You are on page 1of 164
C7 oro Ast Ds PT PLN (PERSERO) te WILAYAH SUMATERA BARAT JLN. DR. WAHIDIN NO.8 PADANG TELP. (0751)33446-49 BUKU 1 PERJANJIAN No. PIHAK PERTAMA + 002.PJ/041/WSB/2012 No. PIHAK KEDUA + 110-PLTM-IMP//2012 ANTARA PT PLN (PERSERO) DENGAN PT. IKHWAN MEGA POWER TENTANG PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ENERGI TERBARUKAN PLTIM LINTAU - 1 KAPASITAS, 12X45 MW LOKASI : NAGARI KALO-KALO KECAMATAN LINTAU BUO. KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATER BARAT. PADANG, 2012 PERJANJIAN PEMBELIAN TENAGA LISTRIK (POWER PURCHASE AGREEMENT = PPA) ANTARA PT. PLN (Persero) WILAYAH SUMATERA BARAT ‘ DAN PT. IKHWAN MEGA POWER UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO. LINTAU-1 KAPASITAS 2 x 4.5 MW KABUPATEN TANAH DATAR PROPINS! SUMATERA BARAT O dari 35 PERJANJIAN PEMBELIAN TENAGA LISTRIK (POWER PURCHASE AGREEMENT = PPA) ANTARA PT. PLN (Persero) WILAYAH SUMATERA BARAT DAN PT. IKHWAN MEGA POWER UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ENERGI TERBARUKAN PLTM LINTAU-1 KAPASITAS 2 x 4,5 MW. S—S———S————————— — Nomer PIHAK PERTAMA 002.PJ/041AWSB/2012 Nomor PIHAK KEDUA 110/PLTM-IMP/1/2012 Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik ini ditandatangani pada hari Senin tanggal Enam Belas bulan Januari Tahun Dua Ribu Duabelas ( 16-01 — 2012), antara : PT. PLN (PERSERO) Suatu Perseroan Terbatas yang didirikan dan dibentuk berdasarkan oleh JUDI WINARDI selaku General Manager PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat, berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. 1305.K/426/DIR/2011 tanggal 18 Agustus 2011 beralamat di Jl. DR. Wahidin No. 8, Padang bertindak untuk dan atas nama PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat, yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA peraturan perundang - undangan RI, dalam hal ini diwa! PT. IKHWAN MEGA POWER [PENGEMBANG] Suatu Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 1 tanggal 02 Agustus 2010 oleh Notaris Devi Hasibuan, SH, dalam hal ini diwakili oleh Ir, MASNI KAMAL, selaku Direktur Utama, berkedudukan di Jl. Komplek PLN No. §0 Belakang Balok - Bukittinggi, bertindak untuk dan atas nama PT. IKHWAN MEGA POWER, yang selanjutnya dalam Perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA 1 dari 35 Untuk selanjutnya dalam Perjanjian ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA masing-masing disebut sebagai "PIHAK" dan secara bersama-sama disebut sebagai “PARA PIHAK", terlebih dahulu menerangkan hal - hal sebagai berikut : 4. Bahwa dalam rangka diversifikasi energi dan memenuhi kebutuhan beban di daerah / sistem Kab. Tanah Datar PIHAK PERTAMA memerlukan tambahan pasokan tenaga listrik dan bermaksud untuk membeli tenaga listrik dari PIHAK KEDUA. 2. Bahwa PIHAK KEDUA\telah menyetujui Surat Penunjukan Pengembang (SPP) Nomor : 069/611WSB/2011 tanggal 19 Oktober 2011 yang memberikan konfirmasi untuk memasok kepada PIHAK PERTAMA tenaga listrik yang dihasilkan oleh PLTM dengan kapasitas netto 2 x 4,5 MW, yang terletak di Nagari Lubuk Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat dan PIHAK KEDUA — akan melakukan desain, —pendanaan, pembangunan, serta memiliki dan mengoperasikan Pembangkit tersebut 3. Bahwa PIHAK KEDUA bersedia untuk menjual dan menyerahkan tenaga listrik kepada PIHAK PERTAMA, dan PIHAK PERTAMA bersedia untuk membeli dan menerima penyerahan semua tenaga listrik yang dihasilkan dari PLTM Lintau-1 milik PIHAK KEOUA Bahwa dalam rangka pembangunan dan pengembangan PLTM Lintau-i maka telah dipenuhi jjin-ijin dan persyaratan sebagai berikut 4. Ijin Prinsip Persetujuan pemakain lahan dari Pemda Kabupaten Tanah datar kepada PT. IKHWAN MEGA POWER dengan No. 050/537/Bappeda dan PM- 2011 tanggal 30 Juni 2011. Fi} Surat Direktorat Jendral Ketenagalistrikan No. 530/23/600.3/2011 tanggal 24 Januari 2011 perihat Persetujuan Penunjukan Langsung Pembelian Tenaga Listrik PLTM Lintau-1 (9 MW) Kabupaten Tanah Datar, Sumatera barat 3. Persetujuan Direksi No. 029.K/KOMITE-IPP/DIR/2011 tanggal 26 Juli 2011 tentang Persetujuan |jin Prinsip Pembelian Tenaga Listrik PLTM Lintau-1 (9 MW) 2 dari 35 4, Surat Penunjukan Pengembang Energi Terbarukan PLTM Lintau-1 (9 MW ) dari General Manager PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat No 069/61 1/WSB/2011 tanggal 19 Oktober 2011 5. Surat Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No. 839- 12/20/600.3/2011 tanggal 19 Desember 2011 tentang IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK SEMENTARA (IUKUS) PT. IKHWAN MEGA POWER. 6. Surat Jaminan Pelaksanaan dari PT. Asuransi Central Asia (Surety), No. Bond : 32-46-11-020032, dengan Nilai Bond : Rp. 930.542.720,- dengan masa berlaku dari tanggal 26 Desember 2011 sampai dengan anggal 26 Desember 2012 Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik PLTM Lintau-1 kapasitas daya terpasang total 2 x 4,5 MW di Nagari Lubuk Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (selanjutnya disebut "Perjanjian"), dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagaimana dirumuskan dalam PasalPasal berikut PASAL 14 PENGERTIAN-PENGERTIAN Kecuali ditentukan lain dalam hubungan kalimat pada Pasal-Pasal yang bersangkutan, PARA PIHAK sepakat untuk mendefinisikan pengertian-pengertian sebagai berikut 1. Alat Pengukur Transaksi Tenaga Listrik adalah peralatan kWh yang digunakan untuk mengukur besaran listrik dalam hal ini tenaga listrik yang menjadi obyek pembelian tenaga listrik 2. Commercial Operating Date (COD) Unit adalah untuk 1 (satu) Unit, adalah hari berikutnya setelah hari dimana Unit tersebut telah dinyatakan berhasil melalui prosedur test pengujian dan komisioning sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini 3. Commercial Operating Date (COD) Pembangkit adalah tanggal COD Unit terakhir, yaitu hari berikutnya setelah hari dimana Unit terakhir tersebut telah 3 dari 35 "1 12. 13. 14 15. dinyatakan berhasi! melalui prosedur test pengujian dan komisioning sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini COD yang ditentukan adalah tanggal perkiraan COD Pembangkit yang akan di informasikan lebih lanjut oleh PIHAK KEDUA dan disetujui PIHAK PERTAMA, secara tertulis yang akan dituangkan dalam Berita Acara tercapainya Financing Date DJKL adalah Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Fasilitas Interkoneksi adalah sistem interkoneksi milk PIHAK KEDUA yang digunakan untuk menghubungkan fasilitas milk PIHAK KEDUA dengan fasilitas milk PIHAK PERTAMA yang selanjutnya diatur lebih fanjut dalam Lampiran A Financing Date adalah tanggal efektiinya Perjanjian, yang tertuang dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh PARA PIHAK Financing Close adalah pencairan dana pembiayaan pertama kali dan PIHAK KEDUA menyampaikan salinan perjanjian kredit kepada PIHAK PERTAMA GWh adalah Giga Watt hour Hari Kalender adalah periode waktu selama 24 jam yang dimulai pada jam 00.00 WIB dan berakhir pada jem 24.00 WIB Hari Kerja adalah setiap hari kecuali Sabtu, Minggu dan hari libur resmi dari pemerintah Republik indonesia jin Prinsip, adalah jjin yang dikeluarkan oleh Pemerintah (Pusat, Provinsi atau Daerah) setempat dan ijin-ijin lainnya yang diperiukan untuk dapat mengembangkan dan membangun Proyek sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Instansi Pemerintah adalah departemen, kementerian, pemerintah daerah, lembaga pemerintah serta badan-badan yang ditunjuk untuk menjalankan fungsi pemerintahan di wilayah Republik indonesia Jangka Waktu Pengoperasian, adalah masa beroperasinya Unit Pembangkit secara berkesinambungan dan terus menerus sampai dengan 15 (lima belas) tahun terhitung sejak COD Pembangkit Jaringan adalah jaringan listrik yang digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari satu titi ke titik lain milik PIHAK PERTAMA 4 dari 35, 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Komisioning adalah rangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu instalasi dan peralatan baru, untuk membuktikan apakah spesifikasi dan sistem operasi instalasi_ dan peralatan baru yang diperiksa dan di uji, baik individual maupun secara sistem, sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan yang dituangkan dalam kontrak atau pabrikan yang telah disepakati, sehingga dapat dinyatakan siap untuk operasi komersial Kontraktor adalah kontraktor atau konsultan yang ditunjuk oleh PIHAK KEDUA untuk melakukan seluruh pekerjaan sehubungan dengan design antara lain pengoperasian, pemeliharaan, pengelolaan dan pengadaan barang untuk kepertuan Proyek PIHAK KEDUA KV adalah kilo Volt KW adalah kilo Watt kWh adalah kilo Watt hour MW adalah Mega Watt MWh adalah Mega Watt hour Pembangkit adalah Pembangkit Listik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Lintau-1 yaitu seluruh Unit milk PIHAK KEDUA terkait dengan Perjanjian ini yang secara lebih rinci diuraikan pada Lampiran A Pengujian adalah suatu kegiatan untuk memeriksa fungsi dan karakteristik dari semua peralatan Periode Penagihan adalah : |. Periode yang dihitung sejak COD Unit sampai dengan Hari Kalender terakhir dari bulan pada saat COD Unit ; dan U. Setiap bulan kalender berturut-turut sesudah ity sampai dengan Hari Kelender terakhir jangka waktu Perjanjian atau apabila Perjanjian ini diakhiri lebih awal sesuai dengan ketentuan pada Perjanjian ini, adalah sampai dengan Hari Kalender pengakhiran PIHAK LAIN adalah pihak selain PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang memiliki hubungan dengan pelaksanaan pembangunan, pengembangan maupun pengoperasian Pembangkit Rp.- adalah Rupiah sebutan Mata Uang resmi Republik Indonesia Sistem PIHAK PERTAMA adalah fasilitas interkoneksi listrik dan setiap fasilitas transmisi dimana melalui fasilitas tersebut keluaran dari Pembangkit di distribusikan oleh PIHAK PERTAMA kepada pemakai tenaga listrik S dari 35 29. 30. 31 32. 33. 36. 36. 37 (4) Sertifikat Uji Laik Operasi adalah keterangan tertulis layak operasi yang diberikan oleh Lembaga Inspeksi Teknik yang terakreditasi SOP adalah prosedur operasi standar pengoperasian Pembangkit dan Jaringan yang dibuat dan disepakati PARA PIHAK Tagihan adalah dokumen penagihan untuk pembayaran dalam mata uang Rupiah atas penyediaan kapasitas dan penyaluran Tenaga Listrik untuk setiap Periode Penagihan Tenaga Listrik adalah energi yang dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan kepada pemakai tenaga listrik Titik Interkoneksi adalah titik dimana dihubungkan fasilitas interkoneksi milik PIHAK KEDUA dengan fasilitas/sistem tenaga listrik milk PIHAK PERTAMA. yang telah tersedia dan dimana transaksi tenaga listrik dilaksanakan seperti diuraikan dalam Lampiran A Titik Transaksi adalah titik fisik yang disepakati PARA PIHAK sebagai tempat dipasang Alat Pengukur Transaksi Tenaga Listrik Unit adalah gabungan peralatan utama yang terdiri dari turbin, generator dan gardu termasuk peralatan bantu tainnya sehingga pembangkit dapat beroperasi sesuai kriteria yang telah ditetapkan Unit Pembangkit adalah istilah merujuk pada Unit dan/atau Pembangkit JTM adalah Jaringan Tegangan Menengah. PASAL 2 RUANG LINGKUP DAN PELAKSANAAN PERJANJIAN PIHAK KEDUA membangun Pembangkit dengan kapasitas terpasang sebesar 2 x 4,5 MW di Nagari Lubuk Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat yang meliputi pembuatan desain, rancang bangun, penyediaan biaya, pembangunan, Pengujian dan Komisioning, serta Fasilitas Interkoneksi dan Titik Transaksi serta JTM 20 KV sepanjang + 4 kms sesuai Lampiran A (Proyek), untuk menghubungkan instalasi Pembangkit milik PIHAK §KEDUA dengan Sistim Tenaga Listrik milik PIHAK PERTAMA dan mengoperasikan serta melakukan pemeliharaan Pembangkit sesuai SOP yang ditentukan dan_disepakati oleh PARA PIHAK 6 dari 35 (2) PIHAK KEDUA sepakat untuk menjual semua Tenaga Listrik yang dihasilkan Pembangkit kepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK PERTAMA sepakat untuk membeli semua Tenaga Listik yang dihasilkan dari Pembangkit, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang dirumuskan dalam Perjanjian ini (3) Pembelian Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah berdasarkan jumiah Tenaga Listrik (kWh) yang dihasikan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA (4) PIHAK KEDUA dinarapkan dapat mempertatiankan ketersediaan Tenaga Listrik rata-rata sebesar 59.105 MWhitahun atau setara dengan Capacity Factor sebesar 75 %, selama Jangka Waktu Pengoperasian, PASAL 3 JANGKA WAKTU PERJANJIAN (1) Perjanjian ini berlaku selama jangka waktu yang diatur dalam SK Direksi PT PLN (Persero) No. 305.K/DIR/2010 Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero), kecuali apabila terjadi pemutusan awal sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian ini. (2) Masa berlaku Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diperpanjang berdasarkan persetujuan tertulis PARA PIHAK, PASAL 4 KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK Disamping hak dan kewajiban yang diatur dalam PasalPasal lain, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing PIHAK termasuk namun tidak terbatas pada : (1) Kewajiban dan Tanggung Jawab PIHAK PERTAMA a. PIHAK PERTAMA wajib membeli semua Tenaga Listrik yang dihasilkan dari Pembangkit milk PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian ini b. PIHAK PERTAMA wajib melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA atas semua Tenaga Listrik yang dihasilkan dari Pembangkit milk PIHAK KEDUA 7 dari 35 (2) c. PIHAK PERTAMA bertanggung jawab untuk menjaga keandalan dan memelihara fasilitas Jaringan milik PIHAK PERTAMA untuk menerima dan menyalurkan semua Tenaga Listrik PIHAK KEDUA Kewajiban dan Tanggung Jawab PIHAK KEDUA : a. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas pembiayaan, pembangunan, pengembangan, kepemilikan dan pengoperasian serta pemeliharaan Pembangkit (termasuk Switchyard dan fasilitas-fasilitas pendukung Pembangkit lainnya) dan JTM 20 kV sepanjang + 4 kms yang menghubungkan Pembangkit dengan Titik intetkoneksi sesuai Lampiran ‘A dengan persyaratan dan standar yang berlaku di Indonesia b. PIHAK KEDUA wajib menjual.dan menyalurkan semua Tenaga Listrik yang dihasilkan dari Pembangkit kepada PIHAK PERTAMA sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan (Pola operasi dan kebutuhan PIHAK PERTAMA) , Pasal-Pasal dalam Perjanjian ini, kecuali ditentukan lain di kemudian hari dengan kesepakatan PARA PIHAK c. PIHAK KEDUA bertanggung jawab mengurus semua perijinan danfatau persetujuan pemerintah, termasuk perpanjangan dan/atau perubahannya yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan Pembangkit termasuk pengurusan jjin kepemilikan tanah d. PIHAK KEDUA dengan usaha terbaiknya (best effort) menjaga keberlangsungan / kontinuitas pasokan air untuk pengoperasian Pembangkit selama Jangka Waktu Pengoperasian. fe. PIHAK KEDUA bertanggung jawab mengelola dan membina tenaga kerja sesuai Ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kecelakaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Perjanjian ini yang dialami oleh operator atau petugas PIHAK KEDUA atau PIHAK LAIN menjadi beban dan tanggungjawab PIHAK KEDUA {. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas semua masalah hukum (termasuk namun tidak terbatas pada klaim, gugatan dan/atau tuntutan PIHAK LAIN) sejak Perjanjian ditandatangani sampai dengan masa berlaku Perjanjian berakhir serta membebaskan PIHAK PERTAMA dari tuntutan - tuntutan PIHAK LAIN g. PIHAK KEDUA bertanggung jawab memenuhi TKON sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. PIHAK KEDUA bertanggung jawab untuk 8 dari 35 (1) (2) melaksanakan tanggung jawab social (Corporate Social Responsibility / CSR) atas lingkungan witayah kerja Proyek |. PIHAK KEDUA menyampaikan Jaminan Pelaksanaan kepada PIHAK PERTAMA dalam bentuk bank garansi yang diterbitkan oleh Bank Umum (tidak termasuk BPR) atau Bank Asing yang beroperasi di Indonesia atau Perusahaan Asuransi yang telah dinyatakan lulus sebagai perusahaan Asuransi yang memiliki program Surety Bond yang dikeluarkan oleh Direksi, terdiri atas : * Jaminan Pelaksanaan Tahap | minimal sebesar Rp.930.542.720,- (Sembilan ratus tiga puluh juta lima ratus empat puluh dua ribu tyjuh ratus dua puluh Rupiah) yang. disampaikan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA sebelum atau pada saat penandatanganan Perjanjian ini, dan berlaku sejak penandatanganan Perjanjian sampai dengan 1 (satu) bulan setelah Financing Date dan akan dikembalikan setelah Financing Date tercapai dengan batas akhir waktu pengajuan tuntutan pencairan minimal 28 (dua puluh delapan) Hari Kalender setelah masa berlaku, + Jaminan Pelaksanaan Tahap I sebesar Rp. 2.326.356.800,- (Dua milyar tiga ratus dua puluh enam juta tiga ratus lima puluh enam ribu delapan ratus Rupiah) yang disampaikan oleti PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA pada saat Financing Date tercapai yang berlaku sejak Financing Date sampai dengan 4 (empat) bulan setelah COD Yang Ditentukan dan akan dikembalikan setelah COD Pembangkit tercapai dengan batas akhir waktu pengajuan tuntutan pencairan minimal 28 (dua puluh delapan) hari setelah masa berlaku PASAL 5 PEMBANGUNAN PROYEK PIHAK KEDUA melaksanakan pembangunan Pembangkit sesuai dengan uraian sebagaimana tercantum datam ‘.ampiran A Perjanjian ini PIHAK KEDUA membangun Fasilitas Interkoneksi untuk menghubungkan Pembangkit milik PIHAK KEDUA dengan Titik Interkoneksi milik PIHAK 9 dari 35 (3) (4) (1) (2) a) PERTAMA termasuk peralatan pengukuran dan pengamanannya sesuai dengan Lampiran A Perjanjian ini PARA PIHAK dengan ini setuju dan memahami bahwa pembangunan Proyek akan dilakukan atau dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) sesuai ketentuan batasan teknis dalam Lampiran B, yang hanya dapat diubah, dimodifikasi, diganti_maupun disesuaikan sepanjang memenuhi persyaratan - persyaratan teknis yang berlaku setelah disepakati PARA PIHAK Pembangunan Proyek sebagaimana dimaksud dalam Pasal’2 Perjanjian ini harus diselesaikan oleh PIHAK KEDUA sesuai jadwal COD Yang ditentukan dalam jangka waktu selambat-lambatnya. 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak Financing Date sesuai Lampiran C. PASAL6 PENCAPAIAN FINANCING DATE. PIHAK KEDUA harus mencapai Financing Date dalam waktu selambat- lambatnya 12 (dua belas) bulan dari tanggal penandatanganan Perjanjian ini Tercapainya Financing Date ditandai dengan terpenuhinya syarat tangguh dan kondisi sebagai berikut yang dituangkan dalam Berita Acara Financing Date dan ditandatangani oleh PARA PIHAK a. seluruh dokumen pada Lampiran D telah berlaku efektif b, seluruh perijinan dan persetujuan dari institusi berwenang telah dipenuhi ¢. Financing Close telah tercapai PASAL 7 PENGUJIAN DAN KOMISIONING Sebelum Unit Pembangkit - milk PIHAK KEDUA dioperasikan secara interkoneksi dengan Sistem PIHAK PERTAMA, harus dilakukan Pengujian dan Komisioning terhadap peralatan Unit Pembangkit dengan ketentuan sebelum dilakukan Pengujian dan Komisioning, koordinasi relay proteksi antara Unit Pembangkit dengan Jaringan PIHAK PERTAMA sudah harus dilakukan 10 dari 35 (2) PIHAK KEDUA harus memberitahukan/menyampaikan kepada PIHAK PERTAMA selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari Kalender sebelum Komisioning, meliputi_ jadwal dan prosedur uji sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian ini (3) Pengujian unjuk kerja Unit Pembangkit serta uji keandalan (realibility test) harus dilaksanakan dengan supervisi Badan Usaha Pemegang [jin Usaha Penunjang Kelistrikan Bidang Inspeksi Teknik yang telah diakreditasi oleh Lembaga Akreditasi dalam rangka Komisioning Unit Pembangkit (4) Pengujian Individu peralatan Unit Pembangkit dapat dilaksanakan sendiri oleh PIHAK KEDUA, dan hasil uji tersebut disampaikan kepada PIHAK PERTAMA (5) PIHAK KEDUA dapat melaksanakan interkoneksi ke sistem PIHAK PERTAMA setelah PIHAK KEDUA. mendapatkan rekomendasi laik sinkron yang dikeluarkan oleh Badan Usaha Pemegang jin Usaha Penunjang Kelistrikan Bidang Inspeksi Teknik yang telah diakreditasi oleh Lembaga Akreditasi. PASAL 8 PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN PEMBANGKIT DAN JARINGAN (1) Saat mulai operasi a) Pengoperasian Unit Pembangkit ke sistem PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 perjanjian ini dilaksanakan setelah memperoleh Serfikat Uji Laik Operasi dari Lembaga Sertifikasi yang telah diakreditasi yang diterbitkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral ¢.q DJKL b) Setelah memperoleh Sertifikat Uji Laik Operasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) butir a) Pasal ini dan Surat ljin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum (IUKU) tetap dari DJKL atas nama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, maka PIHAK KEDUA akan melaksanakan operasi Unit Pembangkit secara komersial. Tanggal dimulainya operasi ini ditetapkan sebagai tanggal pengonerasian Unit Pembangkit dan dibuat Berita Acara Pengoperasian yang ditandatangani oleh PARA PIHAK 11 dari 35 (2) (3) Penyelesaian lebih awal Proyek Jikxa PIHAK KEDUA dapat menyelesaikan dan mengoperasikan Unit Pembangkit lebih awal dari batas waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) Perjanjian ini, maka PIHAK PERTAMA harus membeli Tenaga Listrik yang dihasilkan oleh Unit Pembangkit dengan dibuatkan suatu Berita Acara Pengoperasian Lebih Awal yang ditandatangani oleh PARA PIHAK Tata Cara Pengoperasian dan Pemelinaraan a) PIHAK KEDUA harus mengoperasikan dan memelihara Pembangkit dan seluruh fasilitasnya termasuk bangunan air sesuai dengan SOP yang ditentukan dan disepakati PARA PIHAK. b) Penunjukan Kontraktor tidak akan melepaskan tanggung jawab dan kewajiban PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian ini ) PIHAK KEDUA harus menyiapkan pegawai / operator untuk mengoperasikan Pembangkit selama 24 (dua puluh empat) jam per hari dan secara terus menerus d) Untuk pemeliharaan terencana PIHAK KEDUA menyampaikan kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu 1 (satu) bulan sebelum dilakukan pemadaman terencana termasuk prakiraan mengenai jangka waktu pemadaman tersebut ) PIHAK KEDUA menyampaikan pemberitahuan kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu selambat-lambatnya 1 x 24 jam setelah terjadinya gangguan yang menyebabkan ketidaksiapan operasi Unit Pembanghit tak terencana pada Unit Pembangkit PIHAK KEDUA f) Apabila gangguan yang terjadi sebagaimana tersebut pada butir e) di atas, memerlukan waktu perbaikan lebih dari 1 x 24 jam maka, PIHAK KEDUA harus memberitahukan perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengoperasikan kembali Pembangkit tersebut kepada PIHAK PERTAMA 9) PIHAK PERTAMA berhak memeriksa Fasilitas Interkoneksi PIHAK KEDUA untuk menjamin bahwa fasilitas tersebut telah dioperasikan dan dipetihara sesuai SOP. Jika menurut PIHAK PERTAMA Fasiltas Interkoneksi PIHAK KEDUA tidak dioperasikan dan dipelihara sesuai SOP, PIHAK PERTAMA memberitahukan mengenai ketidcksesuaian 12 dari 35 4) (5) (6) tersebut dan PIHAK KEDUA harus memperbaikinya selambat-lambainya 7 (tujuh) hari Kalender sejak pemberitahuan tersebut h) PARA PIHAK melakukan penyetelan relay pengaman untuk pengaturan koordinasi peralatan pengaman Pembangkit PIHAK KEDUA dengan peralatan pengaman pada Sistem PIHAK PERTAMA sehingga dapat berinterkoneksi dengan baik pada Sistem PIHAK PERTAMA Profil Pembangkitan PIHAK KEDUA berkewaliban menyampaikan kepada PIHAK PERTAMA Profil Pembangkitan selama 1 tahun di depan serta jadwal pemadaman pemeliharaan/perbaikan terencana yang akan dilakukan untuk mendapatkan persetujuan PIHAK PERTAMA. Profil Pembangkitan tersebut diserahkan kepada PIHAK PERTAMA pada setiap bulan September selamz Jangka Waktu Pengoperasian. Apabila diperlukan PIHAK PERTAMA dapat melakukan perubahan jadual pemeliharaan dan disetujui oleh PIHAK KEDUA PIHAK KEDUA harus menyediakan peralatan telekomunikasi yang sesuai standar PIHAK PERTAMA. PARA PIHAK saling menginformasikan secara lisan dan tertulis Kondisi operasional dan harus tetap menjaga komunikasi sesuai dengan Standar Operasi Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Jaringan : Pengoperasian dan memeliharaan Jaringan serta seluruh fasilitasnya sesuai dengan SOP yang ditentukan dan disepakati PARA PIHAK. PIHAK KEDUA menyampaikan laporan mengenai kondisi Pembangkit secara berkala setiap triwulan. (1) PASAL 9. PEMBELIAN TENAGA LISTRIK Saat mulai pembelian Tenaga Listrik adalah sebagai berikut : a) Saat dimulainya operasi komersial yang dibuktikan dengan Berita Acara Pengoperasian Unit Pembangkit dan ditandatangani oleh PARA PIHAK sesuai Pasal 8 ayat (1) dan (2) Perjanjian ini, adalah merupakan saat dimulainya pembelian Tenaga Listrik dari PIHAK KEDUA ke PIHAK PERTAMA 13 dari 35 (2) (3) b) Titik penyerahan Tenaga Listrik dari PIMAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA adalah pada Titik Transaksi Jumlah Tenaga Listrik yang disalurkan dan diterima : a) Jumlah Tenaga Listrik yang disalurkan dan diterima setiap bulannya adalah berdasarkan pembacaan kWh meter yang dibuat dalam bentuk Berita Acara oleh representatif PARA PIHAK. b) Untuk pemanfaatan seoptimal mungkin sumber energi terbarukan pada Pembangkit, PIHAK KEDUA harus mengambil semua langkah-langkah yang diperlukan untuk dapat memenuhi jumlah Tenaga Listik yang tercantum dalam Profil Pembangkitan sesuai Pasal 8 ayat (4) Kondisi khusus PIHAK KEDUA : a) PIHAK KEDUA dapat menghentikan sementara atau mengurangi penyaluran Tenaga Listrik kepada PIHAK PERTAMA sesuai dengan Profil Pembangkitan dan kemampuan pasokan daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) Perjanjian ini, jika : * Adanya pekerjaan pemeliharaan sesuai jadwal dalam Profil Pembangkitan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) Perjanjian ini * Sistem milik PIHAK KEDUA mengalami gangguan yang membutuhkan pemeliharaan/perbaikan * Adanya keadaan darurat /sebab kahar /Force Majeure b) PIHAK KEDUA tidak dapat menghentikan atau mengurangi penyaluran Tenaga Listik kepada PIHAK PERTAMA, dengan tujuan pengalihan penyaluran Tenaga Listrik tersebut untuk pemakaian PIHAK KEDUA sendiri atau kepada PIHAK LAIN c) Sebelum memulai penghentian sementara atau pengurangan penyaluran Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) butir a), maka PIHAK KEDUA harus berupaya untuk = menyampaikan atau memberitahukan kepada PIHAK PERTAMA sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari Kalender sebelumnya, pemberitahuan ini harus berisi penjelasan penyebab penghentian serta prakiraan dimulai dan jangka waktu lamanya penghentian, kecuali jika terjadi keadaan darurat diluar kemampuan PIHAK KEDUA 14 dari 35 (4) (5) (1) 4) Apabila PIHAK KEDUA memerlukan tenaga listik untuk pemakaian sendiri pada saat sebelum dan selama masa konstruksi, serta selama masa operasi, jika ada, termasuk untuk pemeliharaan atau perbaikan gangguan (pada saat mesin Pembangkit PIHAK KEDUA tidak dapat dioperasikan), maka PIHAK KEDUA dapat mengajukan permohonan kepada PIHAK PERTAMA untuk menyalurkan Tenaga Listrik tersebut Untuk penggunaan Tenaga Listrik tersebut, jenis tarif yang akan dikenakan akan ditentukan oleh PIHAK PERTAMA Kondisi Khusus PIHAK PERTAMA a) PIHAK PERTAMA harus menyampaikan Rencana Pemeliharaan Sistem PIHAK PERTAMA yang akan mempengaruhi penyaluran Tenaga Listrik dari PIHAK KEDUA b) PIHAK PERTAMA dapat menghentikan sementara atau mengurangi penyaluran Tenaga Listrik dari PIHAK KEDUA jika * Adanya pekerjaan pemeliharaan terencana pada sistem milik PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud pada ayat (4) butir a) * Sistem milk PIHAK PERTAMA mengalami gangguan yang membutuhkan pemeliharaan / perbaikan + Adanya keadaan darurat / sebab kahar / Force Majeure Tenaga listrik yang disalurkan selama masa pengujian dan komisioning serta uji laik operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan 8 ayat (1) Perjanjian ini tidak diperhitungkan sebagai pelaksanaan pembelian tenaga lisik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan PIHAK PERTAMA tidak berkewajiban untuk membayar Tenaga Listrik yang disalurkan tersebut. PASAL 10 HARGA BELI TENAGA LISTRIK Harga beli Tenaga Listrik dalam Perjanjian ini mengacu pada Peraturan Menteri ESOM No. 31 Tahun 2009 tentang Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT PLN (Persero) Dari Pembangkit Listrik Yang Menggunakan Energi Baru Terbarukan Skala Kecit Dan Menengah Atau Kelebihan Tenaga Listrik pada Titik Transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) butir b 15 dari 35 (2) (3) a) (2) @) (4) Perjanjian ini dan berlaku tetap selama Jangka Waktu Jual Beli Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud datam Pasal 3 ayat (1) Perjanjian ini Harga yang dimaksud dalam ayat (1) sudah termasuk retribusi air dan atau retribusi lainnya yang dikenakan PEMDA setempat dan mulai berlaku pada saat tanggal dimulainya pengoperasian Pembangkitan seperti yang diatur dalam Pasai 9 ayat (1) Perjanjian ini Penyesuaian harga beli Tenaga Listik hanya dapat dilakukan apabila terdapat perubahan Peraturan Perundang-undangan atau Peraturan Pemerintah termasuk namun tidak terbatas mengenai perpajakan, retribusi air dan atau retribusi lainnya yang secara langsung mempengaruhi pelaksanaan Proyek. PASAL 11 PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN PIHAK KEDUA tidak akan mengajukan permintaan uang muka kepada PIHAK PERTAMA, demikian pula PIHAK PERTAMA tidak akan memberikan uang muka kepada PIHAK KEDUA PIHAK KEDUA akan menyampaikan Tagihan terinci untuk setiap Periode Penagihan kepada PIHAK PERTAMA dengan perhitungan sesuai dengan ketentuan Lampiran E dan PIHAK PERTAMA akan membayar kepada PIHAK KEDUA harga beli Tenaga Listrik sesuai Tagihan yang jatuh tempo dengan menggunakan Giro Bilyet pada Rekening atas nama PT Ikhwan Mega Power pada Nama Bank CIMB Niaga Syariah Nomor Rekening : §10-01-00024-00-0 Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan dilakukan setiap bulan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) Hari Kerja terhitung sejak PIHAK PERTAMA menerima Surat Permintaan Pembayaran yang benar dan tidak cacat dari PIHAK KEDUA Pengajuan pembayaran kepada PIHAK PERTAMA akan dilakukan oleh PIHAK KEDUA sesuai dengan Lampiran E 16 dari 35 i | : i i q i i i (5) 6) ” (8) ® (1) Dokumen Penagihan Surat Permintaan Pembayaran —_sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen antara lain a. Kwitansi 3 (tiga) rangkap b. Copy Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik untuk pembayaran pertama ¢. Asli Berita Acara Jumiah Tenaga listrik yang Disalurkan Apabila permintaan pembayaran dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA belum dilengkapi baik seluruhnya maupun sebagian dari dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), maka PIHAK PERTAMA akan memberitahukan kepada PIHAK KEDUA dalam waktu paling lambat 6 (enam) Hari Kerja sejak Surat Permintaan Pembayaran diterima oleh PIHAK PERTAMA. Dalam hal salah satu PIHAK memperselisihkan sebagian atau seluruh jumlah dari Tagihan termasuk untuk pembayaran atas Tagihan yang sebelumnya tidak dipermasalahkan, maka PIHAK yang memperselisihkan dapat mengajukan permasalahan tersebut kepada BANI sesuai ketentuan pada Pasal 24 PIHAK PERTAMA harus membayat jumlah Tagihan yang tidak diperselisihkan kepada PIHAK KEDUA, sementara menunggu penyclesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) Untuk sisa bagian Tagihan yang diperselisihkan tetap dibayar oleh PIHAK PERTAMA dan disimpan dalam rekening terpisah yang berbunga atas nama PIHAK KEDUA dan hanya dapat dicairkan dalam hal BANI telah memberikan keputusan. Jumlah Tagihan bermasalah yang ditempatkan dalam account terpisah tersebut akan diberikan kepada PIHAK yang telah ditetapkan sebagai pemilik yang sah. Setiap dan seluruh biaya administrasi dan biaya lainnya yang timbul sebagai akibat dari pembukaan rekening terpisah tersebut dibebankan kepada PIHAK yang ditetapkan sebagai pemilik yang sah. PASAL12 BIAYA KETERLAMBATAN PENCAPAIAN COD PEMBANGKIT Apabila PIHAK KEOUA mengalami keterlambatan pencapaian COD Pembangkit yang diakibatkan karena tidak dapat diselesaikannya pekerjaan 17 dari 35 (3) (1) pembangunan Pembangkit, yaitu Unit secara keseluruhan sesuai batas waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) Perjanjian ini, kecuali disebabkan karena Force Majeure, maka PIHAK PERTAMA akan menerbitkan surat teguran |, II dan Ill dengan selang waktu masing-masing 1 (satu) bulan, jika hal dimaksud tidak ditindaklanjuti maka selanjutnya PIHAK KEDUA akan dikenakan biaya keterlambatan berupa denda sebesar 1 %o {satu per seribu) dari jumlah perkiraan pembayaran perbutan untuk setiap Hari Kalender keterlambatan dengan batas maksimum selama 90 (sembilan puluh) Hari Kalender. Pengenaan biaya keterlambatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PiHAK KEDUA dengan cara memotong atau memperhitungkan langsung dari jumlah pembayaran yang akan dibukukan oleh PIHAK PERTAMA atau dengan cara bertahap apabila pembayaran yang akan dilakukan PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA tidak mencukupi untuk pengenaan biaya keterlambatan dimaksud Apabila keterlambatan PIHAK KEDUA untuk mencapai COD Pembangkit diakibatkan karena kelalaian dan/atau kesalahan PIHAK PERTAMA, tidak termasuk dikarenakan kondisi Force Majeure di sisi PIHAK PERTAMA, maka PIHAK PERTAMA tetap wajib membayar produksi Tenaga Listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit sesuai realisasi penyalurannya. PASAL 13 ALAT UKUR, PENERAAN DAN MONITORING Alat ukur kwh a. Untuk menghitung jumiah Tenaga Listrik (kWh) yang dijual PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) butir a) Perjanjian ini, PIHAK KEDUA harus memasang seperangkat alat ukur yaitu Trafo Tegangan, Trafo Arus dan kWh meter elektronik yang mempunyai kelas 0,2 pada Titik Transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) butir b) Perjanjian ini, PARA PIHAK dapat memasang kWh meter ditempat masing-masing PIHAK didekat Titik Transaksi sebagai data pembanding. Apabila terjadi perbedaan hasil pembacaan 18 dari 35 oo anemic ese NN Ls ARR ete a maka PARA PIHAK dapat mengusulkan dilakukan peneraan untuk kWh ‘meter transaksi yang disaksikan oleh PARA PIHAK b. KWh meter yang dipasang adalah dari jenis elektronik yang dapat mengukur dan merekam : * Tenaga Listrik (dalam kWh) yang disalurkan dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA sesuai Pasal 9 ayat (1) Perjanjian ini + Tenaga Listrik (dalam kWh) yang diterima oleh PIHAK KEDUA dari PIHAK PERTAMA sesuai dengan Pasal 9 ayat (3) butir d) Pesjanjian ini * Daya (dalam kW) yang disalurkan setiap 60 (enam puluh) menit. kWh meter electronic tersebut harus mempunyai kemampuan penyimpanan dan perekaman minimum 3 (tiga) bulan Cara Pembacaan : a, Pembacaan dan pencatatan kWh meter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan bersama oleh representantif masing - masing PIHAK, pembacaan dan pencatatan pertama pada tanggal mulai beroperasinya Pembangkit sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 8 ayat (1) dan (2) Perjanjian ini dan selanjutnya setiap bulan di baca dan dicatat setiap tanggal 1 (satu) jam 10.00 WIB oleh PARA PIHAK b. Apabila representatif dari salah satu PIHAK tidak dapat hadir, pada jadwal pembacaan sebagaimana yang ditentukan dalam ayat (2) butir a), maka pembacaan yang dilakukan oleh salah satu PIHAK lainnya, dianggap sah c. Dari hasil pembacaan dan pencatatan alat ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) butir a) dan b) dan dari hasil rekaman data pada kWh meter electronic sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuatkan Berita Acara yang berisi Jumlah Tenaga listrik (dalam kWh) yang disalurkan. Berita acara sebagaimana tersebut di atas, harus ditandatangani oleh representatif masing-masing PIHAK dan disetujui oleh Pejabat yang berwenang dari PIHAK PERTAMA yang akan digunakan untuk menghitung besamya Tagihan yang harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA Monitoring dan Peneraan : a. Alat ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebelum dipasang harus ditera dan disegel terlebih dahulu oleh Badan Metrologi Klimatologi & Geofisika setempat dengan disaksikan oleh PARA PIHAK dan dibuat Berita Acaranya. 19 dari 35 (4) (2) b. Biaya peneraan alat ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) butir a menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK KEDUA c. PARA PIHAK diperkenankan memasang alat ukur pembanding, alat ukur pembanding tersebut tidak dapat digunakan untuk membuat tagihan kecuali ada kegagalan pada alat pengukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) 4. PIHAK KEDUA melaksanakan Tera Ulang sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun dan harus dilakukan oleh Badan Metrologi Klimatologi & Geofisika setempat serta disaksikan oleh PARA PIHAK e. Apabila alat ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) segel pengaman diketemukan rusak ataupun gagal untuk mencatat dengan benar (sesuai standard) untuk Tenaga Listrik yang disalurkan, maka perhitungan Tenaga Listrik Yang disalurkan ditetapkan berdasarkan perhitungan alat ukur pembanding PIHAK PERTAMA (alat ukur / kWh meter dalam kondisi baik) atau cara lain yang disepakati PARA PIHAK f. Apabila salah satu PIHAK menghendaki dilakukan peneraan ulang tethadap alat ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) butir d, maka biaya-biaya yang diperlukan untuk peneraan tersebut menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK yang menghendaki dilakukannya peneraan ulang tersebut. Tera ulang sesuai dengan ketentuan Badan Metrologi Klimatologi & Geofisika setempat PASAL14 ASURANSI PIHAK KEDUA atas biayanya sendiri harus mengasuransikan semua peralatan dan tenaga kerja selama masa konstruksi dan operasi terhadap ‘semua kerugian dan kerusakan yang disebabkan karena alasan apapun yang mungkin terjadi termasuk business interuption risk PIHAK KEDUA harus menyediakan Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance) tethadap PIHAK LAIN baik berupa cidera badan (bodily injury) atau kerusakan harta benda (property damage) sehubungan dengan pelaksanaan Proyek yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA. 20 dari 35 (1) (2) 3) a) PASAL15 GANTI RUGI DAN PEMBEBASAN DARI TUNTUTAN Apabila dalam pelaksanaan Perjanjian ini terjadi kecelakaan, kerusakan, kebakaran atau kehilangan dan lain-lain termasuk kerugian tidak langsung atau lanjutan akibat kesalahan atau kelalaian salah satu PIHAK yang menimbulkan kerugian pada PIHAK yang lainnya ataupun PIHAK LAIN, maka PIHAK yang menimbulkan kerugian tersebut harus menanggung beban kerugian yang terjadi ‘Apabila dalam pelaksanaan Perjanjian ini baik sekarang maupun dikemudian hari yang terjadi sebelum pengakhiran Perjanjian ini terdapat tuntutan dari PIHAK LAIN kepada salah satu PIHAK maka penyelesaian tuntutan tersebut harus diselesaikan oleh PIHAK yang terkena tuntutan dan PIHAK yang berkewajiban menyelesaikan tuntutan tersebut menjamin bahwa PIHAK yang lain tidak akan mendapat tuntutan dari PIHAK LAIN Ketentuan pada Pasal ini akan tetap berlaku meskipun Perjanjian ini telah berakhir. PASAL16 FORCE MAJEURE Untuk keperluan Perjanjian ini, yang dimaksud dengan “Force Majeure" adalah peristiwa yang terjadi Karena sesuatu hal di luar dugaan/kekuasaan PARA PIHAK yang tidak dapat diramalkan sebelumnya oleh PARA PIHAK dan/atau berada diluar batas kekuasaan PARA PIHAK yang langsung mengenai sasaran objek Perjanjian ini yang dapat mengakibatkan keterlambatan atau terhentinya pekerjaan pembangunan, pelaksanaan Proyek ataupun kegagalan penyerahan/penerimaan Tenaga Listk yang disebabkan oleh, antara lain a. Terjadi peperangan b. Kekacauan masyarakat umum : huru-hara, pemberontakan, sabotase, kerusuhan dan demonstrasi dengan kekerasan c. Bencana Alam yang datang tiba-tiba : gempa bumi, banjir atau bencana alam lainnya atau penemuan benda-benda berbahaya atau benda-benda yang berhubungan dengan sejarah di lokasi 21 dari 35. (2) d. Pemogokan atau farangan bekerja atau adanya kerusuhan dan penyerangan yang dilakukan oleh para pekerja dari perusahaan lain e. Hanya berlaku untuk PIHAK KEDUA, setiap tindakan Instansi Pemerintah yang menimpa PIHAK KEDUA, Kontraktor, atau Proyek sehingga menyebabkan PIHAK KEDUA (i) tidak dapat menyelesaikan pembangunan Proyek / pembangunan Proyek harus dihentikan, atau (i) tidak dapat mengoperasikan Pembangkit f. Hanya berlaku untuk PIHAK KEDUA, adanya pemberlakuan atau penetapan peraturan perundang-undangan yang tadinya belum ada atau belum berlaku kepada PIHAK KEDUA atau Kontraktor atau Proyek pada saat penandatangan Perjanjian, kecuali persyaratan hukum atau penerapannya sudah ada pada tanggal tersebut, namun baru akan menjadi efektif setelah tanggal Perjanjian tersebut, dan peraturan tersebut menyebabkan PIHAK KEDUA harus mengeluarkan investasi baru atau tambahan biaya operasi untuk memenuhi ketentuan peraturan tersebut Jika PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA gagal untuk melaksanakan seluruh atau sebagian kewajibannya sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini sebagai akibat dari suatu Force Majeure, sebagaimana tercantum datam ayat (1), maka PIHAK tersebut akan dibebaskan dari kewajiban dengan ketentuan bahwa PIHAK yang tidak dapat menunaikan kewajiban tersebut akan : a. Menyampaikan dengan segera pemberitahuan secara lisan selambat- lambatnya dalam waktu 3 (tiga) Hari Kalender dan dikuti_ dengan pemberitahuan secara tertulis dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) Hari Kalender terhitung sejak kejadian dimaksud disertai dengan keterangan tertulis dari Instansi yang berwenang mengenai terjadinya Force Majeure tersebut atau untuk kondisi yang nyata-nyata secara awam dapat terlihat bahwa kondisi tersebut termasuk dalam Force Majeure maka tidak pertu dibuktikan dengan keterangan tertulis dari Instansi yang berwenang b. Mengambil tindakan dengan segera untuk memperbalkilmengatasi kejadian-kejadian yang timbul karena Force Majeure tersebut dan menyampaikan bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan bahwa segala upaya yang layak yang telah diambil untuk memperbaiki akibat Force Majeure tersebut 22 dari 35 (3) (4) 6) (6) (7) c. Melaksanakan segala upaya yang wajar untuk mengurangi atau membatasi kerugian pada pihak lainnya sepaniang tindakan tersebut tidak ‘akan berpengaruh buruk terhadap kepentingan sendiri d. Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis selambat-lambatnya 3 (tiga) Hari Kalender kepada PIHAK lainnya mengenai berakhiinya Force Majeure Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) PIHAK yang mengalami Force Majeure tidak memberitahukan kejadian Force Majeure tersebut kepada PIHAK lainnya, kejadian tersebut dianggap bukan sebagai akibat Force Majeure Kewajban salah satu PIHAK yang harus diselesaikan sebelum terjadinya Force Majeure yang menyebabkan tidak dilaksanakannya kewajiban tersebut tidak dapat dibebaskan sebagai akibat tejadinya Force Majeure Dalam hal Force Majeure terjadi di luar wilayah Indonesia, maka pemberitahuan tentang Force Majeure harus disertai dengan keterangan pejabat setempat yang berwenang dan disahkan oleh Penwakilan Resmi Republik Indonesia setempat Apabila terjadi Force Majeure yang disebabkan oleh. Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)e yang menyebabkan PIHAK KEDUA (i) tidak bisa meneruskan pembangunan Pembangkit dan terpaksa harus menghentikan Proyek, (ji) tidak dapat mengoperasikan Pembangkit dan terpaksa harus menghentikan operasinya, maka PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA melakukan usaha hukum kepada Pemerintah untuk mengusahakan (i) agar dapat meneruskan pembangunan, atau (i) Pembangkit dapat dioperasikan kembali, Pada kondisi demikian, PARA PIHAK dibebaskan dari kewajibannya masing-masing Apabila terjadi Force Majeure yang disebabkan oleh perubahan peraturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). yang menyebabkan periunya tambahan investasi, atau penambahan/pengurangan biaya lainnya, sebagai akibat perubahan peraturan, maka PIHAK yang terkena Force Majeure tersebut berhak untuk meminta penyesuaian harga. 23 dari 35 a @) (1) (2) PASAL17 PERPANJANGAN WAKTU PEMBELIAN TENAGA LISTRIK Apabila PIHAK KEDUA terlambat metaksanakan pekerjaan pembangunan atau terhentinya pengoperasian Pembangkit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Perjanjian ini, yang disebabkan adanya Force Majeure, kepada PIHAK KEDUA diberikan perpanjangan waktu yang sesuai untuk kompensasi dari keterlambatan tersebut Apabila PIHAK KEDUA terlambat metaksanakan pekerjaan pembangunan atau terhentinya pengoperasian Pembangkit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Perjanjian ini, yang bukan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan PIHAK KEDUA dan/atau Kontraktor yang terkait dengan proses pembelian Tenaga Listrik, kepada PIHAK KEDUA diberikan perpanjangan waktu yang sesuai untuk kompensasi dari keterlambatan tersebut. PASAL 18 PENGALIHAN PERJANJIAN PIHAK KEDUA tidak dibenarkan untuk mengalihkan sebagian atau seluruh hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini kepada PIHAK LAIN manapun sampai dengan 5 (lima) tahun setelah COD Pembangkit Setelah 5 (lima) tahun sejak COD Pembangkit terlewati PIHAK KEDUA dapat mengalinkan baik sebagian atau seluruh hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini kepada PIHAK LAIN, dengan persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA terlebih dahulu. Apabila dalam pelaksanaan Perjanjian PIHAK KEDUA mengalihkan baik sebagian maupun seluruh hak dan kewajibannya kepada PIHAK LAIN tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PIHAK PERTAMA maka PIHAK PERTAMA berhak memutuskan Perjanjian ini secara sepihak, kecuali apabila pengalihan tersebut diharuskan oleh pemberi pinjaman sehubungan dengan pembiayaan pembangunan dan/atau pengoperasian Pembangkit. 24 dari 35 () PASAL19 PEMUTUSAN PERJANJIAN Setiap peristiva di bawah ini merupakan Kegagalan PIHAK KEDUA yang dapat berakibat pada Pemutusan Perjanjian a. Kegagalan PIHAK KEDUA untuk mulai melakukan konstruksi Proyek melewati 90 (sembilan puluh) Hari Kalender setelah Financing Date, yang dibuktikan dengan telah ditakukannya aktivitas lapangan seperti umumnya dilakukan oleh kontraktor internasional pada proyek sejenis b. Kegagalan PIHAK KEDUA mencapai COD Pembangkit melewati 90 (sembilan puluh) Hari Kalender setelah COD yang ditentukan c. Setelah dimulainya pelaksanaan konstruksi terjadi_ penangguhan menyeluruh atas konstruksi Proyek atau ditinggalkan/dibiarkan-nya Proyek oleh PIHAK KEDUA atau Kontraktor dari Proyek selama lebih dari 60 (enam puluh) Hari Kalender berturut-turut d. Kegagalan yang disengaja oleh PIHAK KEDUA untuk tidak mengoperasikan Unit selama lebih dari 7 (tujuh) Hari Kelender berturut- turut setelah COD Unit dari Unit tersebut tanpa jjin tertulis dari PIHAK PERTAMA atau secara kumulatif selama 90 (sembilan puluh) Hari Kalender selama Jangka Waktu Pengoperasian e. Kegagalan PIHAK KEDUA untuk melakukan pembayaran berdasarkan Perjanjian ini ketika jatuh tempo. f. Terjadinya peristiwa-peristia berikut: (i) penyampaian keputusan akan adanya kepailitan, ketidakmampuan keuangan, proses likuidasi, atau {ikuidasi atau pristiwa lainnya yang mirip terkait kepada PIHAK KEDUA; (ii) penunjukan trustee, liquidator, custodian, pejabat sementara untuk melaksanakan proses pada butir (i), dimana penunjukan orang tersebut tidak dicabut atau tetap bertahan selama lebih dari 60 (enam puluh) Hari Kalender, atau (iii) perintah dari pengadilan yang berhak untuk melakukan proses likuidasi, atau mengkonformasi kepailitan atau ketidakmampuan keuangan, dimana perintah tersebut tidak dicabut atau tetap bertahan selama lebih dari 60 (enam puluh) Hari Kalender 25 dari 35 (2) (3) 4) 6) Setiap peristiwa di bawah ini merupakan Kegagalan PIHAK PERTAMA yang dapat berakibat pada Pemutusan, Perjanjian a. Kegagalan dari PIHAK PERTAMA untuk melakukan pembayaran berdasarkan Perjanjian ini dan b. Proses likuidasi, merger, consolidation, amalgamation, reorganization, reconstruction atau privatisasi PIHAK PERTAMA, kecuali sepanjang hal itu tidak mempengaruhi kemampuan dari perusahaan baru untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini Pada saat terjadinya Kegagalan PIHAK KEDUA atau Kegagalan PIHAK PERTAMA, prosedur berikut ini harus diikuti oleh PARA PIHAK a. PIHAK PERTAMA dapat memberikan Surat Peringatan kepada PIHAK KEDUA atas terjadinya Kegagalan PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA dapat memberikan Surat Peringatan kepada PIHAK PERTAMA atas terjadinya Kegagalan PIHAK PERTAMA ("Surat Peringatan Perbaikat b. Pada saat PIHAK KEDUA menerima Surat Peringatan Perbaikan atas adanya Kegagalan PIHAK KEDUA dan pada saat PIHAK PERTAMA menerima Surat Peringatan Perbaikan atas adanya Kegagalan PIHAK PERTAMA, PIHAK yang menerima Surat Peringatan Perbaikan harus mempersiapkan dan menyampaikan kepada PIHAK lainnya segera mungkin, dan dalam setiap peristiwa dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari Kalender, sebuah program inci ("Program Perbaikan") untuk memperbalki Kegagalan sebagai jawaban atas Surat Peringatan Perbaikan tersebut Dalam hal jangka waktu perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Program Perbaikan telah terlewati danv/atau tidak ditemukan kesepakatan antara PARA PIHAK, maka PIHAK yang bukan subyek dari peristiwa tersebut dapat memberikan "Surat Peringatan Pemutusan’ kepada PIHAK lainnya, menyebutkan rincian tentang Kegagalan PIHAK lainnya dengan menyebutkan tanggal pemutusan Perjanjian yang tidak boleh kurang dari 30 (tiga puluh) Hari Kalender setelah tanggal Surat Peringatan Pemutusan tersebut Pada saat berakhimya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan kecuali: (i) ada kesepakatan lain dari PARA PIHAK, atau (ii) peristiwa yang menjadikan Surat Peringatan Pemutusan sudah diperbaiki maka Perjanjian ini secara otomatis akan putus tanpa diperlukannya Surat 26 dari 35 6) Pemutusan Perjanjian terlebih dahulu terhitung sejak tanggal sebagaimana dimaksud dalam Surat Peringatan Pemutusan atau tanggal kemudian yang disepakati PARA PIHAK Pemutusan selain karena Kegagalan PIHAK KEDUA atau PIHAK PERTAMA, a. PIHAK PERTAMA berhak untuk melakukan pemutusan Perjanjian ini, dengan mengirimkan surat pemutusan kepada PIHAK KEDUA apabila kondisi-kondisi untuk mencapai Financing Date tidak/belum terpenuhi dalam waktu 6 (enam) bulan sampai dengan maksimum 12 (dua belas) bulan setelah penaridatangan Perjanjian ini, kecuali tidak terpenuhinya kondisi tersebut diakibatkan karena kondisi Force Majeure. Perjanjian ini akan berakhir pada tanggal yang disebutkan dalam Surat Perutusan tersebut tanpa adanya kewajiban dari satu PIHAK kepada PIHAK lainnya, kecuali hak PIHAK PERTAMA untuk mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap |. b. Jika suatu peristiwa Force Majeure selain yang disebut pada Pasal 16 ayat (1).e dan (1).f menghalangi PIHAK KEDUA untuk pembangunan Proyek atau pengoperasian Pembangkit untuk waktu yang terus menerus lebih dari 12 (dua belas) bulan, dan peristiwa Force Majeure tersebut secara mendasar mengganggu perhitungan ekonomi atas transaksi yang diharapkan dalam Perjanjian ini, dan PARA PIHAK gaga! untuk menyepakati penyelesaian yang memuaskan PARA PIHAK, maka PIHAK KEDUA dapat memutus Perjanjian 60 (enam puluh) Hari Kalender sesudah mengirimkan surat tertulis kepada PIHAK PERTAMA, tanpa ada kewajiban finansial bagi masing-masing PIHAK c. Pemutusan Karena Peristiva akibat Force Majeure karena Tindakan Instansi' Pemerintah dan/atau Perubahan Peraturan Pada Masa Konstruksi atau Masa Operasi i. _Jika suatu peristiva seperti diuraikan pada Pasal 16 ayat (1).e dan (1).f terjadi sebelum tercapainya COD dan telah memperlambat atau akan memperlambat konstruksi dari Proyek atau menunda COD selama lebih dari 180 (seratus delapan puluh) Hari Kalender, dan telah diputuskan oleh arbitrase bahwa peristiwa tersebut terjadi akibat tindakan Instansi Pemerintah, maka PIHAK KEDUA dapat memutus Perjanjian 30 (tiga puluh) Hari Kalender sesudah mengirimkan surat 27 dari 35 a (8) (9) (10) tertulis kepada PIHAK PERTAMA, kecuali telah tercapai kesepakatan lain diantara PARA PIHAK ji, Jika suatu peristiwa seperti diuraikan pada Pasal 16 ayat (1).e dan (1). terjadi setelah tercapai COD dan PIHAK KEDUA tidak dapat mengoperasikan Pembangkitnya, selama lebih dari 180 (seratus delapan puluh) Hari Kalender, dan telah diputuskan oleh arbitrase bahwa peristiwa tersebut terjadi akibat tindakan instansi Pemerintah, maka PIHAK KEDUA dapat memutus Perjanjian 30 (tiga puluh) Hari Kalender sesudah ‘mengirimkan surat tertulis kepada PIHAK PERTAMA, kecuali telah tercapai kesepakatan lain diantara PARA PIHAK Konsekuensi Pemutusan dan Pembayaran Bank Guarantees : a. Dalam hal pemutusan Perjanjian karena kegagalan PIHAK KEDUA mencapai Financing Date, maka PIHAK PERTAMA berhak mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap | b. Dalam hal pemutusan Perjanjian pada masa setelah Financing Date sampai sebelum COD, yang disebabkan karena Kegagalan PIHAK KEDUA, maka (i) PIHAK PERTAMA berhak mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap II Dalam hal terjadi pemutusan Perjanjian ini, PARA PIHAK menyatakan sepakat untuk mengesampingkan memberlakukan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terhadap Perjanjian ini, pemutusan dapat dilakukan secara sah dan cukup dengan surat pemberitahuan secara tertulis tanpa perlu menunggu adanya keputusan dari Hakim PIHAK yang memutuskan Perjanjian dinyatakan terbebas dari segala tuntutan hukum dari PIHAK LAIN akibat pemutusan Perjanjian ini, oleh karena itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab PIHAK yang diputuskan Apabila saat Perjanjian ini berakhir dan atau putus, masih terdapat kewajiban yang belum diselesaikan oleh salah salu PIHAK kepada PIHAK lainnya, maka PIHAK yang masih mempunyai kewajiban tetap bertanggungjawab atas semua kewajiban yang terjadi sebelum pemutvsan Perjanjian ini sesuai dengan ketentuan datam Perjanjian ini 28 dari 35 PASAL 20 PAJAK DAN PUNGUTAN PIHAK KEDUA wajib membayar pajak dan retribusi sesuai dengan undang-undang dan peraturan-peraturan yang dikelvarkan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan pembangunan Proyek dan pengoperasian Pembangkit sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini (1) (2) (4) (2) (1) PASAL 21 PERLINDUNGAN LINGKUNGAN PIHAK KEDUA wajib memenuhi baku mutu lingkungan serta melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Lampiran F PIHAK KEDUA wajib melaporkan secara berkala, berkaitan kondisi lingkungan sejak pembangunan Proyek dimulai, saat Komisioning dan selama pengoperasian Pembangkit kepada DJKL atau Pejabat Pemerintah yang berwenang dan PIHAK PERTAMA. PASAL 22 BAHASA DAN KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU Bahasa yang digunakan dalam Perjanjian ini adatah Bahasa Indonesia, dalam hal diperiukan untuk kepentingan pembiayaan/pendanaan PIHAK KEDUA dengan biayanya sendiri dapat menerjemahkan Perjanjian ini ke dalam Bahasa Inggris, namun PARA PIHAK sepakat terjemahan tersebut tidak mengikat dan tidak memiliki kekuatan hukum Perjanjian ini, penafsiran dan pelaksanaan serta segala akibat yang ditimbulkannya diatur, tunduk dan berada di bawah Ketentuan Hukum Republik Indonesia. PASAL 23 PERUBAHAN-PERUBAHAN PARA PIHAK sepakat bahwa setiap perubahan dalam Perjanjian ini hanya dapat dilakukan atas persetujuan PARA PIHAK 29 dari 35 (2) (1) 2) a) Perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah disepakati, dibuat dalam suatu addendum, amandemen atau bentuk tertulis lainnya yang ditandatangani oleh PARA PIHAK yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini PASAL 24 PENYELESAIAN PERSELISIHAN Apabila timbul perselisihan di antara PARA PIHAK yang berkaitan dengan pelaksanaan Perjanjian ini, maka PIHAK yang mengakui adanya perselisihan tersebut akan memberitahukan secara tertulis tentang adanya perselisinan tersebut kepada PIHAK lainya dan PARA PIHAK akan berusaha menyelesaikan perselisihan tersebut secara musyawarah dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari Kalender sejak pemberitahuan tersebut Apabila jangka waktu penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas telah berakhir dan perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka PARA PIHAK akan melakukan upaya-upaya hukum melalui Badan Arbitrase Indonesia (BANI) yang berkedudukan di Jakarta yang mana putusannya adalah final dan mengikat. PASAL 25 KERAHASIAAN PARA PIHAK setuju bahwa masing-masing PIHAK bersedia dan akan memastikan bahwa para karyawannya, para petugasnya, para komisaris dan para direkturya bersedia, dan akan melakukan upaya-upaya wajar untuk memastikan bahwa para agennya akan menjaga kerahasiaan atas segala informasi, dokumentasi, data atau pengetahuan yang diungkapkan kepadanya oleh PIHAK yang lain dan ditunjukkan secara tertulis sebagai *rahasia® ("Informasi Rahasia"), dan tidak akan mengungkapkan kepada PIHAK LAIN atau menggunakan Informasi Rahasia atau salah satu bagian daripadanya tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PIHAK lainnya tersebut, dengan ketentuan bahwa Informasi Rahasia tersebut dapat diungkapkan kepada (i) organisasi atau lembaga-lembaga pemerintah sesuai 30 dari 35 dengan ketentuan hukum; dan (i) lembaga-lembaga keuangan, bona-fide para pembeli atau para investor potensial, serta para konsultan dan para kontraktor yang memerlukan pengungkapan tersebut secara wajar, asalkan (para) PIHAK LAIN tersebut harus menyetujui terlebih dahulu untuk tidak mengungkapkan Informasi Rahasia terkait kepada PIHAK LAIN manapun untuk tujuan apapun (2) Pembatasan-pembatasan dalam ayat (1) tidak berlaku atau berhenti keberlakuannya, terhadap salah satu bagian dari Informasi Kerahasiaan yang: (j) menjadi milik umum (public domain) selain karena alasan pelanggaran atas perjanjian ini; (ii) dalam kepemilikan sah PIHAK penerima atau salah seorang karyawan, petugas, komisaris atau direktur dari PIHAK penerima pada atau sebelum saat pengungkapan; atau (ii) diperoleh oleh PIHAK penerima dengan itikad baik dari suatu PIHAK LAIN yang berhak untuk mengungkapkannya (3) Pembatasan-pembatasan yang tercantum dalam ayat (1) akan terus berlaku meskipun Perjanjian ini diakhiri atau berakhir. PASAL 26 ALAMAT DAN WAKIL PARA PIHAK Kecuali ditentukan lain dalam Perjanjian ini, setiap surat menyurat serta pemberitahuan yang diperlukan dan diharuskan dalam melaksanakan Perjanjian ini termasuk setiap tagihan, permintaan penyelesaian perselisihan atau hubungan lainnya harus dilakukan secara tertulis dan disampaikan kepada masing-masing PIHAK yang bersangkutan secara pribadi, faksimile, atau melalui Pos dengan alamat dan tujuan sebagai berikut PIHAK PERTAMA : Nama Judi Winardi Jabatan : General Manager Alamat JI. DR. Wahidin No. 8 - Padang Telepon 2 0751 - 33446 Facsimile + 0754 ~ 29540 Email : pln.wilsumbar@pin.co.id 31 dari 35 PIHAK KEDUA Nama . Masni Kamal Jabatan Direktur Utama Alamat : Komplek PLN No. 50 Belakang Balok BUKITTINGGI - 26136 Telepon 20752-31985 Email : imimpower@yahoo.com Perubahan wakil dan alamat PARA PIHAK tersebut di atas dapat dilakukan dengan pemberitahuan secara tertulis kepada PIHAK lainnya. (ay (2) (3) PASAL 27 LAIN-LAIN Keseluruhan Perjanjian Perjanjian ini merupakan keseluruhan perjanjian antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA untuk pelaksanaan hal-hal yang diatur dalam Perjanjian. Seluruh perjanjian, perundingan surat menyurat sebelum ditandatanganinya Perjanjian ini baik lisan maupun tertulis yang berkaitan dengan pelaksanaan Proyek menjadi tidak berlaku dan dianggap telah diganti dengan ketentuan- ketentuan dalam Perjaniian ini Pelepasan Hak Tidak satu PIHAK pun, dapat dianggap telah melepaskan haknya berdasarkan Perjanjian ini, kecuali PIHAK tersebut telah _menyampaikan kepada Pihak lainnya pelepasan hak tersebut secara tertulis dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dari Pihak yang melepaskan hak tersebut, Keterlambatan, kealpaan dalam menggunakan haknya atau melakukan perbaikan tidak dapat diartikan sebagai pelepasan hak atas adanya kegagalan yang timbul dari Pihak lainnya Ketidak-berlakuan sebagian Perjanjian ini tidak akan batal atau gugur demi hukum apabila salah satu ketentuan dalam Perjanjian ini menjadi tidak berlaku, tidak sah, dibatalkan atau tidak dapat diberlakukan. PARA PIHAK dengan itikad baik 32 dari 35 4) (5) (6) ) mengupayakan untuk membicarakan ketentuan pengganti yang akan diberlakukan terhadap Perjanjian ini mencerminkan kehendak yang sebenamya dari PARA PIHAK sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan/atau best practices Tidak ada Kemitraan Tidak ada satupun ketentuan dalam Perjanjian ini yang dapat ditafsirkan menciptakan suatu asosiasi, kemitraan, kerjasama patungan, atau mengakibatkan suatu perikatan atau tugas, kewajiban atau tanggung jawab kemitraan dengan PIHAK lainnya, ataupun menciptakan tugas atau tanggung jawab kepada seseorang atau badan yang bukan merupakan PIHAK dari Perjanjian ini. Masing-masing PIHAK bertanggung jawab secara sendiri- sendiri dan terpisah atas kewajibannya masing-masing berdasarkan Perjanjian ini Biaya dan Pengelvaran Masing-masing PIHAK menanggung dan bertanggung jawab atas biaya dan pengeluarannya sendiri (termasuk namun tidak terbatas pada upah dan pengeluaran untuk para agen/suplier, para wakil, penasihat, konsultan dan akuntannya) yang —diperlukan untuk —perundingan, _persiapan, penandatanganan, pengiriman, pelaksanaan dan pemenuhan ketentuan datam Perjanjian ini Judul Perjanjian ini hanya dimaksudkan untuk kemudahan semata dan tidak mempengaruhi intepretasi dari Perjanjian ini Partisipasi Pengusaha Indonesia dan TKDN sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No. 04/M-IND/PER/1/2009 tentang Pedoman Penggunaan Produksi Dalam Negeri Untuk Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik dan perubahannya dikemudian hari baik —sebelum = maupun _setelah ditandatanganinya Perjanjian ini, maka PIHAK KEDUA harus mengikat para kontraktor untuk semaksimal mungkin menggunakan pengusaha Indonesia dalam metakukan pembangunan Pembangkit dan memenuhi TKDN sesuai ketentuan yang berlaku. 33 dari 35 re PASAL 28 PENUTUP Perjanjian ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap asl, masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama, 1 (satu) rangkap untuk PIHAK PERTAMA dan 1 (satu) rangkap untuk PIHAK KEDUA dan setelah dibubuhi materai cukup, ditandatangani oleh PARA PIHAK, RIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA gy Reus, 1h INARDI ro te MASNI Kamal fe 34 dari 35 SS PASAL 28 PENUTUP Perjanjian ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap asi, masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama, 1 (satu) rangkap untuk PIHAK PERTAMA dan 1 (satu) rangkap untuk PIHAK KEDUA dan setelah dibubuhi materai cukup, ditandatangani oleh PARA PIHAK. _-—PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA Ri IKHWA! nce rome MASNI KAMAL £ Z 34 dari 35 ~ ANPRANPERIANIAN LAMPIRAN A KONTRAK JUAL BELI TENAGA LISTRIK POWER PURCHASE AGREEMENT (PPA) UNTUK PLTM LINTAU-1 2x 4,5 MW PROPINSI SUMATERA BARAT 4. Informasi Umum Proyek Informasi umum yang disampaikan dibawah berdasarkan data survey awal (Reconaissance) dan atau Studi Kelayakan, untuk itu data yang disampaikan hanya merupakan informasi yang tidak mengikat. Calon pengembang harus melakukan kajian terhadap kebenaran informasi tersebut dan apabila dianggap perlu dapat melakukan survey investigasi lebih detail dan inci. Calon pengembang diwajibkan untuk melakukan studi kelayakan dengan data yang ditetapkan sendiri oleh Calon Pengambang. Informasi Umum Rencana lokasi PLTM Lintau 1 mengambil dari Sungai Batang Sinamar , di Nagari Lubuk Jantan, Kecamatan Lintay Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi ‘Sumatera Barat, Indonesia. Pembangkit akan memiliki kapasitas daya terpasang total 9,000 kW, Pembangkit akan menggunakan debit Sungai Batang Sinamar di Daerah Tangkapan Aliran (DTA) Sungai Batang Sinamar dengan luas 1711 km2. Tercatat Debit rata-rata Sungai 45.52 m3/dt, debit rencana 34,43 m3/dt_ untuk probability ketersediaan debit sebesar 60% dalam waktu 1 (satu) tahun (lampitkan grafik lengkung durasi ketersediaan debit atiran sungai terhadap presentasi waktu kejadian dalam 1 (satu) tahun) dan tinggi jatuh bersih (head netto) DTA 33,3 m serta akan dilengkapi dengan 2 unit mesin pembangkit, terdiri dari 4.500 KW Type turbin Francis Type Generator Synchronous self-exciting 5.625 kvA, 2 Transformer Utama, Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit akan dikirim melalui jaringan 20 KV, yang akan dibangun dengan total panjang sekitar 4 kms, dari lokasi pembangkit sampai ke tilik hubung (interkoneksi) di Gardu Hubung Balai Tangah Lintau. Ringkasan Data Proyek PLTM a. Lokasi: Lokasi skema PLTM Lintau-1 ini di sebelah kanan sungai Batang Sinamar b. Bendung (Weir): Terletak di Nagari Lubuk Jantan tinggi 14,50 m Panjang melintang sungai 50 m. Tipe : Bendung Rendah El puncak bendung ; 336.50 m 3 Bangunan Pengambilan (Intake) Kapasitas debit rencana : 34.43 m°/ det - Dimensi 4,5 m tinggi, 2,25 m lebar, 4 Unit. - Type pintu : Pintu geser dari pelat baja Bangunan Pengendap Sedimen (Sediment Trap) : . 50,00 mx 11,15 m Saluran Penghantar (Waterway): Panjang saluran terbuka 2,400 m. Bangunan Peredam Energi (Bak Penenang) Tipe : Kolam sederhana Dimensi: 70,00 m panjang, 30,00 m lebar, 7,00 m tinggi Pipa Pesat (penstock): dimensi: diameter 2,03 m Panjang 130,00 m, terdiri dari 2 jalur. Tipe : pipa baja Gedung Sentral (Gedung Pembangkit, Power House) ; ( 28 x 10x 15 ) m panjang x lebar x tinggi Peralatan Hydromechanical Turbin : - Kapasitas daya terpasang : 2. unit x 4,5 MW. Tipe : Francis Generator : 5.625 KvA Transformer: 6.300 KvA GAMBAR SKEMA PLTM & POTONGAN TIPIKAL UNTUK BANGUNAN UTAMA. Skema Tapak PLTM mulai dari Daerah Tangkapan Air (DTA), lokasi, Bendung, Saluran Penghantar, Pipa Pesat dan Gedung Pembangkit serta saluran akhir dimana aliran kembali ke sungai, skema didalam Grade system Koordinat X, Y dengan kontur elevasi DPL (General Layout) Skema Tapak PLTM yang memperihatkan lebih rinci gambar Bandung (Weir), Bangunan Pengambilan (Intake), Kolam Pengendap Sedimen (Sediment Trap), Saluran Penghantar’ Air (Waterway), Kolam Peredam Energi (Bak Penenang), Pipa Pesat (Penstock), Gedung Pembangkit (Powerhouse), Saluran Akhir (Tailrace) dan Bangunan Pelengkap lainnya yang diperlukan dalam pengoperasian pembangkit (Plant layout) Gambar detail tipikal dari Potongan Bendung, Saluran Penghantar, Pipa Pesat dan Gedung Pembangkit serta bangunan utama lainnya. Semua gambar harus mempunyai skala angka dan skala gatis, sistim koordinat x dan y, kontur elevasi tiap beda tinggi 1 (satu) meter, aliran air sungai dari kiri ke kanan dan atau dari atas kearah bawah GAMBAR DAERAH TANGKAPAN AIR AIR (OTA) 2. Titik interkoneksi Tabel di bawah ini menunjukkan dimana titik interkoneksi yang telah ditetapkan secara fisik untuk operasi interkoneksi dan batas hak hukum antara PLTM dan sistem JTM 20 kV PIHAK PERRTAMA (existing). Table tersebut menunjukkan gambaran Titik Interkoneksi pada Perjanjian sesuai dengan gambaran Single Line Diagram terkait. (Single Line Diagram terlampir) + Operasi Interkoneksi | Titik Interkoneksi 2 A_| Sistem 20 kV ‘Masuk DS (tiga phase) tiang awal Pembangkit PLTM Lintau-1 ~ B | Gardu 20 kV MV Transformer Utama 6300 kVA MW Switchgear 20 kV Ratio 20 kV/6,3kV + SF6 Insulated Kabel Tenaga 20 kV MV 20 KV Kabel Tenaga | Feeder 20kV | MV 6,3kV Kabel Tenaga | Feeder 6,3 kV : Pada Incoming Feeder 6.3%V | | MV ~ Ai Circuit Breaker 6.3 KV D_ | Komunikasi dan SCADA Berada pada Panel Kontrol ~ Sistem Control, Interlock pengendali Alarm, Perintah, Signal, Di dalam Gedung Sentral PLTM + Pengaman Relay Lintau-1 3. Titik Transaksi Titik Transaksi terletak di Gardu Hubung Balai Tangah PLN existing yang terdekat aH dengan lokasi PLTM Lintau 1 (Single Line Diagram terlampir) ~( ‘Gambar Single Line Diagram NWLNIT WALSAS WS 1D AM 02 WYYOVIC SNM FTIONIS x eT LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS UNTUK PLTM LINTAU-1 2x 4,5 MW PROPINSI SUMATERA BARAT LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS DAFTAR ISI: Definisi Ketersediaan Debit Sungai Batasan Bangunan Sipit Kapasitas Desain dan Produksi Energi Batas Teknis Frekuensi Batas Teknis Tegangan Reactive Power Tingkat Gangguan Pada JTM 20 kV @NBARONE 9. Batas Deteksi dan Penyelesaian Gangguan 10. Batas Teknis Stabilitas H.NilaiWaktu 11. Nilai Waktu ite Definisi ‘Semua istilah yang ditulis dengan huruf besar mempunyai arti seperti yang dijelaskan dalam PPA ("Perjanjian") yang merupakan induk dari Lampiran B ini kecualijika didefinisikan berbeda di sini Ketersediaan Debit Sungai (1) Data Hidrologi yang tersedia Durasi Data Tinggi Curah Hujan : Tahun 1999 sid Tahun 2009 Data tinggi curah hujan rata-rata harian/bulanan ; 17,70 mm. - Durasi debit air sungai rata-rata harian : Tahun 1999 s/d Tahun 2009 + Data debit air sungai rata-rata/harian : 45,52 m3/dt + Data debit rencana 60 % waktu sebesar 34,43 mi/dt (2) Tampilkan Gambar lengkung durasi ketersediaan debit aliran sungai dari data debit aliran yang tersedia Flow Duration Curve PLTMLINTAU it faces pene cetchment aon 4711 ea sana 0.00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 Probabilitas Wi 3. Batasan Bangunan Sipil (1) Bendung (Weir) Untuk bendung dengan tinggi > 15 m dan atau mempunyai kapasitas tampungan air genangan {waduk) > 500.000 m3 dan atau mempunyai tingkat risiko keamanan yang tinggi maka harus mempunyai perijinan untuk kriteria Bendungan yang dikeluarkan oleh Menteri Pekerjaan Umum melalui rekomendasi dari Komisi Keamanan Bendungan Indonesia Bendung dan kelengkapannya harus memenuhi_persyaratan keamanan yang dikeluarkan Standar Nasional Indonesia dari sistem- kombinasi pembebanan yang paling tidak menguntungkan termasuk kondisi kemungkinan periode ulang kejadian banjir maksimum yang ‘mungkin terjadi (debit banjir dengan kemungkinan periode ulang 100 tahunan) Untuk mengurangi pengaruh sedimen terhadap debit aliran air masuk ke bangunan pengambilan (intake) maka pada bendung harus disiapkan fasilitas penguras sedimen, minimum 1 unit pintu penguras yang terletak didepan intake. (2) Bangunan Pengambilan (intake) Bangunan pengambilan harus direncanakan untuk kapasilas debit fencana sesuai dengan kebutuhan debit rencana untuk pembangkit sesuai kebutuhan didalam Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPA). Bangunan pengambilan harus dapat mengalirkan air sungai dalam keadaan bersih dari sedimen, untuk itu harus mempunyai kelengkapan saluran penguras sedimen didepan intake, saringan sedimen layang (screen) dan kelengkapan penggaruk (Raking sistem) dan alur Penempatan stoplog untuk pemeliharaan pintu intake dan jembatan inspeksi Struktur Bangunan Intake harus memenuhi kriteria faktor keamanan sesuai peraturan yang berlaku. 12 (3) (4) Bangunan Pengendap Sedimen (Sediment Trap) - Bangunan kolam pengendap sedimen (Sedimen Trap) bertujuan untuk membatasi diameter butiran sedimen yang diijinkan ikut masuk kedalam saluran penghantar dan masuk kedalam pipa pesat serta menghantam baling-baling turbin. + Diameter butir sedimen yang di n lolos ke saluran penghantar harus < 0.1 mm Pengurasan material sedimen pada bangunan kolam Pengendap sedimen tidak dijinkan terjadi penghentian pengoperasian Pembangkit secara Keseluruhan, untuk itu harus direncanakan masih dapat mengalirkan + 50% dari rencana total debit andalan. Bangunan kolam pengendap sedimen harus dilengkapi dengan fasilitas bangunan pelimpah, berfungsi sebagai antisipasi kelebihan debit masuk pada saat musim hujan/banjir, Debit pelimpah harus dialirkan dengan sempurna kembali ke sungai Bangunan Saluran Penghantar (Waterway) - Dimensi hidrolis saluran penghantar harus sesuai dengan debit rencana untuk keperluan pembangkit. - Dimensi struktur saluran penghantar harus memenuhi faktor keamanan untuk kombinasi sistem pembebanan yang paling tidak menguntungkan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Harus aman tethadap pengaruh kondisi lingkungan, diantaranya adalah aman terhadap kemungkinan masuknya/hanyutnya : manusia, binatang dan benda lain yang akan mengganggu pengoperasian pembangkit. Harus disiapkan fasilitas penunjang untuk kelancaran aliran debit air seperti: bangunan talang, siphon, jembatan, sistem drainage pelimpah, pintu penguras, jalan inspeksi dan bangunan lain sesuai dengan kebutuhan kondisi di lapangan. 13 (5) (8) Bangunan Peredam Energi (Bak Penenang) - Bangunan ini terletak tepat sebelum saluran debit air masuk kedalam pipa pesat (Penstock) yang mempunyai kemiringan tajam dan masuk menghantam sudu-sudu runner turbin ~ Dimensi hidrolis dari bangunan peredam energi harus dapat memenuhi fungsi utama dari Bangunan Bak Penenang, yaitu a. Menampung debit air aliran balik akibat penurunan beban listrik dan turbin atau terjadinya penutupan katup air (Valve/Governor) dari turbin secara tiba-tiba ; b. Mensuplai debit air akibat kenaikan beban energilistrik.dari_turbin ; ¢. Meredam pukulan air (water hamer) yang terjadi akibat perubahan (naik/turun) beban energi listrik pada turbin ; d. Mengurangi besarnya kenaikan tekanan air yang terjadi pada saluran penghantar. ~ Bangunan pelengkap yang harus disediakan pada bangunan peredam energi (Bak Penenang) diantaranya adalah : bangunan pelimpah, fasilitas Pengurasan sedimen, saringan, pintu-stop log, jembatan inspeksi dan bangunan lain sesuai kebutuhan kondisi lapangan. Bangunan Pipa Pesat (Penstock) = Dimensi hidrolis pipa pesat harus memenuhi dengan debit rencana untuk keperluan pembangkit - Dimensi struktur pipa pesat harus mempunyai faktor keamanan untuk kombinasi sistem pembebanan yang paling tidak menguntungkan termasuk tekanan air akibat water hammer (akibat penurunan beban energi listrik secara tiba-tiba). 4. Kapasitas Desain Dan Produksi Energi a. Kapasitas diukur di sisi Generator pada rated head, debit air, frekuensi,tegangan, putaran dan power factor (gross head, H= 33,30 m, Q= 34,43 M3/det) kKW= 9.000 b. Kapasitas (2 x 4.500 ) kW = 9.000 kw c. Efisiensi Turbin (%) = 85% d. Efisiensi Generator (%} = 95% e. Capacity Factor (%) = 75% f. Jam/Tahun = 8,760 g. Jam Pemeliharaan/Tahun (1 Unit generating set) = 360 Jam/Th . h, Jam Produksi/Tahun (1 Unit generating set) = 8.400 Jam / Th i, Jumlah produksi maksimum dalam 1 Tahun = 75,600 GWh |. Jumlah produksi minimum dalam 1 Tahun = 28,350 GWh k. Rata-rata produksi/Tahun = 69,105 GWh |. Debit air rata-rata untuk turbin = 17,215 m3idt 5. Batas Teknis Frekuensi Batasan teknis jarak frekuensi antara 49,0 — 50,0 - 51,0 Hz tanpa trip unit. 6. Batas Teknis Tegangan a. Tegangan, system Jaringan Tegangan Menengah 20 kV masuk ke switchgear 20 kV di PIT Air akan dibatasi oleh range voltage - 10 %, sedangkan Jumlah batasan teknis tegangan 20 kV adalah untuk 20kV, voltage range : 19 KV-21 kV. b, Sistem JTM PIHAK KEDUA yang diukur pada sisi tegangan menengah pada Transformator Utama kurang dari 19 kV atau lebih besar dari 21kV akan menyebabkan unit trip. 7. Daya Reactive a. Lagging power factor adalah 0,9 diukur pada sisi terminal Generator. b. Unit Generator didesain mampu mengalirkan daya ke sirkit tunggal dari tegangan JTM 20 kV dengan penghantar dari kawat AAAC Penampang 1s 8. 9. 10. 11. 240 mm2 sepanjang 4 Km dari Pembangkit ke Gardu Hubung Balai Tangah Lintau Tingkat Gangguan Pada JTM 20 kV Tingkat gangguan pada sistem JTM 20 kV dalam kondisi sinkron a. Antara Line ke Tanah = 10kA b. Gangguan sistem 3 phase = 10kA c. Breaking interrupting capacity pada 20 kV = 10kA Batas Deteksi dan Penyelesaian Gangguan Waktu menyelesaikan gangguan maksimum untuk JTM 20 kV milik PIHAK PERTAMA dan semua system di Pembangkit PLTM adalah sebagai berikut: a. Deteksi gangguan 20 kV, oleh pengaman relay No. 1 : 60 mm sec b. Deteksi gangguan 20 kV, oleh pengaman relay No, 2 : 60 mm sec ©. Deteksi gangguan 20 kV, oleh system CB : 160 mm sec Batas Teknis Stabilitas Batas teknis maksimum dalam JTM 20 kV dari unit, tethadap gangguan sementara 3 phase pada JTM 20 kV (kemampuan unit untuk tetap terhubung dengan JTM 20 kV), akan terbatas seperti dibawah ini (tergantung konfirmasi dari Pusat Pengaturdan Penyalur Beban) a Setiap gangguan Sirkit_ 20 kV yang keluar dari pembangkit dan menyebabkan terganggunya_penyaluran daya ke Pusat Pengatur dan Penyalur Beban. b. Kondisi Normal Operasi (susunan sistemnya normal dan mampu menyalurkan daya dari pembangkit). Nilai Waktu Nilai waktu yang akan dilewati antara dimulainya start untuk masing-masing unit dari unit 1 ke unit 2 Pembangkit PLTM Lintau-1 sampai sinkronisasi dengan Sistem JTM 20 KV millk PIHAK PERTAMA. 16 Waktu start per unit diperkirakan antara 8-15 detik Pembangkit harus dapat melakukan start up secara mandi npa diperlukan suplai energi tenaga listrik dari luar system pembangkit atau tanpa memerlukan suplai energi tenaga listrik dari PIHAK PERTAMA, 1 2 3. LAMPIRAN C JADWAL PROYEK DAFTAR ISI: Definisi Jadwal Proyek Laporan Pelaksanaan Proyek LAMPIRAN C. JADWAL PROYEK Definisi ‘Semua istilah dengan huruf besar yang digunakan mempunyai arti yang sama seperti yang disebutkan dalam Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPA), kecuali apabila tidak didefinisikan tain. Jadwal Proyek No Tahapan Waktu Tanggal Keterangan Tandatangan PPA i 16 Januari 2012 2 | Financing Close 11 bulan | 16 Desember 2012 3 [COD Pembangkit 24 bulan | 16 Desember 2014 1, Pekerjaan Persiapan a.Mobilisasi 2 bulan| 16 Februari 2013 b.Sarana Jalan kantor 2 bulan 16 April 2013 | | “ePembersinan lahan 12 bulan| 46 Juni 2043 2 Pekerjaan Utama | a.Pekerjaan bending 40 bulan if 46 April 2014 b.Pekerjaan waterway | 10 bulan 16 April 2014 ¢.Pekerjaan penenang | 10 bulan 46 April 2014 d-Pekerjaan Penstock | 10 bulan 46 April 2014 e.Pekerjaan Powerhouse | 10 bulan 16 April 2014 fPekerjaan Tailrace 70 bulan 16 April 2014 3. Pekerjaan M&E a. Pabrikasi turbine 10 bulan 16 Aprit 2014 | generator t b.Pemasangan 6 bulan| 16 Oktober 2014 i ¢.Pekerjaan JTM 20kV 1 bulan| 16 November 2074 {~[4. Testing & Komisioning | 1bulan| 16 Desember 2014 Jadwal rinci dilampirkan, 19 7 3. Laporan Pelaksanaan Proyek Semua kegiatan pelaksanaan Proyek akan disampaikan kepada PIHAK PERTAMA dalam bentuk Laporan Kemajuan (Progress Report) - Tethitung mulai penandatanganan Perjanjian oleh PIHAK PERTAMA dari PIHAK KEDUA, laporan kegiatan PIHAK KEDUA harus disampaikan kepada PIHAK PERTAMA secara berkala setiap 2 bulan (dwi bulanan) hingga Financing Date dan laporan kemajuan pelaksanaan Perjanjian ~ (Progress Report) harus dibuat untuk setiap bulan (laporan bulanan) - Laporan dwibulanan ditujukan ke KDIV IPP dan KDIV Energi Baru/Terbarukan. = Laporan bulanan pelaksanaan konstruksi ditujukan ke KDIV Konstruksi & IPP dan tembusan ke KDIV IPP & KDIV Energi Baru/Terbarukan. LAMPIRAN D DOKUMEN PENDUKUNG UNTUK PLTM LINTAU-1 2x4,5MW PROPINSI SUMATERA BARAT 21 LAMPIRAN D DOKUMEN PENDUKUNG Dokumen Pemenuhan Financing Date Dokumen-dokumen, Kesepakatan dan/atau perjanjian untuk tercapainya Financing Date sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Perjanjian dimana Lampiran D ini dilampirkan, adalah sebagai berikut 4. Copy Perjanjian Pinjaman / Kredit 2. Copy bukti legal penggunaan lahan untuk pembangunan pembangkit 3, Jaminan Pelaksanaan Tahap I! 4, Copy Perjanjian dengan Kontraktor Pelaksana atau Kontraktor EPC (Engineering Procurement Consultant) 5. Copy Berita Acara Efektiinya Perjanjian dengan Kontraktor Pelaksana (Kontraktor EPC) yang ditandatangani oleh PIHAK KEDUA dan Kontraktor EPC 6. Financial Close telah tercapai Dokumen Lainnya lainnya yang dipertukan dalam 4 Dokumen tentang ijin-ijin dan persyaratan i termasuk namun tidak terbatas pada 4. Akte Pendirian Perusahaan oleh Notaris DEVI HASIBUAN SH, No.1 Tanggal 2 ‘Agustus 2010, Pengesahan MENKUMHAM No.AHU-46818.4H.01.07,TAHUN 2010, Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) No.0306/03.01/PK/X/20120 berlaku sampai dengan 15 Oktober 2016, Surat Pengukunan Pengusaha Kena Pajak No.03.024,595.5-202.000 dan Surat Tanda Daftar Perusahaan No.03.01 14500224 berlaku sampai tanggal 1 Oktober 2015, 2. Surat Rekomendasiljin Prinsip Pembangunan PLTM Lintau-1 (@ MW ) di 1» Tanah Datar dari Bupati Tanah Datar No. 050/537/Bappeda dan PM- pelaksanaan Perjanjian Kabupate! 2011 tanggal 30 Juni 2011 2 = 3. Surat Persetujuan Dokumen UKLIUPL dari Sekretaris Daerah Kabupaten Tanah Datar No: 660.1/150/KLH-AP/2011 Tanggal 12 Juli 2011 Tentang Rekomendasi atas UKL-UPL Kegiatan PLTM Lintau-1(Kegiatan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan PLTM Lintau-1 Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat). 2 4, Ijin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepetingan Umum Sementara (IUKUS) dari Menteri ESDM No.839-12/20/600.3/20111 tanggal 19 desember 2011 - 6. Surat Polis Asuransi (akan diterbitkan setelah Financing Closed) Surat Persetujuan Penunjukan Langsung Pembelian Tenaga Listrik dari Menteri ESDM cq. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan No. 530/23/600.3/2011 Tanggal 21 Januari 2011 23 eo 7 LAMPIRAN E PERHITUNGAN PEMBAYARAN UNTUK PLTM LINTAU-1 2x4,5 MW PROPINSI SUMATERA BARAT 4 eee aH " LAMPIRAN E PERHITUNGAN PEMBAYARAN DAFTAR ISI: Wl. Struktur Pembayaran | | I Definisi I Formula Pembayaran i | 28 LAMPIRAN E PERHITUNGAN PEMBAYARAN DEFINIS! Pembayaran berlaku sejak Commercial Operating Date Unit Pembangkit, pembayaran didasarkan pada Keluaran Tenaga Listrik netto yang diterima oleh PIHAK PERTAMA dan harga yang berlaku pada Periode Penagihan. Yang dimaksud dengan keluaran Tenaga Listrik netto adalah energi listrik netto yang disalurkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA pada Titik Transaksi STRUKTUR PEMBAYARAN 4. Pembayaran Tenaga Listrik Pembayaran Tenaga Listrik dimaksud untuk menggambarkan pembayaran atas kelvaran Tenaga Listrik netto dari Unit atau Pembangkit. Pembayaran harga Tenaga Listrik dimaksud dilakukan secara bulanan dalam mata uang rupiah 2. Ketentuan perhitungan pembayaran Dalam melekukan perhitungan pembayaran sebagaimana ditentukan dalam Lampiran E pada Perjanjian ini, nitai pecahan akan dihitung sampai dengan 2 (dua) desimal. I, FORMULA PEMBAYARAN PeExHy (Rupiah) Keterangan P= Jumlah Pembayaran pada Periode Penagihan, dalam satuan Rupiah E Jumlah keluaran Tenaga Listiik netto pada Titik Transaksi yang diterima oleh PIHAK PERTAMA pada periode penagihan, dalam satuan kWh Ht = — Harga Tenaga Listrik yang berlaku pada periode penagihan, dalam ; satuan Rp/kWh 26 LAMPIRAN F PERSYARATAN LINGKUNGAN DAN PROSEDUR UNTUK PLTM LINTAU-1 2x4,5MW PROPINSI SUMATERA BARAT 27 LAMPIRAN F PERSYARATAN LINGKUNGAN DAN PROSEDUR DAFTAR ISI: 1 Definisi 2. Peraturan Lingkungan 2.1. Kualitas Air 2.2. Kebisingan 2.3. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) 2.4, Syarat Perubahan Lingkungan 3. Prosedur Lingkungan 28 LAMPIRAN F PERSYARATAN LINGKUNGAN DAN PROSEDUR Definisi. Semua istilah yang menggunakan huruf besar mempunyai arti yang sama dalam Perjanjian, yang mana sama dengan yang ada pada Lampiran F sebagai pelengkap, kecuali kalau tidak didefinisikan lain. Peraturan Lingkungan, 24 22 23 24 Kualitas Air Kualitas air dari sungai yang digunakan untuk pengoperasian PLTM Lintau 1 harus merujuk pada PP, No.82 tahun 2001 Kebisingan (Noise ) Untuk pengukuran tingkat kebisingan dipermukaan tanah yang sumbernya dari semua kapasitas pembangkitan dalam kondisi operasi harus tunduk dengan persyaratan yang ada pada standar SPLN 46-1-:1981 dan SPLN 46.2-2 : 1982 dan mengacu pada KepMen LH No. 48/MENLH/11/1996, tentang Baku Tingkat Kebisingan, Limbah 83 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Pengelolaan Limbah 83 harus mengacu pada PP No. 85/1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pernerintah No. 18/1999 tentang pengelolaan Limbah 83 Persyaratan Perubahan Lingkungan PIHAK KEDUA harus tunduk kepada peraturan lingkungan yang ada. Adopsi undang-undang atau pelaksanaannya, apa saja persyaratannya menurut undang-undang dari Perwakilan Badan Pemerintah dari Pernerintah Republik Indonesia, tidak ada yang atau tidak diperqunakan di dalam Perjanjian ini, 29

You might also like