You are on page 1of 9

MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN DARI FAKTOR

BUDAYA
MK : DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DOSEN PENGAMPU : RAHAYU H.AKILI SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ANGGOTA KELOMPOK
1.FACHRI SUMAILA (231111010107)
2. NAYLA PUTRI ALAM (231111010129)
3. CHRISTANIA L. T. KADOENA(231111010102)
4. JUVELIN CRISTIANI LIEM (231111010118)
5.CHRISMAS MALENSANG (231111010101)
6.FITRIANI INDAN (231111010108)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
(Fachri Sumaila / 231111010107)

Masalah Kesehatan lingkungan yang dipengaruhi oleh faktor Budaya


Kesehatan Lingkungan adalah kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung terciptanya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.Kesehatan lingkungan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor,salah satunya adalah Budaya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, budaya artinya pikiran, akal budi,adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan turun temurun yang sukar diubah.Dan budaya merupakan salah satu faktor penting
yang memiliki dampak pada aspek kehidupan masyarakat.
Pada penjelasan makalah ini,kami fokus pada budaya yang dapat berdampak pada
kesehatan lingkungan.Tentunya budaya yang baik dapat memberikan manfaat bagi manusia
dan lingkungan,namun jika budaya tersebut tidak baik (buruk) maka dapat menimbulkan
masalah pada masyarakat dan lingkungan khususnya masalah kesehatan.
Berikut adalah contoh masalah kesehatan lingkungan dari faktor budaya : Polusi,Pencemaran
Air,dan Pencemaran Udara
1. Masalah kesehatan lingkungan dari faktor Budaya Konsumtif Berlebihan
Budaya konsumtif adalah suatu budaya atau kebiasaan yang mendorong individu untuk
membeli barang-barang yang tidak diperlukan secara berlebihan yang dapat menyebabkan
peningkatan produksi dari pabrik-pabrik barang tersebut dan pembuangan limbah yang lebih
banyak. Sehingga hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan seperti pada air yang
akan tercemar akibat pembuangan limbah pabrik produksi, dan penggunaan sumber daya
alam yang berlebihan. Selain itu perilaku konsumtif bisa menyebabkan pemanasan global,
namun hal itu tidak pernah disadari oleh para masyarakat yang memiliki budaya konsumtif
berlebihan tersebut. Dijelaskan bahwa perilaku konsumtif dapat menyebabkan pemanasan
global, dikarenakan semua produk yang dibeli atau digunakan oleh manusia, dibuat
menggunakan energi yang sangat banyak, seperti energi listrik dan batu bara. Menurut
organisasi UNFCCC,dari produk-produk yang digunakan manusia berkontribusi 60% sebagai
penghasil gas rumah kaca. Hal ini meningkatkan pemanasan global, yang mengakibatkan
masalah kesehatan lingkungan yang serius. Dari pemanasan global, terjadi peningkatan suhu
dan perubahan iklim yang dapat mempengaruhi kualitas udara, air, dan tanah, serta
menyebabkan penyebaran penyakit yang lebih luas. Peningkatan suhu dapat memperburuk
polusi udara, terutama di daerah perkotaan. Suhu yang tinggi dan kondisi cuaca yang tidak
stabil dapat mempercepat pembentukan ozon di permukaan bumi, yang dapat menyebabkan
masalah pernapasan dan penyakit jantung pada manusia. Semua masalah kesehatan
lingkungan diatas terjadi karena disebabkan dari budaya yang dianggap biasa saja yaitu
konsumtif yang berlebihan.
Contohnya : Budaya konsumtif yang berlebihan pada masyarakat di Kota
Manado,masyarakat manado dikenal sangat boros,apalagi dalam hal fashion yang berlebihan
yang seharusnya itu tidak termasuk hal yang penting.Di Manado terdapat istilah “Lebe bae
kalah nasi daripada kalah aksi”. Dan dari hal itu sangat mencerminkan budaya konsumtif
masyarakat manado.Mereka lebih banyak membeli barang-barang yang tidak penting atau
hanya untuk gaya saja,hal itu membuat peningkatan produksi dan limbah pabrik serta
peningkatan sampah dari produk produk tersebut.Dan pada akhirnya menjadi faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan lingkungan.
2.Budaya buang sampah sembarangan
Rasa malas telah melahirkan budaya membuang sampah sembarangan. Budaya buang
sampah sembarangan juga merupakan faktor yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan
lingkungan. Ketika sampah dibuang sembarangan, terutama di perairan atau tempat-tempat
umum, dapat menyebabkan pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran air dapat terjadi
ketika sampah mencemari sumber air seperti sungai, danau, atau laut. Air yang tercemar
dapat mengandung zat-zat berbahaya seperti logam berat atau bahan kimia yang dapat
membahayakan organisme hidup di dalamnya dan juga manusia yang mengonsumsi air
tersebut.
Pencemaran udara juga dapat terjadi ketika sampah dibakar atau terurai secara tidak
sempurna. Proses pembakaran sampah menghasilkan emisi gas beracun dan partikel-partikel
yang dapat merusak kualitas udara dan menyebabkan masalah pernapasan pada manusia.
Selain itu, budaya buang sampah sembarangan juga dapat mencemari tanah. Sampah yang
terbuang di tempat-tempat terbuka dapat merusak kesuburan tanah dan menghambat
pertumbuhan tanaman. Bahan kimia berbahaya dalam sampah juga dapat meresap ke dalam
tanah dan mencemari sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia.
Budaya buang sampah sembarangan di Indonesia ini sudah sangat merajalela,khususnya di
kota Manado.Banyak penduduk Manado yang tidak memiliki kesadaran akan pentingnya
pengelolaan sampah yang baik, sehingga mereka cenderung membuang sampah
sembarangan.Sampah-sampah yang berserakan dapat mencemari sungai, danau, dan laut di
sekitar Manado.Contohnya di daerah pesisir pantai karangria dan di Kali Jengki yang banyak
sekali sampah dan terlihat airnya yang kotor karena tercemar.Hal ini dapat mengganggu
ekosistem air dan mengancam kehidupan makhluk hidup di dalamnya.Selain itu, sampah
yang tidak terkelola dengan baik juga dapat menyebabkan masalah kesehatan manusia.
Sampah yang berserakan menjadi sarang bagi berbagai hama dan penyakit. Banyak warga
Manado yang menderita penyakit diare,penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan, dan
penyakit lainnya akibat paparan sampah yang tidak terkelola dengan baik.
3.Budaya berupa kebiasaan membakar sampah
Masalah kesehatan lingkungan yang dipengaruhi oleh faktor budaya selanjutnya adalah
polusi udara akibat kebiasaan membakar sampah. Di beberapa daerah, terutama di perkotaan,
masih banyak masyarakat yang membakar sampah sebagai cara untuk menghilangkan
sampah yang tidak terkelola dengan baik. Kebiasaan ini dapat menyebabkan polusi udara
yang berbahaya bagi kesehatan manusia.Saat sampah dibakar, terjadi pembakaran tidak
sempurna yang menghasilkan asap dan gas beracun seperti karbon monoksida, sulfur
dioksida, dan partikel-partikel berbahaya lainnya. Paparan jangka panjang terhadap polutan-
polutan ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi mata dan tenggorokan, penyakit
jantung, dan bahkan kanker.
Selain itu, pembakaran sampah juga dapat menghasilkan polusi udara dalam bentuk partikel-
partikel kecil yang dikenal sebagai PM2.5. Partikel-partikel ini sangat kecil sehingga dapat
masuk ke dalam paru-paru dan bahkan masuk ke dalam aliran darah. Paparan jangka panjang
terhadap PM2.5 dapat menyebabkan gangguan pernapasan kronis, peningkatan risiko
penyakit kardiovaskular, dan mempengaruhi perkembangan paru-paru pada anak-anak.
Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk mengubah kebiasaan membakar sampah menjadi
pengelolaan sampah yang lebih baik seperti daur ulang atau pengolahan sampah secara aman.
Selain itu, kampanye dan edukasi juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan bahaya pembakaran sampah dan pentingnya menjaga kualitas udara yang
bersih.

Fitriani Indan (231111010108)

4.Budaya penggunaaan pestisida


Budaya penggunaaan pestisida dalam pertanian memiliki dampak pada lingkungan.Pestisida
secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk membasmi hama
yang dapat merugikan kepentingan manusia. Pestisida dianggap sebagai garansi keberhasilan
berproduksi karena didalam menanam sayuran tanpa pestisida dianggap tidak aman.Oleh
sebab itu di dalam menanam sayuran tidak lepas dari yang namanya bahan kimia yakni
pestisida. Pestisida telah secara luas digunakan untuk
Tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida dianggap
dapat mencemari lingkungan karena Kandungan bahan kimia yang beracun dan berbahaya
dapat mematikan mikroorganisme dalam tanah sehingga tanah akan tercemar dan
menurunnya, sehingga tingkat kesuburan tanah mengakibatkan tanah menjadi lebih asam.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan
tanah menjadi terkontaminasi dan rusak.

(Christania Lusiana Trinita Kadoena / 231111010102)

5. Budaya membuang limbah atau sampah elektronik yang telah rusak.


Hadirnya berbagai macam peralatan elektronik seperti laptop, handphone dan perangkat
lainya memang sangat membantu kita dalam kegiatan sehari-hari. Bahkan saat ini, ketika kita
baru terbagun dari tidur pun benda yang pertama kali kita cari adalah handphone. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perangkat elektronik sangat dibutuhkan dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Selain itu, masa pandemi Covid-19 juga menuntut kita
untuk menggunakan teknologi digital untuk melakukan berbagai macam kegiatan dan
aktivitas. Hal tersebut membuat jumlah penggunaan perangkat elektronik makin meningkat.
Tanpa kita sadari, hal tersebut membuat sampah atau limbah elektronik yang dihasilkan
makin meningkat seiring dengan banyaknya jumlah pengguna. Apa yang Anda lakukan ketika
ponsel Anda rusak atau hilang? Anda menggantinya. Namun apa yang terjadi setelah Anda
mengganti ponsel lama Anda? Seringkali, ponsel Anda berakhir di lemari atau loteng, dan
akhirnya dibuang ke tempat pembuangan sampah. Saat ini, jumlah ponsel di dunia lebih
banyak dibandingkan jumlah manusia . Namun meskipun 70% ponsel dapat didaur ulang,
hanya 14-17% yang didaur ulang setiap tahunnya. Sisanya berakhir di tempat sampah.
Saat ini, kalian hanya fokus terhadap permasalahan sampah plastik yang melimpah. Padahal
masalah sampah elektronik juga harus kita waspadai dan kita atasi secepat mungkin. Selain
itu, sampah elektronik juga memiliki kandungan yang tidak kalah berbahayanya dari sampah
plastik. Sampah elektronik memiliki berbagai kandungan senyawa halogen dan logam yang
berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan tubuh manusia. Setiap sampah elektronik
mengandung bahan yang berbahaya dan beracun seperti merkuri, timbal, lithium, dan
kadmium. Kandungan tersebut merupakan material yang tidak dapat diurai oleh alam,
sehingga dapat mencemarkan dan merusak lingkungan
Pembuangan sampah elektronik yang mengandung bahan beracun seperti timbal, merkuri,
arsenik, kadmium, klorin secara sembarangan dapat menyebabkan pencemaran udara, tanah,
air, dan masalah kesehatan pada manusia. Limbah elektronik atau limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) yang masuk ke lingkungan, akan mengakibatkan asidifikasi tanah yang
dapat merusak tanah, sehingga tanah tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam maupun
dijadikan hunian. Selain itu, jika limbah tersebut sudah mencemari lingkungan, maka zat-zat
kimia yang berbahaya yang terkandung dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Limbah ini
dapat menyebabkan kanker (efek karsinogenik), kerusakan jantung, hati dan limpa, otak
kronis, bronkhitis, bahkan potensi merusak DNA (efek mutagenik dan teratogenik). Selain
berdampak pada kesehatan secara tidak langsung, limbah jenis ini juga dapat berdampak
langsung kepada manusia karena berpotensi mencelakakan manusia dengan ledakan,
kebakaran, serta reaksi korosif.
Contoh : Apabila sampah dari perangkat elektronik seperti baterai, kabel dan lainya diolah
dengan cara di bakar. Hasil dari pembakaran tersebut tentu menghasilkan kandungan senyawa
baru yang lebih berbahaya. Kandungan hasil pembakaran tersebut kemudian tercampur
dengan udara. Dapat dibayangkan, jika kita menghirup udara yang memiliki kandungan
senyawa yang berbahaya setiap hari. Berbagai penyakit dan organ tubuh kita tentunya akan
rusak karena kandungan kimia yang berbahaya.
Oleh karena itu, untuk mengurangi sampah elektronik kita dapat memulainya dari diri kita
sendiri. Contohnya gunakan perangkat elektronik dengan sebaik mungkin agar tidak cepat
mengalami kerusakan serta kita harus menyeleksi antara kebutuhan dan keinginan sehingga
perangkat elektronik tidak digunakan sebagai gaya hidup saja. Dengan cara kecil seperti itu,
tumpukan sampah elektronik dapat berkurang.

Nayla Putri Alam (231111010129)

6.Penangkapan ikan berlebihan adalah praktik penangkapan ikan yang melebihi kapasitas
pemulihan populasi ikan di suatu daerah perairan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan
jumlah ikan, kerusakan ekosistem laut, dan ancaman terhadap keberlanjutan sumber daya
ikan.
Praktik penangkapan ikan berlebihan dapat memiliki dampak negatif yang signifikan,
termasuk:
1. Penurunan populasi ikan: Penangkapan ikan berlebihan dapat menyebabkan penurunan
drastis dalam jumlah ikan di suatu daerah perairan. Hal ini dapat mengganggu rantai makanan
dan mengancam kelangsungan hidup spesies ikan tertentu.
2. Kerusakan ekosistem laut: Penangkapan ikan berlebihan juga dapat menyebabkan
kerusakan pada ekosistem laut. Ikan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan
ekosistem, termasuk sebagai pemangsa dan pemakan plankton. Jika populasi ikan menurun,
hal ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan menyebabkan efek domino pada
spesies lain dalam rantai makanan.
3. Gangguan terhadap mata pencaharian: Penangkapan ikan berlebihan juga dapat
mengganggu mata pencaharian nelayan dan komunitas pesisir yang bergantung pada sumber
daya ikan. Jika stok ikan menurun, nelayan akan kesulitan mendapatkan ikan yang cukup
untuk menjalankan usaha mereka.
4. Hilangnya keanekaragaman hayati: Penangkapan ikan berlebihan dapat menyebabkan
hilangnya keanekaragaman hayati di perairan tertentu. Spesies ikan tertentu mungkin menjadi
terancam punah atau bahkan punah jika penangkapan ikan berlanjut tanpa pengelolaan yang
baik.
5. Dampak sosial dan ekonomi: Penangkapan ikan berlebihan juga dapat memiliki dampak
sosial dan ekonomi yang signifikan. Hilangnya mata pencaharian nelayan dan kerusakan
ekosistem laut dapat mengganggu ekonomi lokal dan menyebabkan ketidakstabilan sosial.
Untuk mengatasi masalah penangkapan ikan berlebihan, diperlukan tindakan pengelolaan perikanan
yang berkelanjutan. Hal ini meliputi pengaturan kuota penangkapan ikan, pembentukan kawasan
konservasi laut, pengembangan metode penangkapan ikan yang ramah lingkungan, dan penegakan
hukum yang ketat terhadap praktik penangkapan ikan ilegal. Selain itu, kesadaran dan partisipasi
masyarakat juga penting dalam menjaga keberlanjutan sumber daya ikan.

(Juvelin Cristiani Liem/231111010118)


7. Penebangan Hutan Secara Liar
Penebangan liar semakin marak terjadi di hutan, khususnya di Indonesia. Penebangan hutan secara
liar ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang ada di sekitaran hutan saja, namun terkadang hal
tersebut juga dilakukan oleh para pengusaha yang memanfaatkan hutan secara tidak bijak.
Kepentingan mahluk hidup dibidang ekonomi dalam usaha kegiatan pemanfaatan kawasan hutan akan
memberikan dampak yang negatif bagi kemanfaatan kawasan hutan serta untuk kehidupan makhluk
hidup. Terkikisnya hutan karena benebangan liar menjadikan faktor utama yang diperkirakan 70-75
persen dari kayu yang dipanen ditebang secara liar. Penebangan liar tersebut dapat mengakibatkan
kurangnya resapan air yang dapat mengakibatkan bencana banjir dan tanah longsor.
Dampak penebangan hutan secara liar diantaranya adalah:
• Hilangnya kesuburan tanah mengakibatkan tanah menyerap sinar matahari terlalu banyak sehingga
menjadi sangat kering dan gersang. Hingga nutrisi dalam tanah mudah menguap. Selain itu, hujan bias
menyapu sisa-sisa nutrisis dari tanah. Oleh sebab itu, ketika tanah sudah kehilangan banyak nutrisi,
maka reboisasi menjadi hal yang sulit dan budidaya di lahan tersebut menjadi tidak memungkinkan.
• Turunnya sumber daya air juga menjadi bagian dari dampak penebangan hutan secara liar
dikarenakan pohon sangat berkontribusi dalam menjaga siklus air melalui akar pohon penyerapan air
yang kemudian dialirkan ke daun, kemudian menguap dan dilepaskan ke lapisan atmosfer. Ketika
pohon ditebang dan daerah tersebut menjadi gersang, maka taka da lagi yang membantu tanah
menyerap lebih banyak air, dengan demikian akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan sumber
daya air.
• Punahnya keanekaragaman hayati, meskipun hutan tropis hanya seluas 6% dari permukaan bumi
tetapi sekitar 80-90% dari spesies ada di dalamnya. Akibat penebangan liar yang dilakukan secara
besar-besaran ada sekitar 100 spesies hewan menurun setiap ari, keanekaragaman hayati dari berbagai
daerah hilang dalam skala besar.
•Mengakibatkan banjir dikarenakan hutan yang bergungsi sebagai penyerap air tidak dapat menyerap
dan menyimpan air dalam jumlah yang banyak ketika hujan lebat terjadi.
Hutan perlu dijaga kelestariannya agar hutan tidak mengalami kerusakan. Diharapkan kepada
masyarakat agar lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup, salah satunya yaitu hutan agar
tidak terjadi bencana alam karena salah satu penyebab terjadinya bencana alam yaitu penebangan
hutan secara liar.

Chrismaas Malensang (231111010101)


8. Budaya dalam penggunaan energi fosil
Bahan bakar fosil atau adalah sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara,
minyak bumi dan gas alam yang terbentuk secara alami di kerak bumi. Bahan bakar fosil dapat
terbentuk akibat proses pembusukan organisme yang mati ratusan juta tahun lalu. Bahan bakar fosil
seperti minyak bumi dan gas alam berasal dari organisme laut yaitu jasad renik (mikroba, seperti
ganggang, alga, diatom, zooplankton, fitoplankton, dan lain-lain) yang mati dan mengendap di lapisan
sedimen dasar laut. Endapan ini lantas terbawa ke dasar kerak Bumi melalui gerakan lempeng yang
disebut penunjaman (subduksi).
Setelah melalui tekanan dan suhu ekstrem selama berjuta-juta tahun, fosil mereka akhirnya berubah
menjadi substansi berminyak yang bisa dimanfaatkan. Tidak semua makhluk hidup atau tumbuhan
akan menjadi bahan bakar fosil. Sedangkan bahan bakar fosil seperti Batubara, berasal dari vegetasi
tanaman rawa, dari hutan Periode Devonian dan Karboniferus yang menjadi gambut, kemudian
tertimbun jutaan tahun hingga menjadi batubara.Bahan bakar fosil termasuk jenis sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui (dalam waktu singkat). Sebab, bahan bakar fosil terbentuk dari proses
endapan dan penguraian makhluk hidup yang membutuhkan waktu jutaan tahun lamanya. Itulah
sebabnya, pemanfaatan dari bahan bakar ini harus dilakukan secara bijak dan bertanggung jawab.
Selain itu juga sumber bahan bakar fosil yang ada lebih cepat habis dibandingkan dengan
terbentuknya yang baru.Penggunaan bahan bakar fosil yang telah berlangsung lama, dari dulu hingga
sekarang ini menyebabkan timbulnya masalah-masalah lingkungan. Oleh karena itu diperlukan
gerakan global menuju pembangkitan energi terbarukan agar bahan bakar fosil tidak cepat habis.
Walaupun penggunaan bahan bakar fosil pada era sekarang telah menggerakkan pengembangan
industri dan menggantikan kincir angin, tenaga air, dan juga pembakaran kayu atau pelat untuk panas.
Jenis bahan bakar fosil memiliki 3 jenis bahan bakar fosil dan ketiganya memiliki bentuk yang
berbeda, yaitu: Gas bumi: memiliki wujud gas, Minyak bumi: memiliki wujud cair, Batu bara:
memiliki wujud padat. Bahan bakar fosil adalah materi alami seperti minyak, batu bara dan gas yang
terkubur dalam perut bumi dengan tujuan untuk digunakan menghasilkan energi.Sedangkan istilah
fosil sendiri adalah sisa-sisa tanaman atau binatang yang hidup pada zaman dulu. Contohnya adalah
sisa daun-daunan atau bangkai binatang berukuran kecil yang hidup jutaan tahun lalu yang kita bisa
lihat pada karang dan batu-batuan saat ini. Bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas alam juga
berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang hidup jutaan tahun lalu yang mati dan tertimbun di dasar
samudra dan sungai dalam satu lapisan yang disebut sedimen. Sedangkan sedimen sendiri merupakan
material seperti batu-batuan di dalam tanah atau pasir yang terkubur oleh air dan tenggelam ke dasar.
-Penyebab bahan bakar fosil merugikan lingkungan adalah secara sederhana karena ia menghasilkan
polusi. Dilansir dari Sciencing, ketika membakar bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas
alam, terdapat sejumlah besar karbondioksida yang dikeluarkan ke atmosfer.Dampak negatif bagi
kelestarian lingkungan.(polusi) yaitu, efek gas rumah kaca, hujan asam, hingga pemanasan global.
Selain merusak lingkungan, hasil pembakaran energi fosil juga berdampak buruk bagi kesehatan.

KESIMPULAN :
Masalah kesehatan lingkungan yang dipengaruhi oleh faktor budaya melibatkan konsumsi
berlebihan, pengelolaan limbah yang kurang efisien, eksploitasi sumber daya alam,
ketidakpedulian terhadap pelestarian alam, dan kurangnya kesadaran tentang kesehatan
lingkungan dalam berbagai budaya. Solusi dalam mengatasi masalah ini adalah dengan
mengedukasi dan mempromosikan perilaku ramah lingkungan yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya setempat, dan dengan melakukan pendekatan berbasis budaya dalam upaya
mempromosikan perilaku yang ramah lingkungan dan kesadaran akan dampak kesehatan
lingkungan dalam berbagai budaya agar faktor-faktor atau penyebab terjadinya pencemaran
lingkungan tidak akan terjadi lagi atau dapat di hindari kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA (REFERENSI)


1.Aspek Sosial Budaya kebiasaan membuang sampah di kota pontianak Agus
Sikwan./https://repository.untan.ac.id/index.php?p=show_detail&id=900 /Jurnal Ilmiah Refleksi.,
2004-8-2
2. 7 Kebiasaan Buruk Anda Yang Juga Berbahaya Bagi Lingkungan/Tess Shongen/ https://www-
globalcitizen-org.translate.goog/en/content/bad-habits-for-the-
environment/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc / Global Citizen
3.Bahaya Sampah Elektronik Terhadap Lingkungan dan Kesehatan/Fendy Saputra/
https://kumparan.com/fendy-saputra-1653653283735103067 /bahaya-sampah-elektronik-terhadap-
lingkungan-dan-kesehatan-1y9ksGGUMe0 /

4. Akibat Hukum Penebangan Hutan Secara Liar/putu ayu irma irmiyanti/


https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/juprehum/article/download/3067/22
04 / Jurnal Referensi Hukum
5.Dampak Sosial dan Ekonomi Penebangan Hutan Secara Ilegal/Bagus Purwo Jati/
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/39038 / Jurnal Online ugm
6.PESTISIDA DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/85b4ff189dadfdaa360ee6200603c0ad.pdf
7.Penangkapan Ikan secara berlebihan/Alison Salib / https://g.co/kgs/v37Y4S
8.Efek negatif pemakaian energi fosil/ https://environment-indonesia.com/dampak-negatif-
penggunaan-energi-fosil-dari-sektor-transportasi-dan-industri/
9.Masalah-masalah kesehatan lingkungan di Indonesia /
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://sanitariankit.id/asa
lah-masalah-kesehatan-lingkungan-di-
indonesia/&ved=2ahUKEwiMxtLbzZeBAxVK1jgGHS8dBWIQFnoECBgQAQ&usg=AOvVaw0a9iP
db2WaC6UV-3hD11uj

You might also like