You are on page 1of 16

MAKALAH

MATA KULIAH: KEPERAWATAN PSIKIATRI

LAPORAN TUGAS KELOMPOK (LTK)

ASUHAN KPERAWATAN JIWA KASUS KEKERASAN SEKSUAL DAN


KEKERASAN MASYARAKAT PADA ANAK JALANAN

Oleh:

Nia Cantika Pasaribu 235170109111034


Nur Wahyu Abdullah 235170109111035
Yuka Dyah Ayu Mustikaningrum 235170109111036
Hadijah 235170109111037
Niken Ayu Lestari 235170109111038
Aurel Fendi Irmawan 235170109111039
Zakia Zainul Musthofa 235170109111040
Muhammad Sahadewo Pintarto 235170109111041
Ainul Sa'diyah 235170109111042
Ridha Nadia Iriyanti 235170109111043

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga Laporan Tugas Kelompok (LTK) tentang Asuhan
Keperawatan Jiwa Kasus Kekerasan Seksual dan Kekerasan Masyarakat pada
Anak Jalanan ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini,
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada: Ns. Renny Nova, S. Kep., M. Kep., Sp. Kep.J.
selaku dosen pengampu pada mata kuliah keperawatan psikiatri yang telah
memberikan ilmu dan sumbangsinya dalam menyusun makalah ini.

Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan
baik moral maupun spiritual. Teman-teman yang tercinta yang telah sabar untuk
meluangkan waktunya untuk berdiskusi dalam menyusun makalah ini. Serta
semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.

Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan, oleh


karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak,
agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun makalah. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu penulis terlebih kepada
pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Tujuan....................................................................................................................5
C. Manfaat..................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. Definisi Anak Jalanan............................................................................................6
B. Klasifikasi Anak Jalanan........................................................................................6
C. Etiologi...................................................................................................................7
D. Tanda dan Gejala/Karakteristik Anak Jalanan........................................................8
E. Permasalahan Anak Jalanan...................................................................................9
F. Solusi/Problem Solving untuk Permasalahan Anak Jalanan.................................10
BAB III............................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA...............................................................................12
BAB IV............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anak jalanan adalah anak-anak marginal di perkotaan yang


mengalami proses dehumanisasi. Anak jalanan dapat juga disebut sebagai
anak-anak yang tersisih, marginal dan jauh dari perlakuan kasih sayang
karena dalam usia yang relatif dini harus berhadapan dengan kehidupan
kota yang keras dan cenderung tidak bersahabat.
Anak jalanan hidup di tempat yang tidak kondusif, dengan
pengawasan keluarga yang sangat kurang serta terpapar dengan dunia luar
yang sangat luas. Kondisi ini mengakibatkan anak jalanan sangat rentan
untuk mendapatkan berbagai macam bentuk tindak kekerasan
Kekerasan lainnya adalah kekerasan dan eksploitasi seksual.
Hampir seluruh anak jalanan perempuan pernah mengalami pelecehan
seksual, terlebih bagi anak yang tinggal di jalanan. Ketika tidur, kerap kali
anak jalanan perempuan menjadi korban dari kawan-kawannya atau
komunitas jalanan, misalnya digerayangi tubuh dan alat vitalnya.
Kurangnya kepedulian dan sensitivitas negara terhadap peningkatan
kesejahteraan sosial anak-anak jalanan telah menyebabkan berlakunya
hukum rimba di tengah komunitas.
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan
persoalan sosial yang kompleks. Hidup bukanlah suatu pilihan, karena
mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan
keberadaan mereka sering menjadi “masalah” bagi banyak pihak,
keluarga, masyarakat dan negara. Namun, ada berbagai faktor utama
munculnya anak jalanan di perkotaan. Umumnya keadaan sosial ekonomi
menjadi sumber utama di hubungkan dengan ramainya anak-anak mencari
nafkah di tempat-tempat umum atau jalanan.
. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum
begitu besar dan solutif. Oleh karena itu penulis akan membahas mengenai
permasalahan anak jalanan dari perspektif keperawatan jiwa.
B. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dan permasalahan kekerasan seksual dan


kekerasan masyarakat pada anak jalanan
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada anak
jalanan yang mengalami kekerasan seksual dan kekerasan masyarakat
pada anak jalanan

C. Manfaat
1. Menambah informasi dan menambah pengetahuan mengenai
permasalahan anak jalanan
2. Untuk tenaga kesehatan makalah ini bisa menjadi referensi untuk
melakukan tindakan asuhan keperawatan pada kasus keperawatan
kesehatan jiwa khususnya pada anak jalanan
3. Mengetahui problem solving kasus kekerasan seksual dan kekerasan
masyarakat pada anak jalanan pada pendekatan keperawatan jiwa
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Anak Jalanan

Konvensi Internasional menjelaskan bahwa anak jalanan adalah


anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya di jalanan. Mereka
bergaul, berkelompok, dan mencari nafkah di jalanan, dengan cara yang
baik seperti mengemis, meminta, ataupun mengamen. Sebagian mencari
nafkah atau mengais rejeki dengan cara mencuri, memalak, dan
mengedarkan obat terlarang

Menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan adalah anak yang


menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan
dan tempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri,
berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau
berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian
tidak terurus, mobilitasnya tinggi.

B. Klasifikasi Anak Jalanan

Menurut penelitian Departemen Sosial RI dan UNDP di Jakarta


dan Surabaya (BKSN, 2000: 2-4), anak jalanan dikelompokkan dalam
empat kategori, yaitu:

1. Anak jalanan yang hidup di jalanan, dengan kriteria:


a. Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang tuanya
b. 8 – 10 jam berada di jalanan untuk bekerja (mengamen, mengemis,
memulung) dan sisinya menggelandang/tidur
c. Tidak lagi sekolah
d. Rata-rata berusia di bawah 14 tahun

2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan, dengan kriteria:


a. Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya
b. 8 – 16 jam berada di jalanan
c. Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orang tua atau
saudara, umumnya di daerah kumuh
d. Tidak lagi sekolah
e. Pekerjaan: penjual koran, pengasong, pencuci bus, pemulung,
penyemir, dll.
f. Rata-rata berusia di bawah 16 tahun.
3. Anak yang rentan menjadi anak jalanan, dengan kriteria:
a. Bertemu teratur setiap hari/tinggal dan tidur dengan keluarganya
b. 4 – 5 jam bekerja di jalanan
c. Masih bersekolah
d. Pekerjaan: penjual koran, penyemir sepatu, pengamen, dll
e. Usia rata-rata di bawah 14 tahun

4. Anak jalanan berusia di atas 16 tahun, dengan kriteria:


a. Tidak lagi berhubungan/berhubungan tidak teratur dengan orang
tuanya
b. 8 – 24 jam berada di jalanan
c. Tidur di jalanan atau rumah orang tua
d. Sudah taman SD atau SMP, namun tidak bersekolah lagi
e. Pekerjaan: calo, mencuci bus, menyemir, dll.

Menurut Tata Sudrajat (1999:5) anak jalanan dapat dikelompokan


menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya, yaitu :

a. Pertama, Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak


sekolah dan tinggal di jalanan (anak yang hidup dijalanan / children
the street).
b. Kedua, anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya,
tidak sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu
sekali, dua bulan atau tiga bulan sekali biasa disebut anak yang
bekerja di jalanan (Children on the street).
c. Ketiga, Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok
ini masuk kategori anak yang rentan menjadi anak jalanan ( vulnerable
to be street children)

C. Etiologi

Departemen Sosial (2001: 25-26) menyebutkan bahwa penyebab


keberadaan anak jalanan ada berbagai faktor, diantaranya yaitu:
1. Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau
sudah putus, berpetualangan, bermain-main atau diajak teman.
2. Sebab dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua
menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orang tua, salah perawatan atau
kekerasan di rumah, kesulitan berhubungan dengan keluarga atau
tetangga, terpisah dengan orang tua, sikap-sikap yang salah terhadap
anak, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak
menghadapi masalah fisik, psikologis dan sosial. Hal ini dipengaruhi
pula oleh meningkatnya masalah keluarga yang disebabkan oleh
kemiskinan pengangguran, perceraian, kawin muda, maupun
kekerasan dalam keluarga
3. Melemahnya keluarga besar, dimana keluarga besar tidak mampu lagi
membantu terhadap keluarga-keluarga inti, hal ini diakibatkan oleh
pergeseran nilai, kondisi ekonomi, dan kebijakan pembangunan
pemerintah.
4. Kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak, dimana orang tua
sudah tidak mampu lagi memahami kondisi serta harapan anak-anak,
telah menyebabkan anak-anak mencari kebebasan.
5. Ingin kebebasan.
6. Ingin memiliki uang sendiri.

Selain itu, Odi Shalahudin (2004:71) menyebutkan pula faktor-


faktor lainnya, yaitu:

1. Keluarga miskin
2. Perceraian orang tua
3. Kekerasan keluarga
4. Keterbatasan ruang dalam rumah

D. Tanda dan Gejala/Karakteristik Anak Jalanan

Anak jalanan memiliki ciri-ciri khusus baik secara fisik dan psikis.
Menurut Departemen Sosial RI (2001: 23–24), karakteristik anak jalanan
pada ciri-ciri fisik dan psikis, yakni:

1. Ciri Fisik
a. Penampilan dan warna kulit kusam
b. Rambut kemerah-merahan
c. Kebanyakan berbadan kurus
d. Pakaian tidak terurus

2. Ciri Psikis
a. Mobilitas tinggi
b. Acuh tak acuh
c. Penuh curiga
d. Sangat sensitif
e. Berwatak keras
f. Kreatif
E. Permasalahan Anak Jalanan

1. Kekerasan Seksual pada Anak Jalanan

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan,


anak-anak jalanan lebih rentan mengalami kekerasan seksual
dibandingkan anak-anak normal yang tinggal di rumah, Hampir
seluruh anak jalanan perempuan pernah mengalami pelecehan
seksual dan pemerkosaan terlebih bagi anak yang tinggal di
jalanan. Karena ketika tidur, kerap kali anak jalanan perempuan
menjadi korban dari kawan-kawannya atau komunitas jalanan,
misalnya digerayangi tubuh dan alat vitalnya. Permasalahan
kekerasan seksual terhadap anak terus mengalami peningkatan
tidak hanya terjadi di kota besa melainkan terjadi juga di daerah
perdesaan, bahkan tindak kekerasaan seksual terhadap anak juga
menjadi permasalahan global yang terjadi hampir semua negara di
dunia.

Komnas Perlindungan Anak Indonesia (2021) menunjukan


bahwa kasus pelecehan seksual terhadap anak data terjadi 2.726
kasus pelecehan seksual seksual terhadap anak sejak Maret 2020
hingga Juli 2021, lebih dari setengahnya 52% didominasi oleh
pelecehan seksual anak dibawah umur.

Kasus perkosaan anak jalanan perempuan di Indonesia


mencapai 30,6% dan beberapa diantaranya diperkosa secara
massal. Selain itu ada juga anak jalanan yang sedang hamil dan
beberapa diantaranya terkena Infeksi Menular Seksual.(A, 2010)
Di Indonesia, dari 144.889 anak jalanan, 8.581 anak terinfeksi
HIV.(Ansor,2010)

2. Tindakan Kekerasan Masyarakat pada Anak Jalanan

Anak jalanan korban eksploitasi ekonomi mengalami


tindakan kekerasan baik itu dialami di dalam lingkungan keluarga
maupun kekerasan di jalanan. Kekerasan yang dialami oleh anak
jalanan biasanya dilakukan oleh orang dewasa yang berkuasa atas
mereka, seperti orang tua, preman maupun anak jalanan yang lebih
tua dari mereka. Keterbatasan ekonomi keluarga menjadi faktor
yang menyebabkan orang tua memaksa anaknya untuk bekerja di
jalanan.

Kekerasan yang dilakukan oleh preman. Hal itu terjadi


agar anak jalanan lebih menuruti perkataan mereka, sehingga
preman dapat terus berkuasa, sedangkan kekerasan yang dilakukan
oleh anak jalanan yang lebih tua dilakukan untuk memanfaatkan
dan menunjukan kekuasaan mereka agar lebih dihormati oleh anak
jalanan yang lebih muda (Maryana, 2006)

F. Solusi/Problem Solving untuk Permasalahan Anak Jalanan

Menurut Nugroho ada tiga pendekatan untuk mengatasi masalah


anak jalanan, yaitu:

1. Pendekatan Penghapusan (abolition)

Lebih mendekatkan pada persoalan struktural dan munculnya


gejala anak jalanan. Anak jalanan adalah produk dari kemiskinan, dan
merupakan akibat dari bekerjanya sistem ekonomi politik masyarakat
yang tidak adil. Untuk mengatasi masalah anak jalanan sangat tidak
mungkin tanpa menciptakan struktur sosial yang adil dalam
masyarakat. Pendekatan ini lebih menekankan kepada perubahan
struktur sosial atau politik dalam masyarakat, dalam rangka
melenyapkan masalah anak jalanan.

2. Pendekatan Perlindungan (Protection)

Mengandung arti perlunya perlindungan bagi anak-anak yang


terlanjur menjadi anak jalanan. Karena kompleksnya faktor penyebab
munculnya masalah kemiskinan, maka dianggap mustahil menghapus
kemiskinan secara tuntas. Untuk itu anak-anak yang menjadi korban
perlu di lindungi dengan berbagai cara, misalnya: melalui perumusan
hukum yang melindungi hak-hak anak. Fungsionalisasi lembaga
pemerintah, LSM dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Perlindungan
ini senada dengan pendapat pemerintah melalui departemen sosial,
praktisi-praktisi LSM dan UNICEF di mana tanggal 15 Juni 1998
membentuk sebuah lembaga independent yang melakukan
perlindungan pada anak. Yaitu lembaga perlindungan anak (LPA)
membentuk LA tersebut didasarkan pada prinsip dasar terbentuknya
embrio LPA, yaitu :

a. Anak di fasilitasi agar dapat melaporkan keadaan dirinya.


b. Menghargai pendapat anak.
c. LPA bertanggung jawab kepada masyarakat bukan kepada
pemerintah.
d. Accountability. Menurut Nugroho, sisi negatif dari pendekatan
perlindungan tersebu tadalah strategis perlindungan hanya akan
menjadi ajang kepentingan para elit dan tokoh masyarakat
sehingga berimplikasi pada tidak tuntasnya penyelesaian problem
anak jalanan. Produk produk hukum yang dirumuskan sebagai
wujud bagi perlindungan terhadap anak

3. Pendekatan Pemberdayaan (Empowerment)

Menekankan perlunya pemberdayaan bagi anak jalanan.


Pemberdayaan ini bermaksud menyadarkan mereka yang telah
menjadi anak jalanan agar menyadari hak dan posisinya dalam
konteks social, politik ekonomi yang abadi di masyarakat.
Pemberdayaan biasanya di lakukan dalam bentuk pendampingan.
Yang berfungsi sebagai fasilitator, dinamisator, katalisator bagi anak
jalanan. Pemberdayaan ini dikatakan berhasil jika anak jalanan
berubah menjadi kritis dan mampu menyelesaikan permasalahannya
secara mandiri
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
 Genetic
 Neurobiologis: penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter.
2. Faktor Presipitasi
 Biologis
 Sosio kultural
 psikologis
3. Penilaian terhadap stressor

Respon Adaptif:

 Berfikir logis
 Persepsi akurat
 Emosi konsisten dengan pengalaman
 Perilaku sesuai
 Hubungan sosial

Respon Maladaptif :

 Pemikiran sesekali
 Terdistorsi\
 Ilusi
 Reaksi emosi berlebih dan tidak bereaksi
 Perilaku aneh
 Gangguan pemikiran
 Waham/halusinasi
 Emosi meningkat
 Perilaku kacau
 Isolasi sosial
4. Sumber koping
 Disonasi kognitif
 Pencapaian wawasan
 Kognitif yang konstan
 Bergerak menuju prestasi kerja
5. Mekanisme koping
 Regresif (berhubungan dengan masalah dalam proses
informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya
mengelola ansietas)
 Proyeksi (upaya untuk menjelaskan persepsi yang
membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab kepada
orang lain)
 Menarik diri
 Pengingkaran

B. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang sering muncul adalah:

1. Defisit perawatan diri : mandi, berpakaian, makan, dan BAK/BAB b.d


ketidakmampuan untuk merawat diri d.d penampilan yang kurang
menarik

2. Harga diri rendah b.d tidak memiliki rasa percaya diri t.d tidak bias
berinteraksi sosial dengan orang lain

3. Resiko perilaku kekerasan/Perilaku kekerasan b.d masalah yang ada di


jalanan t.d riwayat bertengkar dengan temannya

4. Isolasi Sosial

5. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

6. Gangguan Proses Pikir : Waham

7. Resiko Bunuh Diri


No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Defisit Setelah dilakukan asuhan Dukungan Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri
Perawatan keperawatan selama 1.11348 1.11348
Diri D.0109 ...x24jam diharapkan
anak-anak jalanan tidak Tindakan Tindakan
mengalami defisit
Observasi Observasi
perawatan diri dengan
kriteria hasil : 1. Identifikasi kebiasaan 1. Mengetahui kemampuan
aktivitas perawatan diri perawatan diri pasien saat ini
Perawatan Diri L.11103
sesuai usia
2. Monitor tingkat 2. Mengetahui kemandirian
1. Klien mampu
kemandirian perawatan diri pasien
melakukan
kebersihan diri 3. Identifikasi kebutuhan
3. Mengidentifikasi
secara mandiri alat bantu kebersihan
kebutuhan alat bantu dalam
2. Klien mampu diri, berpakaian, berhias,
perawatan diri pasien
melakukan dan makan
berhias/berdanda Terapeutik Terapeutik
n secara baik
1. Sediakan lingkungan 1. Membantu dalam
3. Klien mampu
yang hangat, rileks, menciptakan hubungan
makan dengan
privasi saling percaya
baik
2. Siapkan keperluan
4. Klien mampu 2. Sebagai sarana dalam
pribadi, misalkan
melakukan pemberian bantuan
parfum, sikat gigi, sabun
BAB/BAK secara perawatan diri
mandi
mandiri
3. Dampingi dalam
melakukan perawatan 3. Membantu pasien untuk
diri sampai mandiri dapat melakukan perawatan
4. Fasilitasi untuk diri dengan terarah
menerima keadaan 4. Agar pasien dapat lebih
ketergantungan menerima keadaan dirinya
5. Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu 5. Pasien dapat lebih mudah
melakukan perawatan memahami tentang
diri perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri 6. Sebagai terapi bantuan
Edukasi dalam meningkatkan
perawatan diri pasien
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara Edukasi
konsisten sesuai
1. Sebagai sarana
kemampuan
keberlanjutan dalam
peningkatan kemampuan
perawatan diri pasien secara
mandiri
INTERVENSI
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak jalanan adaah anak yang dalam kesehariannya hidup
dijalanan. Mereka bermain, bergaul dan mencari nafkah dijalanan. Anak
jalanan adalah anak bangsa juga, kehadirannya tidak perlu dikucilkan,
dijauhi ataupun ditelantarkan. Pada hakikatnya mereka tidak ingin menjadi
anak jalanan, namun kondisi sosial dan ekonomi yang membuat mereka
menjadi seperti itu. Mereka harus dibina, dididik, dirangkul, dirawat dan
dipelihara oleh negara. Anak jalanan memiliki potensi-potensi seperti
layaknya anak-anak lain. Mereka bisa berprestasi seperti anak-anak yang
lain namun karena keterbatasan ekonomi mereka terlantar. Potensi yang
ada pada diri mereka harus diberdayakan. Dalam memberdayakan anak
jalanan yang tersebar diseluruh penjuru negeri ini tidaklah mudah. Dengan
tertumpu pada peran pemerintah untuk memberdayakan potensi anak
jalanan tidaklah cukup. Untuk memberdayakan potensi anak jalanan
diperlukan sinergitas (penyatuan kekuatan berbagai pihak).

B. Saran
Pemerintah, masyarakat, Lembaga swadaya masyarakat dan pihak-
pihak lain harus bersatu untuk membantu memberdayakan anak jalanan.
Lembaga swadaya masyarakat melalui pada pendampingnya memiliki
peranan yang sangat vital. Para pendamping anak jalanan adalah ujung
tombak pemberdayaan anak jalanan. Sukses atau tidak proses
pemberdayaan di LSM bergantung pada para pendamping selaku aktor
utama dalam proses pemberdayaan.

You might also like