You are on page 1of 5

Gelar Wicara Unram Untuk Masyarakat 2022

PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN BERBASIS BUDIKDAMBER DI


PERKARANGAN RUMAH DI DESA BANGKET PARAK
Nouvaldi Irsan1 Fannisa Amelza Sasti Yandani2 Syauqi Syahid3 Annisa Fitriani4 Abdul
Rahkman, Winda Ekasari5 Hafizah6 Anisah7 M. Ahsanul Habib, Sulhidayatun8

1
Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia, 2 Ilmu dan Teknologi Pangan,
Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Mataram Mataram, Indonesia, 3Teknik Pertanian, Fakultas
Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia 4Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia, 5Peternakan, Fakultas
Peternakan, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia , 6Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mataram,
Mataram, Indonesia, 7Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram,
Mataram, Indonesia, 8Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia

Email : irsannouvaldi@gmail.com

Abstract
Bangket Parak Village is one of the villages in Pujut District, Central Lombok Regency. This village was
formed on December 15, 2010 from the expansion of Teruwai Village. In the Sasak language, Bangket Parak
means "land irrigated with rain". Bangket Parak Village is known to have an area of 2,967 km2 with the
following boundaries: north of Praya Timur Subdistrict: south of Mertak Village and Pengngat Village, west of
Teruwai Village; and east of East Praya District. The distance of Bangket Parak village from Mataram City is
about 49 km. This KKN activity will utilize the yard for fish cultivation in the area. One of the most important
benefits of the functioning of the yard is to provide the nutritional needs of the family in an effort to increase the
diversity of family food. In addition, it also increases energy and protein consumption for the household itself.
Therefore, to change the mindset of the community, it is necessary to provide education about the use of home
yards with a work program for making fish farming in buckets (budikdamber) through program socialization,
cultivation technical training and mentoring.
Keywords: Bangket Parak, Food Yard, Budikdamber

Abstrak
Desa Bangket Parak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.
Desa ini dibentuk pada tanggal 15 Desember 2010 dari pemekaran Desa Teruwai. Dalam bahasa sasak, Bangket
Parak berarti “lahan yang diairi hujan“. Desa Bangket Parak diketahui memiliki luas wilayah 2.967 km2 dengan
batas wilayah sebagai berikut: sebelahutara Kecamatan PrayaTimur: sebelah selatan Desa Mertak dan Desa
Pengengat, sebelah barat Desa Teruwai; dan sebelah Timur Kecamatan Praya Timur. Jarak desa Bangket Parak
dari Kota Mataram sekitar 49 km. Kegiatan KKN ini akan memanfaatkan lahan pekarangan untuk usaha
budidaya ikan di dalam. Salah satu manfaat terpenting dari difungsikannya pekaranganya itu untuk
menyediakan kebutuhan gizi keluargadalam upaya meningkatkan keragaman pangan keluarga. Selain itu, juga
meningkatkan konsumsi energi dan protein bagi rumah tangga itu sendiri. Oleh karena itu untuk mengubah pola
pikir masyarakat perlu adanya edukasi tentang pemanfaatan pekarangan rumah dengan program kerja
pembuatan budidaya ikan dalam ember (budikdamber) melalui sosialisasi program, pelatihan teknis budidaya
danpendampingan.

Kata Kunci : Bangket Parak, Pekarangan Pangan, Budikdamber


Gelar Wicara Unram Untuk Masyarakat 2022

LATAR BELAKANG
Warga desa Bangket Parak masih kurang menyadari dan memahami pentingnya
mengkonsumsi makan – makanan sehat seperti sayur – sayuran, dan protein hewani, kerena
bahan makanan pokok yang dibeli belum tentu bebas dari residu bahan–bahan kimia yang
dapat membahayakan bagi kesehatan tubuh. Pekarangan setiap rumah warga menjadi daya
tarik untuk mengadakan program pemanfaatan lahan dalam bidang pangan. Bagi masyarakat
desa kebutuhan protein ini masih dapat terpenuhi dengan cara memelihara ikan di dalam
ember dengan sistem aquaponik berpeluang untuk meningkatkan protein hewani dan sayuran
serta memudahkan masyarakat ikan dan sayuran di lingkungan tempat tinggal.
Budidaya ikan dalam ember (Budikdamber) menggunakan ikan lele dikarenakan ikan
lele memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit, ikan lele juga memiliki daya tahan
hidup yang kuat. Ikan lele dapat hidup diberbagai kondisi lingkungan dan juga ikan lele
memiliki waktu panen yang tidak lama, biasanya ikan lele sudah siap panen dalam jangka
waktu 3 bulan sejak benih ditebar. Seiring dengan perkembangan pembangunan, lahan
budidaya ikan di desa juga menjadi semakin sempit. Carrying capacity / daya dukung
lingkungan merupakan salah hal yang harus diperhatikan dalam membudidayakan ikan di
pekarangan rumah. Semakin besar wadah budidaya maka semakin besar pula kemampuan
media tersebut menerima beban pencemaran sehingga ikan yang dipelihara bisa semakin
banyak. Namun dengan bantuan teknologi, wadah / media yang kecil sekalipun daya dukung
lingkungannya masih dapat ditingkatkan. Menurut Suprapto dkk (2013) kepadatan
pemeliharaan Ikan Lele (Clarias gariepinus) dengan teknologi bioflok mampu meningkatkan
padat tebar hingga 1 ekor ikan per liter air.
Issue dunia tentang semakin terbatasnya kualitas dan kuantitas air untuk kebutuhan
manusia, semakin terbatasnya sumber makanan, dan pertambahan penduduk di bumi yang
terus meningkat harus menjadi fokus masalah yang harus dapat kita cari penyesaiannya.
Dengan perancangan sistem budidaya ikan yang di lakukan media yang kecil (dalam ember
60 liter)yang dapat membantu mencukupi kebutuhan protein hewani masyarakat, serta dapat
menjadi media tanam sayuran akuapoik sehinggadiharapkan akan dapat menjadi salah satu
solusi masalah yang ada. Semakin berkurangnya lokasi budidaya yang luas mengharuskan
kita semakin kreatif dalam memanfaatkan lokasi pekarangan rumah yang sempit. Dengan
adanya budidaya ikan dalam ember “budikdamber” menjadi solusi potensial bagi budidaya
perikanan di lahan pekarangan rumah yang sempit, serta mudah dilakukan masyarakat di
rumah masing-masing dengan modal yang relatif kecil serta akhirnya mampu mencukupi
kebutuhan gizi masyarakat.
METODE PELAKSANAAN
Perancangan Desain serta Pembuatan Sistem Budidaya
Sistem budidaya ikan dalam ember yang dibuat adalah rancangan sistem budidaya dengan
menggunakan ember volume 78 liter yang diisi air setinggi 50 cm atau sebanyak 60 liter air.
Pada bagian atas ember digantungkan gelas plastik yang berisi arang kayu sebagai media
tanam kangkung aquaponik. Agar tanaman kangkung dapat tumbuh dengan baik maka gelas
plastik diberi lubang-lubang kecil sebagai tempat masuknya air ke media tanam kangkung.
Luas lahan yang dibutuhkan untuk satu buah media sistem budikdamber ini adalah 0,2 m2,
media ini mampu menampung 50 ekor ikan lele dengan kepadatan 1ekor per liter. Sistem
Gelar Wicara Unram Untuk Masyarakat 2022

budikdamber yang juga menjadi media tanam kangkung aquaponik di rancang mempunyai
kelebihan yaitu tidak membutuhkan listrik seperti yang biasa di gunakan pada sistem
resirkulasi aquaponik yang ada di masyarakat. Wadah budidaya ikan yang digunakan mudah
didapatkan, serta tambahan penanaman sayuran kangkung untuk memenuhi kebutuhan
sayuran.
Uji Kinerja Sistem Budidaya Ikan Dalam Ember
Uji kinerja sistem budidaya ikan dalam ember dilakukan selama empat puluh lima hari. Uji
ini dilakukan untuk mengetahui apakah sistem sudah berjalan dengan baik sebagai media
untuk tempat hidup ikan dan tempat hidup kangkung aquaponik, serta untuk mengetahui
perbaikan apa yang perlu dilakukan. Uji kinerja sistem budidaya ikan dalam ember yang telah
dilakukan adalah: (a) Daya tampung ikan yang dapat di pelihara dalam media ember dari
ukuran 5-7 hingga benih 11-13 cm adalah 50 ekor, daya dukung ember masih teramati
mampu mendukung kehidupan ikan. (b) Uji kinerja sistem ini perlu mendapatkan perbaikan
penambahan lubang dipinggir ember untuk menjaga tinggi air agar tidak tumpah keluar
ketika hujan. (d) Daya dukung media kangkung akuaponik : Tanaman sayuran yang di tanam
di media budikdamber adalah kangkung. Dari uji coba diketahui media gelas yang diberi
arang kayu sudah mampu menumbuhkan kangkung dengan baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Derajat Kelangsungan Hidup
Dari pelaksanaan kegiatan ini didapatkan hasil bahwa semakin besar ukuran tebar
maka derajat kelulus hidupan ikan yang dipelihara dalam media budikdamber akan semakin
tinggi karena ikan yang dipelihara dengan sistem budikdamber ini dapat ditangkap oleh
kucing, dan waktu musim hujan ikan lele masih dapat keluar dari media.

Gambar 1 dan 2. Visualisasi Budikdamber

Yumina-Bumina adalah teknik budidaya yang memadukan antara ikan dan sayuran
serta buah-buahan. Pada budidaya Yumina-Bumina dikenal empat sistem, yaitu: rakit, aliran
Gelar Wicara Unram Untuk Masyarakat 2022

atas, aliran bawah serta pasang surut. Pada sistem aliran atas ini distribusi air dilakukan lewat
atas ke setiap wadah media tanam sehingga nutrisi yang berasal dari limbah budidaya dapat
tersebar merata ke setiap batang tanaman. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui
pengaruh sistem aliran atas pada budidaya Yumina dan Bumina terhadap peningkatan
produksi ikan, sayuran dan buah. Untuk membuat sistem aliran atas diperlukan bahan seperti:
bak ikan, wadah media tanam, saluran air, pompa air, media tanam (batu apung), ikan (lele)
dan tanaman (kangkung, pakcoy, tomat dan terong ungu) (Supendi, 2015).

Gambar 3. Wadah Media Tanam

Menurut Wicaksana (2015) kelulus hidupan ikan lele di kolam akuaponik lebih tinggi
dibandingkan dengan sistem konvensional tanpa akuaponik. Kualitas air memegang peranan
penting terutama dalam kegiatan budidaya. Penurunan mutu air dapat mengakibatkan
kematian, pertumbuhan terhambat, timbulnya hama penyakit, dan pengurangan rasio konversi
pakan.
Menurut Saptarini P. (2010) kolam pembesaran ikan mas dengan sistem akuaponik
lebih baik dibandingkan dengan sistem konvensional. Kondisi tersebut disebabkan oleh
adanya sistem resirkulasi, sehingga memicu laju dekomposisi dan nitrifikasi.
Tinggi/rendahnya kadar amonia dan kualitas air kolam sangat mempengaruhi ukuran ikan
produksi dan tingkat kelangsungan hidup ikan. Begitu pula dengan tingkat kelangsungan
hidup ikannya. Selain kadar amonia, oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang
penting dalam pembesaran ikan. Begitupula dengan budikdamber ini sesuai dengan teori
tersebut pembesaran ikan lele dengan sistem akuaponik lebih baik dibandingkan dengan
sistem konvensional.
KESIMPULAN
Sistem budidaya ikan lele di media ember 60 liter dapat dijadikan solusi budidaya
ikan khususnya di pekarangan rumah khususnya di lahan yang sempit. Pemeliharaan selama
45 hari serta penanaman kangkung aquaponik masih perlu dioptimalkan dengan mendesain
Gelar Wicara Unram Untuk Masyarakat 2022

kembali wadah budidaya agar dapat menghindari kematian akibat predator dan ikan yang
lompat keluar wadah.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis megucapkan banyak terima kasih kepada Kepala Desa dan masyarakat
Bangket Parak atas penerimaan yang sangat baik, serta pengalaman yang luar biasa selama 45
hari di Desa Bangket Parak ini.

DAFTAR PUSTAKA
Supendi, M. Rizki Maulana dan Samsul Fajar. 2015. Teknik Budidaya Yumina-Bumina
sistem Aliran Atas di Bak Terpal. Bul. Tek. Lit. Akuakultur Vol. 13 No. 1 Tahun
2015: 5-9Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Bogor.
Supendi dan Muhammad Rizki Maulana. 2015.Teknik Pembesaran Ikan Lele dengan sistem
akuaponik. Bul. Tek. Lit. Akuakultur Vol. 13 No. 2 Tahun 2015: 101-106Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar. Sempur Bogor
Satria Nawa Wicaksana, Sri Hastuti, Endang Arini. 2015. Performa Produksi Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus) yang dipelihara dengan Sistem Biofilter Akuaponik
dan Konvensional. Journal of Aquaculture Management and Technology Volume
4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 109-116. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro.
Peni Saptarini. 2010. Efektifitas Teknologi Akuponik dengan Kangkung Darat (Ipomoea
reptans) Terhadap Penurunan Amonia pada Pembesaran Ikan Mas. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

You might also like