You are on page 1of 10

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS ILMU SOSIAL, HUKUM DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA I
IDENTIFIKASI ISI PETA

Nama : Rizqya Putri Sani Nurussolikhin


NIM : 22405244017
Kelas : K4

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat memahami serta mengidentifikasi komponen-komponen yang ada pada
peta.

B. Alat dan Bahan


1. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar1407-643 Pracimantoro Skala 1:25.000
2. Kertas HVS A4
3. Penggaris
4. Pensil
5. Penghapus
6. Pulpen

C. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum.
2. Menyiapkan dan membuka lembar peta yang telah ditentukan.
3. Mengamati, mengidentifikasi, dan menganalisis komponen yang ada dalam Peta Rupa
Bumi Indonesia.
4. Menuliskan hasil pengamatan, identifikasi, dan analisis pada lembar kertas yang telah
disediakan.
5. Membuat laporan praktikum.

1|Lab Geospasial, FIS UNY, 2023


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL, HUKUM DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

D. Hasil dan Pembahasan


a. Hasil
Terlampir.
b. Pembahasan
Peta merupakan gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang
dipilih dari permukaan bumi yang memiliki kaitan dengan permukaan bumi atau benda-
benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan
diperkecil/diskalakan (International Cartographic Association dalam Maharani dan
Maryani, 2015). Dari pengertian tersebut, peta tidak hanya menunjukkan gambaran
permukaan bumi, tetapi meluas pada gambaran unsur-unsur atau objek secara geografis,
bahkan meluas sampai benda-benda angkasa. Sementara menurut Setyawan, dkk (2018),
peta merupakan gambar wilayah dimana informasi diletakkan dalam bentuk simbol-
simbol. Peta disajikan untuk memberikan informasi-informasi berupa batas wilayah,
sarana prasarana, bangunan, penggunaan lahan, dan jalan. Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional menjelaskan bahwa peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan
penyajian data kondisi lingkungan, serta sumber informasi bagi para perencana dan
pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan (Sajo dalam
Prihatmaji dkk, 2013).
Praktikum Acara 1 Kartografi dan Penginderaan Jauh ini membahas mengenai
identifikasi Peta Rupa Bumi Indonesia. Penyusunan dan penempatan komponen peta
memiliki baku mutu/standar yang sudah disetujui oleh ahli kartografi internasional.
Pembakuan ini berguna untuk memudahkan pengguna peta dalam mencari keterangan-
keterangan pada peta. Penyusunan dan penempatan komponen peta harus diatur
sedemikian rupa agar semua data dan informasi yang ada pada peta memperlihatkan
keseimbangan.
Menurut Soendjojo & Riqqi (2012) terdapat 2 jenis komponen, yaitu komponen
atau keterangan wajib dan komponen atau keterangan tambahan. Komponen wajib
merupakan keterangan-keterangan yang dianggap penting dan harus dicantumkan.

2|Lab Geospasial, FIS UNY, 2023


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL, HUKUM DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

Sementara komponen tambahan merupakan keterangan-keterangan yang dianggap perlu


dan sebaiknya dicantumkan dengan syarat apabila ruang masih memungkinkan.
Berdasarkan hasil yang tertera pada lampiran, dapat diketahui bahwa komponen-
komponen dari Peta Rupa Bumi Indonesia terdiri dari judul peta, skala (numerik dan
batang), nomor lembar peta, petunjuk letak peta (inset), diagram lokasi, tahun
pembuatan atau edisi peta, data geodetis, sumber peta, legenda, catatan hak cipta,
keterangan riwayat, petunjuk pembacaan koordinat geografi, petunjuk pembacaan
koordinat UTM, keterangan batas administrasi, satuan tinggi dan selang kontur,
singkatan dan kesamaan arti, keterangan arah-arah utara, garis astronomis, dan gambar
peta.
Komponen peta yang pertama adalah judul peta. Judul peta bersifat sangat penting
karena merupakan unsur yang pertama kali dilihat untuk mengetahui informasi mengenai
seluruh isi yang digambarkan peta. Pada peta tersebut, informasi judul peta yang didapat
adalah “Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1:25.000, Nomor lembar 1407-643
Pracimantoro Edisi: 1-2001”. Unsur-unsur dalam tanda petik tersebut merupakan
komponen judul peta dan merupakan suatu kesatuan. Judul peta termasuk ke dalam
komponen wajib yang harus disertakan pada peta (Soendjojo & Riqqi, 2012). Judul peta
terletak di sebelah kanan atas dengan penulisan kapital, tegak, dan bold. Dalam judul
peta tersebut, dapat diketahui bahwa peta tersebut dibuat pada tahun 2001 dan
merupakan edisi pertama dari peta lembar 1407-643 tersebut. Gambar berikut
merupakan judul dan letaknya pada peta.

Gambar 1.1: Judul Peta pada Peta


Skala peta merupakan perbandingan antara suatu jarak di atas peta dengan jarak
yang diwakilinya di muka bumi. Selain itu, skala peta juga dapat diartikan sebagai

3|Lab Geospasial, FIS UNY, 2023


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL, HUKUM DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak horizontal kedua titik
di permukaan bumi (Utami & Indardi, 2019). Lebih lanjut, Utami dan Indardi (2019)
menuturkan bahwa semakin besar skala peta, semakin teliti posisi data yang dapat
disajikannnya. Dari peta Rupa Bumi Indonesia di atas, diketahui bahwa peta tersebut
memiliki dua jenis skala, yaitu skala numerik dan skala batang. Skala numerik
merupakan skala yang dinyatakan dalam bentuk angka, yaitu 1:25.000, sementara skala
batang adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk sebuah ruas bilangan atau batang
pengukur. Angka di bagian atas batang pengukur menunjukkan jarak pada peta,
sementara angka di bagian bawah batang pengukur menunjukkan jarak sesungguhnya di
lapangan. Skala numerik terletak di bagian bawah judul, sementara skala batang terletak
di bagian tengah bawah wilayah yang dipetakan. Berikut merupakan gambar skala angka
dan skala batang pada peta.

Gambar 1.2: Skala Angka dan Skala Batang pada Peta


Nomor lembar peta merupakan sistem penomoran yang dibuat sistematis untuk
memudahkan pembaca dalam mengidentifikasi wilayah yang dipetakan. Sistem
penomoran Peta Rupa Bumi Indonesia dibuat dalam kode numerik (Soendjojo & Riqqi,
2012). Nomor lembar peta terletak di bagian kanan atas peta, tepatnya berada di bawah
skala angka. Pada peta tersebut, diketahui nomor lembar yang tercantum adalah 1407-
643 yang menunjukkan lembar Pracimantoro. Berikut adalah gambar nomor lembar pada
peta.

Gambar 1.3: Nomor Lembar pada Peta


Menurut Kementerian PUPR, petunjuk letak peta didefinisikan sebagai kotak
yang menggambarkan lokasi pemetaan secara keseluruhan dan memberikan indikasi
mengenai posisi peta bersangkutan terhadap keseluruhan daerah yang dipetakan.
Petunjuk letak peta atau sering diseut inset akan memudahkan pembaca untuk
mengetahui secara tepat posisi daerah yang dieptakan. Petunjuk letak peta terletak di

4|Lab Geospasial, FIS UNY, 2023


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL, HUKUM DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

bawah judul tepatnya berada di sebelah diagram lokasi. Tidak jauh dari petunjuk letak
peta, diagram lokasi merupakan penggambaran lokasi lembar peta bersangkutan
terhadap daerah yang lebih luas, sehingga pengguna peta dapat mengetahui lokasi secara
pasti (Soendjojo & Riqqi, 2012). Diagram lokasi terletak di sebelah kanan petunjuk letak
peta. Berikut merupakan gambar petunjuk letak peta dan diagram lokasi yang terdapat
pada peta.

Gambar 1.4: Petunjuk Letak Peta dan Diagram Lokasi Peta


Menurut Soendjojo dan Riqqi (2012), data geodetis merupakan data yang berisi
keterangan mengenai penggunaan proyeksi peta. Diantaranya adalah jenis proyeksi yang
digunakan, sistem grid, datum horizontal, datum vertikal, satuan tinggi, dan selang
kontur. Komponen ini terletak di bagian bawah petunjuk letak peta dan diagram lokasi.
Dari peta tersebut didapat informasi proyeksi yang digunakan yaitu transverse mercator,
menggunakan sistem grid geografi dan universal transverse mercator, menggunakan
datum horizontal geodesi nasional 1995, datum vertikal muka laut Tanjung Priok Jakarta
dengan satuan tinggi meter dan selang kontur 12,5 meter. Berikut merupakan gambar
data geodetis yang terdapat pada peta.

Gambar 1.5: Data Geodetis Peta


Terdapat pula komponen sumber peta yang berisi informasi mengenai data
pembuat peta, sumber peta dasar, sumber peta pada batas administrasi, dan tahun
pembuatan. Selain itu, terdapat pula komponen keterangan riwayat yang berisi asal usul
peta,yang memuat sumber-sumber data dan metode pemetaan. Sumber peta terletak di

5|Lab Geospasial, FIS UNY, 2023


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL, HUKUM DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

bawah keterangan data geodetis, sementara keterangan riwayat berada di bagian bawah
legenda. Dari peta tersebut, dapat diketahui bahwa Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar
1407-643 Pracimantoro dicetak dan diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Pada peta tersebut juga disematkan keterangan
catatan hak cipta yang dapat melindungi hak cipta peta oleh plagiator. Pada peta
tersebut, catatan hak cipta terletak di bagian bawah sumber peta. Berikut merupakan
gambar sumber peta dan keterangan riwayat.

Gambar 1.6: Sumber Peta dan Keterangan Riwayat


Kemudian, terdapat komponen lain peta yang wajib disertakan, yaitu legenda.
Menurut Soendjojo dan Riqqi (2012) legenda merupakan bagian yang menjelaskan
simbol-simbol yang digunakan dalam peta. Simbol pada peta rupa bumi tersebut dibagi
dalam kelompok simbol gedung dan bangunan lainnya, perhubungan, tumbuh-
tumbuhan, relief, titik kontrol, batas administrasi, dan perairan. Legenda terletak di
bagian bawah catatan hak cipta. Berikut merupakan gambar legenda yang terdapat pada
peta RBI tersebut.

Gambar 1.7: Legenda pada Peta

6|Lab Geospasial, FIS UNY, 2023


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL, HUKUM DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

Dalam peta tersebut, terdapat komponen lain berupa petunjuk pembacaan


koordinat yang terbagi menjadi koordinat geografi dan koordinat UTM. Komponen ini
merupakan petunjuk cara pembacaan sistem koordinat. Sistem koordinat Geografi
digunakan untuk menunjukkan suatu titik di Bumi berdasarkan garis lintang dan garis
bujur. Dalam peta tersebut dapat diketahui bahwa suatu titik memiliki koordinat
geografis 110 48’ 39” BT dan 08 02’ 59” LS. Sementara koordinat UTM digunakan
untuk membaca proyeksi peta pada bentuk datar. Berikut merupakan gambar petunjuk
pembacaan koordinat geografi dan koordinat UTM pada peta.

Gambar 1.8: Petunjuk Pembacaan Koordinat Geografi


dan Koordinat UTM
Keterangan batas administrasi merupakan salah satu komponen tambahan yang
dapat disertakan apabila ruang pada peta masih memenuhi. Keterangan batas
administrasi ini berisi garis-garis batas wilayah, negara, provinsi, kabupaten, kota, dan
kecamatan. Keterangan batas administrasi ini terletak di sebelah kiri petunjuk
pembacaan koordinat UTM. Pada peta tersebut, dapat diketahui bahwa daerah
administrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi Kabupaten Gunung Kidul,
Kecamatan Rongkop, Kecamatan Ponjong. Sementara daerah administrasi Provinsi Jawa
Tengah meliputi Kecamatan Pracimantoro, Kecamatan Eromoko, Kecamatan Giriwoyo,
Kecamatan Giritontro. Gambar 1.9 berikut merupakan keterangan batas administrasi
yang terdapat pada peta lembar Pracimantoro tersebut.

7|Lab Geospasial, FIS UNY, 2023


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL, HUKUM DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

Gambar 1.9: Keterangan Batas Administrasi


Pada peta tersebut, dapat ditemukan komponen berupa singkatan dan kesamaan
arti atau glosari. Pada komponen ini, dijelaskan singkatan-singkatan yang digunakan
pada peta, seperti K (kali), G (gunung), Kec (Kecamatan). Pada komponen ini pula,
dijelaskan kesamaan arti seperti lor (utara), kidul (selatan), wetan (timur), kulon (barat),
kali (sungai), dan telaga (danau). Komponen ini berada di sebelah kanan keterangan
arah-arah utara peta. Gambar 1.10 berikut merupakan gambar dari singkatan dan
kesamaan arti pada peta.

Gambar 1.10: Singkatan dan Kesamaan Arti (Glosari)


Komponen keterangan arah-arah utara (orientasi) merupakan komponen wajib
yang berfungsi untuk memberikan informasi mengenai arah-arah utara yang digunakan
pada peta. Terdapat tiga arah utara, yaitu utara sejati (true north): arah dari meridian ke
kutub utara pada setiap titik di peta; arah utara grid (grid north): arah ke jurusan utara
dari garis-garis grid utara-selatan di peta; arah utara magnetis (magnetic north): arah ke
jurusan kutub magnetis utara seperti yang ditunjukkan oleh jarum kompas bebas dari
kesalahan dan gangguan (Soendjojo & Riqqi, 2012). Selain itu, terdapat juga delineasi

8|Lab Geospasial, FIS UNY, 2023


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL, HUKUM DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

magnetis yang merupakan sudut antara arah utara magnetis dan utara sejati. Komponen
ini terletak di bagian bawah paling kiri. Gambar orientasi mata angin ditunjukkan oleh
gambar 1.11 berikut.

Gambar 1.11: Orientasi Mata Angin


Komponen wajib lainnya yaitu garis astronomis. Garis astronomis merupakan
garis khayal yang dibuat dan digunakan untuk mempermudah menentukan posisi suatu
tempat di muka bumi (Soendjojo dan Riqqi, 2012). Terdapat dua jenis garis astronomis,
yaitu garis bujur yang membentang dari utara keselatan dan garis lintang yang
membentang dari timur ke barat dan membagi dunia menjadi lintang utara dan lintang
selatan. Garis astronomis ini terletak di dalam peta, tepatnya di gambar wilayah yang
dipetakan. Gambar 1.12 berikut merupakan isi peta beserta garis astronomisnya.

Gambar 1.12: Isi Peta dan Garis Astronomi Peta

E. Daftar Pustaka

9|Lab Geospasial, FIS UNY, 2023


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL, HUKUM DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

Maharani, W., & Maryani, E. (2015). Peningkatan spatial literacy peserta didik melalui
pemanfaatan media peta. Jurnal Pendidikan Geografi, 15 (1), 46-54.
Prihatmaji, Y. P., Adi, W., & Rahman, F. (2013). Penyuluhan dan pemetaan lokasi rumah.
Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 2 (1), 20-22.
Setyawan, D., Nugraha, A. L., & Sudarsono, &. B. (2018). Analisis potensi desa berbasis
sistem
informasi geografis (Studi kasus Kelurahan Sumurboto, Kecamatan Banyumanik,
Kabupaten Semarang). Jurnal Geodesi Undip, 7 (4).
Soendjojo, H., & Riqqi, A. (2012). Kartografi. Bandung: Penerbit ITB.
Utami, W., & Indardi. (2019). Kartografi. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pertahanan Nasional .

10 | L a b Geospasial, FIS UNY, 2023

You might also like