You are on page 1of 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Dinasti Abbasiyah”

Kelompok:
Ahmad Nazori
Dessy Astria Wahyuningsih
Dita Zhapira
Hamliani Sukro
Mutiara Zulita
Umar Jaya

XI - MIA - 3

SMA NEGERI 1 KAYUAGUNG


TAHUN PELAJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur sepatutnya kita persembahkan kepada Allah SWT karena dialah yang
telah menurunkan agama Islam, dan menciptakan alam raya serta akal pikiran, panca indra
dan hati nurani bagi manusia dan berkat rahmat dan taufiq serta hidayah-Nya, makalah
tentang “Dinasti Abbasiyah” ini dapat terselesaikan untuk memberikan sedikit manfaat bagi
kita semua.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi kita tercinta
Muhammad SAW. Sebagai Rasul yang mendapatkan mukjizat yaitu Al-Qur’an yang menjadi
pedoman bagi kita semua sebagai ummat muslim.

Kami mengucapkan terimakasih atas semua pihak yang telah membantu sehingga
terwujudnya makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengandung
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran, masukan dan kritik yang membangun
sangat kami butuhkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.Semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca.

Kayuagung, 01 Desember 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………1

Daftar isi……………………………………………………………………………………..2

BAB I

Pendahuluan

 A. Latar Belakang………...………………………………....…………………...…..3
 B. Rumusan Masalah……...…………………………………………………………3

BAB II

Pembahasan

 A. Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah.………………………………………...….4


 B. Masa kejayaan dinasti abbasiyah…..…………………………………….…..……5
 C. Peradaban dinasti abbasiyah….………….………………………………..………9
 D. Faktor kemunduran dinasti abbasiyah.…………………………………………..10

BAB III

Penutup

 Kesimpulan………………...……………….…………………………………….…12

Daftar pustaka……………………………………..…………………………….……….….13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejarah adalah kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan pedoman bagi setiap
manusia di masa mendatang,dengan artian hal tersebut juga berlaku bagi kita yang harus
mengerti dan paham tentang sejarah,terutama Sejarah Peradaban Islam.Seperti yang kita
ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan Khulafaurrasyidin,tentu berganti pula system
pemerintahannya pada masa itu menjadi masa daulah,dan dalam hal ini akan disajikan
tentang masa daulah Abbasiyah.

Daulah Abbasiyah didirikan secara revolusioner atau dengan menggulingkan


kekuasaan Daulah Umayyah yang pada saat itu daulah umayyah dipimpin oleh khalifah
Marwan II bin Muhammad.

Kekuasaan Daulah Abbasiyah berlangsung cukup lama sejak tahun 132 H – 656 H /
750 M – 1258 M.Dab dalam pemerintahan itu ada 3 dinasti yang pernah memegang
kekuasaan yaitu Dinasti Bani Abbas,Bani Buwaihi dan Bani Saljuk dengan khalifah sebanyak
37 orang.

Pada masa ini tercapai peradaban yang gemilang dan juga merupakan puncak
kejayaan Negara islam,dan puncak popularitas daulah abbasiyah berada pada zaman
pemerintahan Harun Al Rasyid dan puteranya Al Makmun.

Namun demikian daulah abbasiyah juga mengalami kemunduran dan kehancuran


disaat datangnya penyerangan dari bangsa mongol yang dipimpin oleh Hulagu khan pada
tahun 1258 M.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah didirikannya daulah Abbasiyah?

2. Bagaimana Masa kejayaan daulah Abbasiyah?

3. Apa Peradaban yang berkembang pada masa itu?

4. Apa Faktor penyebab runtuhnya daulah Abbasiyah?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah


Dinasti Abbasiyah merupakan lanjutan dari dinasti umayyah 1,dimana pendiri
Dinasti abbasiyah ini adalah keturunan Al-Abbas,paman Nabi Muhammad SAW,yaitu
Abdullah al-saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas,dan pola
pemerintahan pada pemerintahan ini pun berbeda-beda sesuai dengan perubahan
politik,social,dan budaya.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat
kegiatan, anatara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan
peranya untuk menegakan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul
Muthalib.Dari nama Al- Abbas paman Rasulullah inilah nama ini di sandarkan pada tiga
tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah, Kufah,dan khurasan.

Menjelang Dinasti Umayyah 1 berakhir,terjadi bermacam-macam kekacauan diantaranya


disebabkan,
1) Penindasan terus menerus terhadap pengikut Ali dan bani Hasyim.
2) Merendahkan kaum muslim yang bukan bangsa arab
3) Pelanggaran terhadap ajaran islam dan hak-hak asasi manusia.
Dengan begitu, logislah kalau Bani Hasyim mencari jalan keluar dengan cara mendirikan
gerakan rahasia guna menandingi dinasti umayyah serta menumbangkannya dari puncak
kepemerintahan,dan gerakan ini meliputi,
a). Keturunan Ali (Alawiyin) pemimpinnya Abu Salamah,
b).Keturunan Abbas(Abbasiyah)pemimpinnya Ibrahim al-iman,
c).Keturunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim Al-Khurasany.
Dan gerakan ini pun di pusatkan di Khurasan,dengan usaha ini pada tahun
132H/759M,dinasti umayyah pun berhasil di tumbangkan dengan terbunuhnya khalifah
Marwan bin Muhammad,Khalifah terakhir.dan dengan ini berdirilah Dinasati Abbasiyah
dengan diangkatnya khalifah pertama Abdullah bin Muhammad,dengan gelar Abu al-Abbas
al-Shaffah,pada tahun 132-136 H/750-754 M.

B. Massa kejayaan Dinasti Abbasiyah


1. Perkembangan ilmu pengetahuan
Gerakan pengembangan ilmu secara besar-besaran di rintis oleh khalifah Ja’far
Almansur setelah ia mendirikan kota Bagdad dan menjadikannya sebagai pusat
pemerintahan.khalifah Ja’far al Mansur menarik para ulama dan para ashli untuk tinggal di
bagdad,dan ia pun merangsang pembukuan ilmu agama seperti ilmu
agama,Tafsir,Tauhid,Hadits atau Ilmu lainnya.
a) Perkembangan ilmu naqli
Ilmu ini ilmu yang bersumber dari naqli(Alqura’an dan hadits)yang berkaitan erat
dengan agama islam.dan ilmu naqli yang berkembang pada masa itu adalah,
1. Ilmu Tafsir
Ilmu tafsir adalah ilmu yang menjelaskan apa yang di maksudkan oleh alqur’an dan para
musfassir yang masyhur pada masa itu diantaranya,Ibnu Jarir at-Thabari dengan tafsiranya
sebanyak 300 juta,ibnu at-thiyah al-Andalusi,As-suda(Tafsir bil Ma’tsur),Abu Bakar
Asma,dan Abu Muslim Muhammad(Tafsir Bir Ra’yi).
2. Ilmu hadits
Pembukuan dan pengumpulan hadits sebenarnya telah di mulai sejak pemerintahan Umar bin
Abdul Aziz,salah seorang khalifah dinasti umayyah,tapi perkembangan yang menonjol dari
perkembangan ilmu hadits itu sendiri terjadi pada masa dinasti abbasiyah,sebab pada masa
itulah muncul ulama-ulama yang yang belum ada tandingan sampai sekarang.
Di antaranya ulama hadits yang terkenal ialah Imam Bukhari yang menumpulkan hadits
sebanyak 7257 hadits,setelah di teliti ditemukanlah pada hadits itu 4000 hadits shahih,dan
semua itutelah terkumpul dalam bukunya,
3. Ilmu kalam
Akulturasi budaya yang disebabkan oleh mengglobalnya islam sebagai agama peradaban
menimbulkan tantangan – tantangan baru bagi para ulama.
Menurut A. Hasymy, lahirnya ilmu kalam karena 2 faktor
1.Untuk membela islam dengan bersenjatakan filsafat sepetihalnya musuh memati senjata itu
2.Karena semua masalah termasuk masalah agama, telah berkisar dari pola rasa kepada pola
akal danilmu.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam bidang Kalam :
a.Al-Asy’ari
b.Imam Ghozali
c.Washil bin Atha
4. Ilmu Tasawuf
Ilmu ini tumbuh dan berkembang pada zaman abbasiyah,inti ajarannya adalah tekun
beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada YANG MAHA KUASA.dan dalam
bidang ini ulamanya antara lain:Al Gazali seorang ulama sufi dengan karyanya yang masih
beredar dan berpengaruh sampai sekarang adalah ‘ulumuddin sebanyak 5 jilid,Al Hallaj
dengan bukunya Tashawuf,Al Qusyairiyat fil ilmu tashawuf.
b) Perkembangan Ilmu Aqliyah
1.Ilmu filsafat
Bagi orang arab,filsafat di gunakan untuk mencari kebenaran dalam arti yang
sebenarnya,sejauh hal itu masuk akal.secara khusus nuansa filsafat mereka berakar pada
tradisi falsafah yunani,yang di modifikasi oleh pemikiran para penduduk di wilayah yang di
taklukkan
Filosof pertama,Al Kindi atau Abu Yusuf bin Ishaq,dia memperolah gelar “filosof Bangsa
Arab” dan ia juga merupakan representasi pertama dan terakhir dari seorang murid
Aristoteles di dunia timur yang murni keturunan arab.
Proyek Harmonisasi antara filsafat yunani dengan islam,yang di mulai oleh Alkindi,seorang
keturunan Arab, dan dilanjutkan dengan Al farabi keturunan Suriah.
2.Ilmu kedokteran
Pada masa Dinasti Abbassiyah, ilmu kedokteran mendapatkan perhatian paling besar.Semua
khalifah memiliki dokter pribadi.Dokter-dokter yang pada awalnya adalah ahli zimmah ini,
banyak berjasa dalam menerjemahkan karya-karya kedokteran dari bahasa non-Arab.Pada
masa khalifah Harun Al-Rasyid, tercatat sebanyak 800 orang dokter, yang mencerminkan
kemajuan pengetahuan dalam bidang kedokteran.
Pada tahun 865 M, Khalifah Abu Ja'far Al-Mansur meminta para dokter dari Jundisapur
untuk mengobati sakitnya, yaitu dizpepsia (radang selaput lendir lambung).Dokter Jirjis
Bukhtyshuri berhasil mengobati penyakit tersebut, sehingga khalifah memindahkan pusat
kedokteran dari Jundisapur ke Bagdad.
Pada masa dinasti Abbasiyah didirikan rumah sakit yang juga dijadikan sebagai pusat
kegiatan pengajaran ilmu kedokteran, sedangkan teorinya diajarkan di masjid dan madrasah.
Ali bin Rabban at-Tabbari adalah orang pertama yang mengarang buku kedokteran yiatu
Firdaus al-Hikmah (850 M).
Ilmuwan muslim yang terkenal dalam bidang kedokteran adalah Ibnu Sina (Abu Ali Husain
bin Abdillah (370 – 439 H/980 – 1037 M). Dalam bidang ini, ia berhasil menemukan sistem
peredaran darah pada manusia. Dia menjadi terkenal, karena bukunya diterjemahkan di Eropa
pada pertengahan kedua bad 15 M dan dijadikan pegangan dalam bidang kedokteran hingga
sekarang.Dia adalah pengarang buku kedokteran Qanun fi al-Thibb.
3.Matematika
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (194 – 266 H) adalah tokoh ilmuwan matematika yang
menyusun buku aljabar, yaitu Al-Jabr wal-Muqabalah. Beliau juga menemukan angka nol.
Angka 1 s.d 9 berasal dari India yang dikembangkan oleh dunia Arab, sehingga angka ini
disebut dengan Angka Arab, kemudian setelah dipopulerkan oleh bangsa latin disebut angka
latin.
Umar Khayyam (1048 – 1131 M) mengarah buku tentang aljabar, yang telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Perancis oleh F. Woepeke (1857), yaitu Reatise on Algabera.
Bahkan kemajuan ilmuan matematika yang di capai pada masa telah
menyumbangkan pemakaian angka-angka Arab dalam matematika,
4.Ilmu Astronomi
Ilmu astronomi, dalam Islam disebut ilmu falak. Ilmu astronomi adalah ilmu yang
mempelajari benda-benda langit, seperti matahari, bulan bintang dan planet-planet lain. Ilmu
ini ditemukan dalam waktu lama, sekitar 3000 tahun SM di Babylonia.Dalam perkembangan
ilmu astronomi, muncullah sistem penanggalan.
Pentingnya ilmu astronomi, karena sangat mendukung penentuan waktu ibadah, terutama
waktu salat, penentuan arah kiblat dan penanggalan Qamariyah. Khalifah Abu Ja'far Al-
Mansur ketika menentukan letak ibukota yang ingin dibangunnya, menggunakan bantuan
ilmu astronom.Beliau banyak dibantu oleh ahli astronomi dari India.
Ilmuwan muslim mendirikan observatorium yang dilengkapi peralatan yang maju. Di antara
ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Ibrahim Al-Fazari (penemu astrolob/ alat pengukur
tinggi dan jarak-jarak bintang), Nasiruddin Al-Thusi (pendiri Observatorium di Maragha,
Asia kecil), dan Ali bin Isa Al-Usturlabi, tokoh pertama penulis risalah astrolobe. Selain itu
juga muncul tokoh ilmu falak yaitu Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi, yang juga ahli
dalam bidang matematika. Ulama yang terkenal dalam bidang ini adalah Al Furqon dan Al
Bottani.
Dalam Bidang Hukum Islam
 Fikih
Perkembangan ilmu fikih melahirkan aliran dalam mazhab.Empat mazhab yang terkenal
adalah Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali.

1. Imam Hanafi (699 M – 776 M / 80 H – 150 H)


Lahir di Kufah dan meninggal di Bagdad.Ia mendalami ilmu hadis, tafsir dan fikih. Dalam
menetapkan suatu hukum, ia menggunakan beberapa dasar, yaitu Al_Qur'an, hdis, fatwa
sahabat,, qias, istihsan, ijma' dan urf. Karyanya yang terkenal yaitu Al-Faraid (membahas
tentang warisan), Asy-Syurut (membahas tentang perjanjian), dan AL-Fiqhul Akbr yang
membahas tentang ilmu kalam.
2. Imam Malik (93 H – 170 H) memiliki nama lengkap Malik bin Anas Al-Asbahi. Ia
seorang perawi hadis yang dipandang paling tsiqqah (terpercaya) di Madinah. Keahliannya
dalam bidang hadis menjadi dasar pemahaman fikihnya.Ia mengembangkan pola pemikiran
fikih ra'yu (penalaran), yang banyak digunakan di Madinah yaitu memadukan antara nas-nas
dan berbagai maslahan. Hal itu sejalan dengan asar (sikap) para sahabat. Metode ini banyak
digunakan oleh Umar bin Khattab dalam prinsip maslahat. Imam Malik menggunakan
beebrapa dasar yaitu Al-Qur'an , Hadis, praktik keagamaan masyarakat Madinah, fatwa
sahabat, kias maslahah mursalah, istihsan dan az-zarra'i. Karya terbesar Imam Malik adalah
Al-Muwatta'.
3. Imam Syafi'i (767 M – 820 M),
Lahir di Gaza dan meninggal di Kairo.Hidup pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid, Al-
Amin, an Al-ma'mun. Dalam menetapkan hukum Imam syafi'i menggunakan dasar AL-
Qur'an, Hadis, ijma' kias, dan istidlal (penalaran). Karyanya adalah Ar-Risalah (tentang Usul
Fikih), Al-Umm (tentang fikih menyeluruh), Al-Musnad (berisi beberapa hadis),
dan Ikhtilaful Hadis (perselisihan dalam hadis)
4. Imam Hanbali (780 M - 855 M)
Imam bin Hambal lahir di Bagdad. Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Hanbal bin Hilal
Asy-Syainani. Pada usia 16 tahun beliau telah mampu menguasai ilmu Al-Qur'an dan Hadis.
Ia juga menjadi guru di sekolah-sekolah Islam. Hasil karyanya yang terkenal adalah Nasih wa
Mansuh, Al-musnad. Pendapat-pendapatnya dikenal dengan istilah mazhab Hanbali.
2.Perkembangan ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh pedagang,sudah terdapat berbagai
macam industry seperti kain linen dari mesir,sutra dari syiria dan irak,kertas dari
Samarkand,serta hasil berbagai produk pertanian seperti gandum dari mesir dan kurma dari
Iraq,hasil hasil industry dan pertanian ini di perdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan
Abbasiyah dan Negara lain.
C. PERADABAN DINASTI ABBASIYAH
Masa abbasiyah menjadi tonggak peradaban islam,Khalifah khalifah Bani
Abbasiyah serta terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetehaun dengan
mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk
kemudian diterjemahkan,diadaptasi dan diterapkan di dunia islam,para ulama muslim yang
ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada
masa ini.pesatnya perkembangan perdaban dunia timur dan barat.stabilitas politik yang
relative baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan
peradaban islam.
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat,
karena upaya upayadilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari
bangunan -bangunan
yang berupa:
a. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah.
b. Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan
pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
c. Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini
merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan
belajar.
d. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan
sekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah.
e. Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.
Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan
ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah
Mansyur.

D. FAKTOR KEMUNDURUAN DINASTI ABBASIYAH


a.)Persaingan antar bangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang
Persia.Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa
Bani Umayyah berkuasa.Keduanya sama-sama tertindas.Setelah khilafah Abbasiyah berdiri,
dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Stryzewska, ada dua
sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama,
sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah.Pada masa itu mereka
merupakan warga kelas satu.Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya
Nashabiyah (kesukuan).Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas
Nashabiyah tradisional.
Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas.Mereka menginginkan
sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula.Sementara itu bangsa Arab
beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan
mereka menganggap rendah bangsa non-Arab di dunia Islam.
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi
berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India.
Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran
yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya,
disamping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan
gerakan syu'ubiyah.
Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh
penguasa.Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru.Budak-budak
bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan tentara.Mereka diberi nasab dinasti dan
mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap sebagai hamba. Sistem perbudakan ini
telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki.Karena jumlah dan kekuatan mereka
yang besar, mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka; mereka mempunyai
kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah.
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah
dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri.Akan tetapi, karena para khalifah adalah
orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat
terjaga.Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara
Turki tak terbendung lagi.Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah
berakhir.Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki.Posisi ini kemudian direbut oleh
Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya beralih kepada dinasti
Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.
b.) Kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi bersamaan
dengan kemunduran di bidang politik.Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas
merupakan pemerintahan yang kaya.Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga
Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-
Kharaj, semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun
sementara pengeluaran meningkat lebih besar.Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan
oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang
mengganggu perekonomian rakyat.diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil
yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran
membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin
mewah. jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi
politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit.Sebaliknya, kondisi
ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini
saling berkaitan dan tak terpisahkan.
c.) Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan.Karena cita-cita
orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka
mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme.Munculnya gerakan
yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah.Al-Manshur
berusaha keras memberantasnya.Al-Mahdi bahkan merasa perlu mendirikan jawatan khusus
untuk mengawasi kegiatan orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan tujuan
memberantas bid'ah.Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka.Konflik
antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat
sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang
menumpahkan darah di kedua belah pihak.Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh
konflik bersenjata itu.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik ajaran
Syi'ah, sehingga banyak aliran Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap
menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri.Aliran Syi'ah memang dikenal sebagai aliran
politik dalam Islam yang berhadapan dengan paham Ahlussunnah.Antara keduanya sering
terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa.Al-Mutawakkil, misalnya,
memerintahkan agar makam Husein di Karbela dihancurkan.Namun anaknya, al-Muntashir
(861-862 M.), kembali memperkenankan orang syi'ah "menziarahi" makam Husein
tersebut.Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih dari
seratus tahun.Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua
dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni. Konflik yang
dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindiq atau
Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar aliran dalam Islam. Mu'tazilah yang
cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bid'ah oleh golongan salaf.Perselisihan antara
dua golongan ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833
M.), dengan menjadikan mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara dan melakukan
mihnah.Pada masa al-Mutawakkil (847-861), aliran Mu'tazilah dibatalkan sebagai aliran
negara dan golongan salaf kembali naik daun.Tidak tolerannya pengikut Hanbali itu (salaf)
terhadap Mu'tazilah yang rasional telah menyempitkan horizon intelektual.
Aliran Mu'tazilah bangkit kembali pada masa dinasti Buwaih.Namun pada masa
dinasti Seljuk yang menganut aliran Asy'ariyyah, penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai
dilakukan secara sistematis.Dengan didukung penguasa aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan
berjaya.Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung aliran ini menjadi ciri utama paham
Ahlussunnah.Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan bagi
pengembangan kreativitas intelektual Islam, konon sampai sekarang.
Berkenaan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:
“Agama Muhammad SAW seperti juga agama Isa as., terkeping-keping oleh perpecahan dan
perselisihan dari dalam.Perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang tidak mungkin
ada kepastiannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai akhir, selalu menimbulkan
kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan
mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia. Soal kehendak bebas
manusia.telah menyebabkan kekacauan yang rumit dalam Islam ,Pendapat bahwa rakyat dan
kepala agama mustahil berbuat salah, menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga”.
d.) Acaman dari luar(bangsa mongol)
Apa yang disebutkan di atas adalah faktor-faktor internal. Disamping itu, ada pula
faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya
hancur. Pertama, Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan
menelan banyak korban. Keduaserangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan
Islam.Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut
berperang setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya.Perang Salib itu
juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan
Islam.Namun, diantara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit
Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib
itu.Pengaruh Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu
Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh
orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-
orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahl al-kitab. Tentara
Mongol, setelah menghancurleburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerussalem.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
Dinamakan Bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan
Al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn
Muhammad ibn Abdullah ibn Abbas.
Kejayaan Bani Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan anaknya
Al-Makmun.Pada masanya berkembang Ilmu Pengetahuan, baik ilmu pengetahuan umum
maupun ilmu pengetahuan agama.Disamping itu berkembang pula ilmu astronomi,
kedokteran, kimia, geografi, politik dan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

 Ali, 1996. Sejarah Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada


 Mufrodi, Ali, 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Surabaya : Logos Wacana
Ilmu.
 Thohi r, Ajid, 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
 Syalabi, 1997. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta : PT Alhusna Zikra.
 Yatim, Badri, 2003. Sejarah Perdaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
 Sunanto,Musyrifah,2011,Sejarah Islam Klasik,Jakarta : Kencana.
 http://faridnvills.blogspot.com/2013/11/makalah-dinasti-abbasiyah_2.html

You might also like