Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Muh. Umar Thoriq 14319018
Nicolaus Endy Gemelli Putra Almaishya 14319028
Muhammad Alfarizky Elbaary 11219035
Muhammad Zaki Arrazi 11220016
Najwa Naila Salsabila 11220027
1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum modul 1 – Pengukuran Bentuk Tegangan Listrik dengan Osiloskop
ini adalah:
1. Mengukur tegangan dan menentukan bentuk tegangan pada listrik arus searah
(DC) dan arus bolak-balik (AC) menggunakan multimeter dan osiloskop.
2. Menentukan pola Lissajous dari dua buah sumber tegangan dengan variasi
frekuensi dan menentukan beda fasa dari pola Lissajous.
3. Menentukan hasil operasi matematika pada osiloskop dan simulasi superposisi
gelombang.
3. Multimeter (1 buah)
2.2. BAHAN
1. Baterai (2 buah)
3. TEORI DASAR
Osiloskop adalah alat untuk mengamati bentuk sinyal tegangan listrik yang tetap atau
berubah terhadap waktu. Terdapat dua jenis osiloskop, yaitu osiloskop analog dan
osiloskop digital. Osiloskop analog menggunakan tabung sinar katoda atau cathode ray
tube (CRT) yang sepenuhnya bekerja berdasarkan prinsip listrik analog. Bagian inti dari
sistem tersebut adalah senapan elektron. Senapan elektron terdiri dari filamen pemanas,
katoda yang dipanasi, grid atau kisi dan anoda. Pada suhu yang cukup tinggi, elektron-
elektron keluar dari katoda, melalui lubang pada anoda dan menuju ke layar CRT. Secara
singkat, dapat dikatakan bahwa senapan elektron ini berfungsi untuk menghasilkan
berkas elektron dengan kecepatan tetap menuju layar CRT. Dua pasang keping sejajar,
yang diberi tegangan listrik, berfungsi untuk mengatur berkas elektron dalam arah
horisontal dan vertikal. Dengan mengatur tegangan pada kepingkeping tersebut, akan
diperoleh suatu pola pada layar CRT. Osiloskop jenis ini merupakan generasi pertama
yang mulai digantikan oleh osiloskop digital dengan beberapa kelebihan.
Osiloskop digital adalah jenis osiloskop yang bekerja berdasarkan prinsip digital. Pada
osiloskop digital, tidak lagi digunakan CRT sebagai display sinyal melainkan monitor LCD.
Dalam osiloskop digital, sinyal masukan analog mula-mula dikonversi menjadi sinyal
digital melalui sebuah pengkonversi analog / digital (A/D Converter atau ADC). Gambar
3.1 menunjukkan diagram skematik sederhana dan prinsip kerja osiloskop digital ini.
kemudian dikonversi menjadi sinyal digital oleh unit pengonversi analog / digital (ADC).
Konversi analog ke digital tersebut tidak terjadi terus menerus, tetapi pada saat waktu
tertentu yang berulang secara periodik atau disebut pencuplikan (sampling time), seperti
diilustrasikan dalam Gambar 3.2 Sinyal frekuensi yang dapat dipindai (di-scan) ditentukan
oleh frekuensi sampling 𝑓𝑠, yang terkait dengan perioda pencuplikan 𝑇𝑠 (= 1/𝑓𝑠) dalam
Gambar 3.2 Semakin tinggi frekuensi sampling, semakin dekat dengan bentuk sinyal
analog aslinya. Dalam eksperimen ini, osiloskop yang digunakan memiliki frekuensi
sampling maksimum hingga 1000 Sampling/s. Hasil konversi kemudian ditransfer ke unit
memori dan selanjutnya ke unit display (LCD) sehingga dapat kita lihat pada layar LCD
itu. Proses sampling, konversi dan seterusnya diatur oleh unit kontrol ( control logic) yang
pengaturan waktunya disesuaikan dengan sinyal pemicu (trigger) dan dapat berasal dari
internal atau eksternal osiloskop itu.
Function generator atau signal generator merupakan alat uji elektronik yang bisa
membangkitkan berbagai bentuk gelombang. Bentuk gelombang yang bisa dihasilkan
oleh generator sinyal diantaranya seperti bentuk gelombang sinusoidal (Sine Wave),
gelombang kotak (Square Wave), gelombang gigi gergaji (Saw Tooth Wave), gelombang
segitiga (Triangular Wave) dan gelombang pulsa (Pulse). Fungsi ini sedikit berbeda
dengan RF Signal Generator ataupun Audio Signal Generator yang pada umumnya cuma
fokus pada pembangkitan bentuk gelombang sinus. generator sinyal bisa menghasilkan
Frekuensi sampai 20 MHz, tergantung pada rancangan produsennya. Frekuensi yang
dihasilkan tersebut bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Selain pengaturan Frekuensi,
kamu juga bisa mengatur bentuk gelombang, DC Offset dan Duty Cycle (Siklus Kerja).
Selain itu perlu diperhatikan bagian-bagian penting dan tombol untuk pengoperasian
generator sinyal berikut ini:
waktu, dan sebaliknya. Istilah "fasa" tidak lebih dari perbedaan waktu relatif antara
fenomena yang diamati.
Salah satu cara, dari banyak cara, untuk mengukur fasa adalah dengan menggunakan
pola Lissajous. Pola Lissajous dibuat dengan menggunakan diagram parametrik antara
dua tegangan AC yang dibelokkan pada bidang-X dan bidang-Y.
Pola Lissajous adalah sebuah penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan
perbedaan atau perbandingan beda fase, frekuensi dan amplitudo dari dua gelombang
pada probe osiloskop, seperti pada Gambar 3.6.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan beda fasa menggunakan pola
Lissajous ini ada dua, tergantung arah kemiringan elips. Persamaan (3.1) digunakan
untuk elips yang miring ke kanan (digambarkan pada Gambar 3.8 bagian kiri). Persamaan
(3.2) digunakan untuk elips yang miring ke kanan (digambarkan pada Gambar 3.8 bagian
kanan)
𝐵 𝐷
𝜙 = arcsin ( ) = arcsin ( ) (3.1)
𝐴 𝐶
𝐵 𝐷
𝜙 = 180° − arcsin ( ) = 180° − arcsin ( ) (3.2)
𝐴 𝐶
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Sumber Arus Searah (DC) dengan Menggunakan
Osiloskop dan Multimeter
Gambar 5.1 Pola Lissajous Variasi Gambar 5.2 Pola Lissajous Variasi
Dengan Perbandingan Frekuensi (1:1) Dengan Perbandingan Frekuensi (2:1)
Gambar 5.3 Pola Lissajous Variasi Gambar 5.4 Pola Lissajous Variasi
Dengan Perbandingan Frekuensi (3:1) Dengan Perbandingan Frekuensi (3:2)
Selanjutnya dicari beda fasa antara sinyal 1 dan sinyal 2 untuk variasi
perbandingan frekuensi (1:1) dengan persamaan sebagai berikut:
𝐵
𝜙 = 180° − arcsin ( )
𝐴
Berdasarkan data didapat bahwa nilai A = 1,05 dan B=0,96, sehinga dimasukkan
ke dalam persamaan sebagai berikut:
𝐵
𝜙 = 180° − arcsin ( )
𝐴
0,96
𝜙 = 180° − arcsin ( )
1,05
𝜙 = 113,89°
Gambar 5.5 Operasi A+B dengan Beda Gambar 5.6 Operasi A+-B dengan
Frekuensi 0 Hz Beda Frekuensi 0 Hz
7. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan modul ini adalah sebagai berikut:
1. Nilai tegangan dan bentuk tegangan pada listrik arus searah (DC) dan arus bolak-
balik (AC) menggunakan multimeter dan osiloskop dapat dilihat pada tabel 5.1,
5.2, dan 5.3
2. Pola Lissajous dari dua buah sumber tegangan dengan variasi frekuensi (1:1),
(2:1), (3:1), (3:2) dapat dilihat pada gambar 5.1, 5.2, 5.3, 5.4. Nilai beda fasa
dari pola Lissajous pada variasi frekuensi (1:1) sebesar 113,89°
3. Hasil operasi matematika (A+B) dan (A-B) pada osiloskop dan simulasi
superposisi gelombang dengan beda frekuensi 0 Hz dapat dilihat pada gambar
5.5 dan 5.6
9. SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan modul ini adalah sebagai berikut:
10. REFERENSI
1. Resnick, Robert., Halliday, David, Krane, Kenneth S. (1992). Physics 4thEdition
Vol. 1. John Wiley & Sons, 209 – 210.
11. LAMPIRAN
11.2 PELAKSANAAN