Professional Documents
Culture Documents
-
-
-
7
Mindo Education Training Material
TOOLS OF
QA|QC
Training Recap - Mila Novalita Suhardani
Sanny, L., & Amalia, R. (2015). Quality improvement strategy to defect reduction with seven tools method: case in food field company in indonesia.
International Business Management, 9(4), 445-451.
Solanki, A. B., Rathod, A., Thakkar, J., & Shah, G. (2021). Application of quality tools to reduce in rejection of ice cream cones: A case in ice cream
cone making company. Materials Today: Proceedings, 47, 5781-5787.
1. Flow Chart 2. Check Sheet
Fig. 1: Flow chart of production (Sanny, L., & Amalia, R., 2015) Fig. 2: Check sheet (Sanny, L., & Amalia, R., 2015)
Objective: Objective:
- Visual representation of processes. - Fundamental for collecting and organizing data.
- Identifies bottlenecks and inefficiencies. - Records defects or issues systematically.
- Helps streamline operations. - Aids in identifying patterns and trends.
- Ensures adherence to quality and safety standards. - Facilitates continuous quality improvement.
Fig. 4: Total defect scatter diagram (Sanny, L., & Amalia, R., 2015)
Objective: Fig. 5: Defect types pareto chart (Sanny, L., & Amalia, R., 2015)
- Visualizes relationships between variables.
- Identifies correlations for data-driven decisions. Objective:
- Useful for optimizing conditions, e.g., Productivity vs. - Prioritizes issues based on their impact.
Production defect; shelf life vs. storage temperature. - Focuses resources on critical problems.
- Employs the 80/20 rule for efficient problem-solving.
- Drives significant improvements in quality control.
Fig. 6: Damage packaging histogram (Sanny, L., & Amalia, R., 2015)
Fig. 7: Damage packaging cause & effect diagram (Sanny, L., & Amalia, R., 2015)
Objective:
- Represents data distribution using bars or columns.
- Analyzes variation in quality parameters. Objective:
- Assesses product uniformity. - Systematically explores factors contributing to issues.
- Guides adjustments to meet quality standards. - Categories include men, methode, material, machine, &
environment factors..
- Visualizes relationships among contributing factors.
- Facilitates corrective action implementation.
Common Cause
Fig. 8: Control Chart (Sanny, L., & Amalia, R., 2015)
1. Upper Control Limit (UCL):a control chart that signifies the
highest acceptable level
Objective:
2. Central Limit (CL): representing the mean or average of the
- Monitors process performance over time. process data
- Detects trends, shifts, or anomalies. 3. Lower Control Limit (LCL): a control chart that indicates the
- Ensures consistent product quality. lowest acceptable level
- Prompts immediate corrective actions when out of
control.
1. Quality Control
1. Man (Karyawan)
a. Tidak mengikuti langkah-langkah intruksi dengan cermat
Karyawan mungkin tidak mengikuti setiap langkah intruksi karena merasa sudah terbiasa
melakukan kegiatan tersebut sehingga memungkinkan tidak membaca kembali intruksi dan
terdapat bagian yang terlewat, hal ini dapat menyebabkan kelalaian dan kesalahan saat
melakukan coding
b. Kurang terlatih dan paham dengan intruksi kerja
Karyawan yang belum terlatih dan tidak memhami intruksi kerja dalam menggunakan alat
dan perangkat pelabelan dengan coding dapat beresiko membuat kesalahan coding.
Kurangnya pemahaman ini dapat membuat kekeliruan dalam menginput coding dalam
pelabelan. Permasalahan ini dapat disebabkan oleh secondary problem berupa kurangnya
pelatihan terhadap karyawan ataupun karyawan yang bekerja adalah karyawan baru
c. Salah menginput informasi atau data
Kesalahan dalam pengcodingan pada pelabelan dapat disebabkankan karena kekeliruan
memasukan informasi produk dalam input data pada perangkat pelabelan. Ketidakakuratan
dalam mengetik setiap karakter pada pengcodingan dapat menyebabkan label memiliki kode
tanggal tidak benar dan memungkinkan kode tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa
terbalik/tertukar
d. Tidak teliti dan tidak fokus
Karyawan yang tidak teliti dan fokus saat melakukan pelabelan bereiko membuat kesalahan
coding dan pelabelan yang berdampak pada informasi produk dan label terbalik. Pada
kondisi yang tidak fokus maka dalam penginputan data juga dapat terganggu
2. Methode
a. Ketidakjelasan prosedur
Proses pelabelan dengan koding dapat mengalami masalah jika intruksi kerja yang ada
menjadi tidak jelas atau sulit dimengerti. Hal ini dapat disebabkan pula karena prosedur
sudah usang sehingga tulisan menjadi pudar atau jika intruksi kerja menggunakan bahasa
yang rumit. Karena dengan ketidakjelasan metode yang diberikan maka karyawan selaku
pelaksana kegiatan akan kebingungan dan memungkinkan kesalahan terjadi.
b. Tidak adanya prosedur yang tertulis di pos pelabelan
Umumnya setiap alat dilengkapi dengan prosedur yang tertempel baik pada alat tersebut
atau pada pos penggunaan alat. Ketika pada pos atau alat tidak adanya intruksi, karyawan
mungkin akan mengandalkan pengetahuan mereka sendiri atau tidak mengikuti metode
standar perusahaan. Hal ini menyebabkan terjadinya kesalahan coding dan hasil label
menjadi terbalik
c. Urutan pengerjaan rumit
Jika urutan langkah yang tercantum pada prosedur proses pelabelan terlalu rumit (kata-kata,
kalimat, dll) atau tidak intuitif, karyawan akan kebingungan dan membuat kesalahan dalam
pengcodingan label.
d. Kurangnya pemeriksaan
Pemeriksaan yang tidak teliti selama proses pelaksanaan dan ketidaksesuaian pemeriksaan
dapat mengakibatkan kesalahan pencodingan yang tidak terdeteksi sejak awal. Sehingga
baru setelah label tercetak dan dicek kembali baru terlihat kesalahannya.
3. Management
a. Kurangnya pengawasan
Kurangnya pengawasan selama produksi dapat menyebabkan karyawan atau pelaksana
melakukan potensi kesalahan yang lebih besar. Karena tidak adanya pencegahan pada setiap
tahap yang dilakukan. Apabila adanya pengawasan yang ketat, memungkinkan sejak awal
kesalahan coding maka dapat dihentikan sehingga tidak menunggu produk selesai dilabel
yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan
4. Machine
a. Kerusakan perangkat (komputer/mesin label)
Perangkat pelabelan yang mengalami kerusakan baik pada software atau hardware dapat
menghasilkan informasi cetak yang tidak akurat. Walaupun karakter di coding sudah benar
namun apabila software mengalami kerusakan memungkinkan tetap terjadi kesalahan
coding sehingga alat tidak bekerja sesuai intruksi coding sehingga label tanggal produksi dan
kadaluarsa dapat tertukar.
b. Pemeliharaan tidak optimal
Jika mesin pelabelan tidak dipelihara dengan baik secara rutin atau tidak digunakan sesuai
intruksi, maka memungkinkan terjadinya penurunan kinerja alat atau software yang dapat
menyebabkan software tidak mampu membaca coding dan membuat intruksi yang keliru.
5. Environment
a. Lingkungan kerja bising
Lingkungan kerja yang bising dapat mengganggu konsentrasi karyawan saat melakukan
coding saat pelabelan. Kondisi ini dapat terjadi karena bagian pelabelan dekat dengan pos
pengolahan yang lain, karyawan berbicara selama bekerja, suara mesin lain yang terlalu
keras. Kondisi ini dapat mengganggu konsentrasi dan menyebabkan kesalahan coding
b. Lalu lalang orang
Lalu lintas karyawan yang sibuk di sekitar area pos pelabelan dapat mengalihkan perhatian
karyawan yang bekerja, sehingga saat pengcodingan terjadi kesalahan.
2. Quality Assurance
Berdasarkan fishbone diagram diketahui penyebab terjadinya kesalahan berasal dari berbagai
aspek. Namun, akar permasalahan utama yaitu kurangnya pengawasan dan kontrol kualitas yang
efektif. Hal ini disebabkan karena dengan menyelesaikan pengawasan yang baik maka kelalaian
karyawan dan aspek lain dapat diatasi.
Root Cause Analysis Permasalahan: Kesalahan coding dan label tanggal produksi serta tanggal
kadaluwarsa terbalik
Akar masalah:
Kurangnya pengawasan dan kontrol kualitas yang efektif
Correction Hentikan produksi pada batch yang mengalami kesalahan, dan buat
penempelan sticker koreksi yang berisi informasi yang benar dan mampu
menutupi label yang salah
Corrective action Meningkatkan pengawasan dan pemantauan yang lebih baik dan ketat selama
proses pelabelan untuk mencegah kesalahan dari berbagai aspek.