You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Anatomi merupakan ilmu yang mempelajari struktur jaringan dan
organ pada makhluk hidup serta hubungannya dengan bagian tubuh yang
lain. Untuk memahami fungsi dari suatu organ dalam tubuh suatu makhluk
hidup, sangatlah penting untuk terlebih dahulu memahami bagaimana
struktur dari organ-organ tersebut, hal ini dikarenakan anatomi dan fisiologi
dari makhluk hidup sangatlah berkaitan satu sama lainnya (Handayani,
2021).
Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan
membuang karbondioksida ke lingkungan. Pernapasan adalah proses
ganda yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau pernapasan
dalam dan yang terjadi didalam paru-paru pernapasan luar. Pernapas luar
yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
Pernapasan dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran
darah ke sel-sel tubuh (Safrida, 2018).
Pernapasan atau respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan
O2. Kemudian oksigen yang ada diluar tubuh, dihirup (respirasi) melalui
organ-organ pernapasan dalam keadaan tertentu. Bila tubuh kekurangan
karbondioksida (CO2) maka tubuh berusaha mengeluarkan dari dalam
tubuh dengan cara menghembuskan napas (respirasi) terjadinya
kesetimbangan antara oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Respirasi
atau pernapasan melibatkan keseluruhan proses yang menyebabkan
pergerakan pasif O2 dan atmosfir ke jaringan untuk menunjang
metabolisme sel serta pergerakan pasif CO2 selanjutnya yang merupakan
produk sisa metabolisme dari jaringan ke atmosfir adapun organ
pernapasan terdiri dari hidung, laring, trakea, bronkus dan paru-paru (Arif,
2018).
Mencit (Mus musculus) dari kelas mamalia, hewan tersebut cukup
sering digunakan untuk dibedah karena keberadaannya. Mencit adalah
hewan yang relatif mudah didapatkan dan tidak sulit untuk ditemukan. Oleh
karena itu dilakukan praktikum Anatomi dan Fisiologi dengan mempelajari
anatomi dari hewan ini dapat dilihat konversi perbandingan dengan anatomi
manusia sehingga dapat dipelajari pula bagaimana evolusi bekerja pada
hewan tersebut (Dial et al. 2017).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud percobaan pada praktikum ini yaitu :
1. Untuk mengetahui dan memahami anatomi sistem respirasi
2. Untuk mengetahui fungsi dan bagian-bagian sistem respirasi serta organ
penyusunnya.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan pada praktikum ini yaitu:
1. Mampu mengenal serta mengamati anatomi sistem respirasi
2. Mampu mengenal fungsi sistem respirasi
I.3 Prinsip Percobaan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan mencit sebagai hewan uji
yang dibedah bagian dada sampai bagian perut kemudian diamati alat
respirasi pada mencit yaitu dari faring, laring, trakea, bronkus dan alveolus
yang kemudian dibandingkan dengan sistem respirasi pada manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Sistem Pernapasan
Pernapasan adalah saluran proses ganda yaitu terjadinya pertukaran
gas di dalam jaringan (pernapasan dalam), yang terjadi di di dalam paru-
paru disebut pernapasan luar. Pada pernapsan melalui paru-paru atau
respirasi eksternal, oksigen (O2) dihisap melalui hidung dan mulut. Udara
ditarik ke dalam paru-paru pada waktu menarik napas dan didorong keluar
paru-paru pada waktu mengeluarkan napas (Pearce, 2009).
II.1.2 Anatomi Pernapasan
Menurut Pearce (2009) organ-organ respirasi pada saluran
pernapasan yaitu:

Gambar II.1 Anatomi Saluran Pernapasan

a. Nares Anterior
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung.
Saluran-slauran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum (rongga) hidung. Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris yang
bersambung dengan kulit.
b. Rongga Hidung
Ronga hidung dilapisi selaput lendir yang sayang kaya akan pembuluh
darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus
yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
c. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan usofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring), di belakang mulut
(orofaring), dan di belakang laring (faring-laringed).
d. Laring (tenggorok)
Laring terletak di depan bagian terendah farin yang memisahkannya
dari kolumna vertebrata, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrata
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
e. Trakea
Trakea atau barang tenggorok kira-kira sembilan sentimeter
panjangnya. Trakea berjalan dari laring kira-kira ketinggian vertebrata
torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronki).
Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap
berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan
yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea, selain itu juga
mamuat beberapa otot.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi
rongga dada. Terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan
oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang
terletak di dalam medistinum.
g. Bronkus Pulmonalis
Bronkus Pulmonalis, trakea terbelah menajdi dua bronkus utama,
bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru. Dalam perjalanannya
menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan
beranting lagi banyak sekali.
Menurut Guyton (2001), faktor yang mempengaruhi pernapasan,
antara lain:
1. Perkembangan (usia)
Saat bayi lahir, terjadi perubahan system pernapasan menjadi terisi
udara dan paru mengalami pengembangan. Selain itu, perubahan terjadi
pula pada laju pernapasan. Pada bayi, dada berbentuk bulat (tong) dan
semakin lama sisi antero posterior semakin kecil dibandingkan sisi
mediolateral. Pada orang tua, terjadi perubahan bentuk toraks dan laju
pernapasan.
2. Kebiasaan Merokok
Salah satu dari gaya hidup masa kini yaitu kebiasaan merokok
dengan kira-kira 90% dari kanker paru-paru timbul sebagai akibat dari
penggunaan tembakau. Risiko kanker paru-paru mningkat dengan
jumlah rokok yang dihisap melalui waktu, dokter-dokter merujuk risiko ini
dalam hal sejarah merokok bungkus tahunan (jumlah dari bungkus-
bungkus rokok yang dihisap perhari dialikan dengan jumlah tahun-tahun
penghisapan). Contohnya, seorang yang telah merokok dua bungkus
rokok per hari untuk 10 tahun mempunyai suatu sejarah 20 bungkus
tahunan.
4. Obat-obatan Narkotik
Seperti morfin dan meperidin hidroklorida (Demerol) menurunkan
frekuensi dan kedalaman pernapasan karena mendepresi pusat
pernapasan pada medulla.
5. Lingkungan
Ketinggian tempat, suhu (panas dan dingin), dan polusi dapat
memengaruhi oksigenasi, semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah
tekanan oksigen (PaO2) pada pernapasan individu.
II.1.3 Mekanisme Pernapasan
Menurut Irianto (2008), mekanisme terjadinya pernapasan terbagi dua
yaitu :
1. Inspirasi (menarik napas)
Sebelum menarik napas (inspirasi) kedudukan diafragma melengkung
ke arah rongga dada, dan otot-otot dalam keadaan mengendur. Bila otot
diafragma berkontraksi, maka diafragma akan mendatar. Pada waktu
inspirasi maksimum, otot antar tulang rusuk berkontraksi sehingga tulang
rusuk terangkat. Keadaan ini menambah besarnya rongga dada.
Mendatarnya diafragma dan terangkatnya tulang rusuk, menyebabkan
rongga dada bertambah besar, diikuti mengembangnya paru-paru,
sehingga udara luar melalui hidung, melalui batang tenggorok (bronkus),
kemudian masuk ke paru-paru.
2. Ekspirasi (menghembus napas)
Bila otot antar tulang rusuk dan otot diafragma mengendur, maka
diafragma akan melengkung ke arah rongga dada lagi, dan tulang rusuk
akan kembali ke posisi semula. Kedua hal tersebut menyebabkan rongga
dada mengecil, akibatnya udara dalam paru-paru terdorong ke luar. Inilah
yang disebut mekanisme ekspirasi.
II.1.4 Mekanisme Pertahanan Pernapasan
Mekanisme pertahanan meliputi penyaringan udara (filtrasi) oleh bulu-
bulu hidung, filtrasi ini akan membebaskan udara dari debris berupa
partikel-partikel yang lebih besar dari 10 mm. Partikel berukuran sekitar 10
mm akan menempel pada sputum nasal, konka, tonsil, dan kelenjar
adenoid. Partikel yang berukuran antar 0,2-5 mm akan mampu melewati
filtrasi hingga berada pada jalan napas yang lebih kecil. Faktor lain yang
diperlukan yaitu pembersihan mukosiliaris (mukus) merupakan sekresi
saluran pernapasan yang dihasilkan oleh kelenjar submukosa, sel goblet,
dan cairan transudat dan jaringan sel clara. Mukus akan melembabkan
udara pernapasan, menangkap, dan menyingkirkan pertikel asing yang
terhirup, serta melindungi selaput lendir dari trauma fisik, kimia, dan
mikroorganisme berbahaya. Gerakan mukosilier paru mengarah ke atas
(faring) dan dilakukan terus-menerus, menyebabkan mukus bergerak ke
atas dengan kecepatan 1 cm/menit ke arah faring. Kemudian mukus dan
partikel yang dijerat oleh mukus akan dibatukkan ke luar atau ditelan
(Tamsuri, 2008).
II.1.5 Fisiologi Pernapasan
Pada proses respirasi dibagi menjadi tiga proses utama, yaitu ventilasi
pulmonal, difusi dan transportasi. Ventilasi pulmonal adalah proses keluar
masuknya udara antara atmosfer dan alveoli paru-paru. Difusi adalah
proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara alveoli
dan darah. Sedangkan transportasi adalah proses beredarnya gas (O2 dan
CO2) dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel-sel. Proses fisiologis
respirasi dibagi menjadi tiga stadium, yaitu difusi gas-gas antara alveolus
dengan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) dan darah sistemik dengan
sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan
penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus, dan
reaksi kimia dan fisik O2 dan CO2 dengan darah (Somantri, 2008).
Pada proses ventilasi udara bergerak masuk dan keluar paru-paru
karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus
akibat kerja mekanik otototot. Selama inspirasi volume toraks bertambah
besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi otot yaitu
otot sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus,
skalenus, dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga atau sternum ke
atas (Somantri, 2008).
Proses bernapas merupakan proses yang kompleks dan tergantung
pada perubahan volume yang terjadi pada rongga toraks dan perubahan
tekanan. Tekanan yang berperan dalam proses bernapas adalah tekanan
atmosfir yaitu tenakan tekanan udara luar, besarnya sekitar 760 mmHg.
Tekanan ini diakibatkan karena kandungan gas yang berada di atmosfir.
Tekanan intrapulmonari atau intraalveoli yaitu tekanan yang terjadi dalam
alveoli paru-paru. Ketika bernapas normal atau biasa terjadi perbedaan
tekanan dengan atmosfir. Pada saat inspirasi tekanan intrapulmonari 759
mmHg, lebih rendah 1 mmHg dari atmosfir dan pada saat ekspirasi
tekanannya menjadi lebih tinggi +1 mm Hg menjadi 761 mmHg. Tekanan
intrapulmonary akan meningkat ketika bernapas maksimum, pada inspirasi
perbedaan tekanan dapat mencapai -30 mmHg dan ekspirasi +100 mmHg.
Tekanan intrapleura yaitu tekanan yang terjadi pada rongga pleura yaitu
ruang antara pleura parietalis dan viseralis, besarnya tekanan ini kurang
dari tekanan pada alveoli atau atmosfer sekitar –4 mmHg atau sekitar 756
mmHg pada pernapasan biasa dan dapat mencapai –18 mmHg pada
inspirasi dalam atau kuat (Tarwoto, 2009).
II.1.6 Patofisiologi Pernapasan
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfir,
kemudian oksigen masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti
hidung atau mulut, faring, laring dan selanjutnya masuk ke organ
pernapasan bagian bawah seperti trakhea, 17 bronkus utama, bronkhus
sekunder, bronkhus tersier (segmental), terminal bronkhiolus dan
selanjutnya masuk ke alveoli (Tarwoto, 2009).
Udara dari luar diproses di hidung, di dalam hidung masih terjadi
perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat
epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga
makanan tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis
terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring maka kita
mendapat serangan batuk, untuk mencoba mengeluarkan makanan
tersebut dari laring. Selain itu dibantu oleh adanya silia (bulu-bulu getar)
yaitu untuk menyaring debu-debu, kotoran dan benda asing. Adanya benda
asing/kotoran tersebut memberikan rangsangan kepada selaput lendir dan
silia sehingga terjadi bersin dan batuk. Akibatnya benda asing/kotoran
tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian
tersebut di atas udara yang masuk ke dalam alat-alat pernapasan benar-
benar bersih. Tetapi kalau kita bernapas melalui mulut, udara yang masuk
ke dalam paru-paru tidak dapat disaring, dilembabkan/dihangatkan, ini bisa
mengakibatkan gangguan terhadap tubuh. Dan sel-sel bersilia dapat rusak
apabila adanya gas beracun dan dalam keadaan dehidrasi (Syaifuddin,
2006).
Seperti diketahui, saluran napas manusia bermula dari mulut dan
hidung, lalu bersatu di daerah leher menjadi trakea (tenggorok) yang akan
masuk ke paru. Di dalam paru, satu saluran napas trakea itu akan
bercabang dua, satu ke paru kiri dan satu lagi ke paru kanan. Setelah itu,
masing-masing akan bercabang-cabang lagi, makin lama tentu makin kecil
sampai 23 kali dan berujung di alveoli, tempat terjadi pertukaran gas,
oksigen (O2) masuk ke pembuluh darah, dan karbon dioksida (CO2)
dikeluarkan (Octavina, 2014).
II.1.7 Gangguan Sistem Pernapasan
Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas. Infeksi saluran pernapasan jauh lebih sering
terjadi dibandingkan dengan infeksi sistem organ yang lain (Price & Wilson,
2005). Macam-macam kelainan dan gangguan yang umum pada sistem
pernapasan menurut Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem
Pernapasan (2016) antara lain:
1. Asma
a. Definisi
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) tahun 2015, asma
didefinisikan sebagai suatu penyakit yang heterogen, yang dikarakteristik
oleh adanya inflamasi kronis pada saluran pernafasan. Hal ini ditentukan
oleh adanya riwayat gejala gangguan pernapasan seperti mengi, nafas
terengah-engah, dada terasa berat/tertekan dan batuk, yang bervariasi
waktu dan intensitasnya, diikuti dengan keterbatasan aliran udara yang
bervariasai.
b. Patofisiologi
Para ahli mengemukakan bahwa asma merupakan penyakit inflamasi
pada saluran nafas, yang ditandai dengan bronkokonstriksi, inflamasi dan
respon yang berlebihan terhadap rangsanagn (hyperresponsiveness).
Selain itu juga terdapat penghambatan terhadap aliran udara dan
penurunan kecepatan aliran udara akibat penyempitan bronkus. Akibatnya
terjadi hiperinflasi distal, perubahan mekanis paru-paru, dan meningkatnya
kualitas bernafas. Selain itu juga terjadi peningkatan sekresi mukus.
2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
a. Definisi
Menurut “The National Hearth, Lung, and Blood Institute (NHLBI)” dan
WHO, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD=PPOK)
didefiniskan sebagai penyakit yang bisa dicegah atau diatasi, yang
dikarakteristir dengan adanya keterbatasan aliran udara yang menetap,
yang biasanya bersifat progresif, dan terkait dengan adanya respon
inflamasi kronis saluran napas dan paru-paru terhadap gas atau partikel
berbahaya. Serangan akut dan komorbiditas berpengaruh terhadap
keparahan penyakit secara keseluruhan.
b. Patofisiologi
Dua gambaran klinis yang terjadi pada PPOK adalah bronkithis kronis
atau emfisema.
a) Bronkithis kronis
Secara normal silia dan mucus di bronkus melindungi dari inhalasi
iritan, yaitu dengan menangkap dan mengeluarkannya. Iritasi yang terus-
menerus seperti asap rokok atau polutan dapat menyebabkan respon yang
berlebihan pada mekanisme pertahanan ini. Asap rokok menghambat
pembersihan mukosiliar (mucociliary clearance). Iritasi asap rokok juga
menyebabkan inflamasi bronkiolus (bronkiolitis) dan alveoli (alveolitis).
Akibatnya makrofag dan neutrophil berinfiltrasi ke epitel dan memperkuat
tingkatan kerusakan epitel. bersama dengan adanya produksi mucus terjadi
sumbatan bronkiolus dan alveoli. Dengan banyak mucus yang kental dan
lengket serta menurunnya pembersihan mukosiliar menyebabkan risiko
infeksi.
b) Emfisema
Pada emfisema terjadi kerusakan dinding dalam asinus sehingga
permukaan untuk pertukaran gas berkurang. Tipe emfisema sentritobular
adalah yang berkaitan dengan PPOK. Emfisema tipe ini menyerang dinding
bronkiolus. Dinding-dinding mulai berlubang, membesar, dan bergabung
dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang.
3. Rintis Alergi
a. Definisi
Rinitis Alergi adalah inflamasi pada membran mukosa nasal yang
disebabakan oleh penghirupan senyawa alergik yang kemudian memicu
respon imunologi spesifik yang melibatkan antibodi immunoglobulin E (IgE).
b. Patofisiologi
Alergen akan berikatan dengan sel T yang akan mengaktifkan sel B
menjadi sel plasma yang memproduksi Imunoglobulin E (IgE). IgE akan
berikatan dengan reseptornya dipermukaan sel mast. Paparan antigen
berikutnya akan berikatan dengan IgE yang sudah berikatan dengan sel
mast. Ikatan crosslinking antara antigen dengan IgE akan memicu
pelepasan mediator dari sel mast, seperti histamine, yang menyebabkan
berbagai gejala alergi.
4. Batuk
a. Definisi
Batuk adalah proses ekspirasi (penghempusan nafas) yang eksplosif
yang memberikan mekanisme proteksi normal untuk membersihkan
saluran pernapasan dari adanya sekresi atau benda asing yang
mengganggu.
b. Patofisiologi
Batuk diawali dengan insipirasi dalam diikuti dengan penutupan
glottis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan glottis yang
menutup. Hasilnya akan terjadi tekanan positif pada intra toraks yang
menyebabkan penyempitan trakea. Kekuatan eksplosif menyapu secret
dan benda asing yang ada di saluran nafas.
5. Bronkithis
a. Bronkithis akut
1) Definisi
Bronkithis akut merupakan kejadian infeksi saluran pernapasan yang
paling sering yang disebabkan oleh 95% infeksi virus dan 5-20% infeksi
bakteri.
2) Patofisiologi
Bronkithis akut dikarakterisir oleh adanya infeksi pada cabang
trakeobronkial. Infeksi ini menyebabkan hipermia dan adema pada
membran mukosa, yang kemudian menyebabkan peningkatan sekresi
bronkial. Karena adanya perubahan pada membran mukosa ini, maka tejadi
kerusakan pada lapisan pembersihan mukosiliar.
b. Bronkithis Kronis
1) Definisi
Deskripsi standar tentang bronkithis kronis adalah batuk berdahak
yang terjadi selama 2 sediktinya 3 bulan dalam setahun untuk 2 tahun
berturut-turut.
2) Patofosiologi
Pasien bronkithis kronis lebih kerap mengalami infeksi saluran nafas
karena terjadinya kegagalan pembersihan mukosiliar terhadap inhalasi
kronis berbagai senyawa iritan. Faktor adanya kegagalan pembersihan
mukosiliar adalah adanya proliferasi sel goblet (sel yang memproduksi
mucus) dan pergantian epitel yang bersilia dan yang tidak bersilia. Hal ini
menyebabkan ketidakmampuan bronkus pada penderita bronkithis kronis
untuk membersihkan dahak yang kental dan lengket.
Menurut Respirologi (2015) gangguan pada sistem pernapasan yang
lain yaitu:
1. Tuberkulosis Paru
a. Definisi
Tuberkulosis Paru (TBC) adalah penyakit radang parenkim paru
karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis.
b. Patofisiologi
Penyakit tuberkulosis ditularkan melalui udara secara langsung dari
penderita TBC kepada orang lain. Droplet yang mengandung hasil TBC
yang dihasilkan dari batuk dapat melayang di udara hingga kurang lebih
dua jam tergantung pada kualitas ventilasi ruangan. Droplet akan
terdampar pada dinding sistem pernapasan. Droplet besar akan masuk
ke dalam sistem pernapasan bagian atas, droplet kecil akan masuk ke
dalam alveoli.
2. Salesma
Salesma adalah penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas
yang disebabkan oleh virus, walaupun tidak jarang bakteri juga sebagai
penyebab.
3. Pneumonia
a. Definisi
Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru
yang disebabkan oleh mikoroorganisme bakteri, virus, jamur, parasite,
namun pneumonia juga disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena
paparan fisik seperti suhu atau radiasi.
b. Patofisiologi
Mikroorganisme masuk ke dalam paru melalui inhalasi udara dari
atmosfer, juga dapat melalui aspirasi dari nasofaring atau orofaring, tidak
jarang secara perkontunitatum dari daerah disekitar paru, ataupun
melalui penyebaran secara heterogen.
II.1.8 Alat Spirometer

Gambar II.2 Alat Spirometer


Penggunaan spirometer pada dasarnya cukup mudah yaitu cukup
dengan seseorang disuruh bernafas (menarik nafas dan kemudian
menghembuskan nafas) dengan kondisi hidung orang tersebut ditutup.
Dengan begitu perbedaan tekanan udara yang yang diberikan seseorang
tersebut ketika bernafas dapat menyebabkan tabung yang berisi udara
akan bergerak naik turun, sementara drum pencatat akan bergerak
memutar (sesuai arah jarum jam) sehingga alat akan mencatat grafik
pernafasan (sinyal respirasi) sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara
(Saban & Sumanto, 2021).
II.2 Klasifikasi Hewan Coba
Menurut Nugroho (2018), adapun klasifikasi mencit sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Gambar II.3 Mencit
Spesies : Mus musculus
(Mus musculus)
II.2.1 Euthanasia
Istilah Euthanasia secara etimologis, berasal dari kata Yunani yaitu eu
dan thanatos yang berarti “mati yang baik” atau “mati dalam keadaan
tenang atau senang”. Dalam bahasa inggris sering disebut Marc Killing,
sedangkan menurut “Encyclopedia American mencantumkan Euthanasia
ISSN the practice of ending life in other to give release from incurable
sufferering”. Di Belanda disebutkan bahwa Euthanasia adalah dengan
sengaja tidak melakukan suatu usaha (nalaten) untuk memperpanjang
hidup seorang pasien atau sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpendek atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan semua ini
dilakukan khusus untuk kepentingan pasien itu sendiri (Tribowo, 2014).
Euthanasia dalam Oxford English Dictionary dirumuskan sebagai
“kematian yang lembut dan nyaman, dilakukan terutama dalam kasus
penyakit yang penuh penderitaan dan tak tersembuhkan”. Kemudian
menurut kamus Kedokteran Dorland Euthanasia mengandung dua
pengertian. Pertama, suatu kematian yang mudah atau tanpa rasa sakit.
Kedua, pembunuhan dengan kemurahan hati, pengakhiran kehidupan
seseorang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan
sangat menyakitkan secara hati-hati dan disengaja (Tribowo, 2014).
Euthanasia dapat juga didefinisikan sebagai tindakan mengakhiri
hidup seorang individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut
dapat dikatakan sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari
individu yang akan mengakhiri hidupnya, Euthanasia menunjukan tenaga
medis untuk membantu para pasien supaya dapat meninggal dengan baik,
tanpa penderitaan yang besar (Tribowo, 2014).
II.3 Uraian Bahan
Alkohol (Dirjen POM, 1979; Rowe et al, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol

Berat Molekul : 46,07 g/mol

Rumus molekul : C2H5OH

Struktur kimia :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap,


dan mudah bergerak bau khas, rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyala
biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam


kloroform
Kegunaan : Sebagai disinfektan

Khasiat : Sebagai pembunuh kuman, serta sebagai


penawar untuk racun metanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api

Dietil Eter (Dirjen POM, 1979)


Nama resmi : DIETHYL ETHER
Nama lain : Dietil eter, ether, ethyl ether
Berat Molekul : 74,12 g/mol
Rumus molekul : C4H10O
Struktur kimia :

Pemerian : Larutan tidak berwarna, mudah menguap,


sangat mudah terbakar.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, larut dalam etanol
95% dan kloroform p
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari nyala
api
BAB III
METODE KERJA
III.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 27 Maret 2023 tepatnya
pukul 07.00 WITA. Adapun tempat dilaksanakannya praktikum adalah
Laboratorium Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, bisturi, benang
godam, capor, paku mading, papan bedah, pinset, dan toples.
III.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, alkohol, eter,
kapas, kertas HVS dan hewan coba.
III.2.3 Prosedur Kerja
1. Disiapkan hewan coba mencit
2. Dibius mencit menggunakan eter
3. Diletakkan mencit pada papan bedah
4. Dibersihkan mencit menggunakan alkohol pada permukaan tubuh
mencit
5. Dibedah mencit menggunakan bisturi/ pisau bedah
6. Diambil dan diamati organ-organ pernapasan
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Pembahasan

Gambar IV.1.1 Organ Gambar IV.1.2 Organ


tubuh mencit (Mus pernapasan mencit
musculus) (Mus musculus)

Sistem pernapasan bekerja untuk memasukkan dan mengeluarkan


udara ke dalam dan keluar tubuh. Udara yang dimasukkan ke dalam tubuh
adalah oksigen, sedangkan yang dikeluarkan adalah karbon dioksida.
Sistem pernapasan berfungsi untuk memasok oksigen ke sel-sel tubuh.
Oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk membakar sari-sari makanan
supaya dihasilkan tenaga. Tenaga berguna untuk melakukan segala
aktivitas hidup. Udara yang dihasilkan dari proses pembentukan energi ini
adalah karbon dioksida. Karbon dioksida ini kemudian dikeluarkan oleh
tubuh melalui organ pernapasan juga. Oleh karena itu, di dalam bernapas,
terdapat kegiatan menarik dan membuang napas (Rahayu, 2019).
Adapun pada praktikum kali ini dilakukan pembedahan pada hewan
coba mencit (Mus musculus) dimana tujuan pada praktikum kali ini mampu
mengenal anatomi sistem respirasi, organ-organ dan fungsinya. Mencit
digunakan sebagai objek penelitian karena memiliki kelebihan seperti siklus
hidup relatif pendek, banyaknya jumlah anak per kelahiran, mudah
ditangani struktur anatomi dan fisiologisnya yang mempunyai kemiripan
dengan struktur anatomi fisiologisnya serta genetik yang mirip dengan
manusia (Nugroho, 2018; Hermann et al., 2019).
Pada praktikum sistem pernapasan, mencit dibius terlebih dahulu
dengan cara kapas dibasahi dengan eter lalu dimasukkan kedalam toples
hingga mencit tidak sadarkan diri. Adapun tujuan dalam penggunaan eter
yaitu untuk anastesi/euthanasia yang dimana merupakan tindakan
mengorbankan nyawa hewan coba melalui prosedur yang menyebabkan
hewan mengalami penurunan kesadaran sehingga mati tanpa merasakan
nyeri atau stress (Anderson, 2019). Setelah itu dilakukan pembedahan, dan
organ-organ yang akan diamati dipisahkan.
Mencit memiliki organ-organ/sistem pada tubuh seperti sistem
respirasi yang secara umum mempunyai fungsi: menyediakan permukaan
untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah, sebagai jalur
untuk keluar masuknya udah dari luar ke paru-paru, melindungi permukaan
respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur, dan berbagai keadaan
lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem respirasi itu sendiri dan
jaringan lain dari patogen serta memfasilitasi deteksi stimulus olfaktori
dengan adanya reseptor olfactori dibagian superior pada rongga dada
(Nugroho, 2018). Contohnya: Trakea, nasofaring, laring, faring, nastril.
Selain sistem respirasi mencit juga memiliki organ sistem pencernaan
yang terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar, kelenjar pencernaan
yang saling berhubungan. Sistem pencernaan secara umum berfungsi
untuk ingesti dan digesti makanan; absorpsi sari makanan; dan eliminasi
sisa makanan (Nugroho, 2018). Organ-organ pencernaan pada mencit
yaitu: gigi yang berada pada rongga mulut, esophagus, ventrikular
(lambung), intestinum kecil, kolon serta rektum dan berakhir di anus.
Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang
mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung CO2 dan
uap air. Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada
peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi. Sistem pernapasan pada
manusia terdiri dari: hidung, faring, trakea, bronkus, bronkiolus dan paru-
paru (Saturti, 2018) sedangkan pada mencit terdiri dari: 1. saluran respirasi
anterior (nastril nasal cavity, nasoparing) 2. Saluran respirasi intermediete
(laring, trakea, bronkus) 3. Saluran respirasi posterior (Nugroho, 2018).
Pada manusia terdapat rongga hidung juga pada mencit. Udara
masuk melalui lubang hidung ke dalam rongga hidung. Di dalam rongga
hidung terdapat rambut-rambut pendek dan tebal untuk menyaring dan
menangkap kotoran yang masuk bersama udara. Selain disaring udara
yang masuk ldihangatkan oleh kapiler darah yang ada di dalam hidung,
sehingga sesuai dengan suhu tubuh lalu dilembapkan oleh selaput hidung,
(Sugialam, 2019; Rahayu, 2019).
Faring merupakan persimpangan antara saluran pernapasan pada
bagian depan dan saluran pencernaan pada bagian belakang, serta laring
atau tekak (jakun) terdapat di bagian belakang faring. Laring terdiri atas
sembilan susunan tulang rawan berbentuk kotak (Sugialam, 2019).
Trakea (batang tenggorokkan) dimana terdapat jaringan yang disebut
dengan silia yang berfungsi untuk menggerakkan maupun mendorong
keluar debu-debu dan bakteri yang masuk. Pada sistem pernapasan
manusia dan mencit juga terdapat bronkus yang merupakan percabangan
dari trakea serta terdiri atas bronkus kiri dan kanan dan bronkiolus yang
merupakan percabangan dari bronkus.
Sistem pernapasan pada manusia tersusun dari beberapa bagian
yaitu dimulai dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan
alveolus. Selain itu, sisitem respirasi manusia dapat dibagi menjadi 2
berdasarkan letaknya yaitu sistem respirasi atas dan bawah. Sistem
respirasi atas terdiri dari hidung dan faring, sedangkan untuk sistem
respirasi bawah terdiri atas laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan
alveolus. Pada hewan coba sendiri sistem respirasi tersusun dari beberapa
bagian yaitu saluran respirasi anterior yang terdiri dari nostril, nasal cavity
dan nasoparing, saluran respirasi intermediat yang terdiri dari laring, trakea
dan bronkus. Saluran respirasi posterior yang terdiri dari paru-paru yaitu
paru-paru kiri yang hanya mempunyai lobus tunggal dan paru-paru kanan
dibedakan menjadi empat lobus yaitu superior, mediete, inferior dan post
caval (Nugroho, 2018). Pada manusia paru-paru kanan mempunyai 3
lobus, sedangkan paru-paru kiri mempunyai 2 lobus (Evelyn, 2019).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Anatomi sistem respirasi terdiri dari hidung, faring, laring, trakea,
bronkus dan paru-paru dimana susunan salurannya yaitu rongga
hidung, pangkal tenggorokan, cabang tenggorokan dan paru-paru
2. Rongga hidung menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara
yang masuk. Faring dan laring sebagai saluran udara. Trakea berfungsi
menyaring partikel kotoran. Bronkus berfungsi memastikan udara dan
keluar paru-paru. Bronkiolos bergungsi membantu proses distribusi
udara didalam paru-paru. Alveolus sebagai tempat pertukaran gas
antara udara yang dihirup dengan darah. Paru-paru berfungsi
memenuhi kebutuhan oksigen untuk setiap sel.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Diharapkan kedepannya bapak/ibu dosen dapat mendampingi
praktikan pada saat proses praktikum berlangsung, agar jika terjadi
kesalahan-kesalahan dapat segera diatasi.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan memberikan arahan yang jelas terlebih dahulu sebelum
praktikum dimulai dan selalu mendampingi agar jika terdapat hal yang keliru
atau kurang dipahami kami bisa tanyakan.
V.2.3 Saran Untuk Laboratotium
Diharapkan terus melengkapi alat dan bahan untuk praktikum
sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar dan melengkapi fasilitas
penunjang praktikum seperti AC serta dapat diperluas lagi ruangan
laboratoriumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Pribadi Gutama. Penggunaan Mencit dan Tikus Sebagai Hewan
Model Penelitian Nikotin. Bogor: Program Studi Teknologi Produksi
Ternak Fakultas Peternakan Inst
Arif Muttaqin, 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan, Jakarta : Salemba Medika.
Dial, K. P., Shubin, N., & Brainerd, E. L. 2017. Great Transformation in
Vertebrate Evolution. Chicago. University of Chicago Press.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Ed III. Departemen Kesehatan RI
Dr. Safrida., S.Pd. M.Si., 2020. Anatomi dan Fisilogi Manusia. Syiah Kuala
University Press.
Dwi Setyadi, Aditya. 2013. Organ Reproduksi dan Kualitas Sperma Mencit
(Musmusculus) yang mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum
basilicum) Segar. Bogor: Program Studi Teknologi Produksi Ternak
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Evelyn, CP. 2019. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia.
Guyton, AC. 2001. Buku Tesk Fisiologi Kedokteran, Alih Bahasa Adji
Dharma dan Lukmanto. EGC. Jakarta.
Hermann K, Pistollato F, Stephens ML. 2019. Beyond the 3Rs: Expanding
the use of Relevant Replacement Methods in Biomedical Research.
Altex. 36(3): 343-352.
Ikawati, zullies. 2016. Penatalaksanaan terapi penyakit sistem pernapasan
edisi 1. Yogyakarta
Irianto, Kus. (2008). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Paramedis.
Bandung: Yrama Widya
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Yogyakarta. UGM
Press
Maatjens, C. M., I. A. M. Reijrink, R. Molenaar, C. W. van der Pol, B. Kemp,
dan H. van den Brand. 2014. Temperature and CO2 During The
Hatching Phase. I. Effect of Chick Quality and Organ Development.
Poultry Science 10. 3382/PS.2013-03490.
Mangaratua, Parlindungan Silitonga Fransius. 2008. Penampilan
Reproduksi Mencit (Musmusculus) yang Diberi Daun Torbangun
(Coleus amboinicuslour) dan Taraf sop Daun Torbangun Kering.
Bogor: Program Studi Teknologi Produksi Ternak Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor
Nugroho RA. Mengenal Mencit Sebagai Hewan Laboratorium. Mulawarman
University Press; 2018.
Octavina, Y., dan Fadlil, A. 2014. Sistem pakar untuk mendiagnosa
penyakit pada saluran pernafasan dan paru menggunakan metode
certainty factor. Jurnal Sarjana Teknik Informatika, 2(2), 326–335.
Pearce Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakata: PT
Gramedia Pustaka Utama
Price.S.A, Wilson.L.M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit Bagian 2 edisi 4. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Price, S.A, Wilson, L.M, 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6, Volume I, Alih Bahasa Brahm U. Pendit, editor
Huriawati Hartanto, Jakarta: EGC
Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Rahayu, Ika Sari. 2019. Pengaruh Penggunaan Macromedia Flash
terhadap Hasil Belajar IPA Konsep Sistem Pernapasan Manusia
Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 4 Sungguminasa. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Rowe, Raymond C, dkk. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients,
6th Ed. Pharmaceutical Press, USA. Hal: 110-11;242-243.
Sabani Wahyu., Sumanto Budi. 2021. Purwarupa Spirometer Digital
Berbasis Labview. Departemen. Teknik Elektro dan Informatika.
Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Jurnal Listrik, Instrumentasi dan
Elektronika Terapan. Vol. 2, No. 1
Scanlon, V.C, & Sanders, T. 2007. Essentials of anatomy and physiology.
5th ed. Philadelphia; F.A. Davis Company.
Smith, B. J. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakandan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis Indonesia. Jakarta:
University Press.
Soemantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan
Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Salemba Merdeka. Jakarta.
Somantri, I. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Probolingo: Salemba Medika.
Sri Handayani, 2021. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cv Media Sains
Indonesia. Jawa Barat. Sugialam, Megawati. 2019. Pengembangan
Alat Peraga Sistem Pernapasan pada Manusia Menggunakan Bahan
Daun Ulang Berbasis Lingkungan Sekitar di Kelas V SDN 29 Songka
Kota Palopo. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keruguan: Institut Agama
Islam Negeri (IAN) Palopo.
Syaifuddin. B.AC 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Siswa Perawat.
Jakarta: Buku Kedokteran, EGC.
Tamsuri. 2008. Klien gangguan pernafasan: seri asuhan keperawatan.
Jakarta: EGC.
Tarwoto, Wartonah & Suryati, E.S. 2007. Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : CV Sagung seto.
Tarwoto. Wartonah. (2009). Anatomi & Fisiologi untuk Mahasiswa.Jakarta:
Trans Info Media.
Tribowo. 2014. Etika & Hukum Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.
LAMPIRAN

1. SKEMA KERJA
Disiapkan hewan coba
mencit

Dibius mencit menggunakan


eter

Diletakkan mencit pada papan


bedah

Dibersihkan mencit
menggunakan alkohol pada
permukaan tubuh mencit

Dibedah mencit menggunakan


bisturi/pisau bedah

Diambil dan diamati organ-organ


pernapasan
2. GAMBAR
NO GAMBAR KETERANGAN
1.

Menyiapkan Alat dan Bahan

2.

Eter

3.

Toples berisi kapas

4.

Menuangkan eter ke dalam


toples yang berisi kapas

5.

Memasukkan mencit ke dalam


toples yang berisi kapas dan
eter
6.

Meletakkan mencit diatas


papan bedah, kemudian di ikat

7.

Membersihkan mencit
menggunakan alkohol pada
permukaan tubuh mencit

8.

Membedah mencit
menggunakan bisturi

9.

Mencit dengan organ yang


lengkap setelah di bedah

10

Mengamati Organ-organ
pernapasan
3. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN

You might also like