You are on page 1of 6

SURYA MEDIKA

Volume 14 No. 1 Juli 2019 hal 80-85 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Identifikasi Senyawa Jamu Pegal Linu yang Beredar di Kabupaten Bantul


dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis

Furijika Fitriana Mosy, Kuswandani


Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta

Background: Traditional herbal is not permitted to contain chemicals drug. It is possible allowed
such as paracetamol and phenylbutazone.
Objective: This study is aimed to identify the compounds of paracetamol and phenylbutazone in
the traditional herbal of Jamu Pegal Linu (Herbal Medicine).
Methods: This type of research was descriptive and the sample was determined by random
sampling. The method used Thin Layer Chromatography (TLC) which is a physicochemical
method. There were eight samples were extracted by the soxhletation method until a thick extract
was obtained to be spotted in the quite phase of TLC silica gel F254. The motion phase used for
the analysis of paracetamol was chloroform: acetone: toluene (65:25:10) and the motion phase for
phenylbutazone analysis was benzene: chloroform: 96% acetic acid (50:40:10). Spots detection
was done by observing under UV light of 254 nm and the spots that appeared were calculated for
Rf value and compared with the standard Rf value of paracetamol and phenylbutazone.
Results: The results obtained in this study were positive E samples containing paracetamol and
phenylbutazone with Rf value of sample 0.57 and a standard Rf of paracetamol 0.57 and an Rf
value of sample 0.82 and a standard Rf of phenylbutazone 0.86. The positive G sample contained
paracetamol with a sample Rf value of 0.61 and a standard Rf value of paracetamol 0.68.
Conclusion: From the eight samples of ‘Jamu Pegal Linu’, two of them were positive containing
chemical drugs paracetamol and phenylbutazone.

Keywords: Jamu Pegal Linu (Herbal Medicine), Paracetamol, Phenylbutazone, TLC

Jl. Ring Road Selatan Baldo, Potorono, Banguntapan Bantul Yogyakarta Telp/Fax.0274-6679944,
Telp. (0274) 373022, 6995128
Mosyfuryjika009@gmail.com

80
SURYA MEDIKA
Volume 14 No. 1 Juli 2019 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PENDAHULUAN point bagi produsen. Hal ini kemungkinan


Obat tradisional adalah bahan atau disebabkan kurangnya pengetahuan
ramuan bahan yang berupa bahan produsen akan bahaya mengonsumsi
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, bahan kimia obat secara tidak terkontrol
sediaan sarian (galenik), atau campuran baik dosis maupun cara penggunaannya,
dari bahan tersebut yang secara turun atau bahkan semata-mata demi
temurun telah digunakan untuk pengobatan meningkatkan penjualan karena konsumen
berdasarkan pengalaman. Sesuai dengan menyukai produk obat tradisional yang
pasal 7 Permenkes RI No.007 Tahun bereaksi cepat pada tubuh. Konsumen
2012 tentang registrasi obat tradisional, yang tidak menyadari adanya bahaya
obat tradisional dilarang mengandung etil dari obat tradisional yang dikonsumsinya,
alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk apalagi memperhatikan adanya
sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan kontraindikasi penggunaan beberapa
pengenceran, bahan kimia obat yang bahan kimia bagi penderita penyakit
merupakan hasil isolasi atau sintetik tertentu, maupun interaksi bahan obat
berkhasiat obat, narkotika atau psikotropika, yang terjadi apabila pengguna obat
dan/atau bahan lain yang berdasarkan tradisional sedang mengonsumsi obat
pertimbangan kesehatan dan/atau lain tentunya sangat membahayakan
berdasarkan penelitian membahayakan (Yuliarti, 2010).
kesehatan. Untuk itulah BPOM secara
Menurut data WHO (World Health berkesinambungan melakukan pengawasan
Organization) tahun 2010, menunjukkan yang antara lain dilakukan melalui inspeksi
bahwa 50% penduduk Indonesia pada sarana distribusi serta pengawasan
menggunakan jamu baik untuk menjaga produk di peredaran dengan cara sampling
kesehatan maupun untuk pengobatan dan pengujian laboratorium terhadap
karena sakit (Balitbangkes, 2014). Banyak produk yang beredar. Oleh karena itu
faktor yang mendasari penggunaan untuk mendukung program pengawasan
jamu seperti resiko efek samping yang maka perlu ada partisipasi berbagai
kecil dan biaya yang relatif murah. kalangan khususnya peneliti. Peneliti
Melihat cukup besarnya permintaan bermaksud memberi kontribusi dalam
masyarakat akan jamu, banyak produsen pengawasan produk dengan melakukan
yang memanfaatkan kesempatan ini penelitian keberadaan bahan kimia obat
dengan memproduksi berbagai macam dalam jamu pegal linu yang diambil di
produk unggulan mereka. Selain itu, Kabupaten Bantul.
banyak produsen jamu baru bermunculan.
Produk jamu yang dihasilkan antara lain METODE PENELITIAN
jamu pegal linu, jamu asam urat dan Jenis penelitian ini adalah penelitian
jamu encok. Jamu pegal linu merupakan yang bersifat deskriptif. Pada penelitian
salah satu produk yang digemari oleh ini menggunakan pemeriksaan laboratorium
masyarakat terutama yang bermata secara kualitatif dengan menggunakan
pencaharian sebagai pekerja lapangan. metode kromatografi lapis tipis. Populasi
Akan tetapi, sampai saat ini BPOM yang digunakan pada penelitian ini
masih menemukan beberapa produk adalah produk obat tradisional dengan
obat tradisional yang didalamnya jenis sediaan jamu serbuk yang beredar
dicampuri bahan kimia obat (Yuliarti, di Kabupaten Bantul.
2010). Teknik pengambilan sampel yang
Bahan kimia obat di dalam obat digunakan adalah random sampling
tradisional inilah yang menjadi selling yaitu pengambilan sampel secara random

81
SURYA MEDIKA
Volume 14 No. 1 Juli 2019 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

atau acak (Notoatmodjo, 2010). Adapun berukuran 3x10 cm, demikian juga
sampel yang diambil ialah jamu pegal dengan larutan baku dengan jarak
linu dalam bentuk serbuk dengan 1,5 cm dari tepi bawah lempeng.
berbagai merk, dan yang paling diminati Kemudian lempeng KLT tersebut
oleh masyarakat. dimasukkan ke dalam bejana
Metode Pengolahan dan Analisis Data kromatografi yang berisi fase gerak
1. Metode Pengolahan kloroform: aseton: toluen (65: 25: 10)
a. Persiapan Bahan untuk analisis senyawa parasetamol
Sampel jamu (30 gram) diesktraksi dan fase gerak benzen: kloroform:
dengan metode soxhletasi asam asetat 96% (50: 40: 10) untuk
menggunakan pelarut etanol 96%. analisis fenilbutazon. Elusi dilakukan
Ekstrak cair disisihkan sebanyak 3 sampai batas yang telah ditentukan
mL dan dimasukkan ke dalam flakon. kemudian lempeng dikeluarkan dan
Sisa ekstrak cair ditambahkan dikeringanginkan. Deteksi bercak
dengan 10 ml KOH etanolik 10% dilakukan dengan pengamatan
kemudian disaring. Hasil saringan
dibawah sinar UV 254 nm. Bercak
tersebut diuapkan hingga diperoleh
yang muncul dihitung nilai Rf nya
ekstrak kental untuk dianalisis
dan bandingkan dengan nilai Rf
lebih lanjut.
b. Pembuatan Larutan Baku Pembanding dari larutan baku.
1) Parasetamol d. Analisis Data
Larutan dibuat dengan menimbang Analisis data dilakukan dengan
10 mg baku parasetamol dan menghitung nilai Rf dari hasil
dilarutkan dengan etanol 96% bercak yang terlihat. Senyawa-
sampai volume 50 mL. senyawa yang terpisah pada
2) Fenilbutazon lapisan tipis diidentifikasi dengan
Larutan dibuat dengan menimbang melihat fluoresensi dalam sinar
10 mg baku fenilbutazon dan ultraviolet dan mencari harga Rf.
dilarutkan dengan etanol 96% Nilai Rf adalah hasil bagi antara
sampai volume 50 mL. jarak yang ditempuh senyawa
c. Analisis Kualitatif dengan KLT dengan jarak yang ditempuh
Larutan uji ditotolkan pada fase pelarut.
diam lempeng KLT silika gel F254

HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Hasil pengamatan nilai Rf pada sinar UV 254 nm
Jamu Pegal Linu
Sampel Hasil
Nilai Rf Parasetamol Nilai Rf Fenilbutazon

Baku Sampel Sampel Baku


A 0,52 - - 0,71 -
B 0,58 - - 0,68 -
C 0,52 - - 0,81 -
D 0,57 - - 0,8 -
E 0,57 0,57 0,82 0,86 +
F 0,58 - - 0,86 -
G 0,6 0,61 - 0,68 +
H 0,61 - - 0,71 -

82
SURYA MEDIKA
Volume 14 No. 1 Juli 2019 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Identifikasi menggunakan metode PEMBAHASAN


kromatografi lapis tipis digunakan fase Analisis kualitatif parasetamol dan
diam silika gel f 254 nm, fase gerak fenilbutazon pada sediaan jamu
untuk identifikasi parasetamol yaitu merupakan uji identifikasi parasetamol
kloroform: aseton: toluen (65:25:10) dan fenilbutazon yang dimungkinkan
dan fase gerak untuk identifikasi terdapat dalam sediaan obat tradisional.
fenilbutazon yaitu benzen: koroform: Dalam penelitian ini sampel yang
asam asetat 96% (50:40:10). Untuk digunakan yaitu sejumlah 8 merk jamu
penampakan bercak dilakukan pegal linu yang paling diminati oleh
pengamatan dibawah sinar UV 254 masyarakat yang beredar di wilayah
nm. Kabupaten Bantul.
Dari hasil pengamatan dengan Obat tradisional adalah bahan
sinar UV 254 nm, pada sampel A, B, C, atau ramuan bahan yang berupa bahan
D, F dan H tidak mengandung bahan kimia tumbuhan, bahan hewan, bahan
obat parasetamol dan fenilbutazon, mineral, sediaan sarian (galenik) atau
karena tidak ada bercak yang memiliki campuran dari bahan tersebut yang
nilai Rf yang sama dengan Rf baku secara turun temurun telah digunakan
parasetamol maupun fenilbutazon. untuk pengobatan berdasarkan
Pada sampel E diduga mengandung pengalaman. Obat tradisional (jamu)
bahan kimia obat parasetamol dan tidak diperkenankan mengandung
fenilbutazon karena terdapat bercak bahan kimia obat parasetamol dan
dengan nilai Rf sampel 0,57 yang sama fenilbutazon karena menurut pasal 7
dengan nilai Rf baku parasetamol yaitu Permenkes RI No. 007 Tahun 2012
0,57 dan nilai Rf sampel 0,82 yang tentang Registrasi Obat Tradisional,
mendekati nilai Rf baku fenilbutazon obat Tradisional dilarang mengandung
yaitu 0,86. Pada sampel G diduga etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam
mengandung parasetamol karena terdapat bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya
bercak dengan nilai Rf sampel 0,61 dengan pengenceran, bahan kimia obat
yang hampir sama dengan Rf baku yang merupakan hasil isolasi atau
parasetamol yaitu 0,6. sintetik berkhasiat obat, narkotika atau
Adapun ciri-ciri dari sampel yang psikotropika, dan/atau bahan lain yang
positif mengandung parasetamol dan berdasarkan pertimbangan kesehatan
fenilbutazon yaitu setelah diekstraksi dan/atau berdasarkan penelitian yang
sampel tersebut yang paling pekat membahayakan kesehatan.
daripada sampel yang lain dan setelah Sebelum dilakukan identifikasi bahan
dilakukan penguapan sampel tersebut kimia obat pada sediaan jamu, terlebih
berwarna hitam. Sedangkan sampel dahulu dilakukan ekstraksi dengan
yang mengandung parasetamol tidak metode soxhletasi. Ekstraksi ini bertujuan
memperlihatkan perbedaan dengan untuk memisahkan bahan kimia obat
sampel yang lain. Berdasarkan hasil yang mungkin ada dalam jamu dengan
identifikasi yang disajikan dalam tabel, bahan lain. Metode soxhletasi dipilih
diketahui bahwa delapan sampel jamu karena proses pemisahan zat aktif
yang diteliti, sampel E positif mengandung dengan zat lain dilakukan penyaringan
parasetamol dan fenilbutazon dan secara berulang-ulang dengan pelarut
sampel G positif mengandung parasetamol. tertentu sehingga zat aktif yang

83
SURYA MEDIKA
Volume 14 No. 1 Juli 2019 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

diinginkan dapat terekstraksi dengan Prinsip kromatografi lapis tipis berdasarkan


sempurna, pelarut yang digunakan perbedaan kepolaran antara sampel
lebih sedikit serta pemanasannya dapat dengan pelarut yang digunakan.
diatur. Proses ekstraksi dilakukan Metode ini menggunakan fase diam
sampai larutan yang mengisi soxhlet silika gel F254 dan fase gerak yang
tidak berwarna. Pelarut yang digunakan disesuaikan dengan jenis sampel yang
dalam ekstraksi ini yaitu etanol 96%. ingin dipisahkan. Semakin dekat
Prinsip kerja soxhletasi adalah kepolaran antara sampel dengan fase
penarikan komponen kimia yang gerak maka sampel akan semakin
dilakukan dengan cara serbuk simplisia terbawa dengan sampel tersebut. Prinsip
yang telah dilapisi dengan kertas saring penampakan noda dilakukan pada UV
sedemikian rupa kemudian dimasukkan 254 nm, lempeng akan berfluoresensi
ke dalam selonsong, cairan penyari sedangkan sampel akan tampak berwarna
dipanaskan dalam labu alas bulat dan gelap. Penampakan noda pada lampu
diberi 3 buah batu didih untuk meratakan UV 254 nm adalah karena adanya daya
panas dan mencegah terjadinya bumping interaksi antara sinar UV dengan indikator
(letupan akibat panas yang tidak merata) fluoresensi yang terdapat pada lempeng
sehingga menguap dan dikondensasikan fluoresensi cahaya yang tampak
oleh kondensor bola menjadi molekul merupakan emisi cahaya yang
cairan penyari yang akan jatuh membasahi dipancarkan oleh komponen tersebut
dan sekaligus menyari zat aktif yang ketika elektron yang tereksitasi dari
ada pada simplisia, kemudian cairan tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang mengandung zat aktif akan yang lebih tinggi kemudian kembali ke
bergerak menuju sifon hingga mencapai keadaan semula sambil melepaskan
permukaan sifon dan setelah itu akan energi. Harga-harga Rf untuk senyawa-
turun kembali kedalam labu alas bulat senyawa murni dapat dibandingkan
melalui pipa kapiler hingga terjadi dengan harga-harga Rf standar.
sirkulasi. Ekstraksi sempurna bila cairan Senyawa standar biasanya memiliki
dalam sifon sudah tidak berwarna. sifat-sifat kimia yang mirip dengan
Ketika larutan dalam sifon penuh dan senyawa yang dipisahkan pada
jatuh ke dalam labu alas bulat maka kromatogram (Sastrohamidjojo, 2005).
dinamakan 1 siklus. Pada penelitian kali
ini dibutuhkan 6-9 siklus hingga larutan SIMPULAN
tidak berwarna. Setelah dilakukan penelitian
Setelah diperoleh ekstrak cair terhadap delapan sampel jamu pegal
kemudian disisihkan sebanyak 3 ml dan linu yang beredar di Kabupaten Bantul
ditambahkan dengan KOH etanolik dengan menggunakan metode
10%. Penambahan KOH bertujuan Kromatografi Lapis Tipis maka dapat
untuk mengendapkan resin. Setelah itu simpulan penelitian ini adalah:
kemudian larutan disaring menggunakan 1. Sampel E positif mengandung bahan
kertas saring dan diuapkan hingga kimia obat parasetamol serta
diperoleh ekstrak kental. fenilbutazon.
Identifikasi dilakukan dengan 2. Sampel G positif mengandung
menggunakan metode KLT yang bahan kimia obat khususnya
merupakan metode pemisahan fisikokimia. parasetamol.

84
SURYA MEDIKA
Volume 14 No. 1 Juli 2019 JURNAL ILMIAH ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

DAFTAR PUSTAKA Permenkes RI No. 007 Tahun 2012


Balitbangkes. 2014. Riset Saintasi tentang Registrasi Obat Tradisional.
Jamu. Departemen Kesehatan. Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005.
www.litbang.depkes.go.id/riset Kromatografi. Yogyakarta :
jamu. Diakses: 14 Januari 2015. Penerbit Liberty.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Yuliarti, N. 2010. Sehat, Cantik, Bugar
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Dengan Herbal Dan Obat
PT. Rineka Cipta. Tradisional. Yogyakarta :
Penerbit Andi.

85

You might also like