Professional Documents
Culture Documents
2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
Sutrisno Adi Prayitno1*, Sugiyati Ningrum1, Domas Galih Patria), Silvy Novita Antrisna
Putri), Dwi Retnaningtas Utami1 dan Rahmad Jumadi 2
1
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Gresik
2
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Gresik
Jl. Sumatera No. 101 Gresik Kota Baru (GKB), Jawa Timur 61121
Email korespondensi : sutrisnoadi2007@umg.ac.id , Telp 081352200795
71
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
ABSTRAK
Senyawa etilen digunakan dalam penanganan pasca panen produk hortikultura untuk
mempercepat proses pemasakan. Penyimpanan dan pengemasan yang baik akan menjaga
kualitas produk hortikultura. Produk hortikultura mengalami metabolisme lebih lanjut bahkan
setelah dipanen seperti transpirasi, respirasi, pemasakan, atau pematangan. Untuk mencegah
kerusakan yang cepat pada produk hortikultura (fisik, gizi dan sensorik), penanganan pasca
panen memerlukan dosis etilen yang tepat, pengemasan yang tepat dan penyimpanan yang tepat
selama penanganan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui pengaruh gas
etilen pada tahap pemeraman buah pisang dan cara pengemasan buah jeruk terhadap perubahan
kualitas selama penyimpanan pasca panen. Dalam penelitian ini mengunakan data deskriptif
kuantitatid yang hanya membandingkan parameter uji dengan setiap perlakuan yang diberikan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh senyawa etilen pada proses pemasakan buah
pisang terhadap sifat sensori, warna berubah dari kuning menjadi coklat kehitaman, aroma
menjadi lebih harum dan rasa manis menjadi asam manis; meningkatkan nilai TSS dan
menurunkan bobot pisang. Kemasan plastik yang dilengkapi dengan lubang juga
mempengaruhi kualitas jeruk yaitu susut bobot buah jeruk yang lebih rendah dan karakteristik
sensori yang lebih baik pada tekstur dan warna dibandingkan dengan jeruk yang dikemas dalam
plastik tanpa lubang. Oleh karena itu, penyimpanan buah jeruk dalam kondisi kedap udara tidak
dianjurkan karena dapat membuat CO2 terperangkap dan menumpuk di dalam kemasan yang
dapat mengakibatkan terbentuknya tetesan air atau embun yang mempengaruhi kualitas buah
jeruk.
72
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
pematangannya buah dan sayur (Aghdam et Perubahan mutu buah dan sayuran berupa
al., 2020). Selain itu, biasanya para petani tekstur selama penyimpanan juga terjadi
menambahkan kalsium karbida dalam proses akibat adanya perubahan komposisi senyawa
percepatan pematangan buah karena mudah yang menyusun bagian dinding sel dan
didapatkan dan diterapkan (Roy et al., 2021). elemen makro lainnya (Shu et al., 2020).
Namun, keberadaan gas etilen berlebih yang Senyawa ini diantara yakni selulosa,
dihasilkan pada saat pematangan hemiselulosa dan protopektin yang
berpengaruh terhadap kerusakan produk terkandung pada buah dan sayur yang
hortikultura yang semakin cepat (Xu et al., mengalami degradasi dan bisa menyebabkan
2020). Pada proses pematangan buah dan pelunakan jaringan pasca pemanenan dan
sayur juga dipengaruhi oleh faktor exogenous degradasi pati menjadi gula sederhana
dan endogenous yang meliputi suhu, (sukrosa, glukosa, fruktosa) dan asam-asam
kelembaban, aktivitas enzim atau organic yang menyebakan perubahan rasa
sinar/pecahayaan (Duan et al., 2007: Singh et dan aroma. Perubahan mutu lainnya yakni
al., 2009: Manjunatha et al., 2010). perubahan warna yang terjadi karena klorofil
Buah dan sayur termasuk kedalam pada bahan menurun akibat perubahan pH,
produk yang bersifat perishable food atau aktivitas enzim oksidatif, dan enzim
mudah rusak (Wills, 2021). Komoditas khlorofilase yang menyebabkan pencoklatan
tersebut mudah mengalami kerusakan pada kulit buah (Hasimi et al., 2016).
(Zhang et al., 2021) selain disebabkan oleh Proses pematangan buah berlangsung
peningkatan laju respirasi dan gas etilen juga secara alami dan merupakan perkembangan
disebabkan oleh tingginya kandungan air akhir (Ahlawat & Liu, 2021). Kelangsungan
diatas 80% sehingga memungkinan ini dipengaruhi oleh fitohormon etilen (Cui et
terjadinya transpirasi atau penguapan al., 2020). Fitohormon etilen merupakan gas
kandungan air ke lingkungan pasca yang dihasilkan buah secara alami ketika
pemanenan dan penyimpanan (Giannakourou memasuki fase senescene (pelayuan) (Chen
& Tsironi, 2021). Hal ini mengakibatkan et al., 2021: Wei et al., 2021). Penggunaan
penurunan mutu buah dan sayur yakni hormon etilen bisa merangsang dalam proses
menjadi layu atau kehilangan tekstur aslinya, pematangan buah, yang mana dalam proses
susut bobot serta perubahan aroma bahan ini terjadi serangkaian perubahan fisikokima
akibat menguapnya senyawa volatile spesifik yang menentukan kualitas buah dan sayur
bahan. Etilen juga dapat meningkatkan setelah dipanen. Perubahan tersebut meliputi
aktivitas enzim katalase, peroksidase dan perubahan pada warna, bobot, tekstur dan
amilase pada buah (Ke et al., 2018). aroma (Tan et al., 2021). Untuk itu,
73
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
penanganan pasca panen sebagai usaha calcium carbida (CaC2) sedangkan alatnya
dalam menekan kecepatan respirasi dan adalah plastik PP 2 kg, timbangan digital,
produksi senyawa etilen pada proses pisau, tisu, Hand refractometer.
pemantangan pada buah klimaterik perlu Metode
dilakukan dengan baik. Berikut beberapa tahapan metode
Proses penyimpanan produk penelitian yang digunakan:
hortikultura juga tidak bisa terlepas dari Pengaruh etilen terhadap kemasakan buah
kemasan yang digunakan untuk melindungi pisang
mutu atau kualitas agar tetap terjaga. Bahan Buah pisang matang (kulit buah masih
pengemas yang sesuai berdasarkan sifat buah hijau) dan diberi perlakuan: Tanpa
dan sayur yang paling banyak digunakan penambahan karbit (K) yang hanya
ialah plastik karena sifatnya yang elastis, dimasukkan ke dalam wadah, buah pisang
dapat menilai kualitas produk secara fisik wadah dan ditutup rapat (A), buah pisang
dengan mudah (Giannakourou & Tsironi, ditambahkan karbit 20g dan dibungkus
2021). Petani seringkali belum banyak dengan kain basah dimasukkan dalam wadah
menmahai sistem pen gendalian mutu pada yang tertutup rapat (B). Kemudian disimpan
pasca panen, sehingga resiko kerusakan pada selama 5 hari dalam wadah yang sesuai
hasil panen mudah dan cepat mengalami perlakuan pada suhu ruang dan diamati
penggunaan bahan pematang belum banyak 4 dan 5 yang meliputi warna, aroma, tekstur
tepat. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk Pengaruh etilen terhadap kemasakan buah
pisang dengan pengamatan sensori
mengamati dan mengetahui pengaruh gas
Pisang yang sudah matang optimal
etilen (dari calcium carbide) pada tahap
dengan ciri-ciri kulit buah masih berwarna
pematangan buah pisang dan cara
hijau dimasukkan ke dalam kardus dengan
pengemasan buah jeruk terhadap perubahan
beberapa perlakuan. Pisang diberi beberapa
kualitas (sensori) selama penyimpanan pasca
perlakuan antara lain pisang tanpa karbit
panen.
sebagai kontrol. Kemudian pisang yang
kedua diberi karbit sebanyak 24g. Kemudian
BAHAN DAN METODOLOGI
pisang yang ketiga diberi karbit sebanyak
Bahan
24g dan dibungkus dengan tisu yang sudah
Bahan yang diamati dalam penelitian
diperciki air. Pisang yang sudah diberi
ini adalah buah pisang dan jeruk serta
74
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
Buah jeruk dipilih yang memiliki mutu pematangan di pohon. Lain halnya pada
baik, dan dibuang bagian yang tidak produk hortikultura yang bersifat klimaterik,
diperlukan lalu dicuci bersih dan proses penyimpanan pasca panen yang
dengan perlakuan tanpa lubang, dengan pematangannya karena pada tahap ini terjadi
lubang (sebanyak 6 buah lubang) dan kontrol peningkatan laju respirasi yang diikuti oleh
(tanpa dikemas). Sekitar 200 g buah jeruk produksi gas etilen yang meningkat
kantung dan diikat. Berat buah jeruk dicatat yang termasuk ke dalam golongan buah yang
pada awal penyimpanan. Diletakkan pada bersifat klimaterik bisa dipercepat proses
suhu kamar. Perubahan yang terjadi diamati pematangannya dengan menambahkan gas
setiap hari selama 5 hari terhadap: berat, etilen yang diperoleh dari kalsium karbida.
75
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
76
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
Perubahan TSS (Total Suspended Solid) jumlah TSS yang terbentuk. Semakin lama
Dalam proses pemeraman buah pisang, penyimpanan, maka jumlah TSS juga
proses biokimia terjadi dan mengakibatkan semakin meningkat. Peningkatan kadar TSS
perubahan pada pangan tersebut. Lama ini berkaitan dengan jumlah gula yang
pemeraman buah pisang mengakibatkan terbentuk saat proses reaksi kimia dan
terjadinya kenaikan pada jumlah padatan biokimia yang terjadi selama pemeraman dan
terlarut (TSS, Total Suspended Solid) pada pematangan. Dalam proses tersebut terjadi
bahan. Adapun hasil penelitian dapat pemecahan komponen makro kompleks
ditunjukkan pada gambar 1. seperti karbohidrat golongan pati. Hal ini
menyebabkan penurunan pati bahan dan
Perubahan padatan terlarut selama
penyimpanan terkonversi menjadi sukrosa, hal inilah yang
30 24 25 menyebabkan peningkatan kadar TSS pada
25 21 22
20
Kadar TSS
20
15
tingginya nilai TSS ini juga disebabakan oleh
10
5 laju perombakan pati menjadi glukosa yang
0
1 2 3 4 5 terlalu cepat daripada proses pemanfaatan
Hari Ke glukosa menjadi energi dan H2O (Amiarsi,
2012).
Gambar 1. Perubahan TSS selama masa simpan Perubahan berat pada buah pisang
Dalam proses penyimpanan buah
Pengukuran Total Suspended Solids pisang (pemeraman) akan terjadi perubahan
(TSS) dilakukan dengan menggunakan hand susut berat. Perubahan susut berat yang
refractometer. Pengukuran TSS dilakukan semakin tinggi menunjukkan adanya
dengan melarutkan sedikit daging buah perubahan kualitas dari buah pisang yang
pisang menggunakan cawan petri dan ditandai dengan pelayuan dan buah sudah
sendok. Larutan pisang diletakkan pada lensa mulai mengalami kerusakan (Praja et al.,
hand refractometer kemudian diamati dan 2021).
nomor yang muncul pada layer merupakan Dalam penyimpanan, terjadi perubahan
TSS dalam buah. Pada hari ke 0 TSS nomor pada berat pisang yang terkait dengan proses
yang muncul yaitu 20 % Brix, hari ke 1 metabolisme lanjutan dan adanya pengaruh
mengalami kenaikan menjadi 21 % Brix, hari dari senyawa etilen (calcium carbide) yang
ke 2 menjadi 22 % Brix, hari ke 3 menjadi diberikan sebagai perlakuan. Pengamatan
24 % Brix dan hari ke 4 menjadi 25 % Brix. perubahan berat dilakuan selama 2 hari.
Lama penyimpanan berpengaruh terhadap
77
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
Adapun hasil perubahan terebut dapat dilihat dari 10 hinggs 20oC menghasilkan
pada gambar 2. peningkatan nilai transpirasi sebesar ±90%.
78
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
Berat (g)
320
310
300
290
280
0 1 2 3 4 5
Hari Ke
Kontrol 325 315 299 311 310 309
Plastik tanpa lubang 327 332 322 323 326 326
Plastik dengan lubang 326 333 327 326 324 326
perbedaan dari teori. Seharusnya pada suhu menyebabkan berat buah berkurang. Buah
kamar, pada buah seharusnya mengalami yang mengalami penyimpanan dalam
penurunan berat akibat terjadinya respirasi ruangan terbuka, penguapan air buah dan
yang bebas. Penyimpangan tersebut didugan respirasi tidak dapat dihambat, sedangkan
terjadi karena RH yang berubah yang pada plastik hanya sebagian air yang dapat
mempengaruhi kandungan uap air. menguap (Santo et al., 2020). Perlakuan
Jika dihitung selisih berat buah awal kemasan plastik dapat menahan atau
dan akhir, maka dapat diketahui bahwa jeruk menghambat laju perubahan berat dengan
yang tidak dikemas (control) mengalami menghalangi transfer gas CO2, O2, dan uap
susut berat sebesar 4,9%, sedangkan pada air (Giannakourou & Tsironi, 2021).
perlakuan plastik tanpa lubang dan dengan Kemasan plastik memberikan
lubang mengalami susut berat yang lebih perlindungan dari kehilangan air pada buah
rendah yakni 0,3% dan 0%. Persentase jeruk, sehingga jeruk yang dikemas masih
kehilangan berat terendah diperoleh dari terlihat segar. Kemasan plastik tanpa lubang
perlakuan plastik dengan lubang dan menyebabkan uap air terjebak dalam plastik,
persentase kehilangan berat tertinggi terdapat sehingga menyebabkan munculnya air pada
pada kontrol. Faktor penyebabnya adalah kemasan yang dapat menimbulkan
teknik penyimpanan pada kontrol terjadi kebusukan jeruk atau kemunduran mutu.
proses penguapan air dan respirasi Biasanya kemasan plastik dengan lubang
berlangsung lebih cepat daripada yang diaplikasikan sebagai pengemas produk
disimpan dalam kemasan. Keadaan tersebut hortikultura untuk menghindari kerusakan
79
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
yang diakibatkan oleh akumulasi gas CO2 Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui
dan penurunan gas O2 yang menyebabkan bahwa buah jeruk semakin lama dalam
pembentukan aroma yang tidak diinginkan penyimpanan (hari) tekstur pada buah
pada kemasan rapat, sehingga oksigen bebas berubah menjadi lebih empuk atau lunak.
akan dipakai secara cepat pada proses Selain disebabkan oleh laju transpirasi dan
respirasi sehingga lama kelamaan akan habis respirasi, perubahan tekstur juga ditentukan
dan proses respirasi berubah menjadi oleh kadar pektin di dalam buah tersebut.
respirasi anaerob yang dapat membentuk Degradasi pektin disebabkan karena adanya
senyawa volatile seperti alcohol dan CO2 aktivitas enzim yang berpengaruh pada
(Anggraini dan Permatasari, 2017). tekstur buah (melunak). Enzim yang
berperan dalam perubahan tekstur buah
Perubahan Mutu Sensori Jeruk
jeruk adalah pektin-metil esterase dan enzim
Tekstur Pada Jeruk
poligalac-turonase (Liu et al., 2020).
Selama proses pengemasan dan
Selama pematangan dan penyimpanan
penyimpanan buah jeruk mengalami
buah, sebagian propektin tidak larut dalam
perubahan salah satunya dari tektur jeruk.
air berubah menjadi pektin yang larut dalam
Pengukuran atau uji keepmukan dengan
air. Hal ini menyebabkan penurunan daya
menggunakan skala atau skoring angka 1-3.
kohesi dinding sel yang mengikat satu
Angka 1 menunjukkan keadaan kokoh, angka
dengan lainnya dan mengakibatkan
2 menunjukan keadaan empuk dan angka 3
penurunan kekerasan pada buah/buah
menunjukan keadaan sempuk berair.
menjadi lunak (Huang et al., 2022). Dari
Pengujian perubahan tekstur pada buah ini
pernyataan tersebut dibuktikan dengan
hanya menggunakan indera peraba melalui
perubahan tekstur menjadi lebih lunak pada
pemberian tekanan pada buah menggunakan
ketiga perlakuan tersebut sedangkan
jari. Perubahan tersebut bisa terjadi pada
perbedaan kecepatan perubahan tekstur
warna kulit dan tekstur pada jeruk yang dapat
disebabkan adanya penghalang (plastik
dilihat pada tabel 2 berikut.
pengemas). Penggunaan plastik dengan
Tabel 1. Perubahan Tekstur Buah Jeruk
Observasi Hari ke lubang memberikan pengaruh terhadap
Perlakuan
0 1 2 3 4 5 perubahan tekstur yang lebih lambat, karena
Kontrol 1 2 2 3 3 3
lubang plastik memungkinkan adanya
Plastik tidak 1 1 2 2 2 3
berlubang pertukaran uap air, CO2 dan O2 yang lebih
Plastik berlubang 1 1 2 2 2 2
Keterangan: 1= Kokoh, 2= empuk, 3 = empuk berair
baik dalam menghambat terjadinya
penurunan mutu daripada kemasan plastik
tanpa lubang (Anggraini dan Permatasari,
80
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
2017). Oleh karena itu, perubahan tekstur kandungan klorofil kulit jeruk akan menurun
akan lebih cepat terjadi pada buah jeruk yang seiring dengan lama waktu penyimpanan.
dikemas tanpa lubang. Terjadinya degradasi klorofil ialah indikator
yang utama dalam menentukan tingkat
Perubahan warna pada jeruk
kematangan pada buah jeruk. Adanya gas
Warna merupakan indikator pada
etilen pada jeruk menyebabkan degradasi
buah yang disimpan. Warna yang menarik
klorofil pada kulit buah, sehingga terbentuk
akan memberikan kesan yang menarik,
pigmen karotenoid (jingga) (Santo et al.,
sehingga konsumen memiliki ketertarikan
2020).
terhadap produk. Dalam pengujian warna
Dari hasil pengamatan pada suhu
hanya melihat secara sensori dengan
ruang, penyimpanan buah jeruk dengan
membandingkan keadaan awal hingga akhir
plastik mampu memperkecil perubahan
pada hari hari pelakuan tanpa menggunakan
warna. Hal ini didukung dengan penelitian,
alat uji warna (krometer). Adapun hasil
bahwa kemasan plastik menghasilkan skor
pengamatan perubahan warna jeruk dapat
sensorik warna lebih tinggi (Fernández-
dilihat pada tabel 3.
Serrano et al., 2020). Selain itu, pemberian
Tabel 3. Perubahan warna jeruk
kemasan juga berfungsi untuk menghambat
Observasi Hari ke
Perlakuan
0 1 2 3 4 5 proses terjadinya degradasi pigmen pada
Kontrol x x y y y y
buah.
Plastik tidak y y y y y y
berlubang Perubahan titik – titik air
Plastik berlubang y y y y y y
Buah jeruk umumnya bersifat mudah
Ket : x= hijau kekuningan; y= oranye
rusak (perishable food) karena mengandung
Warna adalah atribut dalam penentu
mutu buah yang perlu diperhatikan, karena banyak air dan setelah panen, aktivitas atau
proses respirasi dan transpirasi masih terjadi.
menjadi indikator penting sensori bagi
konsumen dalam menilai kualitas sebelum Jeruk adalah buah non-klimaterik dengan
laju respirasi dan transpirasi lambat.
mempertimbangkan parameter lain (nilai
Kelembapan yang sesuai dapat
gizi, rasa, dan lain-lain). Warna buah secara
dipergunakan dalam memperpanjang masa
alami dipengaruhi oleh kandungan pigmen
simpan dan keamanan produk buah terhadap
yang terdapat pada buah tersebut. Dalam
serangan mikroba/ patogen.
penyimpanan buah jeruk, kulit jeruk
Penggunaan kemasan plastik untuk
mengalami perubahan warna karena adanya
penyimpanan buah dapat menciptakan
degradasi klorofil. Hal ini sesuai dengan
kondisi atmosfer menguntungkan (Qu et al.,
Hasimi et al., (2016) yang menyatakan bahwa
2022) dikarenakan komposisi gas pada
81
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
kemasan (O2 dan CO2) yang terbatas perlakuan plastik dengan lubang merupakan
dibandingkan komposis gas pada langkah yang tepat dalam penyimpanan
lingkungan normal, sehingga dapat buah jeruk, dikarenakan uap air yang
menghambat aktivitas respirasi dan dihasilkan dapat keluar dan akhirnya masa
transpirasi. Prose penentuan ada tidaknya simpan buah akan lebih lama. Hal ini juga
titik-titik air disimbolkan dengan beberap sesuai pendapat dalam penelitian bahwa
kode diantaranya kode (–) artinya tidak ada pada plastik berlubang dibutuhkan untuk
titik air, kode (*) artinya sedikit titik air dan proses sirkulasi yang berfungsi membuang
kode (x) artinya banyak titik air. Tabel kalor (panas) yang dihasilkan dari hasil
perubahan titik – titik air dapat dilihat pada aktivitas respirasi atau panas yang masuk
tabel 4. dari lingkungan luar (Qu et al., 2022).
Tabel 4. Tabel perubahan titik –titik air
KESIMPULAN
Observasi Hari ke
Perlakuan
0 1 2 3 4 5 Terdapat pengaruh senyawa etilen pada
Kontrol - - - - - - proses pematangan buah pisang terhadap
Plastik tidak - - * * x x
berlubang karakarakteristik sensorinya yaitu warna
Plastik berlubang - - - - * * yang berubah dari warna kuning menjadi
Ket : - = tidak ada; *= sedikit; x= banyak
coklat kehitaman, aroma yang semakin
Berdasarkan Tabel 4, pada perlakuan
harum dan rasa manis menjadi manis asam;
plastik tanpa lubang menghasilkan air yang
terjadi peningkatan nilai TSS serta bobot
cukup banyak, karena buah jeruk masih
pisang mengalami penyusutan. Pengemas
mengalami aktivitas transpirasi. Transpirasi
plastik dengan lubang perforasi memberikan
menyebabkan suatu produk kehilangan air
pengaruh terhadap susut berat pada buah
melalui pori-pori kulit jeruk. Adanya proses
jeruk yang rendah dan karakteristik sensori
tersebut uap air yang keluar dari buah jeruk
yang lebih baik pada tekstur, warna
terjebak di dalam kemasan karena tidak
dibanding dengan buah jeruk yang dikemas
adanya lubang. Jika hal tersebut terus terjadi,
plastik tanpa lubang. Sehingga penyimpanan
uap air tersebut akan menyebabkan kondisi
buah jeruk pada kondisi yang tertutup rapat
di dalam plastik menjadi lembab, sehingga
tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
jeruk rentan terserang kapang (molds) yang
terperangkapnya CO2 dan terakumulasi di
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
dalam kemasan yang dapat mengakibatkan
atau pembusukan sedangkan jika jeruk
terbentuknya titik – titik air atau embun yang
disimpan dengan perlakuan kontrol, laju
berpengaruh pada mutu buah jeruk.
respirasi akan berlangsung dengan cepat,
karena prosesnya membutuhkan O2. Pada
82
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
83
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
84
Agroindustrial Technology Journal Vol.7 No.2 (2023) 71-85
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/atj.v7i2.9288
85