You are on page 1of 11

Prosiding Seminar Nasional ISBN : 978-602-17225-4-1

STRATEGI DIGITAL MARKETING DAN IMPLIKASINYA PADA


KEUNGGULAN BERSAING UKM DI INDONESIA

Aditya Wardhana
Prodi Administrasi Bisnis, Universitas Telkom
adityawardhana@telkomuniversity.ac.id

Abstrak
Pemasaran digital merupakan alternatif bagi usaha kecil dan menengah (UKM) dengan anggaran
promosi yang terbatas. Penggunaan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan
website merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk menciptakan brand awareness,
engagement, sales bahkan loyalty. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan
strategi pemasaran digital pada 21 UKM yang sudah go online dan implikasinya pada keunggulan
bersaing UKM tersebut berdasarkan persepsi konsumen My Healthy Yoghurt, Nara Kreatif, Trasty,
Martini Natural, Cutteristic, Makaroni Ngehe, Maks, Suwe Ora Jamu, Maskoolin, Mini Boiler
Bumiraja, Hijup.com, Selvio, Sribu.com, Batik Trusmi, Brodo, Evrawood, Tess.co.id, Radja Cendol,
Nasgor Mafia, Warunk Upnormal, dan Nasi Jamblang Ibu Nur. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kuantitatif dengan analisis kausalitas dengan jumlah anggota populasi sebanyak
21.892.127 konsumen dari 21 UKM tersebut dengan teknik nonprobability sampling menggunakan
incidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 2.100 responden. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran digital berimplikasi pada keunggulan bersaing UKM
dalam memasarkan produknya sebesar 78% dan sisanya sebesar 22% disebabkan karena faktor
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti kapabilitas permodalan, pasokan sumberdaya,
dan profesionalitas manajerial.

Kata Kunci: media sosial, pemasaran digital, UKM

1. PENDAHULUAN
Hadiyati (2008) menyatakan bahwa berdasarkan survey dari BPS mengidentifikasikan berbagai
kelemahan dan permasalahan yang dihadapi UMKM berdasarkan prioritasnya, yaitu meliputi: (a)
kurangnya permodalan, (b) kesulitan dalam pemasaran, (c) persaingan usaha yang ketat, (d) kesulitan
bahan baku, (e) kurang teknis produksi dan keahlian, (f) kurangnya keterampilan manajerial (SDM)
dan (g) kurangnya pengetahuan dalam masalah manajemen khususnya bidang keuangan dan
akuntansi. Pemasaran adalah masalah mendasar yang juga dihadapi oleh pengusaha kecil. Masalah di
bidang pemasaran yang dihadapi pengusaha kecil pada umumnya terfokus pada tiga hal: (1) masalah
persaingan pasar dan produk, (2) masalah akses terhadap informasi pasar, dan (3) masalah
kelembagaan pendukung usaha kecil.
Perkembangan teknologi digital memungkinkan para pelaku UKM untuk memasarkan produknya
secara online dan melakukan transaksi melalui sistem perbankan secara online pula. Perkembangan
teknologi digital telah mengubah pemasaran dari usaha kecil dan menengah (UKM) yang semula
dilakukan secara konvensional menjadi secara digital dengan memanfaatkan penggunaan media sosial
dan penggunaan website untuk memasarkan produk mereka. Pemanfaatan media online menjadi
pilihan tepat bagi para UKM untuk mengembangkan bisnis yang dijalankannya. Mudahnya akses
internet saat ini, besarnya manfaat yang didapatkan, serta murahnya biaya yang dibutuhkan menjadi
alasan utama bagi UKM sebelum akhirnya mereka memilih media online sebagai solusi tepat untuk
memperluas jangkauan bisnisnya.
Maharani, Ali, dan Astuti (2012) menyatakan bahwa UKM merupakan salah satu sektor usaha
yang penting di Indonesia karena memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Meskipun telah banyak UKM yang berkembang di Indonesia dan menerapkan teknologi
informasi untuk kegiatan bisnisnya, namun masih banyak pula UKM yang belum menerapkan
teknologi informasi khususnya menggunakan media jejaring sosial dan belum mengerti seberapa
besar manfaat dan peranan penggunaan media jejaring sosial tersebut. Padahal jejaring dan hubungan

Forum Keuangan dan Bisnis IV, Th 2015


fkb.akuntansi.upi.edu/prosiding 327
Prosiding Seminar Nasional ISBN : 978-602-17225-4-1

korelatif merupakan fasilitator penting bagi kegiatan bisnis UKM. Berdasarkan Delloitte Access
Economics (2014), tingkat penetrasi broadband akan meningkatkan keterlibatan UKM secara digital
dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahunan Indonesia sebesar 2%.
UKM yang memiliki akses online, terlibat di media sosial, dan mengembangkan kemampuan e-
commerce-nya, biasanya akan menikmati keuntungan bisnis yang signifikan baik dari segi
pendapatan, kesempatan kerja, inovasi, dan daya saing. Terlepas dari keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan teknologi digital, 36% UKM di Indonesia masih offline, 37% UKM memiliki
kemampuan online yang sangat mendasar (basic), dan 18% UKM yang memiliki kemampuan online
menengah (intermediate), dan 9% UKM merupakan bisnis online lanjutan (advanced). Manfaat
teknologi digital yang dirasakan oleh UKM yaitu: 50,2% akses ke pelanggan baru di Indonesia, 35,5%
peningkatan dalam penjualan dan pendapatan, 33,7% akses ke pasar luar negeri, 22,7%
memungkinkan transaksi yang lebih mudah dengan pelanggan dan pemasok, dan 11,2% periklanan
yang lebih murah atau biaya pemasaran per penjualan yang lebih rendah (Marketing, 2015).
Saat ini UKM dapat mengkomunikasikan merek dan produknya melalui website yang mereka
bangun sendiri dan atau dengan menggunakan media sosial. Adanya dorongan permintaan pelanggan
dan efisiensi biaya promosi, UKM mulai aktif dalam menggunakan pemasaran digital dan media
sosial yang memungkinkan pelanggan untuk melakukan pembelian produk UKM dimana saja
(Siswanto, 2013).
Jumlah UKM yang terdaftar pada Kementerian Koperasi dan UKM RI sebanyak 55,2 juta namun
yang sudah go online baru 75.000 saja (Aruman, 2015). Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia (2015), angka pengguna internet di Indonesia tahun 2014 sebesar 88,1 juta
(34,9%) dengan jumlah penduduk Indonesia sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014
sebesar 252 juta penduduk. Dengan demikian, dari sisi jumlah penduduk, pengguna internet
mengalami pertumbuhan 16,2 juta pengguna, yaitu dari 71,9 juta menjadi 88,1 juta pengguna. Dilihat
dari domisilinya, 78,5% dari total seluruh pengguna internet di Indonesia tinggal di wilayah Indonesia
bagian Barat. Sebagai tambahan penting, pengguna internet ini didominasi oleh mereka yang tinggal
di wilayah urban Indonesia. Usia pengguna internet di Indonesia berusia 18-25 tahun, yaitu sebesar
hampir setengah dari total jumlah pengguna internet di Indonesia (49%). Artinya, dapat dikatakan
bahwa segmen pengguna internet di Indonesia adalah mereka yang termasuk ke dalam kategori
generasi millenial atau digital natives yaitu generasi yang lahir setelah tahun 1980.
Pengguna internet sebagian besar memiliki dan menggunakan aplikasi atau konten jejaring sosial
sebesar 87,4%, kedua adalah searching 68,7%, ketiga instan messaging 59,9%, keempat mencari
berita terkini 59,7%, dan kelima men-download dan meng-upload video 27,3%. Ditinjau dari jenis
situs yang digunakan untuk berjualan online, 64,9% menggunakan jejaring sosial, 22,9% messanger,
14,4% komunitas online, 5,7% blog toko online, 2,3% website toko online, dan 1,5% milist
(Pangerapan, 2015). Sebanyak 62 juta orang menggunakan media sosial dan sekitar 4,6 juta
konsumen di Indonesia yang mengunakan internet secara aktif untuk bertransaksi atau berbelanja
(Sumanti, 2015).
Menurut Safitri (2015) dan Kautsarina (2013) bahwa UKM harus cermat dalam memilih media
sosial yang sesuai dengan tujuan pemasarannya. Facebook lebih cocok untuk tujuan menjangkau lebih
banyak audiens karena karakter penggunanya meluas dari semua level sehingga UKM dapat
membangun relasi (relationship) dan kesadaran (awareness) dengan pemanfaatan fitur events, update
satus, maupun membalas langsung feedback dari konsumen. UKM dapat memaksimalkan Facebook
dengan membuat updates yang deskriptif disertai foto dan link website untuk call-to-action.
Sedangkan Twitter cocok untuk membangun komunikasi yang sifatnya lebih terbuka dan untuk
membangun awareness. Dalam menggunakan Twitter, UKM harus meng-update dengan fokus
wording yang sederhana dan mudah dimengerti dan disertai dengan link website untuk call-to-action.
Sementara itu untuk Instagram cocok untuk membangun awareness dan menciptakan hubungan
dengan konsumen. Kelemahan Instagram adalah tidak dapat menaruh link yang langsung terkoneksi
ke laman website, sehingga UKM harus mengunggah foto tentang behind the scenes pembuatan
produk/ shooting iklan, teaser produk baru, endorsement dari selebriti, dan kontes foto.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan strategi pemasaran digital pada
UKM yang sudah go online dan implikasinya pada keunggulan bersaing UKM tersebut berdasarkan
persepsi konsumennya. Strategi pemasaran digital dalam bentuk penggunaan media sosial dan website

Forum Keuangan dan Bisnis IV, Th 2015


fkb.akuntansi.upi.edu/prosiding 328
Prosiding Seminar Nasional ISBN : 978-602-17225-4-1

bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sangatlah penting, karena dapat memberi pengetahuan
kepada para pelaku UKM mengenai cara maupun tahapan dalam memperluas jaringan konsumen
melalui pemanfaatan media sosial dan website dalam memasarkan produknya sehingga dapat
meningkatkan keunggulan bersaing bagi UKM itu sendiri.

2. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Di dalam dunia bisnis penjualan dan pemasaran merupakan bagian yang sangat penting sehingga
banyak cara yang ditempuh oleh perusahaan untuk memperbaiki sistem penjualan dan pemasaran
yang mereka miliki mulai dari cara tradisional sampai cara yang moderen. Seiring dengan
berkembangnya teknologi yang sangat pesat, banyak sekali perusahaan-perusahaan yang
memanfaatkan teknologi untuk memperbaiki sistem penjualan dan pemasaran perusahaan mereka.
Penerapan teknologi khususnya internet dalam dunia perdagangan menjadi perhatian bersama, baik
pemerintah maupun masyarakat. Terminologi pemasaran melalui internet dikenal dengan e-
commerce. E-commerce dapat didefinisikan sebagai metode bisnis modern yang memenuhi
kebutuhan organisasi, pedagang, dan konsumen untuk memangkas harga sambil terus memperbaiki
kualitas barang dan jasa dan meningkatkan pelayanan pengiriman, dengan menggunakan internet.
Aktivitas e-commerce memiliki ragam jenis antara lain e-banking, online billing dan yang tidak kalah
penting adalah pemasaran online, baik yang dilakukan oleh perusahaan besar maupun perusahaan
dalam kategori UKM. E-commerce yang berbasis media online atau internet, memungkinkan
pengunjung situs untuk mengakses website yang dibuat pelaku UKM, dan memilih produk dan jasa
yang ditawarkan UKM pada katalog virtual. Bila pengunjung ingin membeli sesuatu yang dia suka,
mereka hanya menambahkan ke keranjang belanja virtual mereka. Item dalam keranjang belanja
virtual dapat ditambahkan atau dihapus. Kasir virtual akan menanyakan nama, alamat dan lain-lain
dan metode pembayaran (misalnya melalui kartu kredit). Setelah itu pengunjung tinggal menunggu
untuk pengiriman (Kautsarina, 2013, Gangeshwer, 2013, Ramadhani & Arifin, 2013, dan Jauhari,
2010).
Mohammed, Fisher, Jaworski, & Paddison (2003), e-marketing adalah proses membangun dan
memelihara hubungan dengan pelanggan melalui aktivitas secara online untuk memfasilitasi
pertukaran ide-ide, produk-produk, dan pelayanan yang memberikan kepuasan kepada kedua belah
pihak. Nugrahani (2011) menyatakan bahwa pengembangan teknologi informasi yang diterapkan
dalam bisnis disebut dengan e-commerce yang tidak hanya digunakan oleh perusahaan besar namun
juga digunakan oleh UKM dalam memasarkan produknya. Dengan menggunakan e-commerce,
pemasaran produk UKM dapat menjadi lebih luas dan dapat meraih profit yang lebih besar.
Teknologi digital telah mengubah cara manusia dalam berbicara, berkomunikasi, bertindak, dan
mengambil keputusan. Digital marketing dapat didefinisikan sebagai kegiatan marketing termasuk
branding yang menggunakan berbagai media berbasis web. Strategi digital marketing sudah
seharusnya diselaraskan dengan strategi organisasi. Dalam perkembangan teknologi digital yang
sedemikian rupa, organisasi kadang tergoda untuk tidak mendengarkan atau melihat apa yang
diinginkan pasar. Sering kali dengan kemajuan teknologi yang ada, organisasi bisnis tergoda untuk
menunjukkan kecanggihan teknologi yang dimiliki tanpa mendengar apa kata pasar. Organisasi dapat
belajar mengenai listening dengan menyediakan ruang bagi pelanggan atau komunitas untuk
berkomentar di website, blog, bahkan jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter yang sengaja
dibuat. Sebelum memutuskan menggunakan blog, umumnya para pelaku bisnis melihat berbagai
kebutuhan sebagai berikut: (1) media yang mudah digunakan pengusaha dalam menulis informasi
produk atau artikel-artikel yang mendukung dan memberikan panduan produk bagi konsumen, (2)
media yang digunakan dapat menampilkan gambar-gambar pendukung yang dibutuhkan seperti foto-
foto atau ilustrasi produk, (3) media yang digunakan juga dapat menayangkan tampilan video yang
mampu memvisualisasikan produk atau presentasi-presentasi pendukung, (4) media yang digunakan
harus mudah melampirkan dokumen-dokumen yang berisi informasi dalam format pdf, doc, xls, ppt,
atau yang lain, (5) media yang digunakan mampu membantu konsumen dalam berkomunikasi online
dengan pengusaha, (6) media yang digunakan juga dapat berfungsi sebagai alat transaksi dan variasi
media pembayaran, (7) media harus memberikan pelayanan kepada konsumen, (8) media dapat
memberikan dukungan komunikasi online, (9) media dapat menampilkan testimonial, (10) media

Forum Keuangan dan Bisnis IV, Th 2015


fkb.akuntansi.upi.edu/prosiding 329
Prosiding Seminar Nasional ISBN : 978-602-17225-4-1

dapat mencatat pengunjung, (11) media dapat memberikan penawaran khusus, (12) media dapat
menyajikan informasi terbaru melalui sms-blog, dan (13) media dapat memudahkan pencarian produk
(Sanjaya dan Tarigan, 2009). Lebih lanjut Taneja & Toombs (2014) menyatakan bahwa media dapat
menciptakan visibilitas dan kesadaran merek, dapat mengidentifikasi dan menarik pelanggan baru,
dan dapat menguatkan citra merek yang diterima oleh konsumen.
Berdasarkan Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Badan Pusat Statistik
(BPS), dan UU No. 20 Tahun 200, yang dimaksud dengan UKM di sini adalah perusahaan yang
memiliki modal aset bersih kurang dari Rp 10 miliar diluar tanah dan bangunan atau membukukan
total penjualan tahunan kurang dari Rp 50 miliar (Suryadi, 2014).
Menurut Roger dalam Rahardjo (2011) ciri-ciri internet itu adalah interactivity, demassification,
dan asynchronous. Interactivity merupakan kemampuan sistem komunikasi baru ini (berupa komputer
sebagai komponennya) memfasilitasi individu bekomunikasi hampir seperti dalam percakapan tatap
muka (face to face). Tingkat interaktifnya mendekati level komunikasi antarpribadi. Sehingga, para
partisipannya bisa berkomunikasi secara lebih akurat, lebih efektif, dan lebih memuaskan.
Demassification, yaitu suatu pesan khusus dapat dipertukarkan secara individual diantara para
partisipan yang terlibat dalam jumlah besar yang juga berarti kontrol atau pengendalian sistem
komunikasi massa biasanya berpindah dari produsen pesan kepada konsumen pesan. Asynchronous
bermakna bahwa teknologi komunikasi baru mempunyai kemampuan mengirimkan dan menerima
pesan pada waktu-waktu yang dikehendaki oleh setiap peserta. Lebih lanjut Simmons, Armstrong,
and Durkin (2008) menyatakan bahwa tingkat kepentingan bagi usaha kecil dan peluangnya dicirikan
dari kemampuannya dalam mengadopsi website secara global. Anggraeni (2008) menyatakan bahwa
website dibuat dengan strategi khusus yang bertujuan untuk memenangkan persaingan pada search
engine, sehingga suatu website akan mampu tampil setidaknya pada halaman pertama hasil pencarian
search engine. Strategi utama untuk memenangkan persaingan pada search engine adalah manajemen
keyword.
Jejaring sosial atau media sosial berpotensi membantu pelaku UKM dalam memasarkan
produk dan jasanya (Stelzner, 2012). Karena mampu menjangkau wilayah yang luas dengan hemat
biaya. Melalui jejaring sosial, pelaku bisnis UKM dapat melakukan aktivitas pemasarannya seperti
memperkenalkan produk, menjalin komunikasi dengan konsumen dan calon konsumen, dan
memperluas jaringan bisnis. Aplikasi jejaring sosial yang banyak dipilih oleh pelaku UKM untuk
memasarkan produk usahanya, yaitu Facebook, Email, Blackberry Messenger (BBM), situs jual beli,
Twitter, website pribadi, dan situs milik orang lain. Aktivitas pemasaran yang banyak dilakukan
antara lain mengunggah foto produk untuk memberikan gambaran kepada calon konsumen mengenai
produk-produk yang ditawarkan, menuliskan status mengenai produk, menuliskan deskripsi atau
tinjauan mengenai produk (Kautsarina, 2013). Lebih lanjut Bulearca & Bulearca (2010) menyatakan
bahwa media sosial dapat membantu organisasi bisnis kecil dalam membangun jejaring (networking),
membangun kerelasian (relationship), dan mendapatkan peluang penciptaan merek (branding) secara
online. McCann & Barlow (2015) menyatakan bahwa para pelaku UKM menemukan bahwa aplikasi
media sosial lebih bernilai dibandingkan dengan lainnya, namun tidak mengukur pengembalian
investasi (ROI).
Menurut Buyer (2015), Juju & Ferry (2009), dan Bajpai, Pandey, & Shriwas (2012) bahwa media
sosial adalah bentuk hubungan masyarakat (humas) yang paling transparan, menarik dan interaktif
pada saat ini. Media sosial cenderung lebih cepat menarik perhatian dibanding masyarakat di dunia
nyata. Momen ini kemudian dijadikan sebagai suatu jalan untuk membangun merek dibenak
konsumen dengan dukungan media sosial. Sifat media sosial yang terbuka kemudian dimanfaatkan
oleh pelaku usaha khususnya usaha kecil dan menengah (UKM) untuk memasarkan produknya.
Mereka dapat memulainya dengan memajang foto-foto serta detail mengenai produknya melalui
media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram. Cara ini terbilang cukup ampuh dan efektif
serta dapat lebih menghemat biaya. Para pelaku usaha kecil dan menengah juga tidak perlu
mengeluarkan modal yang besar untuk promosi produknya dengan harus merekrut sales untuk turun
langsung ke lapangan memasarkan produk. Teknik pemasaran melalui media sosial juga dianggap
lebih tepat sasaran dan selangkah lebih dekat dengan konsumennya, karena pengguna media sosial
biasanya lebih responsif seperti dengan mengklik, menyukai atau tidak menyukai produk tersebut.
Sehingga respon-respon tersebut dapat lebih cepat ditanggapi oleh pelaku usaha, apakah konsumen

Forum Keuangan dan Bisnis IV, Th 2015


fkb.akuntansi.upi.edu/prosiding 330
Prosiding Seminar Nasional ISBN : 978-602-17225-4-1

menyukai produknya atau tidak. Dan efek yang ditimbulkan oleh media sosial juga dirasa sangat kuat
karena dapat lebih cepat menyebar informasi mengenai produk dari satu pengguna ke pengguna media
sosial lainnya. Media sosial juga dapat menjadi sarana untuk meriset pasar dan kompetitor. Cara ini
sangat efektif karena pelaku usaha dapat lebih cepat mendapatkan informasi mengenai apa yang
diinginkan dan dibuthkan konsumen. Selain itu media sosial juga dapat digunakan sebagai tolak ukur
kepuasan konsumen terhadap produk tersebut. Sedangkan hubungannya dengan kompetitor adalah
dengan media sosial seorang pelaku usaha dapat mengetahui seberapa banyak penyedia produk yang
sama dengan produk yang dipasarkannya.
Lebih lanjut (Juju dan Feri, 2009) menuliskan karakteristik social media yang menjadi ciri khas
dan kekuatannya, yaitu (1) Transparansi: segalanya tampak keterbukaan karena elemen dan materinya
memang ditujukan untuk konsumsi publik atau sekelompok orang, (2) Dialog dan komunikasi: di
dalamnya akan terjalin suatu hubungan yang sepenuhnya berupa komunikasi, misalnya antara brand
dengan para fans-nya, (3) Jejaring relasi: hubungan antara elemen-elemen penyusun akan terjalin dan
juga relasi ini akan terbentuk pula antara individu atau kumpulan individu atau suatu perwakilan yang
dimotori oleh individu, (4) Multiopinion: setiap orang akan berargumen dan setiap orang memiliki
pandangan yang relatif; entah itu benar, salah atau berada dalam grey area, ini tertuang dalam wujud
komunikasinya sebagai medianya, (5) Multiform: wujudnya dapat berupa: social media press
release,video news release, internet dan elemen penyusun lainnya, komunikasi jejaring sosial sebagai
influencer atau kombinasi di antaranya.
Rosli (2012) menyatakan bahwa keunggulan bersaing bagi UKM sangat ditentukan oleh
kemampuan UKM tersebut dalam mengantisipasi globalisasi. Pengukuran keunggulan bersaing bagi
UKM menggunakan indikator dynamic capabilities, innovation, dan global orientation. Dynamic
capabilities meliputi firm management, HRD, dan marketing yang merupakan kapabilitas sumber
daya yang dimiliki oleh organisasi. Disamping itu, UKM harus mengedepankan inovasi dan orientasi
global mengingat kedua faktor tersebut juga sangat menentukan keberhasilan UKM dalam bersaing di
pasar global.
Fajar (2013) menyatakan perkembangan Teknologi Informasi (TI) membawa perubahan pesat
dalam dunia bisnis. Kebutuhan akan efisiensi waktu dan biaya menyebabkan setiap pelaku usaha
merasa perlu menerapkan teknologi informasi. Tidak hanya perusahaan besar saja yang perlu
menerapkan teknologi ini, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga wajib menerapkannya guna
meningkatkan daya saing usahanya. Dengan menggunakan solusi bisnis yang ditawarkan Telkomsel,
para pelaku UKM tidak perlu mengeluarkan investasi yang besar untuk mengembangkan aplikasi
maupun pembelian data server. Telkomsel sudah menyiapkan aplikasi bisnis yang sangat bagus untuk
dimanfaatkan oleh UKM. Apalagi dengan adanya solusi cloud computing, UKM tidak perlu investasi
besar untuk pengadaan server. Pemanfaatan teknologi informasi akan menciptakan efisiensi, sehingga
wirausahawan bisa lebih fokus dalam mengatur penetrasi pasar. Hal ini tentunya dapat meningkatkan
daya saing UKM itu sendiri, sehingga dapat menciptakan peluang sebagai world class company.
Jauhari (2010) menyatakan dengan menggunakan e-commerce yang dapat digunakan untuk
pemasaran dan penjualan online tentu akan meningkatkan volume penjualan dan pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan usaha dan pada akhirnya akan mengembangkan usaha kecil dan menengah
tersebut. Dalam era ekonomi global saat ini, UKM dituntut untuk melakukan perubahan guna
meningkatkan daya saingnya. Salah satu faktor penting yang akan menentukan daya saing UKM
adalah teknologi informasi (TI). Penggunaan TI dapat meningkatkan transformasi bisnis melalui
kecepatan, ketepatan dan efisiensi pertukaran informasi dalam jumlah yang besar (Rahmana, 2009).
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu strategi pemasaran digital (yang terdiri dari ketersediaan
informasi produk atau artikel-artikel yang mendukung dan memberikan panduan produk bagi
konsumen, ketersediaan gambar-gambar pendukung yang dibutuhkan seperti foto-foto atau ilustrasi
produk ketersediaan tampilan video yang mampu memvisualisasikan produk atau presentasi-
presentasi pendukung, ketersediaan lampiran dokumen-dokumen yang berisi informasi dalam format
pdf, doc, xls, ppt, atau yang lain, ketersediaan komunikasi online dengan pengusaha, ketersediaan alat
transaksi dan variasi media pembayaran, ketersediaan bantuan pelayanan kepada konsumen,
ketersediaan dukungan opini online, ketersediaan tampilan testimonial, ketersediaan catatan
pengunjung, ketersediaan penawaran khusus, ketersediaan sajian informasi terbaru melalui sms-blog,
kemudahan pencarian produk, kemampuan menciptakan visibilitas dan kesadaran merek,

Forum Keuangan dan Bisnis IV, Th 2015


fkb.akuntansi.upi.edu/prosiding 331
Prosiding Seminar Nasional ISBN : 978-602-17225-4-1

kemampuan mengidentifikasi dan menarik pelanggan baru, dan kemampuan penguatan citra merek
yang diterima oleh konsumen) berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap keunggulan
bersaing UKM.

3. METODE PENELITIAN
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan strategi pemasaran
digital pada UKM yang sudah go online dan implikasinya pada daya saing UKM tersebut berdasarkan
persepsi konsumen, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian kausalitas dan menggunakan metode
kuantitatif sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2013).
Jumlah anggota populasi sebanyak 21.892.127 konsumen dari 21 UKM yang sudah go online
yaitu: My Healthy Yoghurt, Nara Kreatif, Trasty, Martini Natural, Cutteristic, Makaroni Ngehe,
Maks, Suwe Ora Jamu, Maskoolin, Mini Boiler Bumiraja, Hijup.com, Selvio, Sribu.com, Batik
Trusmi, Brodo, Evrawood, Tess.co.id, Radja Cendol, Nasgor Mafia, Warunk Upnormal, Nasi
Jamblang Ibu Nur. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan tingkat
kepercayaan 95% diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 100 orang. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 2.100 responden dari 21 UKM tersebut atau 100 responden untuk setiap
UKM. Target populasi adalah responden yang telah menggunakan media sosial dan pemasaran
digital pada 21 UKM tersebut dengan menggunakan screening question. Teknik pengambilan sampel
menggunakan nonprobability sampling dengan incidental sampling (Sugiyono, 2013).
Variabel strategi pemasaran digital menggunakan subvariabel sebagaimana dinyatakan oleh
Sanjaya dan Tarigan (2009), Taneja & Toombs (2014), dan Juju & Feri (2009) yaitu, (1) ketersediaan
informasi produk atau artikel-artikel yang mendukung dan memberikan panduan produk bagi
konsumen, (2) ketersediaan gambar-gambar pendukung yang dibutuhkan seperti foto-foto atau
ilustrasi produk, (3) ketersediaan tampilan video yang mampu memvisualisasikan produk atau
presentasi-presentasi pendukung, (4) ketersediaan lampiran dokumen-dokumen yang berisi informasi
dalam format pdf, doc, xls, ppt, atau yang lain, (5) ketersediaan komunikasi online dengan pengusaha,
(6) ketersediaan alat transaksi dan variasi media pembayaran, (7) ketersediaan bantuan pelayanan
kepada konsumen, (8) ketersediaan dukungan opini online, (9) ketersediaan tampilan testimonial, (10)
ketersediaan catatan pengunjung, (11) ketersediaan penawaran khusus, (12) ketersediaan sajian
informasi terbaru melalui sms-blog, (13) kemudahan pencarian produk, (14) kemampuan menciptakan
visibilitas dan kesadaran merek, (15) kemampuan mengidentifikasi dan menarik pelanggan baru, dan
(16) kemampuan penguatan citra merek yang diterima oleh konsumen.
Variabel keunggulan bersaing menggunakan indikator dynamic capabilities, innovation, dan
global orientation sebagaimana dikemukakan oleh Rosli (2012).
Skala pegukuran dalam penelitian ini adalah skala Likert, sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono
(2013) yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Berikut susunannya
jawaban responden yaitu: sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, sangat kurang baik.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data tanggapan
langsung dari konsumen 21 UKM yang telah menggunakan strategi pemasaran digital melalui
pengisian kuesioner yang diberikan pada responden terkait penggunaan strategi pemasaran digital
pada UKM yang sudah go online tersebut dan implikasinya pada keunggulan bersaing UKM tersebut
berdasarkan persepsi konsumen. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
melalui observasi, penyebaran kuesioner, dan wawancara.
Pengukuran validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment yang berguna untuk
mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji validitas dihitung
dengan membandingkan nilai r hitung (correlated item total correlations) dengan nilai r tabel. Jika r
hitung > r tabel, maka dinyatakan valid. Sedangkan untuk mengukur reliabilitas dapat diuji dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,7. Sebaliknya jika nilai Cronbach Alpha < 0,7 maka variabel tersebut dinyatakan
tidak reliabel (Sekaran, 2010).
Forum Keuangan dan Bisnis IV, Th 2015
fkb.akuntansi.upi.edu/prosiding 332
Prosiding Seminar Nasional ISBN : 978-602-17225-4-1

Metode Successive Interval (MSI) digunakan agar data yang diperoleh dari hasil kuesioner
dengan menggunakan skala Likert (tingkat skala pengukuran ordinal) dapat ditrasnformasikan
menjadi data interval. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang berskala ordinal tersebut
dinaikkan skala pengukurannya ke skala interval dengan menggunakan MSI (Riduwan, 2012). Hal ini
dilakukan agar syarat minimal data berskala interval dalam penelitian parametrik dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi dapat terpenuhi. Pada penelitian ini
dilakukan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas.
Analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel strategi media sosial dan pemasaran digital yang terdiri dari 16 subvariabel
sebagaimana disebutkan diatas terhadap keunggulan bersaing. Persamaan regresi yang digunakan
adalah sebagai berikut:

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+b10X10+...+b16X16

Keterangan:
Y = Keunggulan Bersaing
X = Strategi Media Sosial dan Pemasaran Digital
a = Konstanta
bi = Koefisien regresi dari subvariabel Xi
Xi = Subvariabel ke-i dari variabel X

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka variabel yang akan terdiri dari variabel eksogen
(variabel penyebab) yaitu Strategi Pemasaran Digital (X) dan variabel endogen (variabel akibat) yaitu
Keunggulan Bersaing (Y).
Uji F merupakan metode pengujian dalam statistik yang digunakan untuk menguji besarnya
pengaruh varibel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Kegunaan dari Uji F ini adalah
untuk menguji apakah subvariabel Xi secara simultan berpengaruh terhadap keunggulan bersaing (Y)
(Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini, dasar keunggulan bersaing dalam menentukan hipotesis
adalah berdasarkan uji F, yaitu: jika statistik F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak,
sedangkan jika statistik F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Uji t merupakan metode pengujian dalam statistik yang digunakan untuk menguji besarnya
pengaruh varibel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Kegunaan dari Uji t ini adalah untuk
menguji apakah subvariabel Xi secara parsial berpengaruh terhadap keunggulan bersaing (Y)
(Sugiyono, 2013). Dalam Penelitian ini, dasar dalam menentukan hipotesis adalah berdasarkan uji t,
yaitu: jika statistik -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, sedangkan jika
statistik t hitung ≤ -t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Nilai koefisien determinasi adalah 0 ≤ R2 ≤ 1, jika R2 semakin besar (mendekati satu) maka dapat
dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas Strategi Pemasaran Digital (X) terhadap keunggulan
bersaing UKM go online sebagai variabel terikat (Y) adalah besar. Sebaliknya jika R2 semakin kecil
(mendekati 0) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas Strategi Pemasaran Digital (X)
terhadap Keunggulan Bersaing UKM go online sebagai variabel terikat (Y) adalah semakin kecil.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji asumsi klasik terhadap model regresi yang telah diatur dengan menggunakan program SPSS
meliputi: uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas. Hasil uji normalitas dengan
mengunakan Kolmogrov-Smirnov menghasilkan nilai Asymp.Sig. (2 tailed) adalah 0,308 dan nilainya
lebih besar dari nilai signifikan 0,05 (variabel residual berdistribusi normal atau lulus uji). Oleh
karena itu, berdasarkan kriteria yang pertama dipenuhi yaitu data berdistribusi normal. Hasil uji
multikoliniearitas menunjukkan bahwa nilai VIF < 10 dan Tolerance > 0,1 berarti tidak ditemukan
masalah multikolinearitas dalam penelitian ini. Hasil uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa
diagram pencar tidak membentuk pola tertentu maka regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas.

Forum Keuangan dan Bisnis IV, Th 2015


fkb.akuntansi.upi.edu/prosiding 333
Prosiding Seminar Nasional ISBN : 978-602-17225-4-1

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas
(strategi pemasaran digital) terhadap variabel terikat (keunggulan bersaing) yang dilakukan pada
2.100 responden yang merupakan konsumen dari 21 UKM yang sudah go online yaitu: My Healthy
Yoghurt, Nara Kreatif, Trasty, Martini Natural, Cutteristic, Makaroni Ngehe, Maks, Suwe Ora Jamu,
Maskoolin, Mini Boiler Bumiraja, Hijup.com, Selvio, Sribu.com, Batik Trusmi, Brodo, Evrawood,
Tess.co.id, Radja Cendol, Nasgor Mafia, Warunk Upnormal, Nasi Jamblang Ibu Nur. Berdasarkan
hasil pengolahan data dengan menggunakan software SPSS dapat dirumuskan model persamaan
regresi berganda sebagai berikut:

Y =1,223+0,328X1+0,217X2+0,211X3+ 0,176X4 + 0,236X5+ 0,198X6+ 0,248X7


0,229X8+0,277X9+0,152X10+ 0,361X11 + 0,263X12+ 0,395X13+
0,316X14+0,336X15+0,336X16

Koefisien regresi untuk variabel bebas (X1) ketersediaan informasi produk atau artikel-artikel
yang mendukung dan memberikan panduan produk bagi konsumen bernilai positif, menunjukkan
adanya kontribusi yang searah antara X1 dengan keunggulan bersaing (Y) sebesar 32,8%. Koefisien
regresi untuk variabel bebas (X2) ketersediaan gambar-gambar pendukung yang dibutuhkan seperti
foto-foto atau ilustrasi produk bernilai positif, menunjukkan adanya kontribusi yang searah antara X2
dengan keunggulan bersaing (Y) sebesar 21,7%. Koefisien regresi untuk variabel bebas (X 3)
ketersediaan tampilan video yang mampu memvisualisasikan produk atau presentasi-presentasi
pendukung bernilai positif, menunjukkan adanya kontribusi yang searah antara X3 dengan keunggulan
bersaing (Y) sebesar 21,1%. Koefisien regresi untuk variabel bebas (X 4) ketersediaan lampiran
dokumen-dokumen yang berisi informasi dalam format pdf, doc, xls, ppt, atau yang lain bernilai
positif, menunjukkan adanya kontribusi yang searah antara X4 dengan keunggulan bersaing (Y)
sebesar 17,6%. Koefisien regresi untuk variabel bebas (X5) ketersediaan komunikasi online dengan
pengusaha bernilai positif, menunjukkan adanya kontribusi yang searah antara X 5 dengan keunggulan
bersaing (Y) sebesar 23,6%. Koefisien regresi untuk variabel bebas (X 6) ketersediaan alat transaksi
dan variasi media pembayaran bernilai positif, menunjukkan adanya kontribusi yang searah antara X 6
dengan keunggulan bersaing (Y) sebesar 19,8%. Koefisien regresi untuk variabel bebas (X7)
ketersediaan bantuan pelayanan kepada konsumen bernilai positif, menunjukkan adanya kontribusi
yang searah antara X7 dengan keunggulan bersaing (Y) sebesar 24,8%. Koefisien regresi untuk
variabel bebas (X8) ketersediaan dukungan opini online bernilai positif, menunjukkan adanya
kontribusi yang searah antara X8 dengan keunggulan bersaing (Y) sebesar 22,9%. Koefisien regresi
untuk variabel bebas (X9) ketersediaan tampilan testimonial bernilai positif, menunjukkan adanya
kontribusi yang searah antara X9 dengan keunggulan bersaing (Y) sebesar 27,7%. Koefisien regresi
untuk variabel bebas (X10) ketersediaan catatan pengunjung bernilai positif, menunjukkan adanya
kontribusi yang searah antara X10 dengan keunggulan bersaing (Y) sebesar 15,2%. Koefisien regresi
untuk variabel bebas (X11) ketersediaan penawaran khusus bernilai positif, menunjukkan adanya
kontribusi yang searah antara X11 dengan keunggulan bersaing (Y) sebesar 36,1%. Koefisien regresi
untuk variabel bebas (X12) ketersediaan sajian informasi terbaru melalui sms-blog bernilai positif,
menunjukkan adanya kontribusi yang searah antara X12 dengan keunggulan bersaing (Y) sebesar
26,3%. Koefisien regresi untuk variabel bebas (X13) kemudahan pencarian produk bernilai positif,
menunjukkan adanya kontribusi yang searah antara X13 dengan keunggulan bersaing (Y) sebesar
39,5%. Koefisien regresi untuk variabel bebas (X14) kemampuan menciptakan visibilitas dan
kesadaran merek bernilai positif, menunjukkan adanya kontribusi yang searah antara X14 dengan
keunggulan bersaing (Y) sebesar 31,6%. Koefisien regresi untuk variabel bebas (X15) kemampuan
mengidentifikasi dan menarik pelanggan baru bernilai positif, menunjukkan adanya kontribusi yang
searah antara X15 dengan keunggulan bersaing (Y) sebesar 33,6%. Koefisien regresi untuk variabel
bebas (X16) kemampuan penguatan citra merek yang diterima oleh konsumen bernilai positif,
menunjukkan adanya kontribusi yang searah antara X16 dengan keunggulan bersaing (Y) sebesar
31,8%. Hipotesis statistik parsial dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0 : Variabel Xi tidak berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing; dimana i = 1,2,3,...16
H1 : Variabel Xi berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing; dimana i = 1,2,3,...16

Forum Keuangan dan Bisnis IV, Th 2015


fkb.akuntansi.upi.edu/prosiding 334
Prosiding Seminar Nasional ISBN : 978-602-17225-4-1

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa seluruh variabel bebas (Xi) memiliki nilai t
hitung lebih besar dari nilai t tabel dan signifikan (Sig < 0,05), maka H 0 ditolak dan H1 ditolak. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa secara parsial Xi berpengaruh dan signifikan terhadap
keunggulan bersaing. Hal ini membuktikan bahwa besarnya kontribusi nilai variabel X i terhadap
keunggulan bersaing (Y) pada persamaan garis regresi secara berurutan adalah sebagai berikut:
kemudahan pencarian produk (0,395), ketersediaan penawaran khusus (0,361), kemampuan
mengidentifikasi dan menarik pelanggan baru (0,336), ketersediaan informasi produk atau artikel-
artikel yang mendukung dan memberikan panduan produk bagi konsumen (0,328), kemampuan
menciptakan visibilitas dan kesadaran merek (0,316), kemampuan penguatan citra merek yang
diterima oleh konsumen (0,289), ketersediaan tampilan testimonial (0,277), ketersediaan sajian
informasi terbaru melalui sms-blog (0,263), ketersediaan bantuan pelayanan kepada konsumen
(0,248), ketersediaan komunikasi online dengan pengusaha (0,236), ketersediaan dukungan opini
online (0,229), ketersediaan gambar-gambar pendukung yang dibutuhkan seperti foto-foto atau
ilustrasi produk (0,217), ketersediaan tampilan video yang mampu memvisualisasikan produk atau
presentasi-presentasi pendukung (0,211), ketersediaan alat transaksi dan variasi media pembayaran
(0,198), ketersediaan lampiran dokumen-dokumen yang berisi informasi dalam format pdf, doc, xls,
ppt, atau yang lain (0,176), dan ketersediaan catatan pengunjung (0,152). Hipotesis statistik simultan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0 : Strategi Pemasaran Digital tidak berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing
H1 : Strategi Pemasaran Digital berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa Fhitung adalah 2,129 dengan tingkat Sig =
0,017. Oleh karena itu, Fhitung > Ftabel (2,129> 1,68) dengan df pembilang = 16 dan df penyebut =
2.083 pada taraf α = 5% dan tingkat signifikansinya 0,017 < 0,05, maka H 0 diterima dan H1 diterima.
Artinya variabel Xi secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan bersaing (Y).
Koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 78%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel strategi
media sosial dan pemasaran digital berpengaruh terhadap keunggulan bersaing sebesar 78%
sedangkan sisanya 22% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti
permodalan, pasokan sumberdaya, dan profesionalitas manajerial.

5. KESIMPULAN
Strategi pemasaran digital berpengaruh terhadap keunggulan bersaing secara berurutan mulai dari
yang paling dominan yaitu: kemudahan pencarian produk, ketersediaan penawaran khusus,
kemampuan mengidentifikasi dan menarik pelanggan baru, ketersediaan informasi produk atau
artikel-artikel yang mendukung dan memberikan panduan produk bagi konsumen, kemampuan
menciptakan visibilitas dan kesadaran merek, kemampuan penguatan citra merek yang diterima oleh
konsumen, ketersediaan tampilan testimonial, ketersediaan sajian informasi terbaru melalui sms-blog,
ketersediaan bantuan pelayanan kepada konsumen, ketersediaan komunikasi online dengan
pengusaha, ketersediaan dukungan opini online, ketersediaan gambar-gambar pendukung yang
dibutuhkan seperti foto-foto atau ilustrasi produk, ketersediaan tampilan video yang mampu
memvisualisasikan produk atau presentasi-presentasi pendukung, ketersediaan alat transaksi dan
variasi media pembayaran, ketersediaan lampiran dokumen-dokumen yang berisi informasi dalam
format pdf, doc, xls, ppt, atau yang lain, dan ketersediaan catatan pengunjung, Strategi pemasaran
digital berpengaruh terhadap keunggulan bersaing sebesar 78% sedangkan sisanya 22% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti permodalan, pasokan sumberdaya,
dan profesionalitas manajerial. Optimalisasi penggunaan media sosial dan website perlu dilakukan
mengingat masih terdapat kekurangan pada website maupun media sosial yang digunakan UKM
seperti kurang informatif, kurang interaktif, dan kurang update.

6. REFERENSI
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. 2015. Profil Pengguna Internet Indonesia 2014.
[Online]. Tersedia pada http://www.apjii.or.id. [Diakses 20 Agustus 2015]

Forum Keuangan dan Bisnis IV, Th 2015


fkb.akuntansi.upi.edu/prosiding 335
Prosiding Seminar Nasional ISBN : 978-602-17225-4-1

Anggraeni, A.A. 2008. Manajemen Keyword: Strategi Pemasaran Online Menggunakan Search
Engine. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. 6(2). 60-69.
Bajpai, V., Pandey, S., Shriwas, S. 2012. Social Media Marketing: Strategies & Its Impact.
International Journal of Social Science & Interdisciplinary Research. 1(7). 214-223.
Bulearca, M., dan Bulearca, S. 2010. Twitter: A Viable Marketing Tool for SME? Global Business
and Management Research. 2(4), 296-309
Buyer, L. 2015. 7 Buzzfeed Signs The Social Media Revolution is Just Getting Started. [Online].
Tersedia pada: http:www.socialprchat.com. [Diakses 20 Agustus 2015]
Delloitte Access Economics. 2014. UKM Pemicu Kemajuan Indonesia: Instrumen Pertumbuhan
Nusantara. Delloitte Access Economics. Sydney.
Fajar, M.N. 2013. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Meningkatkan Daya Saing KUMKM.
Materi Workshop Microsoft Tech Days. Jakarta.
Gangeshwer, D.K. 2013. E-Commerce or Internet Marketing: A Business Review from Indian
Context. International Journal of U- and E-Service, Science and Technology. 6(6). 187-194.
Hadiyati, E. (2008), “Model Pemasaran dalam Pemberdayaan Usaha Kecil. Jurnal Manajemen
Gajayana. 5(1). 5-20.
Jauhari, J. 2010. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan Memanfaatkan e-
Commerce. Jurnal Sistem Informasi. 2(1). 159-168.
Juju, Dominikus, Sulianta. 2010. Branding Promotion with Social Network. Jakarta: Elex Media.
Maharani, M., Ali, A.H.N., dan Astuti, H.M. 2012. Faktor-Faktor Pengaruh Media Sosial Terhadap
Keunggulan Bersaing: Studi Kasus Coffee Toffee Indonesia. Jurnal Teknik POMITS. 1(1). 1-6.
McCann, M., & Barlow, A. 2015. Use and Measurement of Social Media for SMEs. Journal of Small
Business and Enterprise Development. 22(2). 273 – 287.
Mohammed, R.A., Fisher, R.J., Jaworski, B.J., Paddison, G.J. 2003. Internet Marketing: Building
Advantage in A Networked Economy. New York : McGraw Hill,Inc.
Kautsarina. (2013), "Pemasaran Elektronik Melalui Aplikasi Jejaring Sosial", Jurnal Studi
Komunikasi dan Media. 17(2). 135-148.
Nugrahani, D.S. (2011), "E-Commerce Untuk Pemasaran Produk Usaha Kecil Menengah", SEGMEN
Jurnal Manajemen dan Bisnis. 1(1). 1-16.
Rahmana, A. 2009. Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Keunggulan bersaing Usaha
Kecil Menengah. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. B11-B15.
Ramadhani, F., dan Arifin, Y. 2013. Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Komunikasi
Berbasis E-commerce Sebagai Media Pemasaran Usaha Kecil Menengah Guna Meningkatkan
Keunggulan bersaing Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Economics
Development Analysis Journal. 2(2). 135-139.
Rahadjo, T. 2011. Isu-Isu Teoritis Media Sosial. Komunikasi 2.0 Teoritisasi dan Implikasi.
Yogyakarta: Aspikom.
Riduwan. 2012. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rosli, M.M. (2012), “Competitive Strategy of Malaysian Small and Medium Enterprises: An
Exploratory Investigation. American International Journal of Contemporary Research. 2(1).
93-105.
Sanjaya, R., dan Tarigan, J. 2009. Creative Digital Marketing: Teknologi Berbiaya Murah, Inovatif,
dan Berdaya Hasil Gemilang. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sekaran, Uma. 2010. Reserach Methods for Business. Southern Gate: Wiley and Sons.
Simmons, G., Armstrong, G.A., and Durkin, M.G. 2008. A Conceptualization of the Determinants of
Small Business Website Adoption: Setting the Research Agenda. International Small Business
Journal. 26(3). 351-389.
Siswanto, T. 2013. Optimalisasi Sosial Media Sebagai Media Pemasaran Usaha Kecil Menengah.
Jurnal Liquidity. 2(1). 80-86.
Stelzner, M. 2012. How Marketers are Using Social Media to Grow Their Business. Social Media
Marketing Industries. April 2012.

Forum Keuangan dan Bisnis IV, Th 2015


fkb.akuntansi.upi.edu/prosiding 336
Prosiding Seminar Nasional ISBN : 978-602-17225-4-1

Suryadi, I.G.I. 2014. Penggunaan Sosial Media Dalam Aktivitas Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
di Kabupaten Badung. SOSHUM Jurnal Sosial dan Humaniora. 4(3). 217-227.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Taneja, S., & Toombs, L. 2014. Putting A Face on Small Business: Visibility, Viability, and
Sustainability The Impact of Social Media on Small Business Marketing. Academy of Marketing
Studies Journal. 18(1). 217-227.
Yulimar, V.A., dan Setiawan, A. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengadopsian
Electronic Commerce dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Perusahaan
Kecil dan Menengah di Indonesia). Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi- IST
AKPRIND Yogyakarta. 118-128.

Forum Keuangan dan Bisnis IV, Th 2015


fkb.akuntansi.upi.edu/prosiding 337

You might also like