You are on page 1of 13

Kelompok 4

FATWA MURABAHAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah: Fatwa Bisnis Syariah
Dosen Pengampu: Mohammad Jamaludin, S.HI., M.H.

Oleh:

MUHAMMAD HANIF
NIM. 2114120447

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
TAHUN 2023 / 1445 M
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Fatwa Murabahah.
Dalam penyusunannya penulis memperoleh bahan tulisan dari berbagai jurnal yang ada di
internet. Untuk mendapatkan hasil penulisan yang sekiranya bisa menambah ilmu pengetahuan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dengan begitu kami
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca, dan penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembacanya.

Palangka Raya, 21 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2

A. Pengertian Murabahah...................................................................................................... 2

B. Dasar Hukum Murabahah ................................................................................................ 3

C. Implementasi di Perbankan Syariah ................................................................................. 5

D. Ketentuan-ketentuan di dalam Fatwa DSN-MUI Tentang Murabahah ........................... 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 8

A. Kesimpulan....................................................................................................................... 8

B. Saran ................................................................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Murabahah merupakan salah satu akad yang sangat diminati Oleh nasabah perbankan
syariah. Dimana, dengan menggunakan akad murabahah, nasabah akan mengetahui jumlah
pembiayaan yang harus dibayarkan terhadap Bank Syariah dalam kurun waktu yang telah
disepakati antara Bank Syariah dan nasabah. Jumlah pembiayaan dalam akad murabahah
terdiri dari harga pembelian bank terhadap pemasok, biaya lain-lain, dankeuntungan yang
diinginkan Oleh Bank Syariah.
Adapun perhitungan cicilan setiap bulannya dari nasabah terhadap Bank Syariah
menggunakan bermacam-macam metode. Dimana, setiap Bank Syariah memiliki metode yang
digunakan, mulai dari metode flat, metode sliding, dan metode anuity, dan metode rata-rata.
Inti dari metode pembayaran yang digunakan Oleh Bank Syariah terbebas dari unsur ribawi.
Karena unsur ribawi dalam Perbankan Syariah tidak dibolehkan, dan diharamkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar Murabahah dalam Islam?
2. Apa saja hukum yang mendasari murabahah?
3. Bagaimana implementasi dalam perbankan syariah?
4. Apa saja ketentuan hukum yang ada dalam fatwa DSN-MUI Nomor: 111/DSN-
MUI/IX/2017?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan ini memiliki dua tujuan utama: pertama, memberikan pemahaman yang
mendalam tentang akad Murabahah dalam perbankan syariah, termasuk komponen-
komponennya seperti perhitungan pembiayaan, dan kedua, menekankan pentingnya kepatuhan
syariah dalam praktik perbankan syariah. Penjelasan ini juga mencakup beragam metode
pembayaran yang digunakan oleh bank syariah. Tujuannya adalah memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang akad Murabahah, kepatuhan syariah, serta variasi dalam metode
pembayaran kepada pembaca yang ingin memahami lebih baik bagaimana transaksi ini bekerja
dalam konteks perbankan syariah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Murabahah
Paket pembiayaan murabahah merupakan salah satu metode penyaluran dana yang
dilakukan oleh bank-bank Islam. jasa keuangan yang bersifat murabahah. Murabahah adalah
pertukaran produk dengan harga asal dengan suatu tingkat keuntungan yang telah disepakati
sebelumnya.1 Murabahah mengandung persyaratan bahwa penjual harus mengungkapkan
harga pembelian produk dan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.2
Produk yang disebut murabahah adalah jenis pembiayaan bank yang menghubungkan
pembeli dan produsen atau pemasok. Karena konsumen tidak memiliki dana yang cukup, bank
membeli barang dari produsen atas nama nasabah. Konsumen kemudian diberikan produk
dengan harga beli ditambah keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya oleh bank.
Pendekatan cicilan digunakan untuk transaksi ini.3
Banyak sekali manfaat dari pembiayaan dengan produk murabahah. Nasabah dapat
membeli barang sesuai dengan preferensi dan kemampuan keuangannya dan melakukan
pembayaran dengan cicilan yang dapat diatur. Selain itu, tidak ada aspek riba atau sistem bunga
dalam produk murabahah. Nasabah diberikan informasi lengkap oleh bank mengenai produk
yang akan mereka beli dan harga yang ditetapkan oleh pengembang. Bank kemudian menjual
kembali produk tersebut kepada nasabah dengan harga beli awal dari pengembang ditambah
dengan keuntungan yang telah ditentukan. Dengan adanya perjanjian ini, maka tidak ada unsur
saling mendzalimi antara bank dan nasabah selama transaksi berlangsung.4
Faktor jaminan (dhomman) dapat digunakan untuk menjelaskan jual beli secara umum.
menjamin (dhomman). Secara teoritis, posisi dhomman dalam transaksi jual beli terbatas pada
penjual karena penjual memiliki faktor jaminan. Hipotesis yang menyatakan bahwa dhomman

1
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2001). Hlm.
101
2
Wiroso, Jual-Beli Murabahah (Yogyakarta: UII Press, 2005). Hlm. 13
3
Bagya Agung Prabowo, “Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis Terhadap
Aplikasi Konsep Akad Murabahah Di Indonesia DanMalaysia),” JURNAL HUKUM 16, no. 1 (2009). Hlm. 109
4
Ibid., Hlm. 109

2
hanya terbatas pada penjual yang menjamin bahwa produk yang ditawarkan bebas dari cacat
yang disembunyikan.5
B. Dasar Hukum Murabahah
Dasar hukum untuk produk murabahah didasarkan pada prinsip-prinsip syariah dalam
Islam. Produk murabahah merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ekonomi Islam, yang melarang riba (bunga) dan mengharuskan adanya
transparansi serta kesepakatan yang jelas antara pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi.
Oleh karena itu, dasar hukum murabahah merujuk pada ajaran agama Islam dan ketentuan
syariah yang mengatur transaksi keuangan dan perdagangan yang sah dalam Islam. Ini menjadi
landasan hukum bagi praktik pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah.
Dasar hukum murabahah adalah sebagai berikut.
1. Al-Qur’an
Firman Allah dalam Al-Qur’an yang memperbolehkannya jual-beli:
ۗ
ٰ‫َواَ َح َّل ه‬
ِّٰ ‫اّللُ الْبَ ْي َع َو َح َّرَم‬
‫الربهوا‬
Terjemah Kemenag 2019
“…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Q.S. Al-Baqarah: 275)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa di perbolehkannya jual-beli dan murabahah


yang merupakan salah satu dari bentuk jual-beli.

Dan firman Allah;

ۗ‫اض ِّٰم ْن ُك ْم‬ ِّ ِّ ِّ ِّ


َ َ‫هاٰيَيُّ َها الَّذيْ َن ها َمنُ ْوا ََل ََتْ ُكلُْاوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْي نَ ُك ْم ِِّبلْبَاط ِّل ا ََّلا اَ ْن تَ ُك ْو َن ِت‬
ٍ ‫ارةً َع ْن تَ َر‬

Terjemah Kemenag 2019


“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan
cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di
antara kamu”. (Q.S. An-Nisa: 29)

Dari ayat diatas menerangkan bahwa murabahah merupakan upaya dalam mencari
rezeki melalui jual-beli.

5
Hartono Soerjopratiknjo, Aneka Perjanjian Jual-beli (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1982). Hlm. 23

3
Dan firman Allah:

ۗ ‫ض ًًل ِّٰم ْن َّربِّٰ ُك ْم‬


ْ َ‫اح اَ ْن تَ ْب تَ غُ ْوا ف‬
ٌ َ‫س َعلَْي ُك ْم ُجن‬
َ ‫ل َْي‬
Terjemah Kemenag 2019
“Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu (pada musim haji)”. (Q.S.
Al-Baqarah: 198)

Berdasarkan ayat diatas menerangkan bahwa murabahah merupakan upaya dalam


mencari rezeki.

2. As-Sunnah
Sabda Rasulullah SAW: “pendapatan yang paling afdhal (utama) adalah hasil karya tangan
seseorang dan jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad Al Bazzar At-Thabrani).
1. Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:
‫َج ٍل‬
َ ‫ىل أ‬ِّ
ََ ‫ث ف ْي ِّه َّن‬
َ ‫ البَ ْي ُع إ‬:‫الَبَكة‬ َ َ‫لى هللاُ َعلَْي ِّه َوآلِّ ِّه َو َسلَّ َم ق‬
ِّ ٌ َ‫ ثًَل‬:‫ال‬ َّ ‫ص‬َ ‫َن النَِِّّب‬ َّ ‫أ‬, ‫ط‬ ُ ‫ َو َخ ْل‬,‫ضة‬ َ ‫ار‬
َ َ‫َواملُق‬
ِّ ِّ ِّ ِّ َّ ‫الَب ِِّب‬
‫اجه‬َ ‫ َرَواهُ ابْ ُن َم‬.‫لشع ِّْْي للْبَ ْيت َلَ للْبَ ْي ِّع‬ ُٰ
Artinya: “Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan: menjual dengan
pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan tidak untuk dijual”
(HR. Ibnu Majah).
2. Ketika Rasulullah SAW akan hijrah, Abu Bakar membeli dua ekor keledai, lalu
Rasulullah berkata kepadanya, "jual kepada saya salah satunya", Abu Bakar
menjawab: "salah satunya jadi milik anda tanpa ada kompensasi apapun”. Rasulullah
bersabda: "kalau tanpa ada harga saya tidak mau".
3. Sebuah riwayat dari Ibnu Mas'ud, menyebutkan bahwa boleh melakukan jual beli
dengan mengambil keuntungan satu dirham atau dua dirham untuk setiap sepuluh
dirham harga pokok
4. Selain itu, transaksi dengan menggunakan akad jual beli murabahah ini sudah menjadi
kebutuhan yang mendesak dalam kehidupan. Banyak manfaat yang dihasilkan, baik
bagi yang berprofesi sebagai pedagang maupun bukan.6

3. Fatwa DSN-MUI Nomor: 111/DSN-MUI/IX/2017 tentang akad jual-beli Murabahah.

6
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adullatuh. Hlm. 3766

4
C. Implementasi di Perbankan Syariah
Dalam setiap transaksi yang melibatkan produk Perbankan Syariah, akad merupakan hal
yang penting.7 Karena akad memiliki arti yang khusus, yaitu ijab dan qobul, yang
menimbulkan hak dan kewajiban atas objek akad (ma'qud alaihz).8 Transaksi di perbankan
syariah terhindar dari praktik ribawi karena akadnya jelas. Andri Soemitra menyatakan bahwa
riba itu dilarang dikarena tidak adil dan eksploitatif.9 Oleh karena itu, perbankan syariah akan
mencegah kegiatan ribawi karena setiap transaksi tunduk pada kontrak.
Dasar dari metode aplikasi murabahah di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah
anggapan bahwa nasabah membutuhkan komoditas atau barang tertentu namun tidak memiliki
kemampuan finansial untuk membayarnya secara tunai. Nasabah mengidentifikasikan diri
dengan LKS sebagai hasilnya. Karena kurangnya persediaan produk dan objek yang
diperlukan, LKS memperoleh komoditas yang diminta dari pihak lain seperti supplier, dealer,
developer, atau penyedia barang lainnya.10
Dalam praktiknya, konsumen yang mencari pembiayaan untuk membeli barang konsumsi
diberikan wakalah, atau pendelegasian wewenang, untuk membeli barang mereka sendiri dari
pemasok. Bank kemudian menawarkan pembiayaan dengan mengirimkan dana ke rekening
nasabah. Setelah pembelian barang, nasabah memberikan tanda terima kepada bank sebagai
bukti pembelian dan sebagai bukti bahwa mereka telah membeli barang sesuai dengan kontrak.
Bank kemudian menjual kembali barang tersebut kepada nasabah dengan margin yang telah
ditentukan.11
Bahkan pada kenyataannya, konsumen menerima pembiayaan tanpa memperhatikan
barang yang diperjualbelikan. Karena permintaan nasabah tidak lagi untuk pembelian
komoditas tetapi lebih kepada kebutuhan uang tunai baru, maka berkembanglah anggapan
bahwa "bank syariah sama saja dengan bank konvensional" di kalangan mereka yang terbiasa

7
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian syariah: Studi Tentang Akad dalam Fikih Muamalat (Jakarta: Rajawali
Press, 2010). Hlm. 68
8
Hasanudin Oni Sahroni, Fiqih Muamalah: Dinamika Teori Akad dan Implementasinya dalam Ekonomi
Syariah (Jakarta: RajaGrfindo, 2017). Hlm. 4
9
Andri Soemitra, “Higher Objective of Islamic Investment Product: Islamizing Indonesian Capital Market,”
Indonesian Jurnal for Islamic Studies 23, no. 2 (2016). Hlm. 246
10
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di lembaga Keuangan Syriah
(Jakarta: Sinar Grafika, 2012). Hlm. 120
11
Zulhamdi Muhammadiah, “Implementasi Murabahah pada Perbankan Syariah,” Al-Hiwalah: (Sharia
Economic Law) 1, no. 1 (2022). Hlm. 70

5
dengan skema kredit konsumtif. Beberapa bahkan berpendapat bahwa perdagangan
murabahah sebenarnya menerima riba daripada jual beli. Beberapa akademisi berpendapat
bahwa tujuan dari murabahah adalah untuk mengambil riba dan menghasilkan pendapatan
yang serupa dengan bank-bank konvensional. Pengecualian terhadap aturan ini sering terjadi
pada pembiayaan pembelian barang yang diminta yang tidak ditangani oleh bank melainkan
dengan memberikan bukti pembelian barang yang akan di-murabahah-kan, meskipun pada
kenyataannya nasabah sendiri yang menyerahkan barang yang tertera dalam faktur pembelian.
Keuntungan (margin) yang telah disepakati dan jumlah nominal yang tertera di faktur adalah
yang wajib dibayarkan oleh bank. Transaksi murabahah itu sendiri dapat menyimpang dari
peraturan dalam beberapa kondisi praktik murabahah. Penyimpangan tersebut adalah
penyisipan akad wakalah ke dalam transaksi murabahah.12
D. Ketentuan-ketentuan di dalam Fatwa DSN-MUI Tentang Murabahah
Adapun ketentuan-ketentuan dalam fatwa DSN-MUI Nomor: 111/DSN-MUI/IX/2017 tentang
akad jual-beli Murabahah yaitu:13
1. Akad bai' al-murabahah adalah akad jual beli suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayamya dengan hargayang lebih sebagai laba.
2. Penjual (al-Ba'l') adalah pihak yang melakukan penjualan barang dalam akad jual beli, baik
berupa orang (Syakhshiyah thabi'iyah/ natuurlijke persoon) maupun yang dipersamakan
dengan orang, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum (syakhshiyah
i'tibariah/syakhshiyah huhniyah/ rechtsperson).
3. Pembeli (al-Musytari) adalah pihak yang melakukan pembelian dalam akad jual beli, baik
berupa orang (Syakhshiyah thabi'iyah/ natuurlijke persoon) maupun yang dipersamakan
dengan orang baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum (Syakhshiyah i' tib
ariah/ syakhshiyah hulcrniyah/ rechtsperson).
4. Witayah ashliyyah adalah kewenangan yang dimiliki oleh penjual karena yang
bersangkutan berkedudukan sebagai pemilik.
5. Wilayah niyabiyyah adalah kewenangan yang dimiliki oleh penjual karena yang
bersangkutan berkedudukan sebagai wakil dari pemilik atau wali atas pemilik.
6. Mutsman/mabi' adalah barung yang dijual; mutsman/ mabi- merupakan imbangan atas
tsaman yang dipertukarkan.
7. Ra's mal al-murabahah adalah harga perolehan dalam akad jual beli murabahah yang
berupa harga pembelian (pada saat belanja) atau biaya produksi berikut braya-biaya yang
boleh ditambahkan.

12
Ibid., Hlm. 70-71
13
“fatwa DSN-MUI Nomor: 111/DSN-MUI/IX/2017,”.

6
8. Tsaman al-murabahah adalah harga jual dalam akad jual beli murabahah yang berupa
ra's mal al-murabahah ditambah keuntungan yang disepakati.
9. Bai' al-murabahah al-'adiyyah adalah akad jual beli murabahah yang dilakukan atas
barang yang sudah dimiliki penjual pada saat barang tersebut ditawarkan kepada calon
pembeli.
10. Bai' al-murabahah li al-amir bi al-syira' adalah akadiual beli murabahah yang
dilakukan atas dasar pesanan dari pihak calon pembeli.
11. At-Tamwil bi al-murabahaft (pembiayaan murabahah) adalah murabahah yang
pembayaranharganya tidak tunai.
12. Bai' al-muzayadah adalah jual beli dengan harga paling tinggi yang penentuan harga
(tsaman) tersebut dilakukan melalui proses tawar menawar.
13. Bai' al-munaqashah adalah jual beli dengan harga paling rendah yang penentuan harga
(tsaman) tersebut dilakukan melalui proses tawar menawar.
14. Al-Bai' al-hal adalah jual beli yang pembayaran harganya dilakukan secara tunai.
15. Al-Bai' bi al-taqsith adalah jual beli yang pembayarun harganya dilakukan secara
angsuri bertahap.
16. Bai' al-muqashshah adalah jual beli yang pembayaran harganya dilakukan melalui
pedumpaan utang.
17. Khiyana/ Tadlis adalah bohongnya penjual kepada pembeli terkait penyampai an ra's
mal murabahah.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fatwa Murabahah adalah sebuah aspek penting dalam hukum Islam yang
mengatur transaksi ekonomi dalam kerangka keuangan syariah. Melalui fatwa ini,
ulama Islam memberikan panduan dan penafsiran hukum yang relevan untuk
melaksanakan transaksi Murabahah dengan mematuhi prinsip-prinsip syariah.
Fatwa ini memainkan peran sentral dalam perkembangan industri keuangan Islam
di seluruh dunia dan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi umat Islam.
Dalam berbagai fatwa Murabahah yang telah dikeluarkan, prinsip-prinsip
keadilan, transparansi, dan etika bisnis menjadi fokus utama. Keputusan-keputusan
ulama terkemuka dalam Islam memberikan landasan hukum yang kuat bagi
transaksi Murabahah, yang merupakan bentuk jual-beli dengan keuntungan yang
diketahui sebelumnya. Hal ini memungkinkan bank-bank syariah dan institusi
keuangan Islam lainnya untuk mengembangkan produk dan layanan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah.
Meskipun fatwa Murabahah telah memberikan panduan yang jelas bagi
perbankan syariah, masih ada sejumlah tantangan dan pertanyaan yang perlu
dijawab, termasuk mengenai pemahaman masyarakat, peran otoritas syariah dalam
pengawasan, dan adaptasi konsep ini dalam lingkungan bisnis modern. Oleh karena
itu, penelitian dan diskusi terus berlanjut untuk memahami implikasi praktis dan
perkembangan terkini seputar fatwa Murabahah.
Dengan demikian, fatwa Murabahah tidak hanya berdampak pada praktik
perbankan dan keuangan Islam, tetapi juga memiliki implikasi yang lebih luas pada
ekonomi dan masyarakat Muslim. Fatwa ini terus berkembang dan menarik
perhatian sebagai bagian integral dalam pemahaman dan implementasi prinsip-
prinsip syariah dalam dunia keuangan modern.

8
B. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan mengenai "Fatwa
Murabahah" adalah sebagai berikut. Pertama, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk memahami dampak fatwa Murabahah secara mendalam dalam konteks
berbagai sektor ekonomi dan perubahan sosial di berbagai negara. Selanjutnya,
pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang prinsip-prinsip syariah dalam
konteks Murabahah sangat penting untuk memastikan konsumen memiliki
pengetahuan yang memadai. Institusi keuangan Islam juga perlu terus
mengembangkan produk dan layanan sesuai dengan fatwa tersebut, sambil
menjalin kolaborasi erat dengan otoritas syariah, memantau perkembangan hukum
Islam terkini, dan mendorong partisipasi aktif komunitas Muslim dalam
pemantauan dan pelaporan pelanggaran prinsip-prinsip syariah. Dengan tindakan
ini, kita dapat memajukan pemahaman dan praktik terkait fatwa Murabahah,
mendukung pertumbuhan industri keuangan Islam, dan mematuhi prinsip-prinsip
syariah dalam ekonomi yang terus berkembang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Andri Soemitra. “Higher Objective of Islamic Investment Product: Islamizing


Indonesian Capital Market.” Indonesian Jurnal for Islamic Studies 23, no. 2
(2016).
Bagya Agung Prabowo. “Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa
Kritis Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah Di Indonesia
DanMalaysia).” JURNAL HUKUM 16, no. 1 (2009).
Fathurrahman Djamil. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di lembaga
Keuangan Syriah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
“fatwa DSN-MUI Nomor: 111/DSN-MUI/IX/2017,” t.t.
Hartono Soerjopratiknjo. Aneka Perjanjian Jual-beli. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1982.
Muhammad Syafi’i Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press, 2001.
Muhammadiah, Zulhamdi. “Implementasi Murabahah pada Perbankan Syariah.” Al-
Hiwalah: (Sharia Economic Law) 1, no. 1 (2022).
Oni Sahroni, Hasanudin. Fiqih Muamalah: Dinamika Teori Akad dan
Implementasinya dalam Ekonomi Syariah. Jakarta: RajaGrfindo, 2017.
Syamsul Anwar. Hukum Perjanjian syariah: Studi Tentang Akad dalam Fikih
Muamalat. Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Wahbah az-Zuhaili. al-Fiqh al-Islam wa Adullatuh, t.t.
Wiroso. Jual-Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press, 2005.

10

You might also like