga.

 Janin faktor

Berat badan lahir rendah dikaitkan dengan hipertensi. Hubungan ini

mungkin karena adaptasi janin intrauterin abikbat kekurangan gizi dengan

9
perubahan jangka panjang dalam darah Kapal struktur atau fungsi penting

sisstem hormonal.

 Faktor-faktor lingkungan

Di antara beberapa faktor lingkungan yang telah diduga berperan, berikut

ini tampaknya menjadi yang paling signifikan:

(a) Obesitas. Orang gemuk memiliki tekanan darah yang lebih tinggi

dibandingkan orang kurus. Ada resiko, yang cenderung lebih tinggi

jika tekanan darah diukur dengan manset kecil. Sesuaikan ukuran

maset dengan lingkar lengan. Gangguan pernafasan saat tidur yang

bersamaan ditemukan pada pasien obesitas merupakan faktor risiko

tambahan.

(b) Asupan. Kebanyakan penelitian telah menunjukkan hubungan yang

erat antara konsumsi alkohol dan hipertensi. Namun, subyek yang

mengonsumsi sejumlah kecil alkohol tampaknya memiliki tingkat

tekanan darah yang lebih rendah daripada mereka yang mengkonsumsi

alkohol dalam jumlah banyak.

(c) Asupan Garam. Asupan Garam yang tinggi telah disarankan untuk

menjadi penentu utama dari perbedaan tekanan darah dalam populasi

di seluruh dunia. Populasi dengan asupan natrium lebih tinggi

memiliki tekana darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan

asupan natrium rendah. Migrasi dari pedesaan ke lingkungan

perkotaan dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah yang sebagian

terkait dengan jumlah garam dalam diet. Studi tentang pembatasan

10
asupan garam telah menunjukkan efek yang menguntungkan pada

tekanan darah pada pasien hipertensi. Sejumlah bukti telah

menjelaskan komsumsi tinggi kalium dapat melawan efek asupan

kadar garam yang tinggi.

(d) Stres. Nyeri akut atau stress dapat meningkatkan tekanan darah.

Namun hubungan antaran nyeri kronik dan peningkatan tekanan darah

belum dapat dijelaskan dengan pasti.

 Mekanisme Hormonal

 Adanya sistem saraf otonom maupun Renin-angiotensis, peptide

nautriuetik dan sistem kalikrein-kinin memainkan peran dalam regulasi

perubahan tekanan darah jangka pendek dan telah dikaitkan dalam

patogenesis hipertensi. Penurunan renin, saltsensitive, hipertensi esensial

yang terjadi pada pasien yang mengalami retensi garam dan air dapat

dijelaskan.

 Resistensi Insulin

Hubungan antara diabetes dan hipertensi telah lama telah diakui dan

sebuah sindrom telah dijelaskan dari adanya hiperinsulinemia, intoleransi

glukosa, penurunan tingkat kolesterol HDL, hipertrigliseridemia dan

obesitas sentral (semua yang berhubungan dengan resistensi insulin) dalam

hubungan dengan hipertensi. Hubungan ini (juga disebut sindrom

metabolik) merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular.

11
b. Hipertensi Sekunder 5

Hipertensi sekunder adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

akibat dari penyakit spesifik dan berpotensi dapat diobati. Bentuk-bentuk dari

penyebab hipertensi sekunder seperti yang ada di bawah ini:

 Penyakit Ginjal

Sekitar 80% pasien penyakit ginjal mengalami hipertensi. Penyebab yang

palig sering adalah:

- Nefropati diabetik

- Glomerulonefritis Kronik

- Penyakit Polikistik pada dewasa

- Nefritis tubulointestinal Kronik

- Penyakit renovaskuler.

Hipertensi itu sendiri dapat menyebabkan atau memperburuk penyakit

ginjal. Mekanisme peningkatan tekanan darah ini akibat retensi garam dan

air, meskipun dapat pula ditemukan ketidaksesuaian peningkatan level

plasma renin.

 Penyakit Endokrin

- Sindrom Conn

- Adrenalhiperplasia

- Pheochromasitoma

- Sindrom Cushing

- Acromegali

12
 Penyakit kardiovaskular Kongenital

Penyebab yang paling sering adalah coartasio aorta.

 Obat-obatan

Banyak obat telah terbukti menyebabkan atau memperburuk hipertensi,

atau mengganggu respon terhadap beberapa agen antihipertensi: NSAID,

kontrasepsi oral, steroid, carbenoxolone, akar manis, simpatomimetik dan

vasopressin. Pasien yang memakai monoamine oxidase inhibitors yang

mengkonsumsi makanan yang mengandung tyramin dapat

mengembangkan paroksismal hipertensi berat.

 Kehamilan

Curah jantung meningkat pada kehamilan tetapi, karena relatif besarnya

penurunan resistensi perifer, tekanan darah pada ibu hamil perempuan

biasanya lebih rendah dari pada mereka yang tidak hamil. Hipertensi

dicatat dalam 8-10% dari kehamilan; bila terdeteksi pada trimester pertama

kehamilan atau bertahan setelah melahirkan, biasanya karena sudah ada

hipertensi esensial sebelumnya. Hipertensi yang muncul pada paruh kedua

kehamilan atau 'hipertensi yang dicetuskan oleh kehamilan’ biasanya

sembuh setelah melahirkan. Ketika tekanan darah meningkat terhadap

pengobatan> 160/110 mmHg dibenarkan untuk diobati. Pre-eklampsia

adalah sindrom yang terdiri dari kehamilan yang diinduksi hipertensi

dengan proteinuria. penyebab primer tidak diketahui dengan pasti, tetapi

kemungkinan melibatkan gangguan sirkulasi uteroplasenta dan

mengakibatkan pembatasan pertumbuhan intrauterin. Hipertensi pada

13
kehamilan, bersama dengan emboli paru, adalah penyebab kematian ibu

yang paling umum, dengan kejadian 10 per 1 juta kehamilan. Selain itu,

penting kondisi eklampsia, yang berhubungan dengan berat hipertensi,

pada akhirnya dapat menyebabkan kejang-kejang, gangguan edema otak

dan paru, penyakit kuning, kelainan pembekuan dan kematian janin.

2.3 Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah arteri adalah hasil dari resistensi perifer totoal dan curah

jantung. Curah jantung dapat meningkat dengan meningkatnya denyut jantung

atau volume sekuncup atau keduanya. Resistensi perifer meningkat oleh faktor-

faktor yang meningkatkan viskositas darah atau vasokontriksi lumen pembuluh

darah, terutama arteriol.6

Beberapa teori yang menjelaskan perkembangan hipertensi, termasuk: 6

 Perubahan dalam penampang arteriolar menyebabkan peningkatan resistensi

pembuluh darah perifer

 Abnormalitas peningkatan tonus dalam sistem saraf simpatik yang berasal dari

pusat-pusat sistem vasomotor, menyebabkan resistensi pembuluh darah perifer

meningkat

 Peningkatan volume darah akibat disfungsi ginjal atau hormonal

 Peningkatan penebalan arteriolar disebabkan oleh faktor genetik, yang

menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer

 Pelepasan rennin yang abnormal, sehingga terbentuk angiotensin II, yang

mengkonstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.

14
Hipertensi yang berkepanjangan meningkatkan beban kerja jantung sebagai

perlawanan terhadap kenaikan ejeksi ventrikel kiri. Untuk meningkatkan daya

kontraktilitas, ventrikel kiri mengalami hipertrofi, kebutuhan oksigen dan beban

kerja jantung meningkat. Dilatasi jantung dan kegagalan dapat terjadi ketika

hipertrofi tidak bisa lagi mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena

hipertensi memicu aterosklerosis koroner, jantung selanjutnya dapat

dikompromikan oleh berkurangnya aliran darah ke miokardium, sehingga

timbullah angina atau infark miokard (MI). Hipertensi juga menyebabkan

kerusakan pembuluh darah, yang menyebabkan percepatan terjadinya

aterosklerosis dan kerusakan organ target, seperti cedera retina, gagal ginjal,

stroke, dan aneurisma dan diseksi aorta. 6

Patofisiologi hipertensi sekunder berhubungan dengan penyakit yang

mendasarinya. Sebagai contoh: 6

 Penyebab paling umum dari hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal kronik.

Kerusakan ginjal kronis akibat dari glomerulonefritis atau stenosis arteri ginjal

yang mengganggu ekskresi natrium, sistem renin-angiotensin-aldosteron, atau

perfusi ginjal, akhirnya menyebabkan tekanan darah meningkat.

 Dalam sindrom Cushing, peningkatan kadar kortisol meningkatkan tekanan

darah dengan meningkatkan retensi natrium ginjal, meningkatkan kadar

angiotensin II, dan respon pembuluh darah terhadap norepinefrin.

 Dalam aldosteronisme primer, peningkatan volume intravaskular, perubahan

konsentrasi natrium dalam dinding pembuluh darah, atau sangat

15
 Tingginya kadar aldosteron menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan

resistensi perifer.

 Pheochromocytoma adalah tumor sel chromaffin medula adrenal yang

mengeluarkan epinephrine dan norepinephrine. Epinefrin meningkatkan

kontraktilitas dan ritme jantung, sedangkan norepinefrin meningkatkan

resistensi pembuluh darah perifer.

2.4 Gejala Klinis Hipertensi

secara umum, hipertensi tidak bergejala. Namun beberapa tanda dan gejala

dapat terjadi pada pasien hipertensi, yaitu:6

 Peningkatan tekanan darah pada pembacaan setidaknya dua kali berturut-turut

setelah penyaringan awal

 Nyeri kepala oksipital (kemungkinan memburuk pada di pagi hari sebagai

akibat dari peningkatan tekanan intrakranial); mual dan muntah juga dapat

terjadi

 Epistaksis yang mungkin karena keterlibatan vaskular

 Bruits (yang dapat didengar melalui aorta perut atau karotis, arteri ginjal, dan

femoralis) disebabkan oleh stenosis atau aneurisma

 Pusing, kebingungan, dan kelelahan yang disebabkan oleh perfusi jaringan

menurun karena vasokonstriksi pembuluh darah

 Penglihatan kabur sebagai akibat dari kerusakan retina

 Nokturia disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan

filtrasi glomerular

 Edema yang disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler.

16
Jika hipertensi sekunder ada, tanda-tanda dan gejala lain yang timbul

kemungkinan berhubungan dengan penyebabnya. Misalnya, Cushing sindrom

dapat menyebabkan obesitas dan striae trunkal berwarna ungu, sedangkan pasien

dengan pheochromocytoma dapat timbul sakit kepala, mual, muntah, palpitasi,

pucat, dan keringat berlimpah.6

2.5 Diagnosis Hipertensi

Beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis:6

 Pengukuran tekanan darah yang berulang akan sangat bermamfaat

 Unrinalisis dapat menunjukkan adanya protein, sel darah merah atau sel darah

putih, pada penyakit ginjal: adanya katekolamin yang dihubungkan dengan

pheochromasitoma, atau glukosa yang menunjukkan adanya dibetes.

 Pengujian laboratorium dapat mengungkapkan adanya peningkatan nitrogen

urea dan kadar kreatinin serum dari penyakit ginjal, atau hipokalemia

menunjukkan disfungsi adrenal (hiperaldosteronisme primer).

 Hitung darah lengkap dapat mengungkapkan penyebab hipertensi misalnya

polisitemia dan anemia.

 Excretory urography dapat mengungkapkan adanya atrofi ginjal yang

mengarah ke penyakit ginjal kronik. Satu ginjal lebih kecil dari ginjal

sebelahnya menunjukkan penyakit ginjal unilateral.

 Elektrocardiografi (EKG) dapat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri

atau iskemik jantung.

 Foto X-ray dada dapat menunjukkan kardiomegali

 Echokardiografi dapat mengungkapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.

17
2.6 Penatalaksanaan Hipertensi

Pasien dengan tekanan diastolik 90 mmHg atau tekanan sistolik 140 mmHg

harus ditangani. Pasien dengan hipertensi sistolik terisolasi (level 160 mmHg

dengan tekanan diastolik 89 mmHg) harus juga diobati jika mereka di atas usia 65

tahun. Pasien dengan hipertensi dengan tekanan darah yang tidak stabil atau

hipertensi sistolik terisolasi yang tidak diobati harus memiliki tindak lanjut

pemeriksaan rutin pada interval 6 bulan karena hipertensi dapat menjadi progresif

dan / atau berkelanjutan. Akhirnya, pasien dengan penyakit vaskular

aterosklerotik atau diabetes mellitus dan tekanan darah diastolik antara 85 dan 90

mmHg juga harus menerima terapi antihipertensi.7,8

Berapakah target penurunan tekanan darah yang semestinya? Sebelumnya

diasumsikan 140/90 mmHg adalah tingkat yang diinginkan. Hal ini tampaknya

masih wajar untuk pasien nondiabetes sejak studi Pengobatan Optimal Hipertensi

(HOT) tidak mendeteksi perbedaan yang signifikan dalam risiko kardiovaskular

antara pasien nondiabetes dirawat untuk tujuan penurunan tekanan darah diastolic

90 mmHg dibandingkan 80 mmHg. 7,8

Sekitar kurang dari sepertiga dari pasien hipertensi di Amerika Serikat

diobati secara efektif. Jumlah kegagalan terhitung kecil terkait dengan obat yang

tidak merespom. Kebanyakan kegagalan akibat (1) gagal mendeteksi hipertensi,

(2) kegagalan institusi dalam pengobatan yang efektif pasien hipertensi

asimtomatik, dan (3) kegagalan hipertensi asimtomatik pasien untuk mematuhi

terapi. Untuk membantu mengatasi masalah selanjutnya, pasien harus dididik

18
untuk melanjutkan perawatan sekali untuk rejimen yang efektif yang telah

diidentifikasi. Efek samping dan ketidaknyamanan pengobatan harus

diminimalkan atau dihilangkan agar pasien dapat bekerja sama.7,8

a. Pengobatan Non-Farmakologi

Perubahan gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah dan harus

digalakkan untuk semua orang dengan prehipertensi. Modifikasi mungkin cukup

sebagai terapi awal untuk beberapa orang dengan hipertensi stadium 1. Perlu

terapi tambahan bagi mereka dengan hipertensi yang lebih parah.4,8

Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi atau The Dietary

Approach to Stop Hypertension (DASH) efektif dalam menurunkan tekanan darah

pada pasien dengan prehipertensi atau hipertensi tahap. Rencana makan DASH

meliputi mengkonsumsi diet kaya buah-buahan, sayuran (kalium yang tinggi), dan

produk susu rendah lemak (kalsium tinggi) dengan pengurangan kandungan dari

lemak total dan jenuh. 4,8

Prevalensi hipertensi lebih besar pada orang-orang yang mengalami

obesitas. Peningkatan tekanan darah sering seiring dengan berat badan, dan uji

klinis banyak telah mendokumentasikan efektivitas penurunan berat badan untuk

menurunkan tekanan darah. Pengurangan berat badan ke dalam kisaran normal

(indeks massa tubuh 18,5-24,9) adalah tujuan yang diharapkan. 4,8

Pembatasan asupan natrium setiap hari menjadi100 mEq (2,4 g natrium

atau 6 gr garam) menurunkan tekanan darah pada sejumlah pasien tapi tidak

semua pasien hipertensi. Sensitivitas terhadap garam lebih umum pada orang-

orang ras African American, obesitas, atau orang tua atau yang memiliki

19
hipertensi rendah renin, tingkat tekanan darah yang lebih tinggi, atau penyakit

ginjal kronik, efek antihipertensi dari banyak obat yang ditingkatkan oleh

pembatasan natrium. Juga, pembatasan natrium meminimalkan kehilangan kalium

yang menginduksi diuresis. 4,8

Latihan aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah secara

langsung dan secara tidak langsung dengan memfasilitasi penurunan berat badan.

Setidaknya 30 menit sehari-hari aktivitas aerobik, seperti berjalan, harus

digalakkan. 4,8

Pembatasan asupan alkohol setiap hari ]kurang dari 1 oz (30 ml) dari

etanol (<0.5 oz untuk perempuan atau laki-laki ringan) sering dikaitkan dengan

penurunan tekanan darah. Alkohol adalah sumber kalori, dan penggunaannya

sering dikaitkan dengan buruknya kepatuhan dengan terapinantihipertensi.

Asupan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan hipertensi yang tidak stabil

yang sulit untuk mengontrol dalam hubungan dengan gejala lain (pembilasan dan

takikardia) yang merujuk pada penyakit pheochromocytoma. 4,8

Karena komplikasi dari penyakit arteri koroner yang paling umum

penyebab kematian pada orang hipertensi, semua risiko untuk penyakit

kardiovaskular harus ditangani. Manfaat penurunan tekanan darah dikurangi pada

perokok. Komponen sindrom metabolik hidup berdampingan lebih sering pada

orang hipertensi dibandingkan orang normotensi. Pengobatan sindrom metabolik

menurunkan risiko penyakit jantung dan hipertensi yang sedang berkembang. Ini

mencakup instruksi dalam diet rendah lemak, penurunan berat badan; dorongan

20
berolahraga secara teratur, dan penggunaan obat-obatan untuk menurunkan kadar

serum lipid, tekanan darah, dan sensitivitas insulin bila diperlukan. 4,8

b. Pengobatan Farmakologi

Dalam lebih dari 50% dari orang dengan tahap 1 hipertensi, tekanan darah

dapat dikontrol dengan terapi obat tunggal. Faktor penting untuk pertimbangkan

ketika memilih obat untuk terapi awal adalah khasiat sebagai monoterapi, rute

eliminasi, interaksi obat, efek samping, dan biaya. Pemilihan obat yang tepat

adalah penting untuk menjaga kepatuhan jangka panjang. 4,8

Pasien dengan hipertensi stadium 2, orang-orang dengan tekanan darah

awal lebih dari 20/10 mm Hg di atas batas, dan mereka ditargetkan untuk

menurunkan tekanan darah (penyakit ginjal kronis atau diabetes) sering akan

memerlukan dua atau lebih obat untuk mengontrol tekanan darah. Pertimbangan

terapi awal dengan kombinasi dua obat (salah satunya adalah diuretik yang tepat

untuk tingkat fungsi ginjal) harus dipertimbangkan. 4,8

Pengobatan monoterapi meliputi diuretik tiazid, beta-bloker, calcium

channel blockers (CCB), ACE-inhibitors (ACEIs) dan Angiotensi Receptor

Blockers (ARBs). Kombinasi dosis rendah juga dapat digunakan untuk terapi

awal. Tiazid sebaiknya diberikan sebagai terapi awal pasien hipertensi tanpa

komplikasi yang tidak memiliki pilihan yang jelas untuk jenis lain. 4,8

Obat kelas lain dipertimbangan untuk diberikan apabila diuretik tidak

efektif atau ada kontraindikasi atau dengan pengaturan obat lain yang memiki

alternative pada kondisi tertentu (misalnya ACEIs pada pasien hipertensi dengan

gagal jantung kongestif). Antagonis alfa yang bekerja sentral (clonidin,

21
methyldopa, guanabenz dan guanfacine) dan vasodilator (hydralazine dan

mnoxidil) dapat dipertimbangkan dalam kondisi pseudotolasnsi. Pseudotoleransi

adalah stimulasi reflex dari sistem rennin-angiotensin-aldosteron atay sistem saraf

simpatis yang menyebabkan retensi cairan, peningkatan resistensi vascular, atau

peningkatan curah jantung dengan hilangnya kemanjuran dengan penggunaan

jangka panjang. Oleh karena itu sejumlah obat tidak diberikan sendiri. Obat efek

sentral (-agonist cocok ketika diberikan dengan diuretic, vasodilator paling baik

diberikan sebagai obat ketiga dalam kombinasi diuretic dan adrenergik inhibitor.

Adapula obat yang lebih baik pada sejumlah umur dan ras tertentu (diuretik dan

CCB lebih efektif pada ras Afro-Amerika dan pasien usia: beta-bloker , ACEI dan

ARB lebih efektif pada pasien kulit putih dan dan pasien yang lebih muda.

Dengan terapi kombinasi, memastikan obat bekerja kombinasi dan dua obat dari

kelas yang sama tidak boleh diberikan. Biasanya, salah satu obat kombinasi

adalah diuretik kelemahan dan impotensi. Impotensi merupakan efek sampiang

yang paling berpotensi pada semua obat anti hipertensi. 4,8

Dikenal ada 2 kelompok obat lini pertama yang lazim digunakan untuk

pengobatan awal hipertensi yang itu diuretic, beta-bloker, ACE-inhbitor, ARB dan

antagonis kalsium. Pada JNC-VII, penyekat reseptor alfa adrenergik tidak

dimasukkan dalam lini pertama.9

Berikut ini pembagian obat lini pertama hipertensi: 9

1. Diuretik

Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida

sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Penelitian-

22
penelitian besar membuktikan bahwa efek proteksi kardiovaskuler diuretic belum

dikalahkan oleh obat lain sehingga diuretic dianjurkan untuk sebagian besar

kasus hipertensi ringan dan sedang. Bahkan bila menggunakan kombinasi dua

atau lebih antihipertensi, maka salah satunya adalah diuretik. 9

Sampai sekarang diuretik golongan tiazid merupakan obat utama dalam

terapi hipertensi. Sebagian penelitian besar membuktikan bahwa diuretik terbukti

paling efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskuler. 9

Diuretik bekerja dengan menghambat transport bersama Na-Cl di tubulus

distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat.Beberapa obat golongan

diuretic antara lain hidroklorotiazid, bendroflumetiazid, klorotiazid dan diuretik

lain yang memiliki gugus aryl-sulfonamida. Pemberian 1x sehari. 9

2. Beta bloker

Beta-bloker bekerja dengan (1) menurunkan frekuensi denyut jantung

dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung, (2) hambatan

sekresi rennin di sel jungstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan kadar

angiotensin II, (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas baroreseptor,

perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer dan oeningkatan sintesis

prostasiklin. 9

Dari berbagai beta-bloker, atenolol merupakan obat yang sering dipilih.

Dosis lazim 50-100 mg per oral sehari. Metoprolol diberikan dua kali sehari

dengan dosis 50-100 mg. Labetolol diberikan dua kali sehari maksimal 300 mg,

dam karvedilol sekali sehari maksimal 50 mg. 9

23
3. Angiotensin Converting Enzym (ACE) inhibitor dan Angiotensin Reseptor

Blocker (ARB)

ACE-inhibitor bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin I

menjadi angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi

aldosteron. Pada gagal jantung kongestif, ACEI mengurangi beban jantung dan

akan memperbaiki keadaan pasien. 9

ACEI dibedakan atas dua kelompok yaitu: 1) yang bekerja langsung,

contohnya Captopril dosis 25-100 mg 2-3x sehari dan lisinopril 10-40 mg 1x

sehari. 2) Prodrug, contohnya enalapril, kuinapril, perindopril, ramipril,

silazapril, benazepril, fosinopril dan lain-lain. 9

ARB bekerja dengan memblok reseptor AT 1 sehingga terjadi

vasokontriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis, stimulasi jantung,

efek renal serta efek jangka panjang berupa hipertrofi otot polos pembuluh

darah dan miokard. Obat ARB seperti Losartan 25-100 mg 1-2x sehari,

valsartan, irberstan, telmisartan dan candesartan 1x sehari. 9

4. Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium meghambat influx kalsium pada sel otot polos

pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama

menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan

resistensi perifer ini sering diikuti oleh reflek takikardia dan vasokontriksi,

terutama menggunakan golongan dihidropiridin kerja pendek (nifedipin). Dossi

nifedipin 3-4x sehari tab 100 mg. Sedangkan diltiazem 80-180 mg 3x sehari dan

verapamil 80-320 mg 2-3x sehari tidak menimbulkan takikardia karena efek

24
kronotropik negative langsung pada jantung. Bila reflex takikardia kurang baik,

seperti pada orang tua, maka pemberian antagonis kalsium dapat menimbulkan

hipotensi yang berlebihan. 9

25
BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Perancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

1.2 Populasi dan Sampel

populasi pada penelitian ini ialah pasien yang datang berobat di poli umum

Puskesmas Sukamaju. Teknik sampel yang digunakan adalah total

sampling. Dengan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

seluruh pasien yang terdiagnosis hipertensi.

1.3 Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeriksaan

kesehatan dengan menggunakan rekam medis.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosis

hipertensi.

1.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan anamnesis pasien dan data sekunder rekam medis di Puskesmas

Sukamaju.

1.5 Cara Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dengan mempresentasikan data yang telah

dikumpulkan dan di tabulasi. Setelah analisis, dilakukan pengkajian data

dalam bentuk tabel.

26
1.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Mini Project ini dilaksanakan pada Maret 2021 di Puskesmas Sukamaju.

27
BAB IV

PROFIL UMUM PUSKESMAS SUKAMAJU

4.1 Profil Komunitas Umum

Puskesmas Sukamaju merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang

beralamat di Jalan Pramuka No.19 Sukamaju, Kec Sukamaju, Kab Luwu Utara

yang terdiri atas UGD 24 jam, instalasi rawat inap umum dan bersalin, instalasi

rawat jalan (poli umum, poli gigi, KIA, laboratorium sederhana dan apotek).

Budaya dan kebiasaan masyarakat diwilayah kerja puskesmas Sukamaju

tidak jauh dengan budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya,

yakni giat gotong royong dan perilaku kekeluargaan masih sangat menonjol dalam

kehidupan masyarakatnya.

4.2 Data Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Sukamaju adalah lingkup wilayah Kecamatan

Sukamaju yang beribu kota Sukamaju terletak antara 01 53, 19-02 55 36

Lintang selatan dan 119 47 46 - 12037 44 Bujur Timur, yang berbatasan

dengan :

a) sebelah Utara : berbatasan dengan kecamatan Rampi

b) sebelah Selatan : berbatasan dengan kecamatan Malangke

c) sebelah Timur : berbatasan dengan kecamatan Bone-Bone

d) sebelah Barat : berbatasan dengan kecamatan Mappedeceng.

Kecamatan Sukamaju diapit oleh sungai Uraso dan Tamboke Kanjiro.

28
Luas wilayah kecamatan Sukamaju tercatat 208,2 km dan secara

administrasi pemerintahan terbagai menjadi 14 desa.Iklim Luwu Utara termasuk

iklim tropis, dengan curah hujan rata-rata 188,75 mm dan hari hujan rata-rata

11,83 dengan kelembaban rata-rata 82,92%.

Dari 14 desa yang terluas adalah Desa Tamboke dengan luas wilayah

63,11 km2, sedangkan yang terkecil adalah desa Wonosari dengan luas wilayah

0,89 km2.

4.3 Data Demografi


Jumlah penduduk kecamatan Sukamaju tahun 2019 tercatat sebanyak

25.636 jiwa yang terdiri dari laki-laki 12.873 jiwa perempuan 12.763 jiwa dan

tersebar di 14 desa, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 3.558 jiwa mendiami

desa Sukamaju, dan jumlah penduduk terkecil yakni 847 jiwa mendiami desa

Sukadamai

Tabel 1. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Desa Tahun 2016 s/d 2019

Jumlah Penduduk Tahun


No. Desa
2015 2016 2017 2019

1 Lampuawa 2.019 2.022 2.275 2.028

2 Minanga Tallu 1.818 1.810 2.190 1.815

3 Tamboke 1.279 1.283 1.624 1.286

4 Kaluku 2.389 2.393 2.816 2.400

5 Salulemo 1.680 1.683 2.058 1.687

6 Saptamarga 1.606 1.611 2.139 1.616

7 Sukamaju 3.520 3.551 4.546 3.558

8 Wonosari 941 946 1.050 950

29
9 Tulung Sari 1.106 1.110 1.270 1.113

10 Ketulungan 2.994 2.996 3.274 3.003

11 Tulung Indah 1.999 2.003 2.060 2.008

12 Mulyasari 1.495 1.498 1.608 1.503

13 Sukadamai 841 844 872 847

14 Sukaharapan 619 621 808

15 Sukamukti 1.135 1.136 1.376

16 Sidoraharjo 1.866 1.870 2.349

17 Tolangi 1.813 1.817 2.207

Jumlah 29.120 29.194 34.522 25.636

Sumber : Kantor camat sukamaju Tahun 2019

Persebaran penduduk pada 14 wilayah desa tidak merata, hal tersebut

disebabkan karena luas wilayah tiap desa tidak sama. Desa Sukadamai yang

terkecil luas wilayahnya mempunyai jumlah penduduk 847 jiwa, sedangkan desa

Sukamaju yang terluas wilayahnya mempunyai jumlah penduduk 3.558 jiwa dari

total penduduk kecamatan Sukamaju.

Peningkatan jumlah penduduk kecamatan Sukamaju dari tahun 2016

sampai dengan 2019, dapat dilihat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2.2 Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sukamaju Tahun 2016 s.d. 2019

30
[Y VALUE]
[Y VALUE]
[Y VALUE] [Y VALUE]

2015.5 2016 2016.5 2017 2017.5 2018 2018.5 2019 2019.5

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2019 jumlah

penduduk mengalami penurunan hal ini disebabkan karena 3 desa yang ada di

wilayah kecamatan sukamaju bergabung ke kecamatan sukamaju selatan,sehingga

desa yang ada di kecamatan sukamaju saat ini sebanyak 14 desa, faktor mata

pencaharian penduduk yang berbeda-beda, sehingga sebagian penduduk merantau

ke daerah lain, dalam arti bahwa sebagian penduduk tidak menetap atau bertempat

tinggal di wilayah tersebut.

4.4 Keadaan Sosial Ekonomi

4.4.1 Status pekerjaan

Pertumbuhan ekonomi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 tidak

terdapat data yang pasti di BPS kecamatan Sukamaju, tapi menurut perkiraan

bahwa, mata pencaharian penduduk wilayah kecamatan Sukamaju sebagian

besar petani diperkirakan berkisar 70,10%, PNS 8,20 %, ABRI 0,50 % dan

Wiraswasta 17,19%, dan lain-lain 4,01%.

31
70.10%

8.90% 17.19%
0.50% 4.01%

Sumber Data : BPS Kecematan Sukamaju Tahun 2019

4.4.2 Pendidikan

Fasilitas pendidikan di kecamatan Sukamaju pada tahun 2019 adalah 16

unit taman kanak-kanak, 17 unit sekolah dasar Negeri/ MI/ swasta, 4 Unit

sekolah lanjutan tingkat pertama Negeri/ MTs/ swasta, dan 4 unit sekolah

lanjutan tingkat atas dan sederajat.

4.5 Keadaan Perilaku Masyarakat

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, berikut ini disajikan

beberapa indikator yang memepengaruhi lingkungan antara lain :

4.5.1 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mampu mempraktikkan perilaku hidup

bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Adapun indikator nasional PHBS ada 10 yaitu : 1) Persalinan di tolong oleh

tenaga kesehatan; 2) Memberi ASI eksklusif; 3) Menimbang balita setiap

bulan; 4) menggunakan air bersih; 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan

32
sabun; 6) Menggunakan jamban sehat; 7) memberantas jentik di rumah sekali

seminggu; 8) makan buah dan sayur setiap hari; 9) melakukan aktifitas fisik

setiap hari; dan 10) tidak merokok dalam rumah.

4.5.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku hygine dan sanitasi

melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan yang terdiri atas

5 pilar, antara lain : Stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai

sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang aman di tingkat rumah

tangga, pengelolaan sampah dengan benar dan pengelolaan limbah cair

rumah tangga dengan benad. Permenkes Nomor 3 Tahun 2014 menyebutkan

“Dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat,

mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan

kemampuan masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi

dasar, perlu menyelenggarakan sanitasi total berbasis masyarakat; Ditahun

2019 dari 14 desa/kelurahan yang ada di kec. Sukamaju,semua desa

melaksanakan STBM.

4.5.3 Kawasan Tanpa Rokok

Mengubah prilaku kebiasaan merokok di kalangan masyarakat bukanlah

hal mudah termasuk di kecamatan Sukamaju. Namun demikian sudah ada

beberapa area di wilayah kec. Sukamaju yang bekerja sama dengan Puskesmas

Sukamaju yang menetapkan wilayahnya sebagai Kawasan Tanpa Rokok yaitu

di desa Tulung indah, wonosari, Sukadamai, Sukamaju, Mital dan Tulung sari.

33
4.5.4 Posyandu

Posyandu merupakan wahana kesehatan bersumber daya masyarakat

yang memberikan 5 kegiatan utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Promosi

Kesehatan). Persentase Posyandu menurut strata di kecamatan Sukamaju

tahun 2019 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.3. Persentase Posyandu menurut strata Tahun 2019

11%
11% Mandiri
Madya
Purnama
78%
Pratama

Sumber: Promosi Kesehatan Tahun 2019

4.6 Situasi Derajat Kesehatan

Situasi derajat kesehatan menjelaskan masalah kesehatan yang dihadapi.

Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan indikator yang

mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), morbiditas (kesakitan) dan status

gizi. Pada bab ini kondisi derajat kesehatan masyarakat di Kec. Sukamaju dinilai

melalui Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka

Kematian Balita (AKBA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas

beberapa penyakit balita dan dewasa.

4.6.1 Mortalitas

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen

demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan

34
komposisi umur penduduk, WHO mendefenisikan kematian sebagai suatu

peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen

yang biasa terjadi setiap saat setelah kelahiran.

Peristiwa kematian dewasa ini umumnya disebabkan karena penyakit

menular, penyakit degenerative, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko

pada kematian. Kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator

dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program

pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat

dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.

Dalam bab ini akan disajikan angka kematian pada Kec. Sukamaju di

tahun 2019.

1. Angka Kematian Neonatal (AKN)

Angka kematian neonatal adalah jumlah penduduk yang meninggal satu

bulan pertama setelah kelahiran (0 – 28 hari) yang dinyatakan dalam 1.000

kelahiran hidup pada tahun yang sama. Jumlah kematian neonatal di Kec.

Sukamaju tahun 2019 sebanyak 2 Kelahiran yang terjadi di desa Salulemo 1

kasus dan Ketulungan 1 kasus.

2. Angka Kematian Bayi (AKB)

Secara garis besar dari sisi penyebabnya kematian bayi ada dua macam

yaitu endogen dan eksogen. Kematian endogen biasa juga disebut dengan

kematian neonatal merupakan kematian yang terjadi ada bulan petama setelah

dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak

lahir. Kematian eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi

35
yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari pengaruh lingkungan. Kasus

kematian bayi di Kec. Sukamaju tahun 2019 sebanyak (1 Kasus) per 433

Kelahiran hidup.

3. Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari

derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan

atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidential)

selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (41 hari setelah

melahirkan). Pada tahun 2019 terdapat 3 kematian ibu di puskesmas

sukamaju.

4.6.2 Morbiditas

Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden

maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Tingkat kesakitan

mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat yang ada di dalamnya.

Pada bab ini disajikan gambaran morbiditas penyakit-penyakit menular dan

tidak menular yang dapat menjelaskan keadaan derajat kesehatan masyarakat

di Kecamatan Sukamaju sepanjang tahun 2021.

36
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukam untuk mengetahui gambaran deskriptif kejadian

hipertensi di Puskesmas Sukamaju. Penelitian ini ditinjau dari jumlah pasien

rawat inap dan rawat jalan serta total pasien dispepsia yang menggunakan BPJS

dan Umum. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder berdasarkan data rekam

medis puskesmas yang dilakukan dengan teknik total sampling.

Gambaran kejadian hipertensi di Puskesmas Sukamaju

Berikut merupakan hasil penelitian mini project yang berjudul prevalensi

kejadian hipertensi di Puskesmas Sukamaju. Sampel merupakan pasien hipertensi

yang datang di puskesmas.

Tabel 5.1 jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap

Nama Penyakit Bulan Rawat Jalan Rawat Inap

Desember 2020 79 Pasien 9 Pasien

Januari 2021 50 Pasien 3 Pasien


Hipertensi Februari 2021 50 Pasien 0 Pasien

TOTAL 179 Pasien 12 Pasien

Dari gambaran diatas, didapatkan jumlah penderita hipertensi pada bulan

desember-februari sebanyak 191 pasien.

Dari gambaran diatas, dapat dilihat jumlah penderita hipertensi yang

dirawat jalan sebanyak 94% dan rawat inap sebanyak 6%. Setelah dilakukan

anamnesis pasien dan data dari rekam medis yang didiagnosis hipertensi di

37
Poliklinik Umum Puskesmas Sukamaju, pasien lebih mengerti mengenai penyakit

yang mereka derita terutama faktor-faktor apa sajakah yang berkontribusi

terhadap penyakit. Salah satunya ada faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti

usia dan genetik. Hal ini dilihat bahwa pasien yang berobat rata-rata berusia di

atas 40 tahun. Selain itu faktor genetik dalam hal ini faktor keturunan turut

berperan atas kejadian hipertensi terutama hipertensi primer.

Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok merupakan faktor risiko yang

dapat dimodifikasi yang paling sering ditemukan pada pasien hipertensi, setelah

dilakukan anamnesis, pasien lebih sadar dan berusaha untuk mengurangi

komsumsi rokok. Hal ini bisa diamati terutama pada pasien kontrol yang telah

menderita hipertensi dan memeriksakan diri secara rutin, mereka telah

mengurangi komsumsi rokok. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kondisi

pasien menjadi lebih baik terutama pasien yang sedang dalam pengobatan. Selain

rokok, faktor lain yang berpengaruh seperi komsumsi garam yang berlebihan,

kadar kolesterol dan penyakit sistemik yang mendasari kejadian hipertensi.

Tabel 5.2 jumlah pasien berdasarkan kepesertaan

Nama Penyakit Bulan BPJS Umum

Desember 2020 85 pasien 3 Pasien

Januari 2021 48 Pasien 5 Pasien


Hipertensi Februari 2021 47 Pasien 0 Pasien

TOTAL 180 Pasien 8 Pasien

38
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat jumlah penderita hipertensi yang

memiliki kepesertaan BPJS sebanyak 96% dan umum sebanyak 4%. Hal ini

dikaitkan dengan sosial ekonomi pasien, penduduk wilayah kecamatan

Sukamaju sebagian besar petani diperkirakan berkisar 70,10%, PNS 8,20 %,

ABRI 0,50 % dan Wiraswasta 17,19%, dan lain-lain 4,01%. Selain sosial

ekonomi yang rendah, hal yang sering menjadi kendala di puskemas adalah

kurangnya kesadaran pasien untuk rutin memeriksakan tekanan darah nya di

puskesmas sehingga pengobatan juga terputus. Selain itu pasien enggan

memeriksakan diri apabila tidak ada keluhan.

Selain pengobatan farmakologi, pengobatan non-farmakologi yaitu pola

hidup sehat seperti diet rendah garam. Selain itu pasien juga membatasi

komsumsi kolesterol. Selain itu olahraga juga dilakukan oleh pasien.

Mengingat usia pasien rata-rata di atas 40 tahun maka pasien perlu mengetahui

olah raga apa yang sesuai untuk usia tersebut yaitu olah raga ringan seperi

jogging dan bersepeda.

39
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. terdapat 191 pasien hipertensi pada bulan desember 2020-februari 2021 di

Puskesmas Sukamaju.

2. Pasien hipertensi lebih banyak rawat jalan dibandingkan rawat inap.

3. Sosial ekonomi berhubungan dengan adanya keluhan hipertensi.

6.2 Saran

 Perlunya digalakkan penyuluhan dengan skala yang lebih luas mengingat

perubahan pola hidup dewasa ini yang dapat meningkat risiko kejadian

hipertensi

 Perlunya digiatkan kegiatan kunjungan rumah dari petugas kesehatan

terutama pasien yang tidak rutin mengkomsumsi obat hipertensinya

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Nuraini B. 2015. Risk Factors of Hypertension. Vol 4 No 5. Faculty of

Medicine, University of Lampung.

2. Pramana KD. Penatalaksanaan Krisis Hipertensi. Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Al-Azhar.

3. Lisiswanti R , Dananda D. 2016. Upaya Pencegahan Hipertensi. Vol 5 No 3.

Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.

4. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Department Health

and Human Services. August. 2004

5. Camm AJ, BUnce N. 2005. Cardiovascular Disease. Kumar Parveen, Clark

Micheal, editors. Kumar & Klark’s Clinicak Medicine. Seventh Edition. UK:

Saunders Elsevier. p.798-804

6. Kowalak Jenifer. 2001 Cardiovascular System. Kowalak Jenifer, Cavallini

Mario, editors. Handbook of Pathopisiology. US: Springhouse Corporation.

p.120-4

7. Fisher Nomi, Williams Gordon. 2005. Hypertensive Vascular Diease.

Harrison Tinsley R, editor. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 16th

edition. United Nations of America: McGraw-Hill. P.1463-80

8. Schwartz Gary L. 2008. Hypertension. Habermann Thomas, Ghosh K. Amit,

editors. Mayo Clinic Internal Medicine Concise Textbook. USA: Mayo Clinic

Scientific Press and Informa Healthcare USA, INC. P 429-64

41
9. Hafrialdi. 2007. Antihipertensi. Gunawan Gan Sulistia, editor. Farmakologi

dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen farmakologi dan Terapeutik Fakultas

Kedokteran Indonesia. h.341-60

42

You might also like