You are on page 1of 8

Dikirim : 27 September 2021 IMJ

Direvisi : 12 Oktober 2021 (Initium Medica Journal)


Disetujui : 28 November 2021 Online ISSN: 2798-2289
Jurnal homepage : https://journal.medinerz.org

INITIUM MEDICA JOURNAL


PENGARUH SELIMUT
https://journal.medinerz.org/index.php/IMJ ELEKTRIK TERHADAP
PENINGKATAN SUHU TUBUH
e-ISSN : 2798-2289 PASIEN POST SECTIO CAESARIA
Keywords : electric blanket, post sectio caesarea
DI KAMAR BEDAH
RUMAH SAKIT AWAL BROS
Kata kunci : selimut elektrik, post sectio caesarea PEKANBARU
Rizki Sari Utami Muchtar1, Rica Febra Masda2

1,2)
Korespondensi Penulis: Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Awal
Rizki Sari Utami Muchtar Bros Batam
sariutami0784@gmail.com
e-mail : sariutami0784@gmail.com

ABSTRACT
Management of hypothermia that can be done includes
non-pharmacological and pharmacological measures.
Non-pharmacological therapeutic techniques can be
done by preventing the redistribution process that
causes hypothermia. Hypothermia can occured during
major surgery, and the patient may remain cold for
several hours. This situation can be prevented by
providing warm blankets (electric blankets), setting an
adequate ambient temperature, and using fluid
warmers for transfusions and other fluids. The purpose
of this study was to determine the effect of electric
blankets on the increase in body temperature of post
sectio caesaria patients. This study used a quasy
experimental design with a one group pre test post test
design. The sample in this study was 30 patients with
post sectio caesarea who experienced hypothermia
(320C -350C) with a sampling technique, namely
accidental sampling. The analysis performed was
univariate and bivariate analysis. The statistical test
used is Wilcoxon. The results showed that the average
body temperature of post sectio caesaria patients
PENERBIT before using the electric blanket was 33.70C and the
temperature increased after using the electric blanket
Literasi Cahaya Pustaka to 34.70C. Based on the Wilcoxon test, it was found that
the p value = 0.000, so it can be concluded that there is
an effect of providing electric blankets on the increase
in body temperature of post-sectio caesaria patients in
the Surgical Room of Awal Bros Hospital (RSAB)
Pekanbaru. With this research, Pekanbaru Hospital
can make policies and Operational Procedural
Standards (SPO) regarding the management of
hypothermic postoperative sectio caesaria patients in
the operating room recovery room.

Initium Medica Journal vol 1 No 3, Desember 2021 | 1


Dikirim : 27 September 2021 IMJ
Direvisi : 12 Oktober 2021 (Initium Medica Journal)
Disetujui : 28 November 2021 Online ISSN: 2798-2289
Jurnal homepage : https://journal.medinerz.org

ABSTRAK pravelensi yang meningkat didunia. Jumlah


persalinan Sectio Caesarea di Indonesia mencapai
Penatalaksanaan hipotermia yang dapat dikerjakan sekitar 30-80% dari total persalinan. Berdasarkan
meliputi tindakan non farmakologis serta farmakologis. data Kemenkes (2017), angka kejadian sectio
Teknik terapi non farmakologis dapat dilakukan
caesarea di Indonesia menurut data survey
dengan pencegahan proses redistribusi yang
menyebabkan hipotermi. Hipotermi dapat terjadi nasional adalah ± 1.200.000 dari ± 5.690.000
selama pembedahan mayor, dan pasien mungkin tetap persalinan atau sekitar 24,8% dari seluruh
dingin selama beberapa jam. Keadaan ini dapat dicegah persalinan
dengan memberikan selimut hangat (selimut elektrik), Sebelum dilaksanakannya pembedahan sectio
mengatur suhu lingkungan yang memadai, serta caesaria, maka pasien mendapatkan anastesi
menggunakan penghangat cairan untuk tranfusi dan spinal atau epidural pada operasi elektif dan
cairan lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk anastesi umum pada keadaan darurat.
mengetahui pengaruh selimut elektrik terhadap Pembedahan baik elektif maupun kedaruratan
peningkatan suhu tubuh pasien post sectio caesaria. adalah peristiwa kompleks yang menegangkan.
Penelitian ini menggunakan desain quasy
Tindakan bedah atau prosedur operasi memiliki
eksperimental dengan rancangan one grup pre test post
test. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien post risiko kerusakan integritas atau keutuhan tubuh
sectio caesarea yang mengalami hypothermia (320C - bahkan dapat merupakan ancaman kehidupan
350C) berjumlah 30 orang dengan teknik pengambilan pasien (Smeltzer and Bare, 2015). Pada
sampling yakni accidental sampling. Analisis yang pembedahan dapat menimbulkan perubahan
dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Uji fisiologis tubuh yaitu penurunan suhu tubuh atau
statistik yang digunakan adalah Wilcoxon. Hasil hipotermia yang mempengaruhi beberapa sistem
penelitian menunjukkan rata-rata suhu tubuh pasien organ (Rositasari, et al, 2017).
post sectio caesaria sebelum penggunaan selimut Pasien pasca bedah dapat mengalami hipotermi
elektrik adalah 33.70C dan mengalami peningkatan pada periode preoperasi hingga berlanjut pada
suhu setelah penggunaan selimut elektrik menjadi
periode pasca operasi di ruang pemulihan, sebagai
34.70C. Berdasarakan uji Wilcoxon didalapatkan nilai
p value= 0.000, sehingga didapatkan kesimpulan akibat sekunder dari suhu yang rendah di ruang
terdapat pengaruh pemberian selimut elektrik terhadap operasi, infus dengan cairan yang dingin, inhalasi
peningkatan suhu tubuh pasien post sectio caesaria di dengan gas yang dingin, kavitas atau luka yang
Kamar Bedah Rumah Sakit Awal Bros (RSAB) terbuka, aktivitas otot yang menurun, usia yang
Pekanbaru. Dengan adanya penelitian ini RSAB lanjut atau agen obat-obatan yang digunakan,
Pekanbaru dapat membuat kebijakan dan Standar seperti anestesi dan vasodilator (Smeltzer and
Prosedural Operasional (SPO) mengenai Bare, 2015). Hipotermia pada awalnya
penatalaksanaan hipotermi pasien post operasi sectio menyebabkan kenaikan laju metabolisme, pada
caesaria di ruang pemulihan kamar bedah sistem kardiovaskuler terjadi tachicardi, resistensi
pembuluh darah perifer, sehingga menyebabkan
1. PENDAHULUAN menggigil atau shivering. Shivering adalah
sebagai mekanisme kompensasi tubuh terhadap
Sectio caesaria merupakan tindakan pembedahan hipotermia (Rositasari, et al, 2017).
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding Insidensi shivering pasca anestesi regional pada
perut dan dinding rahim. sectio caesaria dapat tindakan sectio caesaria (SC) adalah 85%. Angka
dilaksanakan bila ibu tidak dapat melahirkan kejadian shivering yang terjadi setelah dilakukan
melalui proses alami (persalinan pervaginam). epidural anestesi berkisar antara 30%–33%.
Tindakan pembedahan sectio caesaria di Angka kejadian shivering post spinal anestesi
Indonesia hanya dilakukan atas dasar indikasi antara 50%–80%. Angka kejadian Post Anesthetic
medis tertentu dan kehamilan dengan komplikasi. Shivering (PAS) pada pasien yang menjalani
Bijalmiah (2018), bahwa Sectio caesarea (SC) spinal anestesi sekitar 33%–56,7% (Winarni,
terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di 2020).
negara- negara berpenghasilan menengah dan Efek samping shivering adalah peningkatan
tinggi diantaranya adalah Australia (32%), Brazil konsumsi oksigen sampai 400%, peningkatan
(54%), dan Colombia (43%). Hal ini didukung metabolisme sampai 200%–500%, peningkatan
oleh Corso, et al (2017) yang menyatakan bahwa curah jantung dan ventilasi semenit, penurunan
Sectio Caesarea menjadi salah satu kejadian saturasi oksigen, peningkatan tekanan darah,
Initium Medica Journal vol 1 No 3, Desember 2021 | 2
Dikirim : 27 September 2021 IMJ
Direvisi : 12 Oktober 2021 (Initium Medica Journal)
Disetujui : 28 November 2021 Online ISSN: 2798-2289
Jurnal homepage : https://journal.medinerz.org

tekanan intracranial dan tekanan intraokuler. tubuh menjadi normal. Penanganan hipotermi
Shivering menginduksi terjadinya arterial dengan pemberian selimut hangat alumunium foil
hipoksemia, asidosis laktat, meningkatkan respon pada pasien post SC dengan spinal anestesi dapat
stres, meningkatkan tekanan intraokuler, dan mempercepat kembalinya suhu tubuh menjadi
tekanan intrakranial. Menggigil harus dicegah normal dibandingkan dengan penggunaan selimut
karena dengan meningkatnya kebutuhan oksigen hangat biasa (Marlinda, 2017). Selimut hangat
dan produksi karbon dioksida, tubuh melakukan aluminium foil pada pasien post SC dengan spinal
kompensasi berupa peningkatan laju nadi, tekanan anestesi dengan prinsip penggunaan pada bagian
darah dan cardiac output. Keadaan ini sangat tidak badan sampai ujung kaki tertutup selama 30 menit
menguntungkan bagi pasien dengan gangguan dapat meningkatkan suhu tubuh karena bahan
fungsi kardiovaskular dan pulmonal seperti yang terkandung pada aluminium foil dapat
cardiac arrhythmia, gagal jantung, infark menyerap dan memelihara panas tubuh (Dewi,
miokardium dan hipertensi, terutama pada pasien 2019).
usia lanjut (Winarni, 2020). Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti
Pendekatan non farmakologis untuk menjaga agar lakukan di kamar bedah Rumah Sakit Awal Bros
tubuh tidak mengalami hipotermia dilakukan Pekanbaru, dari 10 pasien post sectio caesaria
dengan metode penghangatan diantaranya dengan yang berusia 20-40 tahun yang tidak mengalami
cara pemakaian selimut elektrik, humidifikasi gangguan elektrolit, tidak mengalami dehidrasi,
oksigen, dan pemanasan cairan intravena. tidak hipoglikemia dan tidak mengalami
Tindakan mencegah hipotermia dan shivering hipertensi didapatkan data bahwa 7 pasien
dengan pendekatan non farmakologis disebut diantaranya mengalami hipotermi ringan post
dengan metode menghangatkan kembali operasi sectio caesaria. Setelah dilakukan tata
(rewarming technique) (Rositasari, et al, 2017). laksana hipotermia dengan penggunaan selimut
Penanganan hipotermi berdasarkan derajat elektrik didapatkan data kenaikan suhu tubuh
hipoterminya, yaitu pada suhu antara 32 ̊C sampai 1,80C sedangkan pada 4 pasien yang tidak
35 ̊C, dilakukan pemberian metoda pemasangan diberikan selimut elektrik hanya selimut kain
eksternal pasif yaitu pemberian selimut hangat. mengalami kenaikan suhu tubuh 0,60. Namun
Sedangkan pada suhu kurang dari 32 C ̊ , dapat perawat mengakui bahwa keefektifan penggunaan
diberikan dua metode yaitu pemanasan eksternal selimut elektrik berbeda-beda antara satu pasien
aktif yakni dengan cara botol yang berisi air dengan lainnya, ada pasien yang cepat mengalami
hangat diletakkan pada permukaan tubuh pasien, kenaikan suhu tubuh dan ada yang lama,contoh
melakukan perendaman pada bak air yang berisi pada pasien yang IMT nya obesitas maka kenaikan
air hangat dengan suhu 40 ̊C dan pemberian suhu tubuh lebih lama dibandingkan denga IMT
matras hangat serta metoda pemanasan internal yang kurus.
aktif, dengan cara pemberian cairan intra vena Melihat gambaran tersebut penulis merasa tertarik
yang telah dihangatkan, lavage lambung hangat, untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai
lavage peritoneum hangat, lavage colon hangat, “Pengaruh selimut elektrik terhadap peningkatan
lavage mediastinium hangat dan pemberian suhu tubuh pasien post sectio caesaria di Kamar
oksigen hangat (Marlinda, 2017). Bedah Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru”.
Hipotermia pada pasien post operasi agar tidak
menggigil melebihi batas aman dapat ditangani 2. METODE PENELITIAN
dengan memasang selimut elektrik. Selimut
elektrik merupakan suatu alat untuk menjaga Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan
kestabilan suhu tubuh pasien ketika pasien metode penelitian analitik dengan metode
mengalami hipotermia. Alat ini pada dasarnya pendekatan eksperimental. Penelitian ini
memanfaatkan panas yang dialirkan dengan menggunakan desain quasy eksperimental dengan
menggunakan blower sebagai media penghantar rancangan one grup pre test post test. Penelitian
panas sehingga kondisi pasien tetap terjaga dalam ini di laksanakan di kamar bedah RSAB
keadaan hangat (Rositasari, et al, 2017). Pekanbaru. Cara pengambilan sampel dalam
Meminimalisir dampak dari penurunan suhu penelitian adalah accidental sampling. Sampel
tubuh (hipotermia) dibutuhkan usaha untuk dapat dalam penelitian ini merupakan sebanyak 30
mengembalikan atau menyeimbangkan suhu orang. Peneliti menggunakan alat pengumpul data
Initium Medica Journal vol 1 No 3, Desember 2021 | 3
Dikirim : 27 September 2021 IMJ
Direvisi : 12 Oktober 2021 (Initium Medica Journal)
Disetujui : 28 November 2021 Online ISSN: 2798-2289
Jurnal homepage : https://journal.medinerz.org

berupa daftar pertanyaan dan lembar observasi. 30 responden (100%) dan tidak memiliki riwayat
Pertanyaan untuk data demografi yaitu nama, alergi sebanyak 25 responden (83.3%).
umur, pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit,
2. Analisa Bivariat
dan riwayat alergi dan lembar observasi suhu (0C) Tabel 4.2
sebelum dan sesudah (0C) penggunaan selimut Rata-Rata Suhu Pasien Post Sectio Caesaria di
elektrik, lalu melakukan pendokumentasian. Kamar Bedah
Analisa data bivariat dilakukan dengan uji Rumah Sakit Awal Bros (RSAB) Pekanbaru
Wilcoxon dengan derajat kepercayaan 95%.
Vari Me Med S Skew Kurt M M
3. HASIL DAN PEMBAHASAN abel an ian D ness osis in ax
Sum

1. Analisa Univariat Suhu


33. 0. 0.68 34 101
Sebel 33.9 1.35 33
Tabel 4.1 um
7 35 7 .2 2.9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suhu
34. 0. 0.03 104
Karakteristik Pasien Sesu 35.0 0.63 33 36
7 74 3 2.4
Post Sectio Caesaria di Kamar Bedah Rumah Sakit dah
Awal Bros
(RSAB) Pekanbaru Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa nilai rata-
rata (mean), nilai tengah (median), nilai minimum
No Karakteristik Pasien Frekuensi Persentase (min), nilai maksimum (max) dan nilai total (Sum)
Post Sectio Caesarea
mengalami peningkatan suhu setelah dilakukan
1 Usia
a. Remaja 2 6.7 pemberian selimut elektrik. Nilai rata rata suhu
b. Dewasa Awal 22 73.3 sebelum dilakukan pemberian selimut elektrik
c. Dewasa 6 20.0 adalah 33.70C dan setelah dilakukan pemberian
Menengah selimut elektrik menjadi 34.70C. Nilai tengah
2 Pendidikan (median) suhu sebelum dilakukan pemberian
a. Sekolah 1 3.3
Menengah 9 40.0 selimut elektrik adalah 33.90C dan setelah
Pertama (SMP) 20 66.7 dilakukan pemberian selimut elektrik menjadi
b. Sekolah 35.00C. Nilai min suhu sebelum dilakukan
Menengah Atas pemberian selimut elektrik adalah 330C dan
(SMA)
c. Perguruan Tinggi
setelah dilakukan pemberian selimut elektrik tetap
(PT) 330C. Nilai max suhu sebelum dilakukan
3 Pekerjaan pemberian selimut elektrik adalah 34.20C dan
a. Ibu Rumah 8 26.7 setelah dilakukan pemberian selimut elektrik
Tangga (IRT) 15 50.0 menjadi 36.00C. Nilai Sum suhu sebelum
b. Swasta 4 13.3
c. Wiraswasta 3 10.0 dilakukan pemberian selimut elektrik adalah
d. Pegawai Negeri 1012.9 dan setelah dilakukan pemberian selimut
Sipil (PNS) elektrik menjadi 1042.4.
4 Riwayat Penyakit
a. Tidak Ada 30 100.0 Tabel 4.3
5 Riwayat Alergi Hasil Distribusi Data Suhu Tubuh Pasien Sebelum
a. Tidak ada 25 83.3 Penggunaan Selimut Elektrik
b. Ada (Alergi 5 16.7
di Kamar Bedah Rumah Sakit Awal Bros (RSAB)
Makanan) Pekanbaru
Total 30 100.0 Standa Perbedaan
r Eror
Skewn p
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa mayoritas Stand
ess Stand value
Variabe Me ar
usia responden adalah dewasa awal berjumlah 22 l an Devia
dan Me ar shapi
responden (73,3%), mayoritas pendidikan Standa an Devia ro
si
r Eror si Wilk
responden adalah Perguruan Tinggi sebanyak 20 Kurtos
responden (66.7%), mayoritas pekerjaan is
responden adalah swasta sebanyak 15 responden Suhu
0.427
Sebelum 0.98
(50%), tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 33.7 0.35 dan 0.75 0.000
Penggun 3
0.833
aan

Initium Medica Journal vol 1 No 3, Desember 2021 | 4


Dikirim : 27 September 2021 IMJ
Direvisi : 12 Oktober 2021 (Initium Medica Journal)
Disetujui : 28 November 2021 Online ISSN: 2798-2289
Jurnal homepage : https://journal.medinerz.org

Selimut suhu tubuh atau hipotermi. Hipotermia ialah


Elektrik
Suhu
keadaan dengan temperatur inti 10C lebih rendah
Sesudah di bawah temperatur rata-rata inti tubuh manusia
Penggun pada keadaan istirahat dengan suhu lingkungan
34.7 0.74 0,079
aan
Selimut yang normal (Dewi, 2019). Perubahan fisiologis
Elektrik pada tubuh pasien yang menjalani pembedahan
dapat berupa penurunan suhu tubuh atau
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 30 hipotermia. Pasien pasca bedah yang mengalami
responden yang diberikan pemberian selimut hipotermia akan menggigil sebagai mekanisme
elektrik mengalami peningkatan suhu dari mean kompensasi tubuh terhadap hipotermia. Shivering
sebelum 33.7 menjadi 34.7, dengan standar (menggigil) merupakan keadaan yang ditandai
deviasi sebelum penggunaan selimut elektrik 0.35 dengan adanya peningkatan aktivitas muskuler
dan sesudah penggunaan selimut elektrik 0.74. yang sering terjadi setelah tindakan anestesi,
Hasil distribusi data untuk suhu sebelum khususnya anestesi spinal pada pasien yang
penggunaan selimut elektrik menunjukkan nilai p menjalani operasi. (Arifin, dkk, 2012). Beberapa
value= 0.000, dan suhu sesudah penggunaan faktor yang berkontribusi terhadap hipotermia
selimut elektrik menunjukkan nilai p value= pada pasien yang dilaksanakan operasi yakni suhu
0.079. Dikarenakan salah satu distribusi kamar operasi yang dingin yakni 190C– 220C
menunjukkan hasil terdistribusi tidak normal (α < dengan kelembaban 55-60%, insisi yang luas dan
0.05), sehingga penelitian ini akan menggunakan terbuka lama, cairan intravena yang diberikan saat
uji alternative dari paired sample T Test yakni preloading dingin atau tidak hangat, induksi
Wilcoxon untuk melakukan analisa data. anastesi yang dapat menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah sehingga menurunkan produksi
Tabel 4.4 panas metabolic. Hipotermi juga bisa terjadi
Hasil Analisis Pengaruh Penggunaan Selimut karena suhu tubuh kehilangan panas melalui
Elektrik terhadap Peningkatan
beberapa mekanisme antara lain konveksi, radiasi,
Suhu Tubuh Pasien Post Sectio Caesaria di Kamar
Bedah
evaporasi, dan konduksi.Jenis operasi
Rumah Sakit Awal Bros (RSAB) Pekanbaru mempengaruhi besar dan luasnya insisi. Jenis
Suhu Sum operasi besar yang membuka rongga tubuh terjadi
Kategori Mean p
sebelum dan Ranks Ranks
Of Z
value dalam penelitian ini yakni operasi sectio caesarea,
Ranks
suhu yang jelas akan sangat berpengaruh terhadap
sesudah Negative
3.5 21 angka kejadian hipotermia. Operasi sectio
penggunaan Ranks
4.256 0.000 caesarea menjadi penyebab hipotermia karena
selimut Positive
elektrik 18 414
Ranks berhubungan dengan operasi yang berlangsung
lama, insisi yang luas, dan sering membutuhkan
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa nilai mean cairan. Keadaan ini mengakibatkan kehilangan
kategori ranks adalah 3.5 (negative ranks) dan 18 panas yang terjadi ketika permukaan tubuh pasien
(positive ranks) dan nilai sum of ranks adalah 21 yang basah serta lembab, seperti perut yang
(negative ranks) dan 414 (positive ranks). terbuka dan juga luasnya paparan permukaan
Berdasarkan nilai signifikan wilcoxon untuk kulit. Evaporasi adalah proses perubahan sifat
penggunaan selimut elektrik didapatkan nilai p fisika dari bentuk zat cair ke dalam bentuk gas,
value= 0.000, nilai signifikan < ἀ (0.05) maka H0 disertai pelepasan sejumlah panas sebanyak 20–
ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat 27% (Dewi, 2019). Pembedahan dengan spinal
pengaruh penggunaan selimut elektrik terhadap anestesi yang lama meningkatkan terpaparnya
peningkatan suhu tubuh pasien post sectio tubuh dengan suhu dingin sehingga menyebabkan
caesaria di Kamar Bedah Rumah Sakit Awal Bros perubahan temperatur tubuh. Selain itu anestesi
(RSAB) Pekanbaru. spinal juga menghambat pelepasan hormone
4. PEMBAHASAN katekolamin sehingga akan menekan produksi
panas akibat metabolism (Mashitoh, 2018). Salah
Pasien yang dilakukan prosedur pembedahan satu intervensi yang pada shivering pada pasien
cenderung setelahnya akan mengalami beberapa yang menjalani operasi adalah penggunaan
keluhan salah satunya yakni terjadinya penurunan selimut listrik. Menurut Miller dkk, (2010),
Initium Medica Journal vol 1 No 3, Desember 2021 | 5
Dikirim : 27 September 2021 IMJ
Direvisi : 12 Oktober 2021 (Initium Medica Journal)
Disetujui : 28 November 2021 Online ISSN: 2798-2289
Jurnal homepage : https://journal.medinerz.org

pencegahan selama perioperatif dan terapi pada selimut elektrik, produksi panas tidak hanya dari
saat terjadi menggigil dengan dua pendekatan dalam tubuh namun penghantaran panas dari luar
yaitu non farmakologis dan farmakologis. juga ikut mempercepat peningkatan suhu dalam
Langkah awal dalam mencegah terjadinya tubuh. Harapannya radiasi dari penggunaan
menggigil adalah pemantauan suhu inti (core selimut elektrik yang hangat dapat mentransfer
temperature), telah dibuktikan bahwa bila suhu panas pada benda yang disinarinya termasuk
kamar operasi dipertahankan lebih dari 24° C, tubuh manusia, sehingga pada intervensi lampu
maka semua pasien akan berada pada keadaaan penghangat selain produksi panas dari dalam
normotermi selama anestesia (dalam hal ini suhu tubuh, panas juga ditransfer melalui radiasi dari
oesofagus 36°C). Pada suhu 21 24°C sekitar 30% luar tubuh sehingga untuk mencapai peningkatan
yang mengalami hipotermi. Selain suhu, suhu seluruh tubuh akan terjadi lebih cepat. Hal
kelembaban dan aliran udara juga penting. inilah yang menyebabkan penggunaan selimut
Tindakan mencegah hipotermi dan menggigil elektrik dalam mengatasi hipotermi yang terjadi
dapat dilakukan dengan pendekatan non pada pasien pasca bedah sectio caesarea sangat
farmakologis disebut metode menghangatkan direkomendasikan. Berdasarkan analisis statistik
kembali (rewarming techniques).Sistem diketahui bahwa dari 30 responden yang diberikan
penghangat tubuh selimut elektrik ditujukan untuk penggunaan selimut elektrik mengalami
mencegah dan merawat pasien hypothermia, peningkatan suhu dari mean sebelum 33.7 menjadi
misalnya dengan pasien operasi, pasien sebelum 34.7. Berdasarkan nilai signifikan untuk
operasi, wanita hamil yang menggigil selama penggunaan selimut elektrik adalah 0.000, nilai
masa pembiusansampai hypothermia, atau pasien signifikan < ἀ (0.05) maka H0 ditolak dan Ha
manapun yang tidak nyaman dimana diterima yang artinya terdapat pengaruh
lingkungannya sangat dingin (Rositasari, penggunaan selimut elektrik terhadap peningkatan
Mulyanto & Dyah, 2017). Melalui penelitian suhu tubuh pasien post sectio caesaria di Kamar
diketahui bahwa nilai rata-rata (mean), nilai Bedah Rumah Sakit Awal Bros (RSAB)
tengah (median), nilai minimum (min), nilai Pekanbaru. Keberhasilan penggunaan selimut
maksimum (max) dan nilai total (Sum) mengalami elektrik dengan peningkatan suhu rata rata 10C ini
peningkatan suhu setelah dilakukan penggunaan juga dialami oleh Dewi (2019), dimana melalui
selimut elektrik. Nilai rata rata suhu sebelum penelitiannya didapatkan peningkatan suhu rata
dilakukan penggunaan selimut elektrik adalah rata 0.640C dalam waktu 52 menit dan hasil p
33.70C dan setelah dilakukan penggunaan selimut value yakni 0.001. Dewi menyimpulkan bahwa
elektrik menjadi 34.70C. Nilai tengah (median) penggunaan selimut hangat elektrik yang
suhu sebelum dilakukan penggunaan selimut berbahan alumunium foil pada pasien post SC
elektrik adalah 33.90C dan setelah dilakukan dengan spinal anestesi dapat mempercepat
penggunaan selimut elektrik menjadi 35.00C. kembalinya suhu tubuh menjadi normal
Nilai min suhu sebelum dilakukan penggunaan dibandingkan dengan penggunaan selimut hangat
selimut elektrik adalah 330C dan setelah dilakukan biasa. Hasil penelitian Torrossian, et al (2016)
penggunaan selimut elektrik tetap 330C. Nilai max menunjukkan bahwa penggunaan selimut
suhu sebelum dilakukan penggunaan selimut BARRIER EasyWarm pada tahap preoperative,
elektrik adalah 34.20C dan setelah dilakukan perioperative dan postoperative signifikan
penggunaan selimut elektrik menjadi 360C. meningkatkan suhu tubuh. Selimut diberikan
Responden dalam penelitian ini diberikan selimut kepada pasien 30 menit sebelum proses anestesi.
elektkrik yang berupa selimut penghangat yang Rerata suhu tubuh pada tahap postoperative
memiliki panjang 130-160 cm dan lebar 210 cm. berbeda signifikan antara kelompok intervensi
Kegiatan intervensi ini dilakukan selama 30 menit dengan kelompok kontrol (36,3°C, SD±0.5, vs
saat hipotermi terjadi. Penggunaan selimut 36,0°C SD±0.5, dengan nilai p masing-masing
elektrik ini merupakan suatu tindakan yang efektif 0,01). Kejadian hipotermia pada tahap
membantu mempercepat peningkatan suhu tubuh postoperative signifikan lebih rendah pada
pasien yang mengalami hipotermia dengan kelompok intervensi daripada kelompok kontrol
mencegah kulit terpapar suhu dingin kembali (24% vs 49% dengan nilai p masing-masing 0,01).
sehingga tidak terjadi pelepasan panas tubuh Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan selimut
(Kesuma, 2013). Pada intervensi penggunaan elektrik pada rangkaian proses operasi yang
Initium Medica Journal vol 1 No 3, Desember 2021 | 6
Dikirim : 27 September 2021 IMJ
Direvisi : 12 Oktober 2021 (Initium Medica Journal)
Disetujui : 28 November 2021 Online ISSN: 2798-2289
Jurnal homepage : https://journal.medinerz.org

menggunakan anestesi spinal dapat membantu caesarea yang diberi selimut elektrik dari pada
mengurangi resiko hipotermi pada pasien saat di yang tanpa menggunakan selimut elektrik, karena
ruang pemulihan. IMT adalah penilaian status gizi dilihat dari nilai ratasuhu tubuh setelah diberi
pada tiap individu. IMT dalam penelitian ini terapi selimut elektrik lebih besar bila
dihitung dengan cara menimbang berat badan dibandingkan suhu tubuh pada pasien pasca sectio
menggunakan timbangan smic dalam satuan caesarea selain atau tanpa menggunakan selimut
kilogram dan mengukur tinggi badan dalam satuan elektrik. Hasil penelitian ini diperkuat oleh
meter, kemudian berat badan dibagi dengan tinggi penelitian yang dilakukan oleh Kesuma (2013)
badan kuadrat. Berdasarkan penelitian diketahui yang meneliti tentang perbedaan efektivitas
bahwa rentang Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam penggunaan selimut tebal dan lampu penghangat
penelitian ini adalah 23,4 – 31.25 (76% dalam pada pasien pasca bedah sectio caesarea yang
kategori gemuk). Dari 30 responden, 6 responden mengalami hipotermi di ruang pemulihan, hasil
(20%) diantaranya tidak mengalami peningkatan penelitian menyimpulkan bahwa terdapat
suhu setelah menggunakan selimut listrik, rentang perbedaan yang signifikan pada penggunaan
IMT responden tersebut adalah 2 Normal (22,3 tindakan selimut tebal dan lampu penghangat
dan 24,2) dan 4 Obesitas (28,3-29,3) yang berada untuk mengatasi hipotermi pada pasien pasca
pada rentang suhu 33.5-34. Hasil penelitian ini bedah sectio caesaria, dimana metode
mengungkapkan bahwa anastesi mempengaruhi penggunaan lampu penghangat memberikan
termoregulasi seseorang yang terdiri atas elemen efektifitas lebih baik dibandingkan dengan
input aferen, pengaturan sinyal di daerah pusat dan penggunaan selimut tebal dalam mengatasi
juga respon eferen. Anestesi dapat menghilangkan hipotermi pada pasien bedah section caesaria.
proses adaptasi serta mengganggu mekanisme Selain menggunakan blanket warmer, untuk
fisiologi lemak/ kulit pada fungsi termoregulasi mengatasi hipotermi pada pasien post section
yaitu menggeser batas ambang untuk respons caesarea, terapi penghangat yang lain yang
proses vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi dan terbukti efektif yaitu dengan penggunaan cairan
juga berkeringat (Setiyanti, 2016). Pernyataan ini infus NaCl hangat (Faridah, 2014).
dengan teori yang dikemukakan oleh Tian (2014),
dimana terdapat hubungan antara IMT dengan 5. KESIMPULAN
hipotermi pasca anestesi di IBS RSUD Kota 1. Rata-rata suhu tubuh pasien post sectio
Yogyakarta dengan nilai signifikansi p value caesaria sebelum penggunaan selimut elektrik
0,032 (0,032 < α=0,05), maka hipotesis diterima. di Kamar Bedah RSAB Pekanbaru adalah
Seseorang yang lebih gemuk cenderung memiliki 33.70C.
cadangan lemak lebih banyak akan cenderung 2. Rata-rata suhu tubuh pasien post sectio
menggunakan cadangan lemak sebagai sumber caesaria setelah penggunaan selimut elektrik
energi dari dalam, namun apabila sudah di Kamar Bedah RSAB Pekanbaru adalah
mengalami hipotermi maka individu tersebut akan 34.70C.
lebih sulit mengembalikan kondisi suhu karena 3. Terdapat pengaruh pemberian selimut elektrik
energy dari dalam sudah terpakai lebih banyak terhadap peningkatan suhu tubuh pasien post
untuk mempertahankan suhu sebelumnya sectio caesaria di Kamar Bedah Rumah Sakit
(Dughdale, 2011). Hasil penelitian ini sesuai Awal Bros (RSAB) Pekanbaru dengan nilai p
dengan penelitian Rositasari, Mulyanto & Dyah value= 0.000, nilai signifikan < ἀ (0.05)
(2017). Dimana hasil uji beda efektivitas
penggunaan selimut elektrik pada pasien pasca 6. UCAPAN TERIMA KASIH
Sectio caesarea yang Mengalami Hipotermi di RS Penulis mengucapkan terimakasih kepada para
PKU Muhammadiyah Surakarta diperoleh nilai p- pihak yang telah membantu penulis dalam
value = 0,037< 0,05, hal ini menunjukkan bahwa melakukan penelitian ini.
Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan efektivitas penggunaan
selimut elektrik pada pasien pasca sectio caesarea
yang mengalami hipotermi di RS PKU Surakarta,
dan pengaruh paling efektif terhadap kecepatan
peningkatan suhu tubuh adalah pasien pasca sectio
Initium Medica Journal vol 1 No 3, Desember 2021 | 7
Dikirim : 27 September 2021 IMJ
Direvisi : 12 Oktober 2021 (Initium Medica Journal)
Disetujui : 28 November 2021 Online ISSN: 2798-2289
Jurnal homepage : https://journal.medinerz.org

DAFTAR PUSTAKA Rositasari, dkk. (2017). Efektifitas Pemberian


Blanket Warmer Pada Pasien Sectio Caesaria
Dewi, N. W. I. A. (2019). Pengelolaan Hipotermi Yang Mengalami Hipotermi di Rumah Sakit PKU
Pasien Sectio Caesarea Dengan Spinal Anestesi Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Ilmu
Melalui Pemberian Selimut Alumunium Foil Di Keperawatan Indonesia, Vol. 10, No.1.
IBS RS Pantiwilasa Citarum. Jurusan Smeltzer and Bare (2015). Buku Ajar
Keperawatan Politeknik Kesehatan Semarang. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Diperoleh pada tanggal 7 Desember 2020 dari Torossian, A., et al. (2016). Active perioperative
http://repository.poltekkes- patient warming using a self-warming blanket
smg.ac.id/repository/ARTIKEL-NERS- (BARRIER EasyWarm) is superior to passive
NI%20WAYAN%20INTAN%20AFSARI%20D thermal insulation: a multinational, multicenter,
EWI-P1337420918090.pdf randomized trial. J Clin Anesth, 34, 547–554.
Dughdale, A. (2011). Vetirenary Anaesthetic: Winarni, E. (2020). Efektifitas penggunaan
Principle to Practice. United Kingdom: Blakwell blanket warmer terhadap suhu pada pasien
Publishing Ltd. shivering post spinal anestesi replacement
Butwick, A. J. (2007). Operative Forced Air- ekstremitas bawah. Diperoleh pada tanggal 17
Warming During Caesarean Delivery Under Desember 2020 dari
Spinal Anaesthesia Does Not Prevent Maternal http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/110/1/naskah%2
Hypothermia, Anaesthesia and Analgesia. Vol. 0publikasi%20endang%20w%20st181010.pdf
105, Issue 5, pp.1413-1419. World Health Organization (WHO) (2018).World
Kesuma dan Wijaya, I. G. B. I. (2017). Perbedaan Health Statistic 2018, Monitoring health for the
efektifitas pemberian selimut tebal dan Lampu SDGs (Sustainable Developments Goal). Geneva:
penghangat pada pasien pasca bedah sectio World Health Organization
Caesaria yang mengalami hipotermi di ruang
pemulihan OK RSUD Sanjiwani Gianyar.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Diperoleh pada
tanggal 11 Desember 2020 dari
https://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/do
wnload/6460/4975.
Kesuma, I.G.B.I.W., Kusumawati, P., dan
Saputra, I. . (2013). The Differences in
Effectiveness of Granting Thick Blankets and
Heating Lamps in Sectio Caesarea Post-Surgery
Patients who Undergo Hypothermia in the OK
Recovery Room in Sanjiwani District Hospital
Gianyar. Open Journal System Universitas
Udayana, 1(2).
Marlinda, E. (2017). Perbandingan Selimut
Hangat Dengan Selimut Hangat Dilapisi Selimut
Aluminium Foil Terhadap Kecepatan Kembalinya
Suhu Tubuh Normal Pada Pasien Hipotermi post
SC (Sectio Caesar) Di Recovery Room RSUD Ulin
Banjarmasin. Poltekkes Banjarmasin Jurusan
Keperawatan. Diperoleh pada tanggal 7 Desember
2020 dari
http://conference.unsri.ac.id/index.php/SNK/artic
le/download/772/401
Mashitoh, dkk. (2018). Lama Operasi dan
Kejadian Shivering Pada Pasien Pasca Spinal
Anestesi, Jurnal Keperawatan Terapan, Vol. 4, No.
1.
Initium Medica Journal vol 1 No 3, Desember 2021 | 8

You might also like