You are on page 1of 15

LITERATURE REVIEW BERMAIN MENGHIAS BOTOL TERHADAP

PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA


PRASEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI

NASKAH PUBLKASI

RIFA’ANUL MAWARDAH

NIRM: 17049

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA

TAHUN 2020
LITERATURE REVIEW BERMAIN MENGHIAS BOTOL TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI

Penulis

Rifa’anul Mawardah 1, Susiana Jansen2, Elfira Awaliyah Rahmawati3

Data Penulis
Mahasiswa Akper Pelni Jakarta1, Dosen Keperawatan Anak Akper Pelni
Jakarta2, Dosen Keperawatan Anak Akper Pelni Jakarta3

Email:rifamawardah42@gmail.com,1annajansen010192@gmail.com2,
elfira.wijaya@gmail.com3

Abstract

Children who are hospitalized will experience varying anxiety because


they have to be separated from the enivironment they fell is safe, full of love, and
fun, such as the home enivironment, games, and playmates. Hospitalization for
chidren is an experience full of stress experienced by children when undergoing
hospitalization has a negative impact that interferes with the child’s development
and growth. One of the therapies used to reduce anxiety levels in preschool
children during hospitalization is to play bottle decorating therapy. One of the
interventions undertaken to reduce anxiety levels in preschool children is by
doing activities that are like playing decorating bottles. This author aims to
develop a soup bottle decorating therapy for anxiety levels in preschool children.
Leterature riview method with a total of five literature review related to soup
giving therapy, playing, decorating the bot. the results of this study indicate that
there is a significant difference between the level of anxiety of preschool children
during nursing actions before and after play therapy (P value = 0,005 smaller
than a = 0,05) from the research results, it can be concluded that play therapy
has an effect on the level of anxiety of preschool children during nursing actions.

Keywords: Anxiety, Decorate Bottles, Hospitalization, Magic therapy, Preschool


Pendahuluan

Kecemasan merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya yang

menyatakan bahwa rasa takut tidak dapat dibedakan dengan cemas, karena

individu yang merasa takut dan cemas mengalami pola respon perilaku, fisiologis,

emosional dalam waktu yang lama. Sekitar 30,82 % anak yang menjalani

hospitalisasi pada usia (3-5 tahun) karena prosedur pembedahan, hospitalisasi

dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan komplikasi salah satu

kecemasan terhadap anak (1)

Berdasarkan survei pada tahun 2013 angka prevelensi hospitalisasi di

Indonesia pada anak usia prasekolah pada tahun 2013 sebanyak 84 % dari

keseluruhan jumlah pasien anak usia prasekolah, sedangkan pada tahun 2015

sebanyak 45 % dari keseluruhan jumlah pasien anak usia prasekolah yang di

hospitalisasi, sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 45 % dari jumlah pasien anak

yang mengalami hospitalisasi dari total jumlah anak 82.666 orang (2). Di Indonesia

telah melakukan survei pada tahun 2010 angka kejadian kecemasan sebanyak 60
(3).
% pada anak yang di rawat di rumah sakit yang menunjukan kecemasan

Berdasarkan survei pada tahun 2016 angka prevelensi kecemasan akibat

hospitalisasi 43,5 % anak prasekolah yang mengalami kecemasan berat, 34,8 %

cemas sedang, dan 21,7 cemas ringan (4).

Akibat dari hospitalisasi yang menimbulkan kecemasan adalah

menyebabkan anak beresiko menganggu tumbuh kembang anak dan menimbulkan

perasaan tidak nyaman pada anak maupun keluarga yang berdampak pada proses

kesembuhan anak, Selain itu bisa meningkatkan penolakan perawatan dan

pengobatan pada anak, Anak anak yang mengalami kecemasan berdampak pada
fisiologis anak yaitu: nafas cepat, mual, kelelahan, distritmia, sering berkemih

agrresive, gangguan tidur,kehilangan nafsu makan, , menolak makanan .

Peran perawat penting dalam proses tindakan keperawatan, adapun peran

perawat yaitu sebagai pendidik, perawat berperan sebagai pendidik baik secara

langsung dengan memberi penyuluhan kesehatan kepada orang tua maupun secara

tidak langsung dengan penolong orang tua atau anak memahami pengobatan dan

perawatan anak, sebagai konselor memberikan konseling keperawatan ketika anak

dan keluarganya membutuhkan. Sebagai koordinator atau kolaborator, yaitu

dengan berkerjasama antara anggota tim kesehatan lain. Sebagai pembuat

keputusan etik, berdasarkan nilai norma yang dapat menguntungkan pasien.

Sebagai penelitian untuk menemukan masalah-masalah keperawatan anak dengan

tujuan meningkatkan kualitas praktik atau asuhan keperawatan anak, salah satu

peran perawat yaitu sebagai peneliti dengan tujuan menggambarkan asuhan

keperawatan dengan pemberian terapi bermain terhadap penurunan kecemasan

pada anak usia Prasekolah (5).


Setelah penulis menyebutkan intervensi yang akan dilakukan sesuai

dengan peran perawat, dan harapan tertentu bisa mengurangi tingkat penurunan

kecemasan pada anak usia prasekolah serta adanya penelitian terkait yang

mendukung lain (1-2 penelitian) yang mendukung perlunya intervensi ini

dilakukan.Berdasarkan uraian di atas masih banyak yang menunjukkan rasa takut,

menolak perhatian, dan tidak kooperatif, oleh karena itu penelitian tertarik untuk

melakukan penelitian tentang penerapan terapi bermain menghias botol untuk

mengurangi kecemasan. Terdapat beberapa alasan mengapa penelitian memilih

terapi bermain karena penelitian ingin untuk meningkatkan kreatifitas anak,

mengajarkan permanfaatan barang bekas bisa menjadi barang yang bermanfaat

dan permainan ini bisa mengurangi rasa bosan yang di rasakan anak, sehingga

emosi negatif pada diri dapat di minimalisirkan.

Media menghias botol merupakan kreativitas media dari bahan sisa yang

ada di lingkungan sekitar yang dapat di manfaatkan oleh orang lain karena

menghias botol dapat meningkatkan kemampuan anak prasekolah agar lebih

berkembang daya pikir, imajinasi serta kepribadian yang posistif setelah melihat

media menghias botol anak akan bermain bersama (6).

Penelitian menyatakan dengan hasil dan pengamatan di peroleh bahwa

sebelum di berikan intervensi menghias botol pada pasien anak usia prasekolah

yang menjalani perawatan, 1 anak kooperatif pada petugas dan tidak mengalami

kecemasan, 6 bereaksi dengan menangis, menolak perhatian dan ketakutan

berlebihan, 3 anak tampak kehilangan minat terhadap aktifitas serta makan serta

tidur berlebihan. Reaksi tersebut di mungkinkan karena adanya kecemasan anak


sebagai dampak hospitalisasi, Setelah di lakukan terapi bermain bercerita,

sejumlah 6 anak menunjukkan perilaku tenang dan lebih kooperatif terhadap

petugas, meskipun tetap menangis saat di lakukan tindakan (7).

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis berdasarkan pengamatan

saat di Rumah sakit, enam dari tiga anak prasekolah yang mengalami tingkat

kecemasan saat di lakukan tindakan seperti pemasangan infus anak yang di rawat

langsug, memberikan obat melalui intravena pada anak yang di rawat langsung

ketakutan, menangis, bahkan sampai berteriak dan berontak saat akan di lakukan

pemasangan infus dan pemberian obat antibiotic melalui intravena. Hampir setiap

anak yang mengalami hospitalisasi dan kecemasan tidak diberikan terapi oleh

perawat ruangan baik terapi bermain ataupun terapi lainnya.

Setelah penulis menyebutkan intervensi yang akan dilakukan sesuai

dengan peran perawat, peneliti mengharapkan tidak terjadi tingkat kecemasan

pada saat anak di berikan obat melalui intravena dan pemasangan infus. Selain itu

penelitian lain yang mendukung perlunya intervensi dilakukan. Berdasarkan

uraian di atas melihat tinggi angka kejadian dan dampak dari tindakan invasive

pemberian obat melalui intavena dan semua tindakan keperawatan, maka peneliti

tertarik untuk melakukan peneliti tentang melakukan intervensi terapi bermain

menghias botol terhadap tingkat kecemasan pada anak yang berdampak

hospitalisasi.
Metode

Metodelogi yang digunakan dalam pengembangan standard operasional

prosedur (SOP) pemberian terapi bermain menghias botol pada anak dengan

masalah hospitalisasi dalam menurunkan tingkat kecemasan ini adalah Literature

review sebanyak 5 jurnal dan digunakan alat ukur dengan Spance Children

Anxiety Scale (SCAS), dari 5 jurnal yang di analisis Plan, Do, Study, Act (PDSA).

Plan yaitu untuk menentukan rencana asuhan keperawatan pada masalah

hospitalisasi berupa penurunan tingkat kecemasan dengan diberikan terapi

bermain menghias Botol, selanjutnya Do yaitu untuk mengembangkan standar

operasional prosedur (SOP) berupa terapi bermain menghias botol pada anak

dengan penurunan tingkat kecemasan, selanjutnya Study yaitu untuk menganalisa

hasil pencarian literature review terkait pemberian terapi bemain menghias botol

pada anak dengan penurunan tingkat kecemasan dan menetapkan langkah-

langkah yang tepat saat melakukan terapi bermain, selanjutnya ACT yaitu untuk

dijadikan sebagai panduan dalam memberikan terapi bermain menghias botol

pada anak terhadap penurunan tingkat kecemasan agar tujuan keperawatan dapat

tercapai dengan baik.

Hasil

Analisis dari 5 jurnal literature review menghasilkan standar operasional

prosedur (SOP) terapi bermain menghias botol untuk menurunkan tingkat

kecemasan pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi dan di

dapatkan 15 langkah-langkah dengan prinsip bersih, sehingga pemberian terapi

bermain menghias botol pada anak menjadi efektif dan efisien.


Adapun langkah-langkah yang pertama yaitu mencuci tangan merupakan

suatu tindakan sanitasi dengen membersihkan tangan dengan menggunakan air

atau cairan lainnya yang bertujuan untuk mencegah penyebaran mikrooganisme

penyebab infeksi (8), yang kedua memberi salam kepeda anak dan wali merupakan

komunikasi yang dilakukan melalui salam yang di rencanakan secara sadar, tujuan
(9)
dan kegiatan untuk meyembuhkan pasien , yang ketiga memberikan informed

consent merupakan menyampaian informasi mengenai rencana tindakan yang

akan dilakukan berupa keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan atau tanpa
(10)
paksaan , yang keempat mengatur posisi klien merupakan menjaga
(11)
kenyamanan klien selama terapi bermain , yang kelima melakukan observasi

tingkat penurunan kecemasan pada anak pre & post dengan alat ukur Spance

Children Anxiety Scale (SCAS) berdiri dari kusinoner yang terdiri dari 30

pertanyaan merupakan suatu data tentang respon klien sehingga perawat mampu
(12)
mengidentifikasikan masalah kesehatan yang sedang dialami oleh anak , yang

keenam yaitu melakukan observasi tingkat perkambangan anak dengan

menggunakan Denver (DDST) merupakan metode pengkajian yang digunakan


(13)
untuk menilai kemajuan perkembangan anak secara berkala , yang ketujuh

yaitu mempersiapkan alat dan bahan merupakan mempermudah saat akan


(14)
dilakukan tindakan , yang kedelapan yaitu memulai permainan sesuai dengan

kontrak waktu yang sudah disepakati merupakan menjamin kelangsungan anak


(15)
untuk berinteraksi , yang kesembilan yaitu memberikan contoh permainan

merupakan memperlihat cara permainan yang akan dilakukan oleh anak dengan
(16)
cara bekerja sama dengan teman lainnya , yang kesepuluh yaitu berpamitan

dengan klien dan wali merupakan menjaga komunikasi terapeutik saat


meninggalkan klien dan keluarga, yang kesebelas yaitu merapihkan alat kembali

merupakan keadaan lingkungan yang rapih dan bersih akan membuat ruangan
(17)
perawatan terasa nyaman dan tenang , yang kedua belas yaitu mencuci tangan

merupakan merupakan suatu tindakan sanitasi dengen membersihkan tangan

dengan menggunakan air atau cairan lainnya yang bertujuan untuk mencegah
(8)
penyebaran mikrooganisme penyebab infeksi , yang ketiga belas yaitu

dokumentasi merupakan laporan yang otentik dari semua kegiatan yang

berhubungan dengan pengelola data klien (18).

Pembahasan

Perawat dapat menggunakan terapi bermain untuk membantu menurunkan

stress dan kecemasan pada anak yang berhubungan dengan hospitalisasi. Bermain

merupakan permainan terapeutik adalah upaya yang dilakukan untuk membantu

melanjutkan perkembangan normal yang memungkinkan anak berespon lebih

efektif terhadap situasi yang sulit seperti pengalaman pengobatan yang

merupakan permainan bentuk kecil berfokus pada bermain sebagai mekanisme

perkembangan dan peristiwa yang kritis yang tergantung dengan kebutuhan

perkembangan anak maupun lingkungan dan dapat disampaikan dalam berbagai

bentuk yang diantarnya adalah wayang interaktif, seni ekspresi atau kreatif,

permainan menghias botol (19).

Bermain merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam mengatasi

permasalahan anak yang dimana dapat dilakukan baik di dalam maupun diluar

ruangan, akan tetapi untuk di dalam ruangan memerlukan persiapan dengan baik

mengenai alat permaianan yang akan digunakan untuk membantu anak


mengekspresikan perasaaannya baik senang,sedih, marah, dendam, tertekan atau

emosi yang lain (20).

Penelitian menyebutkan bahwa terapi bermain menghias botol kepada

anak yang berobat di rumah sakit mampu menurunkan tingkat kecemasan pada

anak karena permainan mampu membuat anak menjadi lebih senang (21).

Penelitian menjelaskan terapi bermain menghias botol mampu menghilangkan

rasa takut, cemas, sedih, tegang, menangis, berteriak-teriak saat bertemu dengan
(22)
petugas kesehatan . Dalam penelitian menyebutkan bahwa melalui permainan

terapi menghias botol anak yang mengalami tingkat kecemasan akibat

hospitalisasi sebesar (13,77 %) hal ini jauh lebih besar anak yang mengalami

tingkat kecemasan pada anak dari sebelum di berikan terapi bermain yaitu hanya

sebesar (18,65 %). Hal ini di karenakan melalui terapi menghias botol anak

merespon dengan reaksi tidak menangis saat didatangi petugas kesehatan untuk

diberikan tindakan keperawatan, reaksi menangis yang ditunjukan oleh anak

merupakan rasa takut serta tidak mau menerima tindakan keperawatan yang di

berikan (23).

Keberhasilan pemberian terapi bermain dalam menurunkan tingkat

kecemasan pada anak selama menjalani perawatan dipengaruhi oleh permainan

yang disediakan penelitian berupa jenis permainan yang sesuai dengan tingkat

tumbuh kembang anak, sehingga anak tertarik dengan permainan yang diberikan.

Permainan yang disukai anak akan membuat anak merasa senang melakukan

permianannya, penelitian ini tidak semua anak yang mengalami penurunan skor
(24)
kecemasan karena mereka tidak menikmati permainan yang dikerjakan .

Menambahkan bahwa anak menjadi penurunan kecemasan setelah diberikan


terapi bermain menghias botol yang diberikan pada anak selama menjalani

hospitalisasi yang akan mendapatkan tindakan medis, media yang digunakan

dapat membantu anak memahmi prosedur medis yang akan dilakukan, ternyata

anak lebih mudah menerima dan menurunkan kecemasan sehingga anak menjadi

lebih cepat menerima tindakan medis yang akan dilaksanakan.

Ketika bermain menghias botol anak akan melihat, mendengar, dan

menyimak dari bentuk gambar atau benda yang di buat menarik oleh perawat

dengan tujuan anak mampu menjali hubungan saling percaya, meningkatkan

kreativitas anak, dan menurunkan tingkat kecemasan dengan perawat serta

mampu membuat suasa menjadi nyaman dan menyenangkan (25).

permainan terapi bermain menghias botol untuk meningkatkan kreativitas anak

dalam pembuatan APE dengan barang bekas akan menghasilkan pembelajaran


(26)
PAUD yang inovatif . Dalam hal ini media menghias botol bekas merupakan

alat pembelajaran dari bahan sisa yang biasanya digunakan untuk tempat atau

wadah benda cair yang sudah tidak terpakai, dan digunakan untuk membantu

menyampaikan pesan dalam proses pembelajaran yang disesuaikan dengan

kondisi lingkungan dan betujuan untuk meningkatkan kemampuan anak agar

lebih berkembang daya pikir, imajinasi serta berkepribadian yang positif (27).

Manfaat terapi bermain menghias botol adalah Penyampaian materi

pembelajaran dapat diseragamkan, Proses pembelajaran dapat menjadi lebih baik,

pembelajaran menjadi lebih interaktif, kualitas pembelajaran anak dapay lebih

ditingkatkan, proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, sikap

positif anak terhadap proses belajar yang ditingkatkan, peran guru dapat berubah

kearah yang lebih positif dan produktif (28).


Menurut penulis terapi bermain menghias botol dapat menurunkan tingkat

kecemasan, dan meningkatkan perkembangan anak, karena cara bermain terapi

bermain menghias botol sangat unik dalam bentuknya dan perasaan anak menjadi

senang dan rilek.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terapi bermain dapat

menurunkan tingkat kecemasan, tingkat kreativitas pada anak, karena cara

bermain menghias botol melibatkan anak dan perawat sehingga dapat

berkomunikasi secara langsung. Menghias botol dapat menurunkan tingkat

kecemasan daan mengembangkan tingkat perkembangan pada anak, hal ini anak

akan mengekspresikan perasaan dan pikirannya, diharapkan akan menimbulkan

perasaan rileks, emosi menjadi baik. Saat perawat mengevaluasikan anak jika

salah menyebutkan pengertian dalam permainan diharapkan anak juga mampu

menerima informasi manfaat dan tujuan dari dilakukan tindakan keperawatan.

Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pembahasan Standar operasional prosedur (SOP)

pemberian terapi bermain menghias botol pada pasien anak yang mengalami

penurunan tingkat kecemasan antara lain:untuk mengembangkan dan memberikan

gambaran penerapan standar operasional prosedur (SOP) pengaruh pemberian

terapi bermain menghias botol terhadap tingkat kecemasan pada anak prasekolah

yang mengalami hospitalisasi.


Saran

Bagi masyarakat Standar operasional prosedur (SOP) dapat diberikan pada

terapi bermain menghias botol yang mengalami tingkat kecemasan pada anak usia

prasekolah dapat diaplikasikan dalam bentuk family Centered Care (FCC) saat

anak mengalami hospitalisasi.

Ucapan Terima Kasih

penulis ini sangat dibantu oleh pihak instansi akademik keperawatan PELNI

Jakarta, dan kedua dosen pembimbing ibu Susiana Jansen selaku pembimbing

utama dan selaku pembimbing kedua ibu Elfira Awaliyah Rahmawati.


Referensi

1. Videbeck, Sheila L, (2013). Buku ajar keperawatan jiwa.Jakarta: EGC.

2. World Healty Organization (WHO) Indonesia (2015). Buku saku:


Pelayanan kesehatan anak di Rumah sakit. Jakarta, Indonesia: WHO
Indonesia.

3. Survey Kesehatan Nasional (SUSENAS), (2012).Jumlah anak usia


prasekolah di Indonesia

4. Survey Hemaningsih & Muryati (2016). Tingkat kecemasan pada anak usia
prasekolah. Journal of Islmaic Nursing 2006; volume.

5. Kementerian Kesehatan RI, (2016). Keperawatan anak. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

6. Stone, G.A (2014). Transformasional versus servant leadership:A


difference in leader Focus. The leadership & organization development
Journal, Vol.25 No.4.

7. Lili,(2012). Penerapan Terapi Bermain Bercerita untuk Mengurangi


Hospitalisasi, Gombon.

8. World Healty Organization (WHO), 2014. Guidelines on hand hygiene in


health care. Library cataloguing in publication data.

9. Kementerian Kesehatan RI. (2017). Komunikasi keperawatan. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

10. Kementerian Kesehatan RI. (2016). Pemberian informed consent dan


kelnegkapan informasi di RSU Jati Husada Karangamya.

11. Yupi Supartini, (2014). Buku ajar keperawatan dasar. Edisi Indonesia.

12. Saputro,H, & Fazrin I.(2017). Penerapan terapi bemain Anak Sakit;
Proses, manfaat dan pelaksanaannya.Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan
(FORIKES).

13. Departemen Kesehatan RI, (2016). Peraturan mentri kesehatan republik


Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI, P441-448.

14. Tuti Wijayanti & Nurlaila. (2017). penerapan terapi bermain menghias
botol untuk mengurangi kecemasan di sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong di akeses tanggal 01 maret 2020 pada pukul
09.00 wib.

15. Kementerian Kesehatan RI, (2018). Keperawatan anak. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.
16. Andriani Tuti, (2012). Permainan tradisional dalam bentuk karakter anak
usia dini. Jurnal sosial Budaya.

17. Nurmayadi, (2018). Gambaran kecemasan pada anak usia prasekolah yang
dilakukan terapi bermain bercerita di Ruang Nusa Indah Rs. Bakti Wira
Tamtama Semarang di akses padaa tanggal 2 september 2020 pukul 17.00.

18. Salmawati, (2014). Dasar-dasar dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGC

19. Utami, Yuli, (2014). Dampak hospitalisasi terhadap perkembangan anak.


Jurnal Ilmiah WIDYA.

20. Zellawati, Alice. (2011). Terapi bermain untuk mengatasi permasalahan


pada anak. Majalah informatika vol.2 no.3.

21. Apriani, (2013). Jurnal keperawatan soedirman. Volume 8.PSIK STIK


Jendral Ahmad yani cimahi.

22. Alkhusari,(2013). Pengaruh terapi bermain menghias botol terhadap


penurunan kecemasan akibat hospitalisasi. Jurnal harapan bangsa vol.1.
diakses pada tanggal 10 september 2020 pukul 09.00.

23. Nuejuli Indriani, (2014). Terapi bermain menghias botol untuk


meningkatkan kreativitas melalui kegiatan menempel kain fanel dengan
aneka warna di sekolah Bengkulu. Diakses pada tanggal 15 september 2020
pukul 19.00.

24. Kholisatun, (2013). Pengaruh clay therapy terhadap kecemasan akibat


hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah di RSUD Banyumas.
Keperawatan. Diakses pada tanggal 13 september 2020 pukul 19.00

25. Rohman, Nikmatur & Saiful Walid, (2018). Proses keperawatan: teori &
aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz media.

26. Novita,A & Muqowin, (2019). Inovasi guru dan metode pembelajaran
berhitung untuk menstimulasi kecerdasan logis di TK Kalyca Montessori
School Yogjakarta. AL-ATHFAL: Jurnal Pendidikan Anak.

27. Kristanto, M dan Eko Haryanto, (2014). Pendidikan seni rupa anak.
Semarang: IKIP PGRI Semarang.

28. Fadillah, (2017). Buku ajar terapi bermain & permainan anak usia dini
edisi 1.

You might also like