You are on page 1of 12

p-ISSN : 2528-3561

Volume VIII, No.2, April 2023 Hal 5485 - 5496 e-ISSN : 2541-1934

Kajian Integrasi Antar Moda Transportasi Umum Pada


Kawasan Pasar KM 5 Kota Palembang
Muhammad Rizka Fadli Wibowo1*, Melawaty Agustien2, Edi Kadarsa3

1,2,3
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya, Palembang Indonesia
*Koresponden email: fadliwibowo028@gmail.com

Diterima: 17 Januari 2023 Disetujui: 2 Maret 2023

Abstract
Pasar KM 5 Palembang is a retail maket located on the national road and is passed by LRT and Angkot.
The limited parking space creates congestion. Problems can be solved by improving the integration
between good modes of transportation, This journal will obtain the results of an analysis of the integration
between modes of public transportation in Pasar KM 5 Palembang in terms of socio-economic and travel
characteristics of market visitors, conditions of physical and operational integration of public
transportation and to obtain the results of intermodal integration. Data collection was carried out with
questionnaire, which will be analyzed using GAP method to determine the difference between the
performance of services in the field with applicable standards and community needs. It was found that the
percentage value of motorcycle users was much greater than that of other transportation. In fact, the
operational integration condition of the LRT transportation mode is quite good, although the physical
integration condition still needs to be improved. The results of analysis of service performance between
modes of transportation also show that the connectivity between the physical facilities of the mode to the
Pasar KM 5 Palembang has not met expectations and needs to be improved.
Keywords: integration of modes, integration of public transportation, pearson chi-square, gap method,
importance performace analysis

Abstrak
Pasar KM 5 Kota Palembang merupakan pasar eceran yang terletak pada jalan nasional dan dilewati oleh
transportasi umum LRT dan Angkutan Kota. Keterbatasan lahan parkir menimbulkan kemacetan di
sekitar pasar. Permasalahan dapat diselesaikan dengan ditingkatkannya keterpaduan antar moda
transportasi yang baik, dimana nantinya diharapkan pelaku perjalanan yang menggunakan kendaraan
pribadi dapat berpindah ke kendaraan umum. Jurnal ini akan mendapatkan hasil analisa mengenai
integrasi antar moda transportasi umum pada kawasan pasar KM 5 Kota Palembang dari segi karakteristik
sosial ekonomi, perjalanan pengunjung pasar, kondisi integrasi fisik dan operasional moda dari moda
transportasi umum serta untuk mendapatkan hasil analisa kinerja pelayanan integrasi antar moda
transportasi dengan metode analisis GAP dan metode kuadran Importance Performace Analysis.
Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner, yang kemudian dianalisis dengan metode GAP untuk
mengetahui celah antara nilai kinerja dari pelayanan di lapangan dengan standar yang berlaku dan
kebutuhan masyarakat. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai persentase pengguna sepeda motor jauh
lebih besar dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Kondisi integrasi operasional dari moda
transportasi LRT sudah cukup baik, namun kondisi integrasi fisik masih perlu ditingkatkan. Hasil analisa
kinerja pelayanan antar moda transportasi juga menunjukkan bahwa penghubung dari fasilitas fisik moda
menuju lokasi penelitian belum sesuai dengan harapan dan harus ditingkatkan.
Kata Kunci: integrasi antarmoda, integrasi angkutan umum, pearson chi-square, metode gap,
importance performance analysis

1. Pendahuluan
Integrasi antar moda transportasi merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan transportasi yang
berkelanjutan (sustainable transportation), dimana upaya ini dapat membuat pengendara kendaraan
pribadi berpindah ke transportasi umum dan melakukan perjalanan dengan efisien dan efektif.
Dikembangkannya integrasi antar moda transportasi ini juga diharapkan dapat mengurangi permasalahan-
permasalahan transportasi seperti kemacetan yang terjadi di kawasan pusat kegiatan masyarakat, seperti
di pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan wadah utama penjualan produk‐produk kebutuhan
pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi berskala menengah kecil serta mikro [1].
5485
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.2, April 2023 Hal 5485 - 5496 e-ISSN : 2541-1934

Survei pendahuluan yang dilakukan di pasar KM 5 menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung


pasar datang dengan menggunakan kendaraan pribadi sehingga kebutuhan ruang parkir lebih besar
daripada kapasitas parkir yang telah disediakan, sehingga pengunjung parkir tidak pada tempatnya dan
dapat menyebabkan beberapa permasalahan transportasi, seperti kemacetan pada ruas Jalan Kol. H.
Burlian. Pasar KM 5 merupakan pasar yang dilewati transportasi umum, Light Rail Transit (LRT), dan
angkutan kota (angkot) trayek Ampera – KM 5, Ampera – KM 12, KM 5 – KM 12, dan Way Hitam – Tl.
Betutu. Pasar KM 5 juga telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas infrastruktur penunjangnya.
Penelitian ini dilakukan pada Pasar KM 5 Kota Palembang karena pasar ini terdapat pada ruas jalan
yang disekitarnya mempunyai beberapa masalah, yaitu kemacetan yang terjadi akibat pengunjung pasar
yang parkir di badan jalan dan masih kurangnya keterpaduan integrasi antar moda transportasi di pasar
ini. Keterpaduan integrasi antar moda transportasi yang baik dapat dilihat pada ketersediaan dan efisiensi
fasilitas yang menunjang kegiatan integrasi antar moda, seperti fasilitas stasiun LRT yang dekat dengan
pasar dan ketersediaan fasilitas pedestrian (pejalan kaki).
Permasalahan di kawasan sekitar Pasar KM 5 dapat diselesaikan dengan ditingkatkannya
keterpaduan antar moda transportasi yang baik, dimana nantinya diharapkan pelaku perjalanan yang
menggunakan kendaraan pribadi dapat berpindah ke kendaraan umum sehingga permasalahan
transportasi dapat diminimalisir. Diketahui terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang
untuk berpindah moda transportasi, yaitu biaya dan waktu perjalanan [2]. Keterpaduan integrasi antar
moda transportasi pada Pasar KM 5 Kota Palembang juga menjadi upaya yang paling utama karena
dengan terbatasnya lahan yang ada maka perluasan lahan parkir sulit untuk dilakukan sehingga kapasitas
ruang parkir akan tetap sama dengan kondisi eksisting. Keterpaduan integrasi antar moda transportasi
juga jelas berkaitan dengan unsur integrasi fisik dan integrasi operasional karena kedua hal tersebut
berpengaruh kepada kinerja pelayanan integrasi antar moda transportasi.
Penelitian ini menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan, yaitu penelitian tahun 2015 yang
dilakukan oleh Nurfadli, Heriyanto, dan Pratomo yang menggunakan parameter headway sebagai
parameter kinerja angkutan umum [3]. Kemudian penelitian pada tahun 2016 yang dilakukan oleh Win
Akustia menggunakan metode analisis GAP dalam mengevaluasi keterpaduan integrasi antar moda di
Gorontalo [4], penelitian tahun 2016 yang dilakukan oleh Suhendra dan Prasentyanto menggunakan
pendekatan Importance-Performance Analysis dalam mengidentifikasi prioritas atribut [5], menggunakan
penelitian tahun 2022 yang dilakukan oleh Hutabarat menggunakan uji chi-square dalam menentukan
hubungan antara dua variabel [6], penelitian tahun 2001 yang dilakukan oleh Supranto menggunakan
analisis kuadran IPA dalam menentukan tingkat pelayanan pada setiap objek [7], dan menggunakan
penelitian tahun 2017 yang dilakukan Veronica, dkk. serta penelitian tahun 2016 oleh Shia, dkk. untuk
mengetahui metode analisis IPA [8] [9].
Penelitian mengenai integrasi antar moda transportasi umum yang dilakukan pada kawasan Pasar
KM 5 Kota Palembang ini diharapkan dapat memberikan hasil analisis karakteristik perjalanan
pengunjung pasar, menunjukkan hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dan karakteristik
perjalanan pengunjung terhadap preferensi pemilihan moda tranportasi, menunjukkan kondisi integrasi
fisik dan operasional moda transportasi umum di kawasan sekitar pasar, serta memberikan hasil analisis
pada kinerja pelayanan integrasi antar moda transportasi di kawasan Pasar KM 5 Kota Palembang.
Integrasi antar moda transportasi dapat diartikan keterpaduan secara utuh dari jenis atau bentuk
(angkutan) yang digunakan untuk memindahkan orang dan/ barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain
(tujuan). Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM.49 Tahun 2005 tentang Sistem Transportasi
Nasional, integrasi antarmoda transportasi mempunyai beberapa aspek, seperti keterpaduan pelayanan
transportasi, keterpaduan jaringan pelayanan transportasi, dan keterpaduan jaringan prasarana transportasi
[10]. Pengkajian integrasi antar moda transportasi pada suatu kawasan juga tentunya meliputi kajian
terhadap karakteristik sosial ekonomi dan perjalanan pengunjung, dimana hal ini akan berfungsi sebagai
pengetahuan tentang preferensi pemilihan moda pelaku perjalanan. Hubungan antara karakteristik sosial
ekonomi dan karakteristik perjalanan pengunjung terhadap preferensi pemilihan moda tranportasi di suatu
kawasan juga dapat diketahui dengan melakukan pengujian Chi-square. Uji Chi-square adalah salah satu
jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel
adalah nominal [11]. Jenis pengujian Chi-square yang digunakan adalah Pearson Chi-square.
Miller dalam [12] mendefinisikan integrasi fisik adalah adanya perubahan secara fisik seperti desain
dan pembangunan fasilitas serta lokasi pemberhentian untuk transit penumpang antar titik lokasi
perpindahan yang nyaman. Saliara dalam [12] menjelaskan bahwa aspek-aspek dari integrasi fisik yaitu
akses ke fasilitas, lokasi fasilitas. Sedangkan integrasi operasional adalah upaya untuk membuat
kesesuaian jadwal kedatangan dan keberangkatan angkutan umum yang terinformasi dengan baik, serta
5486
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.2, April 2023 Hal 5485 - 5496 e-ISSN : 2541-1934

memungkinkan berkurangnya waktu tunggu penumpang pada saat berpindah intra dan/atau antar moda
transportasi. Saliara dalam [12] juga menjelaskan bahwa aspek-aspek dari integrasi operasional meliputi
jadwal, perpindahan, informasi, tarif dan tiket.
GAP analysis atau analisa kesenjangan merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengevaluasi suatu kegiatan, seperti mengevaluasi keterpaduan integrasi antar moda. Metode GAP
analysis dapat diaplikasikan dengan cara membandingkan antara kondisi eksisting (actual) dengan
kondisi yang diharapkan (ideal) oleh para pelaku perjalanan. Perbandingan yang telah dilakukan pada
metode tersebut akan menghasilkan nilai gap (kesenjangan), dimana nilai gap positif mempunyai arti
bahwa pelayanan yang diberikan telah memenuhi harapan pelaku perjalanan sedangkan nilai gap negatif
mempunyai arti bahwa pelaku perjalanan kurang puas terhadap pelayanan yang [13]. Metode dalam
penelitian ini dapat diartikan jika nilai gap yang didapatkan positif, maka pelayanan integrasi antar moda
transportasi telah memenuhi standar kriteria integrasi. Sedangkan jika nilai gap yang didapatkan negatif,
maka pelayanan integrasi antar moda transportasi tidak memenuhi standar kriteria integrasi.

2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di Pasar KM 5 Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Data
yang diambil terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer terdiri atas data karakteristik
pengunjung pasar, data preferensi pemilihan moda, serta penilaian kepentingan/harapan integrasi
antarmoda, dimana pengambilannya dilakukan dengan membagi kuisioner secara langsung kepada 108
orang yang dijadikan sampel yang dilakukan di hari kerja dan libur yaitu, Senin – Minggu Pukul 06.00 –
12.00 WIB. Kemudian untuk pengambilan data kondisi eksisting fisik dan operasional angkutan umum
dilakukan dengan mengambil data kondisi eksisting fasilitas transit di kawasan Pasar KM 5. Data
sekunder terdiri atas data teknis lokasi studi (luas lahan, luas petak parkir, dan jumlah kios). Objek
penelitian dikategorikan menjadi lima bagian, yaitu karakteristik sosial – ekonomi, perjalanan, fisik,
operasional dan kesesuaian jadwal.
Objek penelitian karakteristik sosial – ekonomi dan perjalanan pengunjung digunakan menjadi unsur
pertanyaan di kuesioner, sedangkan untuk kategori fasilitas fisik, fasilitas operasional, dan kategori
kesesuaian jadwal digunakan peneliti dalam menganalisis perbandingan antara standar kriteria kinerja
pelayanan integrasi antarmoda transportasi pada pasar dengan kondisi eksisting integrasi antarmoda
transportasi pada Pasar KM 5 Palembang. Objek dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Objek penelitian


No. Kategori Objek Penelitian
Jenis Kelamin
Pekerjaan
1. Karakteristik Sosial - Ekonomi Pendapatan
Pendidikan Terakhir
Kepemilikan SIM A dan SIM C
Tujuan Perjalanan
Jumlah Kunjungan Ke Pasar
2. Karakteristik Perjalanan Pengunjung Waktu Perjalanan
Biaya Perjalanan
ModaTransportasi
Fasilitas Trotoar
3. Fasilitas Fisik Fasilitas untuk Jalur Disabilitas
Fasilitas Jalur Penghubung
Informasi Tarif dan Tiket
Fasilitas Jadwal Operasional dan Peta Layanan LRT
4. Fasilitas Operasional
Informasi Kedatangan Kereta dan Gangguan Perjalanan
Informasi Peta Transportasi Lanjutan
Jadwal Operasional
5. Kesesuaian Jadwal
Waktu Antara (Headway)
Sumber: Hasil pengolahan data, 2022

Adapun tahapan-tahapan dari alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

5487
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.2, April 2023 Hal 5485 - 5496 e-ISSN : 2541-1934

Gambar 1. Bagan alir penelitian


Sumber: Hasil pengolahan data, 2022

Data primer kemudian diolah dengan beberapa tahap dan metode, yaitu metode analisis statistik
deskriptif dan analisis tabulasi silang (crosstab) yang digunakan untuk menganalisis data karakteristik
responden pelaku perjalanan yang berupa karakteritik sosial ekonomi dan karakteristik perjalanan.
Analisis karakteristik responden juga dilanjutkan dengan pengujian Pearson Chi-square, dimana
pengujian ini berfungsi untuk mengetahui variabel manakah yang mempunyai pengaruh kuat terhadap
pemilihan moda. Kinerja pelayanan integrasi antar moda transportasi yang berisikan nilai kinerja
(performance) dan nilai kepentingan (importance) dianalisis dengan metode GAP yang menggunakan
parameter jadwal operasional, rute operasional, headway dan waktu tunggu penumpang. Selain itu dalam
penyusunan tingkat kepentingannya juga dilakukan pengujian Pearson Chi-square antara variabel
karakteristik responden yang memenuhi syarat dengan tingkat kepentingan pelayanan integrasi.
Penganalisaan tahap akhir kinerja pelayanan integrasi antar moda kemudian dilanjutkan dengan metode
kuadran Importance Performance Analysis dan dilakukan penarikan kesimpulan serta saran.
Data yang diambil untuk mendukung parameter rute operasional adalah rute perjalanan pada
Angkutan Umum (Angkot) dan LRT yang melewati Pasar KM 5 Kota Palembang. Rute operasional
Angkot dapat dilihat pada Gambar 2 dan rute operasional LRT dapat dilihat pada Gambar 3.

5488
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.2, April 2023 Hal 5485 - 5496 e-ISSN : 2541-1934

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2. Rute operasional (a) Angkot Ampera – KM 5 (b) Angkot Ampera – KM 12 (c) Angkot
KM 5 – KM 12 (d) Angkot Way Hitam – Tlg. Betutu
Sumber: Google Maps, 2022

Gambar 3. Rute operasional LRT


Sumber: Google Maps, 2022

5489
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.2, April 2023 Hal 5485 - 5496 e-ISSN : 2541-1934

Penilaian kinerja eksisting integrasi antarmoda akan dijelaskan dalam bentuk tabel, dimana masing-
masing kriteria memiliki sub-kriteria dan semua sub-kriteria ini yang akan di skoring dan skornya akan
menjadi indikator nilai performance pada analisis GAP. Aturan skoring penilaian kinerja (performance)
ditentukan berdasarkan hasil pengamatan pada setiap sub-kriteria terhadap masing – masing standar
pelayanan yang mengaturnya, dimana semakin jauh kondisi eksisting dari standar pelayanannya maka
skor penilaiannya akan semakin rendah (skor = 1), sebaliknya jika kondisi eksisting suatu sub-kriteria
semakin mendekati standar fasilitas yang mengaturnya maka skor penilaiannya akan semakin tinggi (skor
= 5).
Setelah ditentukannya nilai kinerja (performance) integrasi antarmoda, maka ditentukan nilai
kinerja kepentingan/harapan yang kemudian disebut sebagai nilai (importance) pada integrasi antarmoda
pada Pasar KM 5 Kota Palembang. Penilaian kepentingan/harapan integrasi antarmoda dilakukan melalui
penilaian kuesioner oleh responden yang dalam hal ini respondennya adalah pelaku perjalanan dari dan
menuju Pasar KM 5 Kota Palembang. Aturan skoring penilaian kepentingan/harapan (importance)
ditentukan berdasarkan seberapa pentingnya suatu sub-kriteria penunjang fasilitas integrasi yang
didapatkan hasilnya dari pengamatan pengguna moda. Penjelasan mengenai skor yang digunakan dapat
dilihat berikut:
Skor = 1 ; bukan prioritas
Skor = 2 ; prioritas rendah
Skor = 3 ; prioritas sedang
Skor = 4 ; prioritas
Skor = 5 ; prioritas tinggi

Hasil skor performance dan skor importance pada penilaian kinerja integrasi antarmoda pada
kawasan Pasar KM 5 Kota Palembang kemudian akan diolah dengan metode Analisis GAP. Dalam
penelitian ini nilai GAP dapat dihitung menggunakan persamaan (1).

𝐺𝐴𝑃 = 𝑝𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 − 𝑖𝑚𝑝𝑜𝑟𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒 (1)


Nilai kondisi eksisting yang selanjutnya disebut sebagai nilai performance dan nilai standar kriteria
yang selanjutnya disebut sebagai nilai importance akan diolah menggunakan importance performance
analysis (IPA) atau biasa disebut dengan analisis kuadran. Analisis kuadran berguna untuk
mengidentifikasi atribut-atribut jasa (service) yang perlu diperbaiki dan juga mengidentifikasi atribut-
atribut yang perlu dikurangi [7].

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Karakteristik Pasar KM 5 Kota Palembang
Pasar KM 5 Kota Palembang memiliki luas tanah 2.216,27 m 2 dengan luas lahan parkir 600 m2 dan
luas bangunan 2.716 m2. Lahan parkir terdiri atas lahan parkir untuk kendaraan roda empat dan kendaraan
roda dua. Di lapangan seluas 100 m2 pada lahan parkir dialih fungsikan pedagang untuk berjualan. Maka
berdasarkan kondisi eksisting, jumlah SRP yang tersedia adalah sebanyak 116 SRP. Sedangkan standar
jumlah kebutuhan ruang parkir untuk pusat perdagangan dengan kisaran luas areal total sebesar 2.500 m 2
adalah sebanyak 195 petak parkir [14] [15]. Maka dari itu lahan parkir pasar yang tersedia belum dapat
memenuhi standar jumlah ruang parkir yang dibutuhkan.

1. Karakteristik Pengunjung Pasar


Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial – ekonomi
dan karakteristik perjalanan, yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Karakteristik sosial – ekonomi dan karakteristik perjalanan


Persentase
Karakteristik Perjalanan Pengunjung
(%)
Wanita 82
Jenis Kelamin
Pria 18
SMP 6
SMA 48
Pendidikan Terakhir
Pendidikan Diploma 6
Pendidikan Strata 39

5490
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.2, April 2023 Hal 5485 - 5496 e-ISSN : 2541-1934

Persentase
Karakteristik Perjalanan Pengunjung
(%)
Karakteristik Ibu Rumah Tangga 11
Sosial - Ekonomi Mahasiswa/Pelajar 4
Pegawai Negeri/TNI/Polri 17
Jenis Pekerjaan Pegawai Swasta/BUMN 18
Pengusaha/Wiraswasta 39
Pensiunan 7
Tidak Bekerja 5
< 1.000.000 8
1.000.000 – 2.000.000 26
2.000.001 – 3.000.000 29
Tingkat Pendapatan
3.000.001 – 4.000.000 11
4.000.001 – 5.000.000 22
> 5.000.000 4
SIM A 31
SIM A, SIM C 6
Kepemiliikan SIM
SIM C 34
Tidak Ada 29
Bekerja 19
Tujuan Perjalanan
Belanja 81
Akhir Pekan (Sabtu – Minggu) 15
Jumlah Responden
Hari Kerja (Senin – Jum’at) 4
Berdasarkan Waktu Melakukan
Satu Kali Seminggu 67
Perjalanan
Setiap Hari 15
< 5.000 12
Karakterstik
Jumlah Responden 5.000 – 10.000 44
Perjalanan
Berdasarkan Biaya Perjalanan 10.001 – 15.000 37
15.001 – 20.000 6
Angkutan Kota 2
Mobil Pribadi 39
Jumlah Responden
Motor Pribadi 43
Berdasarkan Pengguna Moda
Ojek 5
Ojek dan Angkutan Kota 5
Sumber: Hasil pengolahan data, 2022

Berdasarkan analisis karakteristik perjalanan pengunjung dari segi sosial - ekonomi, didapatkan
bahwa sebanyak 82% pengunjung pasar adalah perempuan, pendidikan terakhir pengunjung didominasi
oleh tamatan SMA, jenis pekerjaan didominasi oleh pengusaha/wiraswasta dengan tingkat pendapatan
yang didominasi oleh kisaran Rp. 1.000.0001 – Rp. 2.000.0000 serta kepemilikan SIM yang paling tinggi
adalah SIM C. Kemudian, dari karakteristik perjalanan didapatkan bahwa tujuan pengunjung pasar
didominasi untuk berbelanja yaitu sebesar 81%, dengan frekuensi waktu pengunjung dilakukan satu kali
dalam seminggu, jumlah responden berdasarkan biaya perjalanan didominasi dari Rp. 5.000 – Rp. 10.000,
dan pengunjung paling banyak menggunakan motor pribadi dalam moda transportasi yaitu sebesar 43%.

2. Pemilihan Moda Transportasi Berdasarkan Karakteristik Pengunjung Pasar


Analisis ini didasarkan pada karakteristik responden pengunjung pasar yang dilakukan dengan
berpedoman pada variabel karakteristik pengunjung pasar. Hasil analisis persentase pemilihan moda
berdasarkan karaktersitik pengunjung pasar menunjukkan bahwa moda transportasi yang paling banyak
digunakan oleh responden berdasarkan karakteristik pengunjung pasar pada akumulasi setiap aspek
adalah motor pribadi dengan persentase 305,8% dan yang paling rendah adalah angkutan umum dengan
persentase 13,3%. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikan responden dalam menggunakan moda
transportasi umum masih sangat rendah.

3. Analisa Hubungan antara Karakteristik Pengunjung Pasar terhadap Preferensi Pemilihan Moda
Transportasi
Analisa pada hubungan antara karakteristik pengunjung pasar terhadap preferensi pemilihan moda
transportasi dilakukan untuk mengetahui variabel pengujian manakah yang mempunyai pengaruh kuat
dalam pemilihan moda transportasi oleh pengunjung Pasar KM 5 Kota Palembang. Pengujian dilakukan
5491
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.2, April 2023 Hal 5485 - 5496 e-ISSN : 2541-1934

dengan uji Pearson Chi-square yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa terdapat tiga variabel yang mempunyai pengaruh kuat dalam pemilihan moda transportasi, yaitu
variabel pendidikan terakhir, variabel kepemilikan SIM, dan variabel pendapatan. Ketiga variabel ini
kemudian akan digunakan dalam aspek analisa kinerja pelayanan integrasi.

Tabel 3. Hasil Uji Pearson Chi-Square Variabel Pemilihan Moda terhadap Variabel Pengujian
Hasil Uji Pearson Chi-Square
Hubungan Asymptotic Nilai
Keterangan Kesimpulan
Variabel Value df Significance Ekspektasi
(2-sided) <5 (Fh) (%)
Variabel jenis kelamin
Syarat uji tidak
tidak mempunyai
Pemilihan Moda terpenuhi (Fh
0,976 1 0,323 25 pengaruh kuat dalam
& Jenis Kelamin >20%) & nilai
pemilihan moda
AS > 0,05
transportasi
Variabel pendidikan
Syarat uji
Pemilihan Moda terakhir mempunyai
terpenuhi (Fh
& Pendidikan 13,561 3 0,004 15 pengaruh kuat dalam
<20%) & nilai
Terakhir pemilihan moda
AS < 0,05
transportasi
Variabel jenis pekerjaan
Syarat uji tidak
Pemilihan Moda tidak mempunyai
terpenuhi (Fh
& Jenis 0,126 2 0,939 50 pengaruh kuat dalam
>20%) & nilai
Pekerjaan pemilihan moda
AS > 0,05
transportasi
Variabel tujuan
Syarat uji tidak
Pemilihan Moda perjalanan tidak
terpenuhi (Fh
& Tujuan 0,201 1 0,654 25 mempunyai pengaruh
>20%) & nilai
Perjalanan kuat dalam pemilihan
AS > 0,05
moda transportasi
Variabel biaya
Syarat uji tidak
Pemilihan Moda perjalanan tidak
terpenuhi (Fh
& Biaya 2,318 3 0,509 25 mempunyai pengaruh
>20%) & nilai
Perjalanan kuat dalam pemilihan
AS > 0,05
moda transportasi
Variabel kepemilikan
Syarat uji
Pemilihan Moda SIM mempunyai
terpenuhi (Fh
& Kepemilikan 38,565 3 0,000 12,5 pengaruh kuat dalam
<20%) & nilai
SIM pemilihan moda
AS < 0,05
transportasi
Syarat uji Variabel pendapatan
Pemilihan Moda terpenuhi (Fh mempunyai pengaruh
11,111 2 0,004 0
& Pendapatan <20%) & nilai kuat dalam pemilihan
AS < 0,05 moda transportasi
Sumber: Hasil pengolahan data, 2022

4. Kondisi Eksisting Integrasi Fisik dan Operasional


Aspek kondisi eksisting integrasi fisik yang diamati meliputi fasilitas transit untuk moda transportasi
LRT dan angkutan kota. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa stasiun terdekat Pasar KM 5 Kota
Palembang yaitu Stasiun Garuda Dempo memiliki jarak 224 m, tidak memiliki trotoar pejalan kaki, dan
tidak memiliki ruang gerak untuk penyandang disabilitas pada trotoar penghubung. Selain itu juga pada
kawasan pasar ini terdapat fasilitas penghubung berupa jembatan penyeberangan orang (JPO) dengan
panjang bentang 33 m dan jarak antara JPO dan kawasan pasar yang hanya berjarak 5 m. Namun kondisi
JPO dinilai masih kekurangan pemeliharaan yang dapat terlihat dari mayoritas railing anak tangga hilang.
Kondisi integrasi operasional hanya dibahas untuk moda LRT dikarenakan Angkot tidak mempunyai
fasilitas integrasi operasional. Kondisi integrasi operasional moda LRT yaitu pada Stasiun Garuda
Dempo, memiliki layanan informasi tiket dan tarif yang telah sesuai dengan standar pelayanan dengan
waktu layanan penjualanan tiket 60 – 180 detik. Selain itu juga untuk layanan informasi jadwal operasi
dan peta jaringan pelayanan LRT yang meliputi informasi denah stasiun, nama stasiun, jadwal operasi,

5492
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.2, April 2023 Hal 5485 - 5496 e-ISSN : 2541-1934

tarif, dan arah/jalur evakuasi telah ditempatkan di tempat strategis dan mudah dibaca, dimana hal itu telah
sesuai dengan standar pelayanan.

5. Analisa Kondisi Integrasi Fisik dan Operasional Transportasi Umum di Kawasan Penelitian
Dalam menentukan kondisi layanan pada transportasi umum yang terdiri atas Light Rail Transit
(LRT) dan Angkutan Umum dilakukan dengan mencari perbedaan antara kondisi eksisting dengan
standar/jadwal yang telah ditetapkan, sehingga GAP pada setiap objek pelayanan dapat ditemukan. Objek
tersebut terdiri atas jadwal operasional, rute operasional dan headway.
Analisis pada jadwal operasional menunjukkan bahwa untuk moda LRT dengan rute DJKA –
Bandara menghasilkan nilai GAP = 0 (tidak ada selisih waktu antara standar yang ditetapkan dan kondisi
eksisting), sedangkan untuk rute Bandara – DJKA menghasilkan nilai GAP = - 1 menit (LRT berjalan
terlambat 1 menit dari standar yang ditetapkan). Kemudian untuk GAP jadwal operasional pada moda
Angkot menunjukkan bahwa jadwal operasional eksisting pada semua trayek tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
Analisis pada rute operasional menunjukkan bahwa untuk moda LRT, tidak terdapat perbedaan rute
antara kondisi eksisting dan standar yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan LRT telah memiliki lintasannya
sendiri. Kemudian untuk rute operasional eksisting moda Angkot pada setiap trayek juga sudah sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
Analisis headway dilakukan masing-masing pada moda LRT dan moda Angkot pada setiap trayek,
yang kemudian akan digabungkan menjadi headway LRT dan Angkot. Pengamatan headway LRT dan
Angkot dilakukan dengan menghitung selisih waktu kedatangan angkot pada jadwal LRT yang terdekat.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa headway rata – rata pada LRT dan Angkot trayek
Ampera – KM 5 adalah selama 5 menit, trayek Ampera – KM 12 selama 7 menit, trayek KM 5 – KM 12
selama 6 menit, dan trayek Way Hitam – Tl. Betutu selama 7 menit. Berdasarkan penjelasan ini juga
dapat ditentukan bahwa headway rata – rata tercepat antara LRT dan angkot terdapat pada angkot dengan
trayek Ampera – KM 5.

6. Analisa Hasil Pengujian Pearson Chi-square antara Variabel Karakteristik Responden yang
Memenuhi Syarat dengan Tingkat Kepentingan Pelayanan Integrasi
Berdasarkan hasil rekapitulasi uji Chi-square yang dapat dilihat pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa
terdapat tiga variabel yang mempunyai hubungan yang kuat dengan pemilihan moda transportasi dari dan
menuju Pasar KM 5 Kota Palembang, yaitu variabel Pendidikan Terakhir terhadap Pemilihan Moda
Transportasi, variabel Kepemilikan SIM terhadap Pemilihan Moda Transportasi, serta variabel
Pendapatan Responden terhadap Pemilihan Moda Transportasi.
Ketiga variabel yang mempunyai pengaruh kuat terhadap pemilihan moda transportasi kemudian
dilakukan pengujian lanjutan yaitu pengujian Chi-square antara variabel Pendidikan Terakhir, variabel
Kepemilikan SIM, dan variabel Pendapatan terhadap sub-kriteria penilaian pada kajian integrasi
antarmoda transportasi di Pasar KM 5 Kota Palembang. Hasil pengujian Chi-square yang memenuhi uji
syarat dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Pearson Chi-Square variabel pemilihan moda terhadap variabel pengujian
Hasil Uji Pearson Chi-Square
Kode Nilai
Variabel Sub Kriteria Sub- Asymptotic
Eskpektasi Keterangan Kesimpulan
Kriteria Value df Significance <5 (Fh)
(2-sided)
(%)
Tidak ada
Syarat uji
Jalur hubungan
X3.2 1,725 4 0,786 0 terpenuhi
Disabilitas antara X1
(Fh <20%)
dan X3.2
Tidak ada
Pendapatan Syarat uji
Jalur hubungan
(X3) X3.3 1,407 4 0,843 11,1 terpenuhi
Penyeberangan antara X1
(Fh <20%)
dan X3.3
Informasi Syarat uji Tidak ada
Jadwal Operasi X3.5 0,067 4 0,999 11,1 terpenuhi hubungan
dan Peta (Fh <20%) antara X1

5493
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.2, April 2023 Hal 5485 - 5496 e-ISSN : 2541-1934

Hasil Uji Pearson Chi-Square


Kode Nilai
Variabel Sub Kriteria Sub- Asymptotic Keterangan Kesimpulan
Eskpektasi
Kriteria Value df Significance
<5 (Fh)
(2-sided)
(%)
Jaringan dan X3.5
Pelayanan LRT
Tidak ada
Syarat uji
Jadwal hubungan
X3.8 1,975 4 0,74 11,1 terpenuhi
Operasional antara X1
(Fh <20%)
dan X3.8
Tidak ada
Syarat uji
Waktu Antara hubungan
X3.9 1,217 4 0,875 11,1 terpenuhi
(Headway) antara X1
(Fh <20%)
dan X3.9
Sumber: Hasil pengolahan data, 2022

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa hanya variabel Pendapatan yang beberapa sub-kriteria nya
memenuhi syarat pengujian, yaitu sub-kriteria Jalur Disabilitas, Jalur Penyeberangan, Informasi Jadwal
Operasi dan Peta Jaringan Pelayanan LRT, Jadwal Operasional, serta Waktu Antara (Headway). Namun,
kelima sub-kriteria tersebut mempunyai nilai Asymptotic Significance (2-sided) > 0,05 sehingga dapat
dikatakan bahwa tidak ada satu pun sub-kriteria penilaian pada kajian integrasi antarmoda transportasi
yang dalam penilaiannya dipengaruhi oleh pendapatan responden. Penelitian kemudian dilanjutkan
dengan penilaian integrasi antarmoda transportasi tahap akhir.

7. Penilaian Integrasi Antarmoda pada Pasar KM 5 Palembang


Penilaian integrasi antarmoda dilakukan pada kriteria fasilitas integrasi fisik dan kriteria fasilitas
integrasi operasional. Kriteria fasilitas integrasi fisik dan fasilitas integrasi operasional berdasarkan data
kondisi eksisting fasilitas integrasi pada Pasar KM 5 Palembang, sedangkan untuk kriteria kesesuaian
jadwal yang termasuk kedalam integrasi operasional berdasarkan data jadwal operasional dan waktu
antara (headway) yang didapatkan dari data kondisi layanan pada LRT dan Angkot. Objek rute
operasional tidak dimasukkan ke dalam kriteria penilaian karena objek tersebut kondisi eksistingnya
sudah sesuai dengan standar pelayanan.
Dalam menilai integrasi antarmoda, dibutuhkan nilai skoring kinerja eksiting (performance) dan nilai
skoring kinerja kepentingan/harapan (importance) yang kemudian nilai tersebut akan dibandingkan dan
nilai GAP didapatkan. Kemudian nilai-nilai tersebut akan diolah menggunakan analisis kuadran dengan
bantuan aplikasi SPSS. Tabel skor penilaian kinerja kepentingan/harapan (importance) dan kinerja
eksisting (performance) integrasi antarmoda pada Pasar KM 5 Kota Palembang dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil penilaian kinerja integrasi antarmoda pada Pasar KM 5 Palembang


No. Sub Kriteria Skor Kepentingan/Harapan Skor Kinerja GAP
(Importance) (Performance)
1. Jalur Penghubung dari Fasilitas Fisik 5 2,5 -2,5
Moda Menuju Pasar KM 5
2. Jalur Disabilitas pada Akses LRT dan 3 1 -2
Angkot Menuju Pasar
3. Fasilitas Jalur Penyeberangan Akses LRT 5 4,5 -0,5
dan Angkot Menuju Pasar
4. Informasi Tarif dan Tiket 4 5 1
5. Informasi Jadwal Operasi dan Peta 5 5 0
Jaringan Pelayanan LRT
6. Informasi Kedatangan Kereta dan 5 5 0
Gangguan Perjalanan
7. Informasi Peta Transportasi Lanjutan 3 5 2
8. Jadwal Operasional 3 3,5 0,5
9. Waktu Antara (Headway) 5 4 -1
Sumber: Hasil pengolahan data, 2022

5494
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.2, April 2023 Hal 5485 - 5496 e-ISSN : 2541-1934

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa ada empat sub kriteria yang belum memberikan
pelayanan yang memuaskan bagi para pelaku perjalanan (nilai GAP negatif), yaitu sub kriteria jalur
penghubung dari fasilitas fisik moda menuju pasar, jalur disabilitas pada akses menuju pasar, fasilitas
jalur penyeberangan pada akses menuju pasar, serta waktu antara (headway) pada transportasi umum.
Kesembilan sub kriteria ini tentunya akan dilanjutkan penganalisaannya dengan metode Analisis Kuadran
IPA guna untuk mengetahui prioritas sub kriteria mana saja yang perlu ditingkatkan pelayanannya. Hasil
analisis kuadran IPA integrasi antarmoda pada kondisi Pasar KM 5 Kota Palembang dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Analisis Kuadran Integrasi Antarmoda Pasar KM 5 Kota Palembang

Berdasarkan hasil metode GAP dan analisis kuadran IPA, didapatkan empat kepentingan
peningkatan layanan yang berupa prioritas utama, pertahankan prestasi, prioritas rendah, dan kepentingan
yang berlebihan. Sub-kriteria 1 merupakan objek yang termasuk dalam prioritas utama dan memerlukan
perhatian yang paling utama dalam peningkatan layanannya. Sedangkan untuk sub-kriteria 3,5,6, dan 9
termasuk dalam kategori pertahankan prestasi yang berarti sudah baik pelayanannya. Sub-kriteria 2 dan 8
termasuk dalam kategori prioritas rendah yang berarti peningkatan terhadap kategori ini perlu
dipertimbangkan kembali dengan melihat atribut/pernyataan yang mempunyai pengaruh terhadap
manfaat. Kemudian sub-kriteria 4 dan 7 termasuk dalam kategori kepentingan berlebihan yang berarti
dianggap sub-kriteria ini sudah dilaksanakan dengan sangat baik, namun tidak tidak terlalu penting bagi
pelaku perjalanan.

4. Kesimpulan
Analisis karakteristik perjalanan pengunjung dari segi sosial – ekonomi dan segi perjalanan
menunjukkan bahwa kedua sub karakteristik ini mempunyai pengaruh dalam pemilihan moda
transrportasi menuju Pasar KM 5 Kota Palembang. Variabel pada karakteristik sosial - ekonomi dan
karakteristik perjalanan pengunjung pasar yang mempunyai hubungan atau pengaruh kuat dalam
pemilihan moda transportasi, yakni Variabel Pendidikan Terakhir, Variabel Kepemilikan SIM dan
Variabel Pendapatan Responden.Kondisi integrasi fisik di kawasan Pasar KM 5 Kota Palembang
menunjukkan bahwa fasilitas integrasi belum sesuai dengan standar pelayanan, sedangkan untuk kondisi
integrasi operasional di kawasan Pasar KM 5 Kota Palembang menunjukkan bahwa semua fasilitas
integrasi operasional di stasiun LRT terdekat dari kawasan pasar mempunyai kondisi yang sudah sesuai
dengan standar pelayanan.
Hasil analisis kinerja pelayanan integrasi antarmoda menunjukkan bahwa objek jalur penghubung
dari fasilitas fisik moda menuju Pasar KM 5 merupakan objek prioritas utama yang perlu diperhatikan.
Sedangkan untuk objek jalur disabilitas pada akses LRT dan angkot menuju pasar dan objek jadwal
operasional merupakan objek berpriotas rendah perhatian. Hal ini dikarenakan berdasarkan kondisi
eksisting, hampir tidak ada penyadang disabilitas yang melakukan perjalanan dari dan/atau menuju Pasar
KM 5 Palembang menggunakan transportasi umum.
5495
p-ISSN : 2528-3561
Volume VIII, No.2, April 2023 Hal 5485 - 5496 e-ISSN : 2541-1934

5. Ucapan Terima Kasih


Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, terutama untuk
dosen pembimbing, Dinas PD Pasar Palembang Jaya, dan keluarga.

6. Referensi
[1] Kementerian Perdagangan, Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan, Jakarta:
Kementerian Perdagangan, 2021.
[2] T. F. Schubert, E. Henning and S. B. Lopes, "Analysis of the Possibility of Transport Mode Switch:
A Case Study for Joinville Students," Sustainability, Vols. 12, 532, pp. 1-22, 2020.
[3] Nurfadli, M., Heriyanto, D., dan Pratomo, P., "Evaluasi Kinerja Angkutan Massal Bus Rapid Transit
pada Koridor Rajabasa - Sukaraja," Jurnal Rekayasa Sipil dan Desain, vol. 1(1), pp. 202-220, 2015.
[4] W. Akustia, "Evaluation Of Intermodal Transport Integration In Gorontalo. Puslitbang Manajemen
Transportasi Multimoda," Jurnal Penelitian Transportasi Multimoda, vol. 14, no. 10, pp. 31-40,
2016.
[5] Suhendra, Ardi, Prasentyanto, Dwi, "Kajian Tingkat Kepuasan Pengguna Trans Metro Bandung
Koridor 2 Menggunakan Pendekatan Importance-Performance Analysis," Jurnal Teknik Sipil Itenas,
vol. 2(2), pp. 59-72, 2016.
[6] Hutabarat, S.P., "Analisis Perilaku Perjalanan Komuter yang Memilih Menggunakan Sepeda Motor
daripada KRL sebagai Moda Utama untuk Aktivitas Bekerja (Studi Kasus: Jabodetabek).," Tesis.
Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2022.
[7] Supranto, J., Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan: Untuk Menaikkan Pangsa Pasar, Jakarta:
Rineka Cipta, 2001.
[8] Veronica, Febby & Arfan Bakhtiar, "Perbandingan Kualitas Layanan Transportasi Online
Menggunakan Competitive Zone of Tolerance based Importance Performance Analysis (Studi pada
Pelayanan Ojek Motor X dan Y di Semarang)," Universitas Diponegoro, Semarang, 2017.
[9] Shia, B.C., Chen, M., Ramdansyah, A.D., and Wang, S., "Measuring Customer Satisfaction toward
Localization Website by WebQual and Importance Performance Analysis (Case Study on AliexPress
Site in Indonesia)," American Journal of Industrial and Business Management, vol. 6, pp. 117-128,
2016.
[10] Kementerian Perhubungan, Sistem Transportasi Nasional, Jakarta: Kementerian Perhubungan, 2005.
[11] Negara, I.C. dan Prabowo, A., "Penggunaan Uji Chi-Square untuk Mengetahui Pengaruh Tingkat
Pendidikan dan Umur Terhadap Pengetahuan Penasun Mengenai HIV-AIDS di Provinsi DKI
Jakarta," in Seminar Nasional Matematika dan Terapannya, Purwokerto, 2018.
[12] D. Kusumawati, "Intermodal Transportation Integration Planning in Airport Development (Case
Study: Airport Development in Kertajati)," Warta Ardhia, vol. 42(2), pp. 101-108, 2016.
[13] N. Wahyuni, "GAP ANALYSIS," 28 September 2014. [Online]. Available:
https://qmc.binus.ac.id/2014/09/28/g-a-p-a-n-a-l-y-s-i-s/. [Accessed 20 April 2021].
[14] Kementerian Perhubungan, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Jakarta: Departemen
Perhubungan, Kementerian Perhubungan, 1996.
[15] Syaiful, Rulhendri and A. Syaifudin, "Parking Capacity Analysis at Around Bogor Station," Media
Teknik Sipil, vol. 16(1), no. ISSN 1693-3095, pp. 52-59, 2018.

5496

You might also like