You are on page 1of 60

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PERANCANGAN MIKROFON MENGGUNAKAN


TEKNOLOGI SENSOR KRISTAL
(Studi Kasus : Operator Boomer Di Stasiun Televisi TATV)

Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

ERLYNA DIAN ADITYAWATI


I 1306036

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT
Erlyna Dian Adityawati, NIM: I1306036, MICROPHONE DESIGN USING
CRYSTAL SENSOR ( CASE STUDY : BOOMER OPERATOR IN TATV
TELEVISION CHANEL). Thesis. Surakarta: Industrial Engineering
Department. Faculty of Engineering.
Michrophone is one of the facility which plays role as means used by film
workers. Michrophones and its development at present leads to increase the
michrophone sensitivity, thus ignoring the other function that is more functional,
namely the sound focus. The film industry needs a microphone which can capture
sounds in a focus towards the desired sound. However, operator still faces
dificulties in getting the sound focus by using michrophone nowadays. To respond
to these needs was designed microphones that can capture sound signals, are the
focus
This research uses Basic Engineering Design Process method. It is a
method which uses basic systematic approach in engineering design to design a
microphone in order to solve the problem. Basic Engineering Design Process
method have six steps, are problem definition, value system design, system
sinthesys, system analysis, selecting the best system, and planning for action
The result of the microphone by using crystal sensor technology is chosen
as the best design alternative. Crystal sensor in the microphone could capture the
sound in focus. It produces output in form of electrical vibration that will be
produced into a larger sound capacity. The sound produced by the microphone
will be better if the sound source is closer with the microphone. This device
consists of crystal sensor and electronic circuits which are very simple. The
device testing is done by placing the microphones in some areas that produce
sound vibrations so the best assemblies of the microphone could be known
clearly.

Keywords: boomers, gun mic, microphone, design, film


Xx + 110 pages, 38 pictures, 28 tables, 1 appendix
Bibliography

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Mikrofon adalah alat yang berguna untuk membuat suara yang
berintensitas rendah menjadi lebih keras atau alat yang berfungsi untuk
menangkap suara supaya dapat diubah intensitasnya sesuai keperluan.
Mikrofon sendiri adalah sejenis tranducer yang dapat mengubah energi
akustik/gelombang suara menjadi sinyal listrik. Mikrofon dipakai pada
banyak alat seperti telepon, alat perekam, dan alat pengeras suara. Dilihat
dari komponen penyusun, fungsi dan bentuknya, mikrofon ada empat macam,
yaitu mikrofon dinamik, mikrofon kondensor, mikrofon ribbon, dan mikrofon
piezoelektris.
Mikrofon dinamik adalah mikrofon yang sering digunakan, membran
yang sangat tipis sering kali digunakan untuk menerima tekanan suara dari
mulut kita yang sebetulnya cara bekerja sebuah dynamic microphone
menyerupai cara kerja sebuah speaker. Mikrofon kondensor adalah bekerja
berdasarkan prinsip–prinsip elektrostatik memiliki akurasi yang sangat tinggi.
Mikrofon ribbon menggunakan electrically conductive ribbon yang bergetar
di dalam medan magnet seperti halnya dynamic mikrofon. Piezo-Electric
mikrofon sering disamakan dengan crystal atau ceramic mikrofon dimana
keduanya memiliki prinsip yang sama dan sangat tahan banting dan sangat
kuat tetapi memiliki kualitas suara yang jelek (biasa digunakan di
telephones).
Boomer atau gun mic adalah jenis mikrofon kondensor yang dapat
menangkap suara dari jarak jauh, biasa digunakan di dunia perfilman untuk
pengambilan suara pada suatu pengambilan adegan. Satu tim operator
boomer terdiri dari tiga sampai lima orang, satu orang bertugas untuk mixing
suara dan yang lain bertugas untuk memegang boomer secara bergantian.
Kesulitan yang dihadapi operator boomer adalah mikrofon boomer memiliki
akurasi yang sangat tinggi sehingga terkadang dapat menangkap suara yang
tidak diinginkan misalnya suara angin atau obyek lain yang berada
disekitarnya.
Obyek penelitian ini adalah menjawab kebutuhan operator yaitu
mempermudah kerja operator mengembangkan mikrofon khususnya boomer
atau gun mic yang dapat menangkap sinyal suara secara fokus, menggunakan
perpaduan fungsi antara mikrofon piezoelektrik dan kondensor dengan
karakteristik akurasi yang tinggi sesuai dengan fungsi mikrofon kondensor
dan menggunakan bahan kristal sesuai dengan komponen pembentuk
mikrofon piezoelektrik. Sehingga dapat menghasilkan suara dengan akurasi
tinggi tetapi dapat menangkap suara secara fokus terhadap obyek yang
diinginkan.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Perumusan masalah adalah bagaimana merancang mikrofon yang
dapat menangkap sinyal suaracommit to user
yang fokus pada suatu obyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
menghasilkan mikrofon yang dapat menangkap sinyal suara yang fokus pada
suatu obyek.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah
menghasilkan mikrofon yang dapat menangkap sinyal suara yang fokus pada
suatu obyek.

1.5 BATASAN MASALAH


Batasan masalah ini berfungsi untuk membatasi permasalahan agar
tidak terlalu luas dan memperjelas obyek yang diamati. Batasan masalah
yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Pengembangan mikrofon hanya berdasarkan satu fungsi yaitu supaya
mikrofon dapat menangkap sinyal secara fokus.
2. Mikrofon yang dikembangkan disesuaikan untuk kebutuhan pengambilan
suara di dunia perfilman.

1.6 SISTEMATIKA PENELITIAN


Penyusunan tugas akhir ini, disusun secara sistematis dan berisi
uraian pada setiap bab untuk mempermudah pembahasannya. Adapun dari
pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi enam
bab, seperti dijelaskan di bawah ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai landasan teori yang mendukung dan terkait
langsung dengan penelitian yang dilakukan dari buku, jurnal
penelitian, sumber literatur lain, dan studi terhadap penelitian
terdahulu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang uraian langkah penelitian yang dilakukan, selain juga
merupakan gambaran kerangka berpikir penulis dalam melakukan
penelitian dari awal sampai penelitian selesai.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi tentang data atau informasi yang diperlukan dalam
menganalisis permasalahan yang ada serta pengolahan data dengan
menggunakan metode yang telah ditentukan.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Analisis berisi penjelasan dari output yang didapatkan pada tahapan


pengumpulan dan pengolahan data; interpretasi hasil merupakan
ringkasan singkat dari hasil penelitian.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari pengolahan data dan
analisis yang telah dilakukan serta rekomendasi yang diberikan
untuk perbaikan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan mengenai konsep ergonomi dan rangkaian listrik elektronika


digunakan sebagai landasan teori yang memberikan acuan dalam mengevaluasi
masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Konsep ergonomidigunakan untuk
menciptakan bentuk pengeras suara ini, sedangkan rangkaian listrik dan
elektronika sebagai dasar dalam perakitannya. Tinjauan pustaka mengenai
speaker, mikrofon,dan megaphone diperlukan untuk mengetahui prinsip kerja
pengeras suara ini.

2.1 Rangkaian Listrik dan Elektronika

2.1.1 Sound Reinforcements

Seperti yang sudah kita perjelas di atas bahwa Sound Reinforcements


adalah:
1. Menerima,
2. Memperbesar
3. Mengirim suara tersebut ke telinga pendengar dengan Nyaman dan
efektif.

Gambar 2.1 Gambar dasar perangkat reinforcement

Dasar dari perangkat sound reinforcements sebetulnya hanya terdiri dari


transducer (Segala perangkat yang merubah suatu energi ke bentuk energi yang
lain)dan Amplifier (Suatu alat yang digunakan untuk menduplikasi sinyal
elektrik). Mikrofon akan merubah gelombang suara (acoustical energy) ke audio
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

signal (electrical energy) dan speaker akan merubah audio signal (electrical
energy) ke gelombang suara (acoustical energy)
Amplifier adalah alat untuk menduplikasi elektrikal signal sehingga sinyal
tadi bisa menjadi cukup besar untuk mendorong sebuah speaker untuk bisa
bersuara. Amplifikasi dari sebuah amplifier di dalam sistem sound reinforcements
bisa dilakukan dibeberapa tahap seperti di Input gain, fader, sampai ke amplifier
itu sendiri yang nantinya akan diteruskan ke sebuah atau beberapa transducer
kembali seperti speakers.
Dan hasil total kenaikan atau penambahan dari semua kekuatan signal
dinamakan sebagai Gain. Bisa mencapai 1.000.000.000 atau lebih kali dari Input
Signal.Pada dasarnya disetiap tahap mereka hanya menduplikasi secara persis atau
semirip mungkin sinyal yang mereka terima. Transducer dapat menduplikasi
dengan merubah dari 1 energi ke energi yang lain dan amplifier mereproduksi
output signal dengan energi yang di supply dari sumber tenaga yang berbeda yang
biasa diambil dari tenaga listrik (electricity) setempat.
Tergantung dari kebutuhan, suatu sistem biasa di design sesuai dengan
kebutuhan lokasi dan kebutuhan output yang berbeda-beda. Dan setelah suatu
sumber telah dirubah menjadi elektrikal signal, ada beberapa kemungkinan
dimana kita bisa merubah, memecah atau memanipulasi sumber tersebut (x-over,
time delay, equalizer). Proses ini sering disebut sebagai signal processing.
Ketika lebih dari satu sumber atau mikrofon dipergunakan maka kita akan
menggunakan suatu mixer. Mixer dipergunakan untuk mencampur beberapa
sinyal masukan atau input signal yang akan kita oleh dan kita balance yang
akhirnya akan menghasilkan sebuah campuran keluaran yang telah terpadu
dengan baik.
Sebuah mixer juga dapat dipakai untuk menguatkan, memodifikasi tonal,
memberikan effect dan menduplikasi sinyal yang bisa dikirim ke beberapa
keluaran atau tambahan speaker yang sering kali dikatakan sebagai monitor.

2.1.2 Speaker

Speaker atau pengeras suara adalah tranduser yang mengubah sinyal


commit to user
elektrik menjadi frekuensi audio dengan cara menggetarkan komponennya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berbentuk selaput. Speaker yang digunakan untuk mikrofon ini adalah speaker
middle frekuensi. Speaker middle frekuensi dipilih karena biasanya speaker ini
berbentuk mini.

Gambar 2.2 Contoh speaker

Untuk tahap akhir di dalam suatu sistem, tugas speakers bukan hanya
berfungsi sebagai Transducers yang menciptakan gelombang suara dari sinyal
elektrik, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk mengarahkan agar suara bisa
terdengar merata dan dengan perilaku yang seimbang.
Untuk suatu sistem yang simple, masih memungkinkan untuk satu speaker
full range diaplikasikan untuk mencakup frequency yang lebar. Ini terjadi di
Home Audio dimana ruang kita biasanya tidak besar dan kita bisa hanya dengan
menggunakan 2 speaker yang bagus mendengarkan alunan lagu dari not paling
bawah ke not paling atas (dengan catatan menggunakan speaker2 berdimensi
sangat besar dan menggunakan multi driver)
Tetapi apabila kita akan memainkannya di area yang cukup luas, sangat
tidak memungkinkan kita bisa menggunakan hanya dengan 2 speaker stereo.
Mengapa seperti ini karena cara kerja dispersi speaker berbeda dari setiap
frequency.
a. Frequency tinggi memiliki kecenderungan untuk memiliki dispersi
atau arah tembah suara menguncup yang otomatis memiliki sudut
yang lebih kecil dibanding dengan frequency rendah.
b. Sub-woofer atau speaker yang digunakan untuk menghasilkan
frequency dibawah 80 Hz memiliki kecenderungan untuk memiliki
dispersi Omnidirectional atau kesemua arah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hampir semua speakers untuk berbagai macam aplikasi biasanya dibikin


dari berbagai macam drivers, ada yang menggunakan 2 drivers, yaitu tweeter dan
woofer atau yang lebih sering dikatakan sebagai 2 way sistem. Ada yang
menggunakan 3 drivers yang biasa terdiri dari tweeter, mid range, woofer dan ada
yang menggunakan 4 bahkan lebih.
Karena lebih spesifik suatu driver digunakan untuk frequency tertentu,
semakin maksimal dan optimal cara kerja driver tersebut di range yang sudah
dispesialkan untuk driver tersebut.
Dan apabila lebih banyak driver digunakan, maka kita akan pasti
menggunakan sebuah atau beberapa crossover yang berfungsi sebagai pembagi
suara.

2.1.3 Mikrofon

Mikrofon pada dasarnya berguna untuk membuat suara yang berintensitas


rendah menjadi lebih keras. Mikrofon sendiri adalah sejenis tranducer yang dapat
mengubah energi akustik / gelombang suara menjadi sinyal listrik. Mikrofon
dipakai pada banyak alat seperti telepon, alat perekam, alat bantu dengan, dan
mikrofon. Jenis mikrofon ada bermacam-macam seperti : mikrofon karbon,
mikrofon reluktansi variable, mikrofon kumparan yang bergerak, mikrofon
kapasitor, mikrofon elektret, mikrofon piezoelektris, dan mikrofon pita.
Mikorofon yang pada pengeras suara ini berfungsi untuk menangkap
signal suara. Signal suara diambil dengan cara menangkap getaran suara dengan
menggunakan rangkaian lempengan kristal tipis.

commit to user
Gambar 2.3 Gambar mikrofon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Didalam peran serta pembuatan suatu hasil karya sound reinforcements


yang baik, mikrofon bisa dikatakan sebagai salah satu kunci yang sangat penting
didalam hasil suara secara keseluruhan karena pembentukan tonal quality sebuah
sinyal sebelum sinyal masuk ke sebuah sistem ditentukan oleh baik tidaknya
mikrofon tersebut yang nantinya akan dikirim ke output transducer akhir yaitu
speaker.
Directional pick up pattern mikrofon apabila kita bisa menggunakan
sesuai dengan kegunaannya dapat kita gunakan untuk mencari jenis mikrofon apa
yang paling sesuai dengan sumber suara (manusia, instruments dll). Dilain sisi,
apabila kita bisa meminimalisir untuk menolak suara-suara yang tidak kita
inginkan sebagai contoh suara dari sistem atau monitor itu sendiri yang sering kita
dengar sebagai feedback.
Macam mikrofon:
a. Dynamic
b. Condenser
c. Ribbon
d. Piezo Electric
Dynamic mikrofon terdiri dari struktur magnet dan bahan yang bergetar yang akan
menghasilkan voltage menurut gelombang suara.

Gambar 2.4 Gambar komponen mikrofon

a. Dynamic mikrofon
Merupakan mikrofon yang paling banyak digunakan dan paling banyak
diproduksi. Membran yang sangat tipis sering kali digunakan untuk menerima
tekanan suara dari mulut kita yang sebetulnya
commit to user cara bekerja sebuah dynamic
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mikrofon menyerupai cara kerja sebuah speaker. Hanya speaker menerima sinyal
dari dalam dan menggerakan membran atau yang disebut Konus dan mikrofon
menerima sinyal atau tekanan dari luar dan ditransfer melalui gelombang sinyal
yang dihasilkan karena perubahan voltage.
Moving coil construction seperti yang dipakai di dalam dynamic mikrofon
sekarang ini tergolong awet, sangat ekonomis, tahan banting, dan memiliki
kemampuan hampir di seluruh kebutuhan sound reinforcements.
Kualitas dari dynamic mikrofons tergantung dari membran yang
digunakan, design body, dan juga magnet yang dipakai. Dan dengan majunya
teknologi magnet sekarang ini seperti neodynium maupun REN neodynium
magnet yang tergolong kecil tetapi memiliki tenaga hampir 100 X lebih besar dari
magnet ferrit yang biasa digunakan maka body dari dynamic mikrofon pun kian
bertambah kecil dan memiliki akurasi yang tinggi.
b. Condenser mikrofon
Bekerja berdasarkan prinsip-prinsip electrostatic. Mikrofon condenser
memiliki akurasi yang sangat tinggi dan kekuatan yang sangat besar pada
frekuensi tingginya. Tetapi mikrofon condenser harus menggunakan tenaga
tambahan yang sering kita sebut sebagai phantom power atau remote power yang
dapat kita ambil dari power supply yang disediakan oleh mixer atau sebagian
Mikrofon memiliki tempat untuk battery yang telah terintegrasi dengan bodi
mikrofon.
c. Ribbon mikrofon
Menggunakan electrically conductive ribbon yang bergetar di dalam
medan magnet seperti halnya dynamic mikrofon. Ribbon mengunakan prinsip-
prinsip moving coil tetapi dengan konfigurasi yang berbeda. Ribbon bisa
menghasilkan kualitas suara yang sangat tinggi tetapi sangat rentan terhadap
gangguan-gangguan fisik. Ribbon juga sangat mudah patah saat jatuh atau bahkan
saat overload dengan input yang agak berlebihan.
d. Piezo-Electric mikrofon atau contact pickups
Terdiri dari bahan yang akan memproduksi voltage (piezoelectric voltage)
apabila tertekan, tergeser, atau tertekan oleh gelombang suara yang lewat. Piezo-
commit todengan
Electric mikrofon juga sering disamakan user crystal atau ceramic mikrofon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dimana keduanya memiliki prinsip yang sama dan sangat tahan banting dan
sangat kuat tetapi memiliki kualitas suara yang jelek (biasa digunakan di
telephones). Dan sebagian besar piezo electric microphones yang dibikin dengan
sangat baik sering kali digunakan di dalam suatu sistem di sound reinforcements
untuk menangkap getaran-getaran yang ditimbulkan oleh suatu bahan contoh
guitar dan instruments lain yang menggunakan dawai.

Basic Directional Pattern Mikrofon


Kita perlu untuk memahami tentang pattern pick up dari mikrofon untuk
meminimalisir pengambilan suara yang berlebihan yang diakibatkan dari ambient
suatu ruang, jarak, reverb ruang untuk meminimalisir feed back.

Kunci di dalam menggunakan mikrofon dengan baik.


a. Minimalisir jarak antara sumber dan mikrofon
b. Maksimalisir jarak antara mikrofon dan speakers
c. Selalu pilih mikrofon dengan directional pickup patterns yang sesuai
dengan kebutuhan kita
d. Selalu usahakan agar sudut speaker ke mikrofon lebih dari 90 0
e. Selalu usahakan jarak antara sumber dan mic agar tetap konsisten
Balanced dan Unbalanced Mic Circuits
Ada 2 macam kabel atau koneksi yang biasa digunakan untuk
mikrofonyaitu balanced dan unbalanced mic circuits.
Unbalanced mic circuits hanya efektif untuk jarak yang pendek (tidak lebih dari
6m). Unbalanced mic circuits juga memiliki karakter impedansi yang tinggi,
dimana impedansi yang tinggi akan meningkatkan resiko electrostatical
interference (Yang sering kali ditimbulkan oleh lampu fluorescent, perangkat
rumah tangga, dan motor listrik yang termanifestasi menjadi suara buzz pada hasil
akhir)
Design kabel yang kurang sempurna pada unbalanced circuit juga
mengakibatkan kontrol yang kurang terhadap tanggapan frekuensi tinggi yang
akan lebih parah lagi apabila kabel diperpanjang. Dan apabila kita boost lewat EQ
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

/ tone control juga akan mengakibatkan noise dari surrounding yang masuk
melewati jalur tersebut.
Balanced mic circuits memiliki karakter impedansi yang lebih rendah
dibandingkan unbalanced circuits yang otomatis lebih tidak terlalu sensitif
terhadap induksi dari luar. Design dari pelindung di kabel balanced mengelimir
induksi elektrostatik juga karena kabel balanced terdiri dari 3 kabel di mana 2
kabel konduktor digulung secara twisting yang membuat electromagnetic field
dicounter dan dibalik disetiap 1 full twist yang nantinya akan dirajut sehingga
berbentuk spiral. Dan hasil dari low impedance dan design tersebut membuat
kabel balanced mic circuits bisa ditarik jauh lebih panjang hingga 100m
tergantung dari kondisi sekitar.
Balanced , low impedance mic circuits sekarang menjadi standar untuk
konfigurasi mikrofon.

2.1.4 Mixer

commit to user
Gambar 2.5 Gambar aliran mixer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mixer selain dipergunakan untuk mencampur beberapa sinyal masukan


atau input signal, kebanyakan audio mixers juga di design untuk melakukan
beberapa fungsi sinyal processing.
Kegunaan Mixer:
a. Mengatur sinyal masuk (input signal) ke beberapa tahap untuk dapat
mengoptimalkan jalur circutinya. Perangkat tambahan bisa ditambah
untuk secara otomatis mengatur maximum atau minimum signal level
seperti compressor, limiters dan gates
b. Mengatur tone control (EQ) di setiap individual input channel, kadang
ada beberapa mixer yang sudah menyediakan onboard equalizer untuk
dikirim ke output suara.
c. Mixer juga bisa dipakai untuk memisah jalur electronics yang masuk
dan memberikan effects yang dipergunakan untuk meningkatkan atau
memodifikasi suara. Signal yang sudah dimodifikasi kemudian bisa
dikembalikan ke intput tambahan yang bisa digunakan bersamaan
dengan sinyal lain yang sudah dicampur. (singal route seperti ini
sering kali diistilahkan sebagai effects loop atau auxiliary loop.
d. Signal juga bisa di dipisah pisah dan di duplikasi untuk dikirim power-
power amplifier tambahan yang lari ke monitor speaker (dulu sering
disebut sebagai foldback tetapi sekarang ya disebut hanya sebagai
“stage monitor”)
e. Mixer juga sering kali didesign agar hasil mixing bisa dikategorikan ke
beberapa group dan juga bisa di routing ke beberapa output yang salah
satunya bisa dipakai untuk rekaman.

commit
Gambar 2.6to user mixer
Gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.1.5 Amplifier

Basic fungsi amplifier seperti sudah di singgung dia atas adalah untuk
menduplikasi signal. Beda dengan mikrofon yang sering kali memiliki frequency
response yang berbeda-beda, dan equalizer yang memang secara sengaja dibuat
untuk merubah response frequency, Amplifier dituntuk untuk menggandakan
singal seakurat mungkin. Apabila perlu jangan sampai ada perubahan sedikitpun
dari bentuk signal masukan. Kekuatan Signal akan meningkat, tetapi bentuk
aslinya (Sound) jangan sampai berubah.
Hampir di setiap perangkat circuit pro sound baik dari mixer, eq,
dan loud speaker management, terdapat low level amplifiers yang
berguna untuk mengisolasi satu circuit ke yang lain dan juga sebagai
tambahan daya untuk menkompensasi kekuatan sinyal yang hilang
karena jarak, atau suatu proses. Amplifier ini sering disebut sebagai Line
amplifier atau line driver. Setiap sinyal yang akan dikirim

Gambar 2.7 Gambar rangkaian sound reinforcement

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ada jenis Amplifier lain lagi yaitu combining amplifier, Amplifier ini
yang melakukan Fungsi Mixing di dalam mixer.
Preamplifiers (pre-amps, for short), dipakai agar suatu amplifier
dapat mendapat sinyal yang cukup kuat agar suatu amplifier dapat
bekerja maksimal dan suatu instruments dapat terlihat karakternya.
Power amplifier. Memberikan output Signal yang cukup keras untuk
menggerakkan speakers.

2.2 PROSES PERANCANGAN


Desain atau perancangan adalah tindakan memformalkan sebuah gagasan
atau konsep ke bentuk informasi yang nyata. Hal ini berbeda dengan proses
membuat atau membangun. Mengambil konsep untuk sebuah artefak ke titik yang
tepat sebelum proses mengubahnya menjadi bentuk fisik, atau diwujudkan, hingga
menjadi sebuah bentuk, inilah yang mulai dapat disebut sebagai proses
mendesain. Menurut Caldecote (1989) dalam Mital, desain adalah proses
mengubah ide menjadi informasi dari mana suatu produk dapat dibuat (Mital et
al., 2008).
Pada bagian ini, kita membahas langkah dari proses desain yang
sesungguhnya. Namun, sebelum membahas langkah desain, maka lebih bijaksana
untuk meninjau terlebih dahulu masalah yang umumnya dihadapi para perancang.

2.2.1 Persoalan yang Dihadapi Para Desainer


Sebuah produk memiliki properti tertentu yang membuatnya berguna
untuk orang. Properti tersebut dapat berupa sifat fisika, seperti ukuran, berat, atau
kekuatan, atau sifat kimia, seperti komposisi, panas toleransi, atau ketahanan
terhadap karat. Beberapa properti bersifat intrinsik, ada yang ekstrinsik, dan
beberapa diantaranya merupakan hasil bentuk fisik dari produk (bentuk geometri).
Tabel 2.1 menunjukkan berbagai sifat intrinsik, ekstrinsik, dan sifat desain produk
lainnya. Hasil dari adanya properti ini, lingkungan dimana beroperasi, dan bentuk
geometri yang dimilikinya, sebuah produk dapat menjalankan fungsi tertentu.
Pemenuhan fungsi ini memenuhi keinginan dan keperluan manusia dan membantu
commit
produk mencapai satu atau beberapa nilai to user Pencapaian nilai ini merupakan
tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hal yang membuat produk tersebut menjadi berguna bagi orang. Gambar 2.3
menunjukkan kemajuan hal ini.

Tabel 2.1 Properti produk

Sumber: Mital et al., 2008

Mengetahui bentuk suatu produk, mungkin dilakukan untuk menurunkan


sifatnya, fungsi yang dapat dilakukannya, keperluan manusia yang dapat dipenuhi,
dan nilai yang dicapai. Bagaimanapun, proses desain tidak memerlukan prediksi
sifat dan fungsi dari bentuk, karena bentuknya yang tidak diketahui. Sebaliknya,
hal ini dilakukan untuk mencapai bentuk yang diwujudkan, berdasarkan dari
properti intrinsik dan ekstrinsik, melakukan fungsi tertentu yang memenuhi
keperluan manusia. Tantangan bagi desainer adalah untuk bergerak dari kanan ke
kiri seperti pada gambar 2.3. Transisi dari fungsi untuk membentuk, pada
tingkatan yang cukup, tergantung pada kemampuan, imajinasi, dan kreativitas dari
desainer. Kemudian, masalah yang dihadapi para perancang untuk mewujudkan
properti dalam bentuk geometris sedemikian rupa sehingga terwujud suatu bentuk
tertentu, digunakan sebagaimana maksudnya dalam lingkungan tertentu, serta
dapat melakukan fungsi yang diinginkan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.13 Link antara bentuk produk, sifat-sifat, fungsi, dan


keperluan manusia dan nilai-nilainya
Sumber: Mital et al., 2008

Sementara produk yang spesifik hanya melakukan fungsi tertentu, sangat


mungkin untuk datang dengan beberapa bentuk produk yang melakukan set fungsi
yang sama. Memilih bentuk ini dan satu bentuk pilihan final adalah suatu
tantangan bagi desainer. Sementara metode desain dapat membantu, kreativitas
dan imajinasi sangatlah penting dalam transisi dari fungsi menjadi sebuah bentuk.

2.3.2 Langkah-Langkah Engineering Design Process


Teknik dasar proses desain teknik ini tidak berbeda dengan teknik proses
pemecahan masalah. Kenyataannya, mendesain adalah bentuk khusus dari
pemecahan masalah, siklus kegiatan yang dilakukan dengan langkah desain
serupa. Hall dalam Mital et al. (2008) menguraikan kegiatan dasar, sebagai
berikut:
1. Problem definition.
Mempelajari keperluan dan kondisi lingkungan. Pendefisisan masalah
dilakukan dengan mempelajari keperluan akan suatu perancangan produk
berdasarkan kondisi lingkungan yang ada saat ini.
2. Value sistem design.
Pada tahap ini menjelaskan tujuan dan kriteria rancangan
mikrofon. Memenuhi tujuan menetapkan beberapa kriteria produk
yang dirancang. Mital et al. (2008) menjelaskan bahwa Pugh (1990)
menyediakan daftar dari 24 faktor kriteria, yang diringkas oleh
commit to user
Roozenburg dan Eekel (1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.2 Daftar kriteria yang digunakan dalam perancangan

No. Faktor Kriteria


1 Performance
2 Environment
3 Life in service
4 Maintenance
5 Target product cost
6 Transportation
7 Packaging
8 Quantity
9 Manufacturing facilities
10 Size and weight
11 Aesthetics, appearance, and finish
12 Materials
13 Product life span
14 Standards
15 Ergonomis
16 Quality and reliability
17 Shelf life and storage
18 Testing
19 Safety
20 Product policy
21 Social and political implications
22 Product liability
23 Installation and operation
24 Reuse, recycling, and disposal
Sumber: Mital et al., 2008

Keterangan mengenai kriteria yang digunakan dalam perancangan,


yaitu:

1. Performance (performansi/kinerja), merupakan hal yang harus


dipenuhi, menyangkut kinerja dari mikrofon. Mendapatkan alat yang
mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar diperlukan teknologi
mikrofon yang sesuai. Performansi yang dilihat adalah kinerja dari
mikrofon atau speaker yang dipakai dalam mikrofon. Semakin bagus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

performansi dari sebuah sensor maka semakin detail juga dalam


merangkainya.
2. Environment (lingkungan), diperlukannya antisipasi terhadap adanya
pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh rancangan produk terhadap
lingkungannya, berkaitan dengan aspek temperatur, getaran, kebisingan.
3. Life in service, seberapa intensif produk digunakan? Berapa lama
waktu yang harus ditempuh hingga tahap terakhir penggunaan? Dalam hal
ini berkaitan dengan tingkat pemakaian mikrofon. Semakin sering alat
tersebut digunakan maka semakin tinggi tingkat kerja pada mikrofon
tersebut.
4. Maintenance (pemeliharaan), apakah pemeliharaan diperlukan dan
tersedia atau dapat dilakukan dengan mudah? Dalam hal ini pemeliharaan
atau perawatan dilakukan terhadap mikrofon, catu daya dan speaker yang
digunakan dalam mikrofon. Perawatan sendiri juga dilihat dari
ketersediaan suku cadang komponen apabila mengalami suatu kerusakan.
5. Target product cost (target biaya produk), apakah pertimbangan
mengenai biaya pembuatan produk sangat penting ataukah sedapat
mungkin dicapai biaya minimal dalam pembuatan rancangan produk?
Perancangan mikrofon dengan menggunakan teknologi mikrofon yang
baru tersebut dilihat tingkat biaya yang dikeluarkan untuk mikrofon yang
digunakan. Tujuan dari perancangan dicapai dengan mempertimbangkan
harga dari setiap jenis mikrofon yang digunakan dalam perancangan
mikrofon.
6. Transportation, apakah ada persyaratan transportasi selama
memproduksi hasil rancangan dan keterkaitannya dalam penggunaan
lokasi? Mendapatkan rancangan mikrofon yang dapat mengindera
lingkungan sekitar diperlukan komponen pendukung. Komponen
pendukung utama adalah teknologi penginderaan yang berupa mikrofon.
7. Packaging (kemasan), apakah kemasan yang digunakan dalam
rancangan penting? Dalam kaitannya dengan perancangan mikrofon, hasil
dari perancangan mikrofon tidak di kemas secara khusus. Hal ini
commit
dikarenakan pangsa pasar dari to user
mikrofon yang sudah jelas dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terdapat banyak produk sejenis yang menjadi pesaing. Aspek kemasan


biasanya dipertimbangkan pada industri makanan untuk menarik
konsumen.
8. Quantity, suatu hal yang dijadikan ukuran dalam memproduksi
rancangan. Apakah jumlah mikrofon yang dilengkapi teknologi mikrofon
baru disesuaikan dengan keperluan?
9. Manufacturing facilities (fasilitas manufaktur), apakah mikrofon yang
dilengkapi teknologi mikrofon yang baru dirancang spesifik dengan
fasilitas yang ada (perusahaan tertentu), atau diinginkan bahwa rancangan
mikrofon yang dilengkapi teknologi mikrofon digunakan dalam kasus
serupa lainnya?
10. Size and weight (ukuran dan berat), apakah produksi, transportasi, atau
penggunaan rancangan produk harus memperhatikan batas dimensi
maksimum, seperti berat, ukuran? Dalam hal ini adalah dimensi dari
mikrofon yang terdiri dari tiga bagian yaitu mikrofon, speaker dan catu
daya.
11. Aesthetics, appearance, and finish (estetika, penampilan, dan
finishing), seberapa penting aspek estetika, penampilan, dan finishing
untuk diperhatikan dalam perancangan mikrofon? Aspek-aspek tersebut
dapat dilihat seperti pada bentuk rancangan mikrofon yang modis dan
modern tanpa harus mengurangi fungsi utama dari mikrofon tersebut.
12. Materials (bahan), apakah diperlukan bahan khusus, atau adakah
bahan tertentu yang tidak dapat digunakan untuk rancangan mikrofon?
Bahan atau material yang umum digunakan dalam perancangan mikrofon
saat ini adalah besi alumunium.
13. Product life span (umur hidup produk), menyangkut lamanya waktu
atau umur hidup dari penggunaan mikrofon. Apakah diharapkan tercapai
productlifespan yang maksimal? Dalam hal ini, adalah masa kadaluarsa
dari semua komponen yang dipakai dalam perancangan mikrofon baik
komponen elektronika maupun komponen alumunium nya.
14. Standards, standar apa yang berlaku untuk rancangan mikrofon dan
commit to user
produksinya? Haruskah standardisasi dalam perusahaan diperhitungkan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perancangan mikrofon sendiri lebih ditekankan pada fungsi dari mikrofon


itu sendiri, yaitu memberikan kemudahan bagi pemandu wisata.
15. Ergonomis, dipertimbangkannya tingkat kenyamanan pada rancangan
mikrofon. Tingkat kenyamanan dilihat dari dimensi mikrofon yaitu
panjang dan berat dari mikrofon. Kenyamanan didapatkan dengan
perancangan mikrofon yang disesuaikan dengan data antrhopometri tubuh
manusia, dalam hal ini adalah dimensi tubuh dari pemandu wisata itu
sendiri.
16. Quality and reliability (kualitas dan kehandalan), rancangan produk
sedapat mungkin menjaga dan memperhatikan kualitas dan kehandalan
sistem produksi atau keluaran produksi terkait. Rancangan mikrofon ini
tetap menjaga kualitas dan kehandalan dari komponen yang digunakan
terutama sensor sebagai teknologi penginderanya. Kehandalan dan kualitas
dari sistem produksi belum diperhatikan secara detail.
17. Shelf life and storage, selama produksi, distribusi dan penggunaan,
apakah ada periode waktu produk yang disimpan? Apakah mikrofon
maupun komponennya memerlukan langkah penyimpanan yang spesifik?
Baik mikrofon maupun komponen penyusunnya khususnya mikrofon
diperlukan tempat penyimpanan yang terdapat bantalan busa agar
terlindung dari goncangan. Periode waktu penyimpanan sendiri digunakan
pada industri makanan.
18. Testing (pengujian), diperlukannya pengujian yang bersifat fungsional
dan tes kualitas produk yang diajurkan dari dalam dan di luar perusahaan.
Tes pengujian dilakukan untuk mengetahui kinerja dari mikrofon, apakah
sudah sesuai dengan keinginan dan tujuan perancangan atau belum.
19. Safety (keamanan), haruskah ada fasilitas khusus yang disediakan
untuk keselamatan users dan nonusers? Rancangan mikrofon yang dibuat
harus aman baik bagi pekerja perfilman itu sendiri maupun orang lain.
Keamanan yang diharapkan meliputi bagian luar seperti bagian rumah
speaker tersebut masih menyalurkan listrik, dan bagian dalam berupa
pemasangan komponen elektronika yang rapi agar tidak menimbulkan
konsleting pada pemanducommit
wisatatosaat
usermenggunakan mikrofon tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keakuratan mikrofon dalam menangkap sinyal suara juga menjadi faktor


penting.
20. Product policy (kebijakan produk), apakah jajaran produk saat ini dan
masa depan memaksakan kebijakan khusus atau persyaratan bagi produk
tersebut? Dalam hal ini, apakah memberikan kebijakan khusus atau
persyaratan kusus bagi perancangan mikrofon.
21. Social and political implications, apakah opini publik berkenaan
denganproduk menjadi dampak sosial dan politik yang penting terhadap
rancangan produk? Dalam hal ini, apakah perancangan mikrofon
menggunakan teknologi mikrofon yang baru mempengaruhi opini publik
tentang mikrofon yang sudah ada saat ini atau tidak.
22. Product liability, merupakan konsekuensi terhadap produksi, operasi,
dan penggunaan fabrikasi apakah dapat bertanggungjawab dengan
rancangan produk yang digunakan?
23. Installation and operation, prosedur instalasi dan penggunaannya
dapat dengan mudah dipahami dan dilakukan oleh operator. Perancangan
mikrofon menggunakan teknologi mikrofon yang baru memberikan output
berupa suara yang lebih baik. Hal tersebut dapat dengan mudah dipahami
oleh pemandu wisata.
24. Reuse, recycling, and disposal (penggunaan kembali, daur ulang, dan
pembuangan), apakah mungkin untuk memperpanjang siklus materi
dengan penggunaan kembali material dan setiap bagian? Bahan dan bagian
dipisahkan untuk pembuangan limbah? Dalam perancangan mikrofon
tersebut apakah dapat dibuat dari bahan yang ada yaitu mikrofon
sebelumnya yang belum menggunakan teknologi mikrofon baru.

3. Sistem synthesis.
Menghasilkan alternatif. Pada tahap ini menjelaskan alternatif detail produk
yang diinginkan supaya tujuan dan kriteria tercapai. Untuk menentukan
alternatif yang digunakan dalam menghasilkan produk, maka terlebih dahulu
ditentukan suatu obyek pengembangan hasil yang sesuai dengan produk yang
diinginkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Sistem analysis.
Sistem analisis adalah proses menganalisis alternatif. Penilaian konsep
digunakan untuk memberikan bobot yang lebih baik di antara konsep yang
bersaing. Pada tahap ini dilakukan penimbangan kepentingan relatif dari
kriteria pemilihan yang berfokus pada perbandingan terhadap setiap kriteria.
Skor dari setiap konsep diperoleh dari jumlah pembobotan dari penilaian
(Ulrich, 2001). Nilai yang digunakan, yaitu: lebih baik (+), sama (0), atau
lebih buruk (-) diletakkan pada setiap sel pada matriks yang menunjukkan
bagaimana perbandingan setiap konsep dengan konsep referensi terhadap
setiap kriteria. Proses ini disarankan untuk menilai setiap konsep terhadap
satu kriteria sebelum melangkah pada kriteria selanjutnya (Ulrich, 2001).
5. Selectingthe best system.
Selecting the best system berfungsi untuk mengevaluasi alternatif terhadap
kriteria yang dipilih. Pada tahap ini adalah tahap pemilihan alternatif terbaik
diantara beberapa alternatif yang ada. Melakukan evaluasi terhadap alternatif
dengan pemilihan kriterianya sehingga didapatkan solusi terbaik sesuai
dengan tujuan perancangan.
6. Planning for action.
Planing for action berfungsi untuk menentukan pilihan. Mencoba
menjelaskan spesifikasi produk, komponen penyusun, beserta langkah detail
dalam penyusunan produk.

2.3.3 Mendefinisikan Masalah dan Menetapkan Tujuan


Suatu masalah adalah hasil dari keperluan yang tak terpenuhi. Tanpa
pendefinisian keperluan yang jelas, masalah tidak dapat dirumuskan; tanpa
perumusan masalah yang benar, tidak ada penyelesaian yang baik atau tidak
menjamin bahwa penyelesaian yang diusulkan memecahkan masalah. Ini
merupakan suatu kekhasan, bagaimanapun, sangatlah jelas bahwa keperluan harus
dinyatakan diawal.
Sejak adanya masalah, dan karenanya ada pemecahan masalah desain,
pada umumnya semua itu belum jelas, langkah pertama yang dilakukan
commit
menyatakan tujuan umum secara to user dan menjelaskannya. Terdapat
bertahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kemungkinan, dalam proses, tujuan awal dapat berubah atau diubah secara
signifikan. Seperti perubahan atau perombakan yang mencerminkan pemahaman
yang lebih baik dari masalah, dan akhirnya ditemukan penyelesaian desain yang
lebih cocok.
Seperti perubahan tujuan, dari tujuan yang umum ke arah tujuan yang
spesifik, berarti untuk mencapai hasil dapat terjadi perubahan juga. Setiap tahap
perubahan, tujuan perlu ditegaskan kembali dalam bahasa yang jelas dan tepat.
Tujuan yang dibuat lebih spesifik atau dipecah menjadi sub tujuan, kriteria untuk
mengevaluasi penyelesaian desain muncul. Ini diklasifikasikan sebagai spesifikasi
desain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang dikembangkan dalam tugas akhir ini dilakukan
berdasarkan enam tahapan engineering design process (Mital et al., 2008) seperti
yang ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Metodologi penelitian


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Proses perancangan merupakan salah satu bentuk khusus dari beberapa


alternatif pemecahan masalah yang ada. Di bawah ini dijelaskan mengenai hal
yang dilakukan peneliti dalam tahap pendefinisian awal hingga tahapan akhir
perwujudan desain.

3.1 TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH


Tahap ini diawali dengan studi literatur, studi lapangan, perumusan
masalah, penentuan tujuan penelitian dan menentukan manfaat penelitian.
Langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah dimulai dari tahap perumusan
masalah. Rumusan masalah disusun berdasarkan identifikasi masalah. Perumusan
masalah dilakukan dengan menetapkan sasaran yang dibahas untuk kemudian
dicari solusi pemecahan masalahnya. Perumusan masalah dilakukan supaya fokus
dalam membahas permasalahan yang dihadapi. Setelah perumusan masalah
selesai kemudian dilanjutkaan dengan menentukan tujuan penelitian. Tujuan
penelitian ditetapkan supaya penelitian yang dilakukan dapat menjawab dan
menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. setelah perumusan masalah dan
tujuan penelitian selesai ditetapkan maka langkah selanjutnya berupa menentukan
manfaat dari penelitian. Suatu permasalahan diteliti apabila di dalamnya
mengandung unsur manfaat. Agar memenuhi suatu unsur manfaat maka perlu
ditentukan terlebih dahulu manfaat yang didapatkan dari suatu penelitian.

3.2 BASIC ENGINEERING DESIGN PROCESS


Keenam tahapan basic engineering design process (dasar proses desain
dalam kerekayasaan) setiap tahapan membutuhkan input, baik yang berupa data
observasi maupun hasil pengolahan data tahapan sebelumnya. Semua input dan
output yang dihasilkan menimbulkan hubungan atau keterkaitan yang berujung
pada hasil rancangan mikrofon.

3.2.1 Problem Definition (Pendefinisian Masalah)


Langkah yang pertama yang digunakan dalam basic engineering design
process adalah problem definition, dimana langkah ini menjelaskan mengenai
definisi masalah mengenai bentuk rancangan mikrofon. Langkah awal dari
commit
problem definition ini sendiri sudah to user dalam latar belakang penelitian.
dijelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mikrofon dirancang khusus sebagai fasilitas penunjang bagi pemain film dalam
melakukan pengambilan suara. Pada tahapan ini melibatkan pemain film itu
sendiri sebagai responden secara langsung dan mikrofon yang sudah ada pada saat
ini sebagai obyek permasalahan. Informasi awal tentang kelemahan atau masalah
yang terdapat pada mikrofon diperoleh dengan identifikasi terhadap mikrofon
yang ada pada saat ini.

3.2.2 Value System Design (Penilaian Desain Sistem)


Langkah pembuatan Value System Design, sebagai berikut:
· Menentukan responden yang akan diajak berdiskusi yaitu problem users,
dalam hal ini oleh pemain film yang paling berkompeten dalam memahami
kondisi dan permasalahan mikrofon.
· Menetapkan kriteria terpilih dari 24 kriteria lengkap dengan penjelasan dari
setiap kriteria sesuai dengan konsep perancangan basic engineering design
process.
· Mengolah data hasil diskusi untuk memperoleh kriteria terpilih sesuai dengan
pilihan terbanyak dari 24 macam kriteria yang ada.
· Apabila jumlah responden pemilih pada suatu kriteria tertentu belum terjadi
konsensus atau kesepakatan maka kriteria tersebut kembali lagi untuk
ditawarkan kepada responden yang tidak memilih kriteria tersebut. Pemutaran
kembali kuesioner tersebut menggunakan teknik delphi yang diadopsi dari
Marimin (2004).
· Apabila responden menerima maka kriteria baru akan masuk dalam kriteria
terpilih, jika responden menolak maka kriteria tersebut dianggap gugur.
· Syarat suatu kriteria dinyatakan sebagai kriteria terpilih apabila terjadi
konsensus atau kesepakatan pemilih antara setiap responden pemilih yaitu
tiga orang. Sedangkan kriteria dengan jumlah pemilih kurang dari tiga orang
maka belum terjadi konsensus atau kesepakatan akan dihilangkan atau gugur
dari kriteria terpilih.
· Menentukan Engineer Concern.
Engineer concern merupakan kepentingan dari engineer atas suatu kriteria.
Apabila kriteria terpilih daricommit to user
24 macam kriteria yang ada tersebut terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kriteria yang tidak terpilih secara kuesioner dapat dimasukkan ke dalam


kriteria perancangan oleh engineer yang kemudian akan dilanjutkan pada
penyaringan dan analisis lebih jauh (Ulrich, 2001). Adapun pemasukan
kriteria tersebut berdasarkan kepentingan dari pihak engineer sendiri.

3.2.3 System Synthesis (Perpaduan Sistem)


Pada tahap ini menjelaskan alternatif detail rancangan yang diinginkan
supaya tujuan dan kriteria dapat tercapai. Menentukan alternatif yang digunakan
dalam perancangan, maka terlebih dahulu ditentukan suatu obyek pengembangan
hasil yang sesuai dengan perancangan. Obyek tersebut ditentukan berdasarkan
sesuatu yang paling ditonjolkan dalam perancangan. Setelah ditentukan, maka
diperoleh alternatif yang digunakan dalam perancangan. Langkah pembuatan
System Synthesis, sebagai berikut:
· Menentukan obyek pengembangan solusi yang sesuai dengan perancangan.
· Membuat alternatif sesuai dengan obyek pengembangan hasil yang telah
ditentukan.
3.2.4 Sistem Analysis (Analisis Sistem)
Pada tahap ini adalah menganalisis setiap alternatif yang ada, setiap
alternatif memiliki perbedaan dilihat dari sisi kelebihan dan kekurangannya. Perlu
adanya pertimbangan untuk membandingkan antar alternatif yang dipakai dalam
perancangan. Alternatif yang ada tersebut dipaparkan sehingga dapat diketahui
kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki oleh setiap alternatif. Setiap
alternatif yang ada kemudian di analisa dilihat berdasarkan setiap kriteria yang
terpilih. Setelah di analisa setiap alternatif yang ada berdasarkan setiap kriteria
yang ada maka kemudian dilakukan penilaian. Penilaian dilakukan dengan sistem
3 point scale. Langkah pembuatan Sistem Analysis, sebagai berikut:
· Menampilkan kriteria terpilih.
· Membuat sistem penilaian (concept scoring) digunakan untuk memberikan
bobot yang lebih baik di antara konsep yang bersaing. Pada tahap ini
dilakukan penimbangan kepentingan relatif dari kriteria pemilihan yang
berfokus pada perbandingan terhadap setiap kriteria. Skor dari setiap konsep
diperoleh dari jumlah pembobotan dari
to penilaian (Ulrich, 2001).
commit user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

· Menganalisa setiap hubungan antara alternatif dinilai berdasarkan kriteria


terpilih dan memberikan penilaian untuk setiap alternatif berdasarkan kriteria
yang ada.

3.2.5 Selecting The Best System (Pemilihan Sistem Terbaik)


Pada tahap ini adalah tahap pemilihan alternatif terbaik diantara beberapa
alternatif yang ada. Melakukan evaluasi terhadap alternatif dengan pemilihan
kriterianya sehingga didapatkan solusi terbaik sesuai dengan tujuan perancangan.
Langkah pembuatan Selecting The Best System, sebagai berikut:
· Mengevaluasi penilaian yang telah dilakukan pada tahap system analysis,
yaitu setiap alternatif yang ada dinilai berdasarkan kritera terpilih.
· Menjumlahkan nilai dari setiap alternatif yang berasal dari penilaian setiap
kritera terpilih terhadap alternatif yang digunakan.
· Memilih alternatif dengan skor tertinggi untuk digunakan dalam perancangan.

3.2.6 Planing For Action


A. Menentukan Bill of Material rancangan.
Material penyusun produk mikrofon kondensor (bill of material) terdapat
beberapa komponen. Komponen tersebut dirangkai menjadi satu sehingga
menjadi sebuah alat yang dapat dioperasikan. Komponen penyusun mikrofon,
meliputi:
1. Perekat Sensor
Perekat sensor merupakan wadah atau tempat sensor supaya sensor terseut
dapat menempel di leher. Perekat sensor terdiri dari kain kolor dan kain
perekat. Keunggulan dari kain kolor adalah bentuknya yang elastis
sehingga nyaman saat dipasangkan dileher.
2. Sensor
Sensor merupakan komponen terpenting dari mikrofon ini. Sensor
berfungsi untuk menangkap getaran suara sekaligus mengubah getaran
suara tersebut menjadi getaran listrik. Komponensensor terdiri dari
beberapa jenis lempengan logam dan inti kristal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Rangkaian Elektronika
Rangkaian elektronika merupakan penghubung antara sensor dengan alat
perekam suara. Rangkaian elektronika terdiri dari kabel listrik dan jack.

3.3 TAHAP PEMBUATAN PROTOTYPE


Rancangan mikrofon dibuat berdasarkan dimensi yang telah ditentukan
dan penentuan komponen yang telah dilakukan. Pembuatan gambar teknik
mikrofon dilakukan dengan menggunakan software Autocad 2009. Gambar
rancangan dibuat dalam bentuk dua dimensi (2D).

3.4 TAHAP ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL


Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi hasil terhadap
pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya. Analisis hasil penelitian,
meliputi:
1. Analisis pemilihan kriteria.
Pada awal perencanaan, pembuatan rancangan dan prototipe mikrofon
memperhatikan kriteria perancangan produk. Analisis dilakukan terhadap
kriteria terpilih yang digunakan dalam perancangan.
2. Analisis hasil rancangan.
Pada tahapan ini dilakukan analisis terhadap prototipe mikrofon, analisis
dilakukan terhadap setiap komponen penyusun prototipe mikrofon.
3. Analisis hasil pengujian.
Prototipe hasil rancangan berupa mikrofon dilakukan pengujian sehingga
diketahui tingkat performansi dari kemampuan mikrofon menangkap sinyal
suara.
4. Analisis pengembangan rancangan.
Analisis pengembangan rancangan dilakukan setelah mengalami uji coba oleh
pekerja perfilman. Pengembangan rancangan dilakukan berdasarkan masukan
dari pekerja perfilman setelah melakukan uji coba terhadap prototipe
mikrofon.
5. Interpretasi hasil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Interpretasi hasil didapatkan setelah analisis selesai dilakukan. Setelah


dilakukan analisis dan uji coba maka didapatkan hasil dari prototipe
mikrofon.

3.5 TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN


Pada tahap ini membahas kesimpulan dari hasi pengolahan data dengan
memperhatikan tujuan yang dicapai dari penelitian dan memberikan saran
perbaikan yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Permasalahan dalam penelitian ini lebih mudah diselesaikan


bilamana ada data yang berkaitan langsung dengan permasalahan.
Penyelesaian dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap pengumpulan dan
pengolahan data sebagai dasar analisis terhadap penyelesaian permasalahan
yang dihadapi.

4.1 PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data studi pendahuluan dilakukan selama bulan November 2010
sampai dengan bulan April 2011 yang bertujuan memperoleh informasi awal di
tempat penelitian. Metode dalam mendapatkan data awal dilakukan dengan
mendefinisikan masalah mengenai rancangan mikrofon (Problem Definition),
tujuan dan kriteria yang diharapkan (Value System Design), memunculkan
alternatif detail rancangan yang diinginkan (System Synthesis), menganalisa
setiap alternatif yang ada dilihat dari sisi kelebihan dan kekurangan (System
Analysis), melakukan evalusai terhadap alternatif dengan pemilihan kriterianya
sehingga didapatkan solusi terbaik (Selecting The Best System), menetapkan
pilihan dan melakukan perencanaan terhadap perancangan mikrofon (Planning
for Action).

4.1.1 Problem Definition


Problem definition dilakukan dengan mengidentifikasi masalah
mengenai rancangan mikrofon. Pada tahapan ini melibatkan pengguna
mikrofon itu sendiri sebagai responden secara langsung dan mikrofon yang
sudah ada pada saat ini sebagai obyek permasalahan. Langkah awal dari
problem definition ini sendiri sudah dijelaskan dalam latar belakang
penelitian. Identifikasi dilakukan dengan tujuan mengetahui kondisi
mikrofon yang digunakan saat ini yaitu gun mic dengan diameter 1,25 cm
dan panjang 30 cm, yang terbuat dari plastik atom. Selain itu identifikasi
dijadikan sebagai informasi awal dalam mengetahui kelemahan mikrofon
yang sudah ada saat ini yaitu gun mic atau boomer jenis mikrofon yang saat
ini digunakan di dunia perfilman untuk mengambil suara saat pemain film
melakukan dialog. Kondisi mikrofon gun mic saat ini dapat dilihat pada
gambar 4.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.1 Mikrofon gun mic


Sumber : www.boomersound.com

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, mendapatkan kebutuhan


mikrofon yang mampu menangkap suara secara fokus tanpa mengabaikan
sisi kesensitifan dalam pengambilan suara diperlukan suatu teknologi
penginderaan (sensor). Setelah memiliki pemahaman yang cukup tentang
permasalahan yang diteliti pada mikrofon tersebut, langkah selanjutnya
adalah memperjelas kembali tujuan perancangan yang dilakukan. Tujuan
perancangan mikrofon adalah menghasilkan rancangan mikrofon yang
mampu menangkap suara secara fokus terhadap obyek yang diinginkan
tanpa mengabaikan sisi kesensitifan sebuah mikrofon dengan menggunakan
teknologi sensor suara yang baru untuk membantu meningkatkan
produktifitas dan efisiensi pekerja perfilman.

4.1.2 Value System Design


Value system design dilakukan untuk mendapatkan tujuan dan
kriteria rancangan yang diharapkan. Tujuan dari perancangan mikrofon ini
adalah menghasilkan mikrofon yang mampu menangkap suara secara fokus
terhadap obyek yang diinginkan tanpa mengabaikan sisi kesensitifan sebuah
mikrofon dengan menggunakan teknologi sensor suara yang baru untuk
membantu meningkatkan produktifitas dan efisiensi pekerja perfilman.
Sedangkan kriteria perancangan yang diharapkan terdiri dari 24 macam
kriteria, dimana penilaian dilakukan secara langsung oleh problem users
yang terdiri dari tiga orang, dalam hal ini oleh seorang pemain film dan dua
operator boomer sebagai pihak yang paling berkompeten dalam memahami
kondisi dan permasalahan mikrofon di dunia perfilman. Penelitian
commit to user
dilakukan di Stasiun Televisi TATV Solo di Jalan Birgjend Katamso No. 173
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mojosongo Surakarta. Problem users yang dipilih yaitu dua operator boomer,
merupakan pekerja perfilmaan bertugas mengambil suara dalam dialog
sebuah film dengan menggunakan mikrofon boomer atau yang lebih dikenal
dengan sebutan gun mic. Kedua operator merupakan staff sound engineer
di stasiun televisi TATV. Pemain film sendiri yang dipilih sebagai problem
users hanya satu orang karena kebutuhan akan mikrofon diantara setiap
pemain film dianggap sama dan sudah mewakili. Idientitas dari problem
users sendiri dan hasil dari kuesioner dapat dilihat pada lampiran L.1.1.
Berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati dan ketentuan pada
bab tiga maka dihasilkan rekapitulasi yng dapat dilihat dari tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil wawancara perancangan mikrofon

No Kriteria Jumlah Presentase


1. Performansi 3 100 %
2. Ukuran dan Berat 3 100 %
3. Pemasangan dan Pengoperasian 3 100 %

Hasil kriteria terpilih berdasarkan hasil diskusi wawancara meliputi


performansi, ukuran dan berat, dan pemasangan pengoperasian dimana
jumlah pemilihnya sebanyak tiga responden dengan presentase sebesar
100%.

4.1.3 System Synthesis


System Synthesis dilakukan mendapatkan alternatif detail rancangan
yang diinginkan supaya tujuan dan kriteria dapat tercapai. Obyek
pengembangan hasil ditentukan berdasarkan sesuatu yang paling
ditonjolkan dalam perancangan mikrofon yaitu memberikan teknologi baru
pada mikrofon yang mampu menagkap suara secara fokus terhadap obyek
yang diinginkan. Upaya memperoleh teknologi yang mampu menangkap
sinyal suara tersebut diperlukan sensor suara. Sensor suara adalah alat yang
mampu mengubah gelombang sinusiuda suara menjadi gelombang sinus
energi listrik. Sensor suara berkerja berdasarkan besar/kecilnya kekuatan
gelombang suara yang mengenai membran sensor yang menyebabkan

commit
bergeraknya membran sensor yang to user
juga terdapat sebuah kumparan kecil di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

balik membran tadi naik & turun. Oleh karena kumparan tersebut
sebenarnya adalah ibarat sebuah pisau berlubang-lubang, maka pada saat ia
bergerak naik-turun, ia juga telah membuat gelombng magnet yang
mengalir melewatinya terpotong-potong. Kecepatan gerak kumparan
menentukan kuat-lemahnya gelombang listrik yang dihasilkannya. Ada dua
macam sensor yang dapat digunakan sebagai alternatif perancangan, yaitu:
· Sensor ultrasonik.
· Sensor kristal
Adapun alasan pemilihan kedua sensor di atas untuk dijadikan sebagai
alternatif dalam pemilihan, sebagai berikut:
1. Sensor ultrasonik.
Pemilihan sensor ultrasonik jenis PING PARALLAX sebagai alternatif
didasarkan pada kemampuannya menangkap sinyal suara yang memang
dibutuhkan sesuai dengan perancangan mikrofon. Sensor ultrasonik
merupakan sensor yang bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang
suara dan digunakan menangkap sinyal suara di dekatnya. Memiliki fitur :
• Supply Voltage – 5 VDC
• Supply Current – 30 mA typ; 35 mA max
• Range – 2 cm to 3 m (0.8 in to 3.3 yrds)
• Input Trigger – positive TTL pulse, 2 uS min, 5 µs typ.
• Echo Pulse – positive TTL pulse, 115 uS to 18.5 ms
• Echo Hold-off – 750 µs from fall of Trigger pulse
• Burst Frequency – 40 kHz for 200 µs
• Burst Indicator LED shows sensor activity
• Delay before next measurement – 200 µs
• Size – 22 mm H x 46 mm W x 16 mm D (0.84 in x 1.8 in x 0.6 in)

Dimensi :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.2 Gambar dan dimensi sensor ultrasonik

2. Sensor Kristal
Pemilihan sensor kristal sebagai alternatif didasarkan pada
kemampuannya yang memang dibutuhkan sesuai dengan perancangan
mikrofon. Sensor kristal merupakan sensor yang mampu menangkap
getaran suara dan mengubah getaran suara tersebut menjadi suara
berdasarkan beda potensial yang dihasilkannya. Sensor ini memiliki bentuk
yang praktis dan sangat ringan. Bentuk sensor kristal yaitu lempengan
logam tipis yang terdiri dari beberapa lapis logam dengan inti kristal
ditengahnya yang berfungsi untuk mengubah getaran suara menjadi beda
potensial atau sinyal listrik.
Alternatif jenis sensor yang digunakan pada perancangan mikrofon
berdasarkan kelebihan dan kekurangannya dapat dilihat pada pabel 4.2.
Tabel 4.2 Alternatif pemilihan jenis sensor yang digunakan pada mikrofon

No Jenis Sensor Deskripsi Kelebihan Kekurangan


Sensor yang Sangat sensitif 1. Karena sangat
bekerja saat mendeteksi fokus saat
berdasarkan sinyal suara menangkap
prinsip didekatnya sinyal suara
pantulan denngan sangat sehingga
gelombang detail malah kurang
1.
suara dan fokus pada
digunakan obyeknya.
Sensor ultrasonik untuk 2. Bentuknya
mendeteksi tidak praktis
sinyal suara
didekatnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2 Alternatif pemilihan jenis sensor yang digunakan pada mikrofon (lanjutan)
2. 1. Merupakan Karena
teknologi bentuknya
Sebuah sensor yang sangat kecil
sensor suara dapat dan terbuat
yang menangkap dari logam
menangkap sinyal suara sehingga sulit
getaran suara dengan sangat untuk
dari obyek fokus melalui dipasangkan
suara yang getaran suara dengan bahan
diinginkan yang lainnya untuk
dengan ditangkapnya dapat
sangat fokus ditempelkan
Sensor kristal 2. Bentuknya atau
simpel dan dipasangkan
ringan pada sumber
suara yang
diinginkan.

4.1.4 Sistem Analysis Dan Selecting The Best System


Sistem Analysis dilakukan untuk menganalisis setiap alternatif yang
ada, setiap alternatif memiliki perbedaan dilihat dari sisi kelebihan dan
kekurangannya. Perlu adanya pertimbangan membandingkan antar
alternatif yang akan dipakai dalam perancangan.
Selecting The Best System dilakukan untuk pemilihan alternatif
terbaik diantara beberapa alternatif yang ada. Melakukan evaluasi terhadap
alternatif dengan pemilihan kriteria sehingga didapatkan hasil terbaik sesuai
dengan tujuan perancangan yaitu menghasilkan perancangan mikrofon
dengan menggunakan teknologi sensor suara untuk meningkatkan
kemampuan mobilitas. Tahapan yang digunakan, yaitu:
1. Kriteria terpilih.
Kriteria terpilih didapatkan dari kuesioner yang telah diolah. Total
kriteria sendiri sebanyak 24 macam kriteria. Kriteria terpilih didapatkan
dari hasil kuesioner yang diberikan kepada problem users, dalam hal ini oleh
operator boomer atau gun mic dan pemain film sebagai pihak yang paling
berkompeten dalam memahami kondisi dan permasalahan pada mikrofon.
Hasil dari kriteria terpilih yang akan digunakan dalam perancangan
mikrofon, yaitu performansi, ukuran dan berat, pemasangan atau
pengoperasian dan pengujian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Membuat sistem penilaian / penilaian konsep.


Penilaian konsep digunakan dalam memberikan bobot yang lebih baik di
antara konsep yang bersaing. Pada tahap ini dilakukan penimbangan
kepentingan relatif dari kriteria pemilihan yang berfokus pada
perbandingan terhadap setiap kriteria. Skor dari setiap konsep diperoleh
dari jumlah pembobotan dari penilaian (Ulrich, 2001). Alternatif terpilih
dinilai berdasarkan kriteria terpilih, maka perlu dilakukan penilaian
terhadap setiap alternatif yang dinilai berdasarkan kriteria terpilih. Sistem
penilaian yang digunakan adalah 3 point scale. Sistem tersebut terdiri dari
tiga tingkatan yaitu poor, medium dan good. Sistem penilaian 3 point scale
yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Sistem penilaian 3 point scale

No Nilai Simbol Keterangan


1. 1 X poor
2. 2 Δ medium
3. 3 O good

Berdasarkan sistem penilaian di atas, dibagi menjadi tiga tingkatan,


yaitu poor, medium dan good. Dikatakan masuk ke dalam katagori poor
apabila antara alternatif dinilai berdasarkan kriteria terpilih menunjukkan
hubungan yang buruk. Dikatakan buruk apabila alternatif yang ada tidak
dapat memenuhi kriteria yang diajukan, dapat dikatakan bahwa kinerja
tidak memadai. Sedangkan dikatakan masuk ke dalam katagori medium
apabila antara alternatif dinilai berdasarkan kriteria terpilih menunjukkan
hubungan yang cukup baik. Dikatakan cukup baik apabila alternatif yang
ada dapat memenuhi kriteria yang diajukan, dapat dikatakan kinerja tidak
memenuhi sasaran dalam beberapa hal. Dikatakan masuk ke dalam katagori
good apabila antara alternatif dinilai berdasarkan kriteria terpilih
menunjukkan hubungan yang baik. Dikatakan baik apabila alternatif yang
ada dapat memenuhi kriteria yang diajukan, dikatakan kinerja memenuhi
sasaran yang diharapkan dilihat dari kriteria yang digunakan pada
penilaian. Ketentuan setiap katagori
commitdapat dilihat pada tabel 4.4.
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.4 Ketentuan penilaian 3 point scale

No Nilai Keterangan
1. 1 Kinerja tidak memadai
Kinerja tidak memenuhi
2. 2 sasaran dalam beberapa
hal
Kinerja dapat memenuhi
3. 3
sasaran yang diharapkan

3. Menganalisa setiap hubungan antara alternatif dinilai berdasarkan


kriteria terpilih.
Pada tahapan ini dilakukan penilaian terhadap hubungan setiap
alternatif dinilai berdasarkan kriteria terpilih. Kriteria yang pertama
yaitu performansi. Alternatif perancangan berupa jenis sensor dinilai
berdasarkan performansinya.
· Penilaian alternatif jenis sensor berdasarkan kriteria performansi.
Penilaian performansi sebagai kriteria terpilih dalam perancangan
mikrofon ditujukan pada karakteristik yang digunakan dalam
memenuhi tujuan perancangan mikrofon. Mendapatkan mikrofon
yang mampu menangkap suara secara fokus terhadap obyek yang
dinginkan. Karakteristik penilaian yang dilihat meliputi kemampuan
deteksi sinyal suara dan penangkapan fokus suara. Penilaiannya
ditampilkan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Penilaian alternatif jenis sensor terhadap kriteria performansi

No Kriteria Alternatif Deteksi suara Fokus suara Nilai Keterangan


1. Performansi Sensor Kemampuan Sensor Didapatkan nilai
ultrasonik sensor ultrasonik medium karena
tidak dapat medium kinerja tidak
ultrasonik fokus saat memenuhi sasaran
untuk menangkap Δ dalam beberapa hal.
menangkap suara (-) Dilihat dengan
suara sangat sebuah simbol (-)
bagus untuk yang berarti memiliki
kekurangan.
setiap detailnya
(+)
2. Performansi Sensor Sensor kristal Sensor suara Didapatkan nilai good
kristal dapat sangat fokus karena kinerja sensor
mendeteksi dalam kristal sangat
commit to cukuo
suara user menangkap memuaskan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

baik walaupun suara cukup untuk


tidak lebih baik (+) memenuhi kebutuhan
dari sensor good dan harapan untuk
ultrasonik tetapi sensor yang
O
cukup diinginkan. Dilihat
memenuhi dengan dua buah
kebutuhan yang simbol (+) yang
diinginkan. berarti kelebihan .
(+)
· Penilaian alternatif jenis sensor berdasarkan kriteria ukuran dan berat.
Penilaian ukuran dan berat sebagai kriteria terpilih dalam perancangan
mikrofon ditujukan pada karakteristik yang di gunakan dalam
memenuhi tujuan perancangan mikrofon. Kriteria yang ukuran dan
berat yang menjadi karakteristik penilaian adalah berat dan dimensi
produk. Penilaiannya ditampilkan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Penilaian alternatif jenis sensor terhadap kriteria ukuran dan berat
No Kriteria Alternatif Dimensi Berat Nilai Keterangan
1. Ukuran Sensor Sensor Sensor Didapatkan
dan berat ultrasonik ultrasonik ultrasonik nilai medium
beratnya tidak karena kinerja
memiliki memungkinkan tidak
ukuran untuk memenuhi
yang relatif digunakan pada sasaran dalam
kecil rancangan medium beberapa hal.
(+) mikrofon ini Δ Dilihat dengan
karena terlalu sebuah simbol
berat untuk (-) yang berarti
dipakai dibadan memiliki
(-) kekurangan.
2. Ukuran Sensor Sensor Sensor kristal Didapatkan
dan berat kristal kristal juga memiliki nilai good
memiliki berat yang relatif karena bentuk
ukuran yang ringan. sensor kristal
sangat kecil (+) sangat
pas memuaskan
digunakan dan cukup
untuk good untuk
rancangan O memenuhi
mikrifon ini. kebutuhan dan
(+) harapan untuk
sensor yang
diinginkan.
Dilihat dengan
dua buah
simbol (+) yang
berarti
kelebihan .

· Penilaian alternatif jenis sensor berdasarkan kriteria pemasangan dan


pengoperasian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penilaian pemasangan dan pengoperasian sebagai kriteria terpilih dalam


perancangan mikrofon ditujukan pada karakteristik yang di gunakan
dalam memenuhi tujuan perancangan mikrofon. Kriteria pemasangan
dan pengoperasian, yang menjadi karakteristik penilaian adalah
pemasangan komponen dan pengoperasian produk. Penilaiannya
ditampilkan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Penilaian alternatif jenis sensor terhadap kriteria pemasangan dan
pengoperasian

No Kriteria Alternatif Pemasangan Pengoperasian Nilai Keterangan


1. Pemasangan Sensor Pemasangan Pengoperasiannya Didapatkan
dan ultrasonik mudah di sendiri juga nilai good
pengoperasian tergolong mudah karena
hubungkan dipelajari kinerja
dengan (+) memenuhi
mikrokontroler good sasaran.
malalui satu O Dilihat
pin I/O saja. dengan
dua buah
(+)
simbol (+)
yang
berarti
kelebihan.
2. Pemasangan Sensor Pemasangan Pengoperasiannya Didapatkan
dan Kristal atau perakitan sendiri juga nilai good
pengoperasian karena
komponen sangat mudah, kinerja
pada sensor pemakai tinggal memenuhi
RFI ini cukup memasangakan sasaran.
mudah juga. sensor ini pada Dilihat
(+) sumber suara. good dengan
O dua buah
(+) simbol (+)
yang
berarti
kelebihan.

dengan;
(-) = Kekurangan.
(+) = Kelebihan.

4. Memilih alternatif dengan skor tertinggi yang digunakan dalam


perancangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Setelah menganalisa setiap hubungan antara alternatif dinilai


berdasarkan kriteria terpilih dan diberikan nilai. Langkah selanjutnya
adalah memilih alternatif terpilih yang nantinya digunakan dalam
perancangan. Mendapatkan alternatif terpilih tersebut, dilakukan dengan
menjumlahkan nilai yang didapat pada setiap alternatif yang dinilai
berdasarkan kriteria terpilih. Penilaian totalnya ditampilkan pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Penilaian total untuk pemilihan alternatif

Alternatif Alternatif
No Kriteria
I II
1. Performansi 2 3
2. Ukuran dan Berat 2 3
3. Pemasangan dan Pengoperasian 3 3
Total 9 12

dengan;
Alternatif I = Sensor Ultrasonik.
Alternatif II = Sensor Kristal.

Berdasarkan hasil perhitungan total dalam mendapatkan alternatif


terpilih diketahui, sebagai berikut: alternatif I mempunyai 9 point dan
alternatif II mempunyai 12 point. Alternatif terpilih yang digunakan dalam
perancangan adalah menggunakan sensor kristal yaitu sesuai dengan
alternatif II yang mendapatkan point tertinggi.
Rekapitulasi hasil dilakukan untuk mengetahui hasil dari setiap
tahapan yang dilakukan dalam basic engineering design system. Dimulai dari
tahapan pertama yaitu problem definition hingga selecting the best system.
Rekapitulasi hasil dari setiap tahapan basic engineering design system
ditampilkan pada tabel 4.9.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.9 Rekapitulasi hasil setiap tahapan dalam basic engineering


design system

No Tahapan Hasil
1. Problem definition Permasalahan yang terjadi pada mikrofon,
dimana mikrofon yang ada saat ini kurang
dapat menerima sinyal suara secara fokus
terhadap obyek suara yang diinginkan dan tidak
nyaman saat dioperasikan oleh operator dengan
keluhan pegal dibagian tangan, lengan, jari dan
punggung.
2. Value system design Dihasilkan empat kriteria yang digunakan
dalam perancangan mikrofon, yaitu
performansi, ukuran dan berat, pemasangan
dan pengoperasian.
3. System synthesis Dihasilkan dua alternatif yang digunakan dalam
perancangan mikrofon, yaitu: ultrasonik sensor,
dan kristal.
4. System analysis Dihasilkan suatu penilaian terhadap suatu
analisis dimana setiap alternatif yang ada dinilai
dengan kriteria terpilih. Penilaian dilakukan
dengan 3 point scale yang berisi poor dengan
simbol X yang berarti kinerja tidak memadai,
medium dengan simbol Δ yang berarti kinerja
tidak memenuhi sasaran dalam beberapa hal
dan good dengan simbol O yang berarti kinerja
dapat memenuhi sasaran yang diharapkan.
5. Selecting the best Dihasilkan sensor kristal sebagai alternatif
system terpilih yang akan digunakan dalam
perancangan setelah dilakukan penjumlahan
nilai hasil penilaian.

4.1.5 Planning For Action


Pada tahap terakhir menetapkan pilihan dan melakukan perencanaan
terhadap perancangan mikrofon. Pada tahap ini menjelaskan spesifikasi
produk, komponen penyusun, beserta langkah detail dalam penyusunan
prototype. Ketika konsep dari rancangan mikrofon sudah didapatkan.
Dibuatlah suatu model (prototype) yang dapat memberikan visualisasi secara
nyata dari penyelesaian masalah yang ditinjau.
A. Bill of Material Rancangan Mikrofon
Material penyusun produk mikrofon (bill of material) terdapat
beberapa komponen. Komponen tersebut dirangkai menjadi satu sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjadi sebuah alat yang dapat dioperasikan. Gambar bill of material


rancangan mikrofon, sebagai berikut:

Gambar 4.3 Bill of material rancangan mikrofon

Berdasarkan gambar 4.2 dapat dijelaskan dari setiap komponen


penyusun produk beserta fungsinya, yaitu:

1. Perekat Sensor
Perekat Sensor merupakan wadah atau tempat rangkaian elektronika
dan sensor yang dipakai dalam perancangan. Tempat berbagai macam
komponen elektronika ini merupakan gabungan antara kain kolor dan
perekat. Kain kolor dipilih sebagai tempat pelindung sensor supaya sensor
nyaman digunakan dan elastis. Perekat yang digunakan juga harus sesuai
dengan kolor perekatnya supaya mudah dipasangkan di badan. Gambar
sensor dapat dilihat pada gambar 4.3.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.4 Perekat Sensor


· Kain Kolor
Kain kolor merupakan wadah atau tempat sensor. merupakan suatu
media yang digunakan menghidupkan maupun mematikan aliran daya
dari batu baterai yang mengaktifkan semua komponen elektronika.
Gambar kain kolor dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.5 Kain kolor

· Perekat
Pereka merupakan suatu bahan yang dapat menyatukan kain kolor.
Perekat ini dijahitkan pada kain kolor supaya kain kolor ini dapat
direkatkan di badan. Gambar perekat dapat dilihat pada gambar 4.5.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.6 Perekat

2. Sensor
Sensor merupakan bagian terpenting dari perancangan mikrofon yang
terdiri dari beberapa lapis lempengan plat, inti kristal dan kabel instalansi.
Lempengan plat terdiri dari beberapa lapisan logam. Lempengan plat ini
dibuat dari bahan anti karat yang berfungsi untuk menangkap getaran
suara. Lempengan plat ini dibentuk bulat dengan diameter 2,5 cm. Gambar
sensor dapat dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Sensor

· Lempengan plat
Lempengan plat terdiri dari beberapa lapisan logam. Lempengan plat
terdiri dari bahan yang tahan karat. Gambar lempengan dapat dilihat
pada gambar 4.8.

Gambar 4.8 Lempengan plat

· Inti Kristal commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Inti kristal merupakan komponen inti dari sensor. Inti kristal berfungsi
untuk mengubah getaran suara menjadi beda potensial atau energi
listrik.

3. Rangkaian elektronika
Rangkaian elektronika adalah komponen penghubung sensor dengan alat
perekam suara. Rangkaian elektronika terdiri dari kabel instalasi dan jack.
· Kabel instalasi.
Kabel instalasi merupakan suatu media yang digunakan
menghubungkan antara komponen elektronika yang dipakai dalam
perancangan mikrofon. Gambar kabel instalasi dapat dilihat pada
gambar 4.9.

Gambar 4.9 Kabel instalasi

· Jack
Jack merupakan suatu komponen yang berfungsi untuk
menghubungkan antara kabel instalasi dan media perekam suara yang
biasa digunakan di dunia perfilman. Jack yang biasa digunakan
berukuran 3,5 mm. Gambar jack dapat dilihat pada gambar 4.10.

Gambarcommit to user
4.10 Jack
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.2 PEMBUATAN RANCANGAN MIKROFON


Rancangan mikrofon dibuat berdasarkan dimensi yang telah
ditentukan dan penentuan komponen yang telah dilakukan. Tahapan
pembuatan mikrofon hasil rancangan, sebagai berikut:
1. Pembuatan gambar teknik.
Pembuatan gambar teknik mikrofon dilakukan dengan menggunakan
software Autocad 2009. Gambar rancangan dibuat dalam bentuk dua
dimensi (2D) seperti ditunjukkan pada gambar 4.10 sampai dengan
gambar 4.12.

Gambar 4.11 Gambar 2D perekat sensor


Gambar 2D perekat sensor tampak atas dapat dilihat pada gambar 4.10.
Dalam gambar tersebut ditampilkan ukuran atau dimensi perekat sensor.
Ukuran yang ditampilkan, yaitu:
a. Panjang kain kolor adalah 2500 mm.
b. Lebar kain kolor adalah 250 mm.
c. Panjang perekat kain adalah 500 mm.
d. Lebar perekat kain adalah 250 mm.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.12 Gambar 2D sensor kristal

Gambar 4.12 merupakan bentuk 2D dari sensor kristal. Lempengan


logam sensor kristal berdiameter 250 mm dan tinggi 0,2 mm. Inti kristal
ditutup dengan bahan karet berdiameter 150 mm dan tinggi 1 mm.

Gambar 4.13 Gambar 3D hasil rancangan mikrofon

Gambar 4.13 merupakan bentuk 2D dari hasil rancangan mikrofon


tampak dimetric. Hasil perancangan yang diwujudkan dalam bentuk
gambar yang di rakit dari beberapa komponen. Komponen penyusun
mikrofon pada gambar 4.13 tersebut terdiri dari perekat sensor dengan
bahan kain kolor dan sensor dengan bahan lempengan logam.

4.4 PEMBUATAN DAN PENGUJIAN PROTOTYPE


Pada tahapan pembuatan prototype ini dijelaskan mengenai tahapan
perakitan prototype mikrofon dari berbagai komponen yang digunakan
hingga menjadi sebuah mikrofon. Selain perakitan prototype, dilakukan juga
pengujian terhadap mikrofon yang sudah selesai dirakit dan penentuan
estimasi biaya. Tahapan yang dilakukan, yaitu perakitan komponen
penyusun mikrofon, pengujian mikrofon dan penentuan estimasi biaya
perancangan mikrofon.

commit
4.4.1 Perakitan Komponen Penyusun to user
Mikrofon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perakitan komponen penyusun mikrofon dikerjakan setelah semua


komponen penyusun selesai dibuat. Komponen penyusun mikrofon sesuai
dengan bill of material dibagi menjadi tiga, yaitu sensor, perekat sensor dan
komponen elektroniknya. Tahapan yang pertama dimulai dari perakitan
sensor kristal dan kabel penghubungnya, selanjutnya perakitan sensor
kristal pada perekat sensornya. Hasil perakitan seperti pada gambar 4.14.

Gambar 4.14 Gambar hasil perakitan rancangan sensor dan


rangkaian elektronika

Setelah rangkaian elektronika selesai dirakit dan terpasang pada


sensornya, kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Tahapan selanjutnya
yaitu merakit perekat sensor. Dalam perekat sensor terdiri dari kain kolor
dan kain perekat. Kain kolor yang dipilih berwarna hitam supaya tidak
commit to user
mudah kotor dan tidak terlalu mencolok saat digunakan. Cara memasang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kain kolor dan perekatnya adalah dengan cara dijahit. Kain perekat
dijahitkan pada ujung kanan dan kiri kain kolor supaya kedua ujung dapat
disatukan pada saat digunakan. Hasil perakitan seperti pada gambar 4.15.

Gambar 4.15 Gambar hasil perakitan perekat sensor

Setelah perakitan semua komponen elektronika dengan perekat


sensor selesai, dilanjutkan ke tahap terakhir. Pada tahap ini akan dilakukan
perakitan antara perekat sensor yang telah dirakit sebelumnya dengan
sensor dan rangkaian elektronikanya. Hasil perakitan seperti pada gambar
4.16.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.16 Gambar hasil perakitan akhir rancangan mikrofon

4.4.2 Pengujian Mikrofon


Pengujian hasil rancangan berupa mikrofon dilakukan setelah
prototype selesai dibuat. Pengujian dilakukan dengan tujuan mengetahui
kemampuan deteksi sinyal suara terhadap obyek suara. Obyek yang akan di
deteksi atau diindera adalah leher depan dan dada. Alasan pemilihan kedua
obyek tersebut karena keduanya merupakan obyek menghasilkan getaran
suara. Hasil pengujian mikrofon pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Pengujian mikrofon

Jarak dari
Kemampuan
No Obyek Suara sumber Keterangan
Deteksi
suara
1. Leher Pada saat
mikrofon
digunakan di
good leher, maka
+ 5 cm dapat
O menangkap
sinyal suara
secara
maksimal.
2. Dada Pada saat
mikrofon
digunakan di
dada, maka
medium + 20 cm kurang
Δ dapat
menangkap
sinyal suara
secara
maksimal.

Kesimpulan;
· Dilihat dari hasil pengujian didapat hasil bahwa jika mikrofon
digunakan di dada maka hasil penangkapan sinyal suara
commit to user
kurang maksimal hal ini disebabkan karena getaran suara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang dihasilkan di dada kurang kuat atau jauh dari sumber


suara.
· Dilihat dari hasil pengujian jika mikrofon digunakan di dekat
leher suara yang dihasilkan lebih bagus dan lebih sensitif hal
ini karena leher lebih dekat dengan sumber suara.
· Sehingga penggunaan mikrofon lebih disarankan untuk
dipasang di dekat leher. Semakin dekat mikrofon dengan
sumber suara maka suara yang dihasilkan akan lebih bagus.

4.4.3 Penentuan Estimasi Biaya Perancangan Mikrofon


Estimasi biaya dilakukan bertujuan memperkirakan besarnya biaya
yang dikeluarkan dalam perancangan mikrofon yang memberikan
kemudahan mobilitas bagi penggunanya. Asumsi biaya yang dihitung
meliputi biaya material, dan biaya non material.
Tabel 4.11 Estimasi biaya material

No Bahan Kegunaan pada mikrofon Biaya (Rp)


Sebagai bagian utama dari perancangan
1. Kain kolor 20.000
sebagai wadah sensor
Sebagai tempat atau rumah sensor dan
2. Perekat kain 20.000
komponen elektronika lain
3. Sensor kristal Sebagai komponen pengindera suara 500.000
Sebagai otak dari kerja seluruh
4. Kabel 20.000
komponen elektronika yang digunakan
Penghubung antara kabel dan alat
5. Jack 20.000
perekam suara
Jumlah 580.000

Dari tabel 4.11 diketahui bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan


pada pembelian material sebesar Rp 580.000,00. Biaya non material terdiri
dari biaya tenaga kerja (termasuk biaya proses permesinan) dan
transportasi. Besarnya biaya non material yang dikeluarkan, sebagi berikut.

Tabel 4.12 Estimasi biaya non material

No commit to
Biaya non material user
Pengeluaran biaya (Rp)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Biaya tenaga kerja 150000


2. Biaya transportasi 50000
Jumlah 200000

Besarnya biaya non material yang diperlukan dalam pembuatan


mikrofon hasil rancangan adalah sebesar Rp 200.000,00. Jadi total biaya
keseluruhan yang dikeluarkan pada pembuatan mikrofon adalah sebesar Rp
780.000,00.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian yang
telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi
hasil tersebut akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini.

5.1 ANALISIS HASIL PENELITIAN


Pada sub bab ini diuraikan mengenai analisis hasil rancangan terhadap
pemenuhan kriterianya, analisis hasil rancangan, dan analisis hasil pengujiannya.
Pada bagian akhir juga diberikan analisis pengembangan rancangan, agar dapat
memberikan gambaran terhadap inovasi lanjutan yang dapat dilakukan.

5.1.1 Analisis Pemenuhan Kriteria


Pada awal perencanaan, pembuatan rancangan dan prototipe mikrofon
memperhatikan kriteria perancangan produk. Analisis terhadap tiga kriteria
terpilih pada hasil rancangan dapat dijelaskan oleh tabel 5.1.
Tabel 5.1 Pemenuhan kriteria hasil rancangan

Pemenuhan
No Faktor Kriteria Keterangan
Kriteria
1. Performansi Kemampuan mikrofon untuk
good menangkap suara secara fokus sangat
O
bagus dengan catatan mikrofon harus
diletakkan sedekat mungkin dengan
sumber suara.
2. Pemasangan dan good Pemasangan dan pengoperasian mikrofon ini
pengoperasian O sangat mudah sehingga tidak lagi
membutuhkan operator.
3. Ukuran dan berat good Ukuran mikrofon ini relatif kecil dengan berat
O yang sangat ringan pula.

*kinerja dapat memenuhi sasaran yang diharapkan (O), kinerja tidak memenuhi sasaran dalam
beberapa hal (Δ), Kinerja tidak memadai (x).

Dari tiga buah kriteria di atas, terdapat semua kriteria yang terpenuhi
dengan baik pada prototipe mikrofon. Itu berarti bahwa mikrofon sudah
memenuhi sasaran yang diharapkan dalam semua aspek yang sesuai dengan
kriteria yang sudah ditetapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5.1.2 Analisis Hasil Rancangan


Mikrofon terdiri dari tiga bagian utama, yaitu perekat sensor, sensor dan
rangkaian elektronika. Perekat sensor merupakan bagian penting dari perancangan
mikrofon. Perekat sensor berfungsi sebagai media tempat atau wadah bagi sensor
dan rangakaian listriknya. Perekat sensor terdiri dari kain kolor dan kain perekat.
Kain kolor dipilih supaya sensor dapat dipasang secara fleksibel. Kain kolor yang
digunakan berwarna hitam supaya keberadaanya tidak terlalu mencolok. Kain
perekat digunakan untuk menghubungkan antara kedua ujung kain kolor supaya
dapat disatukan.
Sensor merupakan bagian terpenting dalam mikrofon. Sensor berfungsi
untuk menangkap getaran suara dan mengolahnya menjadi sumber suara bagi
speaker. Sensor terdiri dari dua bagian yaitu lempengan logam dan inti kristal.
Lempengan logam berfungsi untuk menangkap getaran suara. Lempengan logam
yang digunakan harus sangat tipis supaya dapat menangkap getaran. Sedangkan
inti kristal memiliki kemampuan untuk mengubah getaran suara tersebut menjadi
beda potensial atau energi listrik.
Rangkaian listrik atau elektronika merupakan bagian yang penting pada
rancangan mikrofon. Rangkaian listrik ini terdiri dari 2 komponen yaitu kabel dan
jack penghubung. Kabel berfungsi untuk menyalurkan energi listrik yang
dihasilkan oleh inti krital. Kabel yang digunakan berukuran sangat kecil. Diameter
kabel kira-kira 2 mm. Kabel yang dipilih harus berukuran kecil supaya
keberadaanya tidak mencolok tetapi harus disesuaikan dengan ukuran sensornya.
Jack penghubung adalah komponen paling akhir dari mikrofon. Komponen ini
berfungsi untuk menyalurkan energi listrik dari kabel ke speaker atau alat
perekam suara. Jack yang digunakan berjenis 1,5.

5.1.3 Analisis Hasil Pengujian Rancangan


Prototipe hasil rancangan mikrofon dilakukan pengujian supaya dapat
diketahui tempat pemasangan yang paling akurat untuk mendapatkan hasil suara
terbaik. Obyek yang di deteksi sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu leher dan dada.
Alasan pemilihan kedua obyek tersebut karena keduanya merupakan obyek yang
paling dekat dengan sumber suara. Contoh obyek suara adalah manusia. Sumber
commit to user
suara dari manusia adalah pita suara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Leher memiliki jarak kurang lebih 5 cm dari sumber suara, sedangkan


dada memiliki jarak kurang lebih 20 cm dari sumber suara. Berdasarkan dari hasil
penelitian, jika mikrofon diletakkan dileher akan mengahasilkan suara yang lebih
baik dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi daripada diletakkan di dada. Hal ini
disebabkan karena leher lebih dekat dengan sumber suara.

5.1.4 Pengembangan Hasil Rancangan


Setelah mengalami uji coba oleh pekerja perfilman, masih terdapat
beberapa kendala untuk mengimplementasikan prototipe tersebut secara nyata ke
dalam lingkungan perfilman. Diperlukan pengembangan lanjutan untuk
kesempurnaan hasil rancangan mikrofon berdasarkan masukan dari pekerja
perfilman, yaitu:
a. Keberadaan mikrofon sangat mencolok
Mikrofon ini sesuai dengan analisis penelitian akan menghasilkan suara
terbaik jika dipasang pada leher. Akan tetapi jika dipasang di leher keberadaanya
sangat mencolok sehingga dapat terpantau di kamera. Dengan demikian
diharapkan untuk perancangan kedepannya dibuat mikrofon yang dengan
teknologi sensor lebih sensitif dan dapat dipasang di dada, sehingga keberadaanya
tidak mencolok.
b. Mikrofon kurang nyaman.
Mikrofon dipasang di leher dengan ukuran 25 cm x 2 mm x 2,5 cm.
Walaupun mikrofon lolos uji ukuran dan berat akan tetapi menurut masukan
pemain film masih kurang nyaman digunakan dileher. Dengan demikian
diharapkan perancangan kedepannya dibuat mikrofon dengan bahan yang lebih
ringan dan lebih nyaman digunakan.
c. Kabel sering putus
Rangkaian elektronika pada mikrofon hasil rancangan menggunakan kabel
denagan jari-jari 1 mm. Ukuran yang sangat kecil ini membuat kabel menjadi
rapuh dan mudah lepas sangat pengoperasian.
5.2 INTERPRETASI HASIL
Rancangan mikrofon dengan teknologi sensor dibuat untuk membantu
mobilitas pekerja perfilman. Dengan input berupa getaran suara dan output berupa
commit to user
getaran listrik diharapkan mampu mengurangi beban kerja operator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hasil pengujian prototipe menunjukkan, kemampuan deteksi sensor pada


leher dapat menghasilkan suara lebih baik jika dibandingkan pada dada dengan
rentang jarak kurang lebih 15 cm. Seperti layaknya penelitian yang lain, hasil
rancangan mikrofon yang baru pada penelitian ini masih memiliki beberapa
kekurangan. Diantaranya adalah keberadaan mikrofon saat digunakan sangat
mencolok, mikrofon kurang nyaman dipakai pemain film dan kabel pada
rangakaian elektronikanya masih sering putus. Perbaikan dan pengembangan
lanjutan pada hasil rancangan dapat membantu kinerja, serta memberikan
kenyamanan pada pekerja perfilman pada saat mobilitas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Perancangan mikrofon menggunakan teknologi sensor kristal merupakan


usaha penelitian yang dilakukan untuk membantu meningkatkan mobilitas pekerja
perfilman. Ikhtisar hasil penelitian terangkum dalam kesimpulan serta masukan
perbaikan untuk penelitian selanjutnya tertuang dalam saran penelitian.

6.1 KESIMPULAN
Hasil kesimpulan penelitian mengenai perancangan mikrofon dengan
menggunakan crystal sensor adalah, penelitian ini telah menghasilkan prototipe
rancangan mikrofon dengan menggunakan teknologi sensor untuk membantu
meningkatkan mobilitas pekerja perfilman dalam hal ini adalah operator boomer
dan pemain film yang mampu mendeteksi sinyal suara secara fokus dengan output
berupa getaran listrik.

6.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian
selanjutnya, sebagai berikut:
1. Desain rancangan mikrofon dibuat supaya lebih nyaman saat digunakan
dengan keberadaan yang tidak mencolok.
2. Rangkaian elektronika pada bagian sambungan kabel harus dibuat lebih kuat
supaya tidak mudah putus.

commit to user

You might also like