Professional Documents
Culture Documents
net/publication/368642917
CITATIONS READS
0 670
5 authors, including:
All content following this page was uploaded by Arif Yoga Ali Fianda on 19 February 2023.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara dengan luas hutan terbesar di dunia.
Dengan luas hutan sebesar 93,92 juta ha (Kementerian Kehutanan, 2005) membuat
indonesia menjadi paru-paru dunia dan juga memiliki kekayaan vegetasi yang
melimpah. Persebaran hutan menyebar luas di Indonesia. Namun, Kalimantan
menjadi salah satu pulau dengan luas hutan terbesar saat ini, terutama di provinsi
Kalimantan Tengah.
Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki kawasan
hutan rawa gambut cukup luas di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2002 dari
Badan Planologi Departemen Kehutanan (Bismark et al., 2005). Wilayah ini
memiliki hutan rawa gambut terluas, yakni mencapai 3.160.000 ha. Selain itu,
Kalimantan Tengah juga memiliki keunggulan komparatif lain seperti sumberdaya
1
Mahasiswa Sarjana Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor (e-mail:
arifyoga26@gmail.com)
air dan iklim yang sesuai, serta modal sosial budaya yang mendukung. Dengan
keunggulan tersebut, membuat lahan rawa di Kalimantan Tengah sangat potensial
untuk dikembangkan, salah satunya melalui program food estate dari pemerintah.
Oleh karena itu, maka pemerintah Indonesia mengembangkan program food
estate sebagai salah satu ujung tombak dalam strategi ketahanan pangan di masa
pandemi COVID-19. Hal ini disebabkan karena lumbung padi Indonesia perlu
untuk lebih diperhatikan agar siap untuk menjaga kedaulatan pangan dan
kelestarian lingkungan terutama di Pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan tidak
mungkin bila hanya bergantung pada produksi padi dari Pulau Jawa saja karena
proses pendistribusian yang terlalu jauh tentunya akan memakan biaya transportasi
yang besar. Sebagai cadangan strategis nasional, dengan kerjasama serta koordinasi
dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian
Pertanian (Kementan), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),
serta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dalam rencana awal, pengembangan program food estate ini akan
menggunakan lahan sebanyak 190 ribu hektar di Kalimantan Tengah, 120 ribu
hektar di Kalimantan Barat, 10 ribu hektar di Kalimantan Timur, 190 ribu hektare
di Maluku, dan 1,9 juta hektar di Papua (Agam & Persada, 2017) sebagai upaya
untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok strategis, serta efisiensi
rantai distribusi pemasaran dengan memperpendek rantai pasok.
Penelitian ini memfokuskan kepada implementasi kegiatan food estate di
provinsi Kalimantan Barat, dimana selama ini program food estate menimbulkan
pro dan kontra di masyarakat. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Kalimantan
Barat. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Mengetahui lebih dalam
mengenai apa itu program food estate dan implementasinya; (2) Menganalisis
dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari berlangsungnya program food estate
di lokasi penelitian.
METODE PENELITIAN
Pemberdayaan petani 28 35
Jumlah 80 100
Kesimpulan
Berdasarkan kajian dan evaluasi program food estate yang diperoleh dari
berbagai literatur pendukung, ditemukan sejumlah kesimpulan penelitian sebagai
berikut.
1. Dampak dan manfaat sosial dari proyek food estate ini mampu mendorong
terbentuknya lapangan kerja yang secara spesifik menyerap 50 HOK tenaga
kerja per hektar atau bahkan hingga 30.000 tenaga kerja setempat dengan
sasaran program pemberdayaan bagi petani lokal dan petani transmigran
menjadi faktor pendukung dalam pengembangan proyek food estate.
2. Program food estate ini memberikan dampak dan manfaat ekonomi dengan
pengolahan lahan food estate seluas 20 ribu hektar yang menghasilkan beras
sebanyak 60 ribu ton yang menghasilkan sekitar Rp 329 miliar. Dengan asumsi
lahan tersebut dapat ditanami padi dua kali dalam setahun maka diperlukan
biaya Rp. 658 miliar per tahun. dengan paradigma berkelanjutan dalam proyek
food estate terdapat kemungkinan besar program ini layak.
3. Permasalahan dari segi dampak lingkungan meliputi infrastruktur yang masih
kurang memadai, akses terbatas terhadap teknologi, pembiayaan yang terbatas
dan iklim investasi yang kurang optimal. Namun terdapat beberapa kebijakan
serta upaya sudah dilakukan untuk meminimalisir dampak lingkungan dengan
inovasi serta teknologi yang berkelanjutan.
Saran
Sejumlah saran yang dapat menjadi pertimbangan setelah adanya kajian ini,
diantaranya:
1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dapat mempertimbangkan proyek Food
Estate ini untuk dilanjutkan atau dikembangkan mengingat manfaat yang
dihasilkan bagi masyarakat sangat besar.
2. Perlunya peningkatan produktivitas lahan sawah dan pemanfaatan lahan yang
efektif untuk meningkatkan penerimaan bagi masyarakat, pemerintah maupun
pemilik modal.
3. Perlu adanya pengkajian dari segi lingkungan dengan memberikan inovasi
serta perlindungan terhadap lingkungan sekitar program food estate untuk
mencapai keberlanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Asti. 2016. Analisis kelayakan ekonomi program food estate dalam perspektif
perencanaan wilayah: studi kasus Provinsi Kalimantan Barat. [Tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Basundoro, A.F. dan Sulaeman, F.H. 2020. Meninjau Pengembangan Food Estate
Sebagai Strategi Ketahanan Nasional Pada Era Pandemi Covid-19. Jakarta
(ID): Lemhannas RI.
Baumeister R.F. dan Leary M.R. 2015. Writing narrative literature reviews.
Med.Writ . 24(4): 311-320. Doi: 10.1037/1089-2680.1.3.311.
Bhwana, P. G. 2020. FAO Warns COVID-19 Pandemic Can Cause Global
Food Crisis.Tempo.URL:https://en.tempo.co/read/1392904/three-more-
doctors-died-of-covid19-bringing-death-toll-to-130-idi. Diakses tanggal 1
Mei 2021.
Fitriana, E. dan Marni. 2021. Transmigran sebagai modal sosial dalam
pengembangan food estate di Kabupaten Pulang Pisau. Jurnal Ilmiah Ilmu
Sosial dan Humaniora. 7(1): 1-14.
IMF J. 2020. A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery. World Econ
Outlook.URL:https://www.imf.org/en/Publications/%0AWEO/Issues/2020
/06/24/WEOUpdateJune2020. Diakses tanggal 10 Maret 2021
[ILO] International Labour Organization. 2008. Promotion of Rular Employment
for Poverty Reduction. Geneva: International Labour Office.
Kamim, A.B.M. dan Altamaha, R. 2019. Modernisasi tanpa pembangunan dalam
proyek food estate di Bulungan dan Merauke. Jurnal Agraria dan
Pertanahan. 5(2): 163-179.
Pautasso, M. 2013. Ten simple rules for writing a literature review. PLOS
Computational Biology. 9(7): 2. Doi:10.1371/journal.pcbi.1003149.
Ramadayanti, Ega. 2020. Upaya perlindungan hak masyarakat adat setelah satu
dasawarsa program MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate)
melalui Citizen Law Suit. Padjadjaran Law Review. 8(2): 15-26.
Rifandini, R. and Triguswinri, K., 2020. PEREMPUAN DAN ALAM DALAM
WACANA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (STUDI
EKOFEMINISME PROYEK MIFEE). Public Policy and Management
Inquiry, 4(1), pp.15-32.
Sandy, F. 2020. Corona & Dolar Picu Masalah Baru: Lonjakan Harga
Pangan CNBC Indonesia. URL:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200324182436-4-147355/corona-
dolar-picu-masalah-baru-lonjakan-harga-pangan. Diakses Tanggal 05 Mei
2021.
Santosa, E. 2014. Percepatan pembangunan food estate untuk meningkatkan
ketahanan dan kemandirian pangan nasional. Risalah Kebijakan Pertanian
dan Lingkungan. 1(2): 80-85.
Setyabudi, A.N. 2016. Strategi pembangunan pertanian dalam rangka mendukung
program ketahanan pangan di Kabupaten Ketapang. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Publik. 3(2): 1-10.
Sianipar, B. dan Tangkudung, A.G. 2021. Tinjauan ekonomi, politik, dan
keamanan terhadap pengembangan food estate di Kalimantan Tengah sebagai
alternative menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi Covid-19. Jurnal
Komunikasi, Masyarakat, dan Keamanan. 3(1): 30-41.
Sutawi. 2020. Food estate mewujudkan ketahanan pangan masa pandemi dan pasca
pandemi Covid-19. Kajian Multidisiplin, pp. 365-379.
Uman, L. 2011. Systematic reviews and meta-analyses. Journal of The Canadian
Academy of Child and Adolescent Psychiatry. 20(1): 57–59. Doi:
10.1016/j.revmed.2014.05.011.