You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/346778416

Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Ruang Terbuka Hijau Pada Kota Berbasis
Sungai

Article in EnviroScienteae · November 2020


DOI: 10.20527/es.v16i3.9679

CITATION READS

1 421

2 authors:

Hanny Maria Caesarina Dienny Redha Rahmani


University of Muhammadiyah Banjarmasin University of Muhammadiyah Banjarmasin
45 PUBLICATIONS 34 CITATIONS 19 PUBLICATIONS 21 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Planning and Design for Green Space along Stream Corridor Settlements -a Case Study of Banjarmasin View project

Carbon Project View project

All content following this page was uploaded by Hanny Maria Caesarina on 09 December 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020
ISSN 2302-3708 (online)
Halaman 373-381

PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PADA


KOTA BERBASIS SUNGAI

Local Perception of Green Open Space in Riverside City

Hanny Maria Caesarina1), Dienny Redha Rahmani 2)


1)
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
e-mail: hanny.planarch@gmail.com
2)
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Abstract

Banjarmasin is dominated with the combination of land and river, which resulted many
riverside areas in the city. These areas are functioned as settlements area, as well as commercial
and public areas as the focus of the city’s development and the local’s daily activities. However,
the rapid development in Banjarmasin still giving less attention to the development of green
open spaces, despite the local connection with the river. Therefore, this research aimed to
identify the local perception of green open space in the riverside areas of Banjarmasin through
descriptive qualitative analysis. Questionnaires and observations in five study areas were done
to obtain the local perception. The results show that the highest local perception index is for the
social aspects for 87,2 points and the lowest local perception index is the spatial planning
aspects for 42,6 points. Banjarmasin needs to focus more on the spatial planning of green open
spaces in riverside areas and enhancing the opportunity for locals to participate in any spatial
planning process (participatory planning).

Keywords : green open space; river; riverside; local; perception

PENDAHULUAN yang berupa permukaan sungai, danau,


maupun areal-areal yang diperuntukkan
Secara umum ruang terbuka publik khusus sebagai area genangan
(public open spaces) di perkotaan terdiri dari (retensi/retention basin). Secara fisik RTH
ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non- dapat dibedakan menjadi RTH alami (habitat
hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) liar alami, zona lindung dan taman-taman
perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang nasional), maupun RTH non-alami atau
terbuka (open spaces) suatu wilayah binaan (taman, lapangan olah raga, dan
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, kebun bunga) (Direktorat Jendral Penataan
tanaman dan vegetasi (endemik maupun Ruang. Department Pekerjaan Umum,
introduksi) guna mendukung manfaat 2008).
ekologis, sosial-budaya dan arsitektural RTH memiliki fungsi yang beragam,
yang dapat memberikan manfaat ekonomi baik secara ekologis, sosial/budaya,
(kesejahteraan) bagi masyarakatnya. arsitektural maupun ekonomi. Secara
Sementara itu ruang terbuka non-hijau ekologis, RTH dapat meningkatkan kualitas
dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras air tanah, mencegah banjir (Lennon, Scott
(paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) and O’Neill, 2014), mengurangi polusi

373
Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Ruang Terbuka Hijau Pada Kota Berbasis Sungai (Caesarina, H. M. &
Rahmani, D. R.)

udara, dan menurunkan suhu kota tropis pada kawasan permukiman bantaran atau
yang panas (Wikantiyoso and Tutuko, 2013; tepian sungai kota Banjarmasin masih sangat
Wirth et al., 2018). Bentuk-bentuk RTH minim dan rata-rata kurang dari 10%.
perkotaan yang berfungsi ekologis seperti Beberapa upaya Pemerintah kota dalam
sabuk hijau kota, hutan kota (Naess and mewujudkan kota yang lebih hijau terlihat
Drengson, 2008; Imansari and Khadiyanta, dari perbaikan kampung tepian sungai
2015), taman botani, sempadan sungai dan (Caesarina and Aina, 2018), meskipun
lain-lain. Secara sosial-budaya keberadaan akhirnya hanya bersifat solusi sementara
RTH dapat memberikan fungsi sebagai tanpa memperhatikan efek jangka panjang
ruang interaksi sosial (Sairinen and dari ketersediaan ruang terbuka hijau pada
Kumpulainen, 2006; Samuelsson et al., lingkungan tersebut. Penyediaan ruang
2020), sarana rekreasi, dan sebagai tetenger terbuka hijau pada Kawasan tepian sungai
(landmark) kota yang berbudaya, antara lain dapat didesain untuk memenuhi kebutuhan
dalam bentuk taman kota, lapangan olah masyarakat (Sutrisno and Raya, 2012;
raga, kebun raya, TPU, dan lainnya. Hamidah, Garib and Santoso, 2015;
Lingkungan perkotaan kota Caesarina, 2020) dan tidak hanya terbatas
Banjarmasin didominasi oleh kombinasi pada penyediaan tanaman-tanaman hias
daratan dan sungai. Sungai yang membelah dalam pot yang diletakkan di teras ataupun
kota Banjarmasin adalah sungai Martapura digantung (Caesarina et al., 2019).
yang berfungsi menampung berbagai Kendala yang kerap ditemui adalah
aktivitas masyarakat lokal, seperti keterbatasan lahan, dikarenakan kawasan
transportasi air, kegiatan sehari-hari (mandi, tepi sungai tersebut memang benar-benar
buang air besar/kecil dan mencuci pakaian), berada di atas sungai dan tidak memiliki
dan pariwisata air. Permukiman masyarakat daratan yang memungkinkan sebagai ruang
lokal berdiri pada bantaran sungai ataupun hijau. Kualitas vegetasi pada RTH yang
langsung berada di atas sungai Martapura berada pada tepian sungai juga masih masuk
(Goenmiandari, Silas and Supriharjo, 2010; kategori kurang nyaman (Rahmani and
Rochgiyanti, 2011) . Caesarina, 2019). Meskipun kawasan yang
Kondisi ini kemudian disesuaikan berada di tepi sungai berdiri dalam zona
dengan Perda nomor.5 tahun 2016, RPJM garis sempadan sungai, hal ini dianggap
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah tidak melanggar peraturan kota
Daerah) Kota Banjarmasin tahun 2016- Banjarmasin, dikarenakan masih sesuai
2021, yang mana memfokuskan dengan RPJMD kota Banjarmasin.
pembangunan kota dengan berorientasi pada Di sisi lain, sebagaimana telah
sungai (Banjarmasin, 2016). Kawasan yang dijelaskan, kawasan tepian sungai kota
berada pada tepian sungai menjadi fokus Banjarmasin tidak dapat dipisahkan dari
pengembangan kota Banjarmasin. Pada aktivitas warga lokal sehari-harinya. Baik
beberapa titik pusat kota Banjarmasin, telah berupa permukiman yang masih berada di
dibangun beberapa fasilitas pada kawasan kawasan tradisional maupun kawasan tepian
tepi sungai berupa ruang terbuka dengan sungai yang telah beralih fungsi lahan
dominasi konstruksi beton, dengan mengikuti pembangunan kota.
pertimbangan ketahanan jangka panjang Berdasarkan kondisi di atas, maka
material. Tutupan beton ini sedikit penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
banyaknya mengurangi keberadaan ruang sejauh mana persepsi masyarakat lokal
terbuka hijau pada kawasan tepian sungai terhadap penyediaan ruang terbuka hijau
tersebut. pada kawasan tepian sungai di kota
Penelitian terdahulu menunjukkan Banjarmasin, seiring dengan pembangunan
bahwa ruang terbuka hijau yang tersedia yang terus dilakukan terutama di pusat kota.

374
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 373-381

METODE PENELITIAN Penataan Ruang. Department Pekerjaan


Umum, 2008) dan standar dari World Health
Penelitian ini menggunakan metode Organization (WHO) (World Health
deskriptif kualitatif. Studi literatur dilakukan Organization, 2017) terkait penyediaan
untuk mendapatkan peraturan tentang ruang terbuka hijau, dan studi pustaka terkait
penyediaan RTH Kawasan perkotaan ketentuan penyediaan ruang terbuka hijau
berdasarkan peraturan Kementerian pada tepian sungai.
Pekerjaan Umum,(Direktorat Jendral

Tabel 1. Indeks Persepsi Masyarakat Lokal terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Tepian
Sungai
Kriteria Indikator
Aspek Lingkungan RTH memberikan dampak positif terhadap kualitas udara
RTH memberikan dampak positif untuk menangkal kebisingan
RTH memberikan dampak positif untuk menurunkan suhu udara
RTH membantu manajemen air
RTH mengurangi risiko Banjir
RTH mendekatkan warga kota dengan alam
RTH memperkaya sumber daya alam
Aspek Gaya Hidup RTH meningkatkan aktifitas fisik
Masyarakat RTH memudahkan transportasi menggunakan sepeda
RTH meningkatkan kegiatan luar ruangan
RTH digunakan oleh semua orang
Mensupport gaya hidup sehat
Aspek Sosial Meningkatkan kegiatan sosial
Mempromosikan interaksi sosial
Aspek keseimbangan Seluruh lapisan masyarakat dapat menggunakan RTH tanpa terkecuali
dan kesetaraan Taman di kota dapat digunakan oleh semua kalangan masyarakat
termasuk golongan yang memiliki kekurangan secara fisik
Aspek Kepuasan Kepuasan menikmati taman di kota
Kepuasan terhadap taman di kota anda yang terletak di tepian sungai
Aspek Spasial Di lingkungan terdapat RTH berupa taman kota dekat/di tepian sungai
Rumah memiliki pekarangan, dengan luas minimal 10% dari total lahan
Tersedia RTH seluas 30% dari total luas kota
Aspek perencanaan- Pernah terlibat dalam perencanaan RTH kota / konsultasi publik
participatory Ada peraturan khusus/regulasi tentang pentingnya RTH di lingkungan
planning perkotaan terutama yang terletak di tepian sungai
Sumber : Studi Literatur tahun 2020

Berdasarkan studi literatur, didapatkan (dua puluh tiga) pertanyaan tertutup dengan
kriteria nilai indeks persepsi masyarakat menggunakan skala likert 1-4.
lokal terhadap 7 aspek: aspek lingkungan, Pengumpulan data tentang persepsi
aspek gaya hidup masyarakat, aspek sosial, masyarakat lokal terhadap ruang terbuka
aspek keseimbangan dan kesetaraan, aspek hijau di tepian sungai kota Banjarmasin
kepuasan, aspek perencanaan ruang/spasial, dilakukan terhadap lima kecamatan di
dan aspek participatory planning . Seluruh Banjarmasin pada bulan Juli-Agustus 2020.
aspek ini diturunkan lagi menjadi total 23 Untuk menentukan sampling jumlah
wilayah kelurahan menggunakan

375
Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Ruang Terbuka Hijau Pada Kota Berbasis Sungai (Caesarina, H. M. &
Rahmani, D. R.)

menggunakan Rumus Slovin dengan batas terkait RTH adalah Permen PU


toleransi kesalahan 10% atau 0,1. No.05/PRT/2008 tentang Pedoman
Setelah itu dilakukan penghitungan Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang
menggunakan Proporsi untuk memperoleh Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan dan
jumlah kelurahan pada setiap Kecamatan Permendagri No.1 Tahun 2007 Tentang
yang akan dijadikan sampel. Didapatkan Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
yaitu kecamatan Banjarmasin Utara (6 Perkotaan.
sampel lokasi), Banjarmasin Timur (6 Berdasarkan Peraturan Daerah
sampel lokasi), Banjarmasin Barat (6 (PERDA) Kota Banjarmasin No. 5 Tahun
Sampel lokasi), Banjarmasin Tengah (8 2013, Rencana Tata Ruang
sampel lokasi) dan Banjarmasin Selatan (8 Wilayah Kota Banjarmasin Tahun 2013-
sampel lokasi). Untuk menentukan lokasi 2032 menyebutkan tentang rencana Ruang
kelurahan menggunakan urutan nomor di terbuka hijau (RTH) kota RTH Kota
dokumen Kota Dalam Angka produksi 2019 Banjarmasin terdiri dari dua jenis RTH,
dari BPS menggunakan Systemic Random yakni RTH publik dan RTH privat. Zona
Sampling. sempadan sungai Kota Banjarmasin, dapat
Untuk menentukan objek kuisioner berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
menggunakan sampel strata berdasarkan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)
umur produktif 15-64 tahun dengan total (Banjarmasin, 2013).
481.610 jiwa. Jumlah sampel ditentukan dari
Tabel Isaac dan Michael dibulatkan menjadi
310 responden. Kemudian diasumsikan
bahwa setiap kelurahan yang telah
ditentukan mempunyai jumlah responden
yang sama rata yaitu berkisar antara 9 – 10
orang responden. Orang yang akan dijadikan
responden dipilih secara acak (random).
Data kemudian dianalisis kesesuaiannya
dengan peraturan dan kebijakan serta
kondisi ruang terbuka hijau di kawasan tepi
sungai kota Banjarmasin.
(a)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebijakan terkait Ruang Terbuka Hijau di


Banjarmasin, Kota berbasis Sungai

Undang-undang No.26 tahun 2007


tentang penataan ruang, secara jelas
menguraikan bahwa salah satu tujuan dari (b)
penataan ruang adalah tercapainya
pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk Keterangan : Kawasan tepian sungai
mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan didominasi oleh RTNH (Ruang
mencegah serta menanggulangi dampak Terbuka Non Hijau)
negatif terhadap lingkungan, yang Sumber : Observasi, Januari 2020
mengamanatkan dalam skala kota harus Gambar 1. Kawasan Tepian Sungai, (a)
memiliki 30% RTH. Kebijakan lainnya yang Kawasan Seberang Mesjid (b)
Siring Pierre Tendean

376
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 373-381

Persepsi Masyarakat Lokal Banjarmasin memerlukan tanggul (turap/siring) dan


terhadap Ruang Terbuka Hijau konstruksi yang memungkinkan bangunan
berdiri di tepian atau bahkan di atas sungai.
Zona sempadan sungai yang Dari 5 kecamatan dan total 34 lokasi
merupakan Ruang Terbuka Hijau, sampel yang dipilih, rata-rata penduduk di
selanjutnya merupakan bagian dari Zona lokasi tersebut masih banyak yang
Ruang Terbuka Hijau (RTH). Untuk bermukim di tepian sungai, seperti
ketentuan pelaksanaan, perwujudan, Kampung Sungai Bilu di kecamatan
pemanfataan dan pengendaliannya Banjarmasin Timur, Kawasan Basirih di
mengikuti Peraturan Zona RTH Sempadan kecamatan Banjarmasin Barat, Kawasan
Sungai. Sedangkan Zona Sempadan Sungai Antasan dan Kuin di kecamatan
yang merupakan RTNH, berfungsi sebagai Banjarmasin Utara, Kawasan Sungai Jingah
pembatas (buffer) dalam bentuk suatu jalur dan Seberang Masjid di kecamatan
dengan fungsi utama sebagai pembatas yang Banjarmasin Tengah, dan Kawasan Kelayan
menegaskan peralihan antara suatu fungsi di kecamatan Banjarmasin Selatan. Pada
dengan fungsi lainnya sebagaimana terlihat lokasi-lokasi tersebut, rata-rata tidak
pada Gambar 1. ditemukan adanya ruang terbuka hijau,
Secara hukum (hak atas tanah), RTH dikarenakan permukiman yang terletak di
bisa berstatus sebagai hak milik pribadi tepian sungai tersebut sangat padat dan tidak
(halaman rumah), atau badan usaha memiliki lahan kosong. Ruang kosong yang
(lingkungan skala tersedia adalah dalam bentuk Ruang
permukiman/neighborhood), seperti: Terbuka Biru (RTB), yaitu sungai Martapura
sekolah, rumah sakit, perkantoran, bangunan maupun sungai-sungai kecil lainnya.
peribadatan, tempat rekreasi, dan Dengan kata lain, pada sepanjang tepian
sebagainya), maupun milik umum, seperti: sungai kota Banjarmasin yang seharusnya
taman-taman kota, kebun raya, kebun bisa masuk ke dalam zona lindung, masih
botani, kebun binatang, taman hutan didominasi oleh zona budidaya.
kota/urban forest park, lapangan olahraga Satu-satunya bentuk ruang terbuka
(umum), jalur-jalur hijau (green belts hijau yang ada pada lokasi-lokasi tersebut
dan/atau koridor hijau): lalu-lintas, kereta rata-rata hanya berupa tanaman dalam pot
api, tepian laut/pesisir pantai/sungai, yang diletakkan ataupun digantung di teras
jaringan tenaga listrik: saluran utama rumah yang mana merupakan hak milik
tegangan ekstra tinggi/SUTET, taman pribadi. Beberapa permukiman tepi sungai
pemakaman umum (TPU), dan daerah yang telah menerapkan bentuk RTH seperti
cadangan perkembangan kota (bila ada). ini dapat ditemui pada beberapa lokasi
seperti Kampung Hijau Sungai Bilu,
Persepsi Masyarakat Lokal terhadap Ruang Seberang Masjid, Kawasan Kuin, Kawasan
Terbuka Hijau sungai Duyung, dll. Berdasarkan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum, tanaman dalam
Masyarakat kota Banjarmasin tidak pot masih dapat dikategorikan sebagai RTH
dapat dipisahkan dari sungai dalam buatan. Taman kota yang diperuntukkan
kesehariannya. Sebagai salah satu kota untuk umum masih belum dapat ditemukan
berbasis sungai yang ada di Indonesia, pada skala kelurahan hingga RT. Taman
Banjarmasin identik dengan keberadaan kota yang ada di Banjarmasin masih
sungai Martapura yang membelah kotanya. berskala kota, yaitu seperti Taman Kamboja,
Posisi permukaan tanah Kota Banjarmasin Hutan kota Sabilal Muhtadin, dan RTNH
yang lebih rendah dari permukaan air laut, siring Pierre Tendean. Peran taman-taman di
membuat Kawasan tepian sungai skala lingkungan yang lebih kecil

377
Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Ruang Terbuka Hijau Pada Kota Berbasis Sungai (Caesarina, H. M. &
Rahmani, D. R.)

sebenarnya sangat diperlukan, karena didapatkan beberapa hasil yang


keberadaan RTH seyogyanya berfungsi menunjukkan bagaimana peran RTH di
untuk meningkatkan kualitas lingkungan. tepian sungai menurut masyarakat
Berdasarkan survey yang telah Banjarmasin (Tabel 2).
dilakukan pada 5 kecamatan di Banjarmasin,

Tabel 2. Indeks Persepsi Masyarakat Lokal terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Tepian
Sungai
Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin
Kriteria
Barat Timur Utara Selatan Tengah
Aspek Lingkungan 79 80 75 84 89
Aspek Gaya Hidup
70 73 75 74 80
Masyarakat
Aspek Sosial 88 84 85 87 92
Aspek Keseimbangan
56 56 58 57 60
dan kesetaraan
Aspek Kepuasan 67 67 68 68 68
Aspek Spasial 41 40 41 43 49
Aspek perencanaan/
56 55 55 57 60
participatory planning
Sumber : Analisa tahun 2020

Dari 5 kecamatan di Banjarmasin, disurvey adalah yang terletak di tepian


hanya kecamatan Banjarmasin Tengah yang sungai, dan kondisinya sama dengan
mendapat penilaian relatif cukup baik dari Banjarmasin Tengah, memiliki lahan yang
masyarakat. Total dari 7 aspek yang diteliti sangat terbatas. Rata-rata permukiman yang
di Banjarmasin tengah, ada 6 aspek yang ada di tepian sungai hanya memiliki teras
mendapatkan nilai lebih dari 60, dan hanya atau pekarangan rumah seluas maksimal
satu aspek yang mendapatkan nilai kurang 2m2. Aspek participatory planning juga
dari 60 yaitu aspek spasial. Berdasarkan mendapatkan nilai yang rendah, dikarenakan
lokasinya, hal ini kemungkinan dikarenakan mayoritas responden menjawab belum
tidak ada lagi lahan kosong di Banjarmasin pernah terlibat dalam acara konsultasi publik
tengah. terkait RTH.
Lokasi kecamatan yang terletak di Dari skala kota Banjarmasin, aspek
pusat kota Banjarmasin tergolong sangat yang mendapatkan nilai tertinggi menurut
padat dan dipenuhi fungsi guna lahan yang persepsi masyarakat adalah aspek sosial
bervariasi, mulai dari perdagangan dan jasa senilai 87,2 (Gambar 2). Hal ini
hingga perkantoran dan permukiman. Akan menunjukkan bahwa masyarakat menilai
tetapi kecamatan Banjarmasin Tengah keberadaan RTH memegang peranan
memiliki keunggulan dari segi lokasi karena penting bagi warga kota untuk melakukan
termasuk dalam Kawasan yang memiliki aktivitas sosial. Kesadaran ini sepertinya
hutan kota, taman kota dan RTNH yang makin meningkat selama masa pandemi
relatif luas dibandingkan kecamatan lainnya. Covid 19 yang mulai ramai di awal tahun
Akan halnya 4 kecamatan lainnya rata- 2020.
rata masih mendapatkan nilai di bawah 60 Sedangkan aspek yang mendapatkan
untuk 3 aspek, yaitu aspek keseimbangan nilai terendah diduduki oleh aspek spasial
dan keselarasan, aspek spasial, serta aspek atau dalam artian aspek ketersediaan ruang
participatory planning (Tabel 2). Aspek kota. Sebagaimana telah disebutkan menurut
spasial sudah jelas dikarenakan lokasi yang peraturan, bahwa ruang perkotaan

378
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 373-381

memerlukan minimal 30% RTH dari total masyarakat lokal juga menilai bahwa RTH
luas kotanya. Dalam hal ini, nilai indeks skala kota seperti taman kota dan RTNH
persepsi masyarakat lokal terhadap aspek lainnya masih belum memenuhi luasan
spasial hanya sebanyak 47,6. Meskipun pada minimal yang harusnya dimiliki sebuah
tepian sungai sudah jelas tidak ditemui kota.
adanya RTH yang memadai, namun

Sumber : Analisis tahun 2020


Gambar 2. Grafik Indeks Persepsi Masyarakat Lokal terhadap RTH kawasan tepian sungai

KESIMPULAN yang kritis sebaiknya diberi tanggul (turap,


siring). Untuk sempadan sungai, sebagian
Mengingat kondisi yang ada saat ini, besar dikembangkan melalui pendekatan
di mana sungai yang ada di Banjarmasin natural (green belt), sebagian tetap berupa
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, juga rumah panggung terapung sebagai ciri khas
keterbatasan lahan yang tersedia sehingga permukiman kota sungai dan segmen
mengakibatkan wilayah lindung terutama sempadan lainnya diturap. Sempadan lain
sekitar sungai banyak yang digunakan yang penting di Banjarmasin adalah
sebagai zona budidaya baik sebagai lahan sempadan untuk kantong air yang menjadi
perdagangan jasa maupun permukiman pengendali banjir secara alamiah, berupa
sehingga tidak seluruh wilayah memenuhi jalur hijau sebagai penanda, penjaga dan
syarat minimum ini. Untuk itu maka pembatas kantong air.
sebaiknya zona sekitar sungai ini dibatasi Aspek participatory planning
dan dikendalikan penggunaannya untuk hendaknya dapat lebih diperhatikan dengan
kegiatan budidaya, yaitu dialihkan cara lebih melibatkan masyarakat dalam
(sepanjang memungkinkan) pada perencanaan kota, khususnya terkait RTH
pengembangan fungsi tanaman lindung. pada Kawasan tepian sungai. Sebagai salah
Mengingat posisi permukaan tanah satu unsur kota yang penting khususnya
Kota Banjarmasin lebih rendah dari dilihat dari fungsi ekologis, maka betapa
permukaan air laut, maka sempadan sungai sempit atau kecilnya ukuran RTH Kota

379
Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Ruang Terbuka Hijau Pada Kota Berbasis Sungai (Caesarina, H. M. &
Rahmani, D. R.)

(Urban Green Open Space) yang ada, R. (2010) ‘Konsep Penataan


termasuk halaman rumah/bangunan pribadi, Permukiman Bantaran Sungai di Kota
sebaiknya dapat dimanfaatkan sebagai ruang Banjarmasin berdasarkan Budaya
hijau yang ditanami tetumbuhan. Setempat’, in Seminar Nasional
Perumahan Permukiman Dalam
Pembangunan Kota, pp. 1–14.
DAFTAR PUSTAKA Hamidah, N., Garib, T. W. and Santoso, M.
(2015) ‘Pengelolaan kawasan ruang
Banjarmasin, W. (2013) ‘Peraturan Daerah hijau di das kahayan kota palangka
Kota Banjarmasin Nomor 5 Tahun raya’, Perspektif Arsitektur, 10(1), pp.
2013 tentang Rencana Tata Ruang 13–25.
Wilayah Kota Banjarmasin tahun Imansari, N. and Khadiyanta, P. (2015)
2013-2032’. Banjarmasin, Indonesia: ‘Penyediaan Hutan Kota dan Taman
Pemerintah Kota Banjarmasin, p. 53. Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau
Banjarmasin, W. (2016) Peraturan Daerah ( RTH ) Publik Menurut Preferensi
Kota Banjarmasin no.5 tahun 2016 Masyarakat di Kawasan Pusat Kota
tentang Rencana Pembangunan Tangerang’, 1(3), pp. 101–110.
Jangka Menengah Daerah tahun Lennon, M., Scott, M. and O’Neill, E.
2016-2021. Indonesia. (2014) ‘Urban Design and Adapting to
Caesarina, H. M. et al. (2019) ‘The Need of Flood Risk: The Role of Green
Green Open Spaces as the Effect of Infrastructure’, Journal of Urban
Urban Waterfront Development in Design, 19(5), pp. 745–758. doi:
Sungai Bilu, a Stream Corridor 10.1080/13574809.2014.944113.
Neighbourhood in Banjarmasin’, in Naess, A. and Drengson, A. R. (2008)
MATEC Web of Conferences, p. Ecology of wisdom: writings by Arne
03015. doi: Næss. Counterpoint Press.
10.1051/matecconf/201928003015. Rahmani, D. R. and Caesarina, H. M. (2019)
Caesarina, H. M. (2020) ‘Green Space ‘VALUASI VEGETASI POHON
Conceptual Design for the RUANG TERBUKA HIJAU OBJEK
Neighbourhood of Settlements along WISATA RELIGI MAKAM
Martapura River in Banjarmasin’, SULTAN SURIANSYAH DI
Ruang, 6(1), pp. 1–10. TEPIAN SUNGAI KUIN KOTA
Caesarina, H. M. and Aina, N. (2018) ‘Green BANJARMASIN’, EnviroScienteae,
Space Impacts in Stream Corridor 15(2), pp. 178–183.
Settlement as an Effort to Form a Rochgiyanti (2011) ‘Fungsi Sungai Bagi
“Greener” Neighborhood’, ESE Masyarakat di Tepian Sungai Kuin
International Journal (Environmental Kota Banjarmasin’, Jurnal Komunitas,
Science and Engineering), 1(1), pp. 1– 3(1), pp. 51–59.
5. Sairinen, R. and Kumpulainen, S. (2006)
Direktorat Jendral Penataan Ruang. ‘Assessing social impacts in urban
Department Pekerjaan Umum (2008) waterfront regeneration’,
Pedoman Penyediaan Dan Environmental Impact Assessment
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Review, 26(1), pp. 120–135. doi:
Kawasan Perkotaan, Pedoman 10.1016/j.eiar.2005.05.003.
Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Samuelsson, K. et al. (2020) ‘Urban nature
Terbuka Hijau Di Kawasan as a source of resilience during social
Perkotaan. distancing amidst the coronavirus
Goenmiandari, B., Silas, J. and Supriharjo, pandemic’.

380
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 373-381

Sutrisno, H. and Raya, P. (2012) ‘Konsep


Penataan Kembali Ruang Terbuka
Hijau pada Kawasan Flamboyan
Bawah Kota Palangka Raya’, Jurnal
Perspektif Arsitektur, 7(2), pp. 1–8.
Wikantiyoso, R. and Tutuko, P. (2013)
‘Planning Review : Green City Design
Approach for Global Warming
Anticipatory’, International review for
spatial planning and sustainavle
development, 1(3), pp. 4–18.
Wirth, P. et al. (2018) ‘Green infrastructure:
a planning concept for the urban
transformation of former coal-mining
cities’, International Journal of Coal
Science and Technology. Springer
Singapore, 5(1), pp. 78–91. doi:
10.1007/s40789-018-0200-y.
World Health Organization (2017) Urban
green spaces: a brief for action.
Available at:
http://www.euro.who.int/__data/asset
s/pdf_file/0010/342289/Urban-Green-
Spaces_EN_WHO_web.pdf.

381

View publication stats

You might also like