You are on page 1of 13

Konsep Filsafat Plato dan Kesesuaiannya dengan Pola Pendidikan Modern

Kelompok 9 : Muhammad Dzaki Win Jarwoko, Earnest Sherin Amalia, Indrati Dwi
Cahyani, Nur Fahni
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISOSNGO SEMARANG
2023
Abstract
From the research in this article, we can find out about Plato's philosophical thoughts
and their relevance in the context of today's education. Plato played an important role in
shaping the foundations of his educational philosophy, which has an impact that is still being
felt today. This study analyzes Plato's ideas about the formation of character and knowledge
as the basis of education. Plato's deep philosophical thinking on education refers to the
philosophical ideas and intellectual concepts found in learning from elementary to university
level. Plato's concept of education remains relevant in modern education patterns. His theory
which focuses on dialogue and discussion as a learning method highlights that learning is not
only about transferring knowledge from teacher to student, but also about developing critical
thinking, questioning, and reflection. In this article, his research uses qualitative methods
which aim to explore a deep understanding of Plato's philosophical thought. The implications
of Plato's thought include aspects of holistic education, an emphasis on justice, philosophical
leadership, a dialogical approach, selection and grouping of students, emphasis on morality,
the teacher's role as a guide, and lifelong education. Understanding Plato's concept allows
educators to create an educational environment that encourages students' holistic
development in the context of modern education. This article aims to find out the leading
philosopher from Greece, namely Plato and understand the fruit of his thinking. From the
results of Plato's thought it is hoped that it can become a source of reference and be adapted
to modern educational concepts.
Keywords: Plato, Education, Relevance.

ABSTRAK
Dari penelitian pada artikel ini dapat kita ketahui pemikiran filosofis Plato dan
relevansinya dalam konteks pendidikan masa kini. Plato memainkan peran penting dalam
membentuk dasar-dasar filsafat pendidikan, yang memiliki dampak yang masih dirasakan
hingga hari ini. Penelitian ini menganalisis gagasan Plato tentang pembentukan karakter dan
pengetahuan sebagai landasan pendidikan. Pemikiran filsafat Plato yang mendalam tentang
pendidikan mengacu pada ide-ide filsafat dan konsep-konsep intelektual yang ditemukan
dalam pembelajaran dari tingkat dasar hingga tingkat universitas. Konsep Plato tentang
pendidikan tetap relevan dalam pola pendidikan modern. Teorinya yang berfokus pada dialog
dan diskusi sebagai metode pembelajaran menyoroti bahwa pembelajaran bukan hanya
tentang transfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi juga tentang pengembangan pemikiran
kritis, pertanyaan, dan refleksi. Pada artikel ini dalam penelitiannya menggunakan metode
kualitatif yang bertujuan untuk menggali pemahaman mendalam tentang pemikiran filsafat
Plato. Implikasi pemikiran Plato mencakup aspek pendidikan holistik, penekanan pada
keadilan, kepemimpinan filosofis, pendekatan dialogis, seleksi dan pengelompokan siswa,
penekanan moralitas, peran guru sebagai pemandu, dan pendidikan sepanjang hidup.
Memahami konsep Plato memungkinkan pendidik untuk menciptakan lingkungan pendidikan
yang mendorong perkembangan siswa secara holistik dalam konteks pendidikan modern.
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui sosok filsuf terkemuka asal Yunani yaitu Plato dan
memahami buah hasil pemikiran beliau. Dari buah hasil pemikiran Plato diharapkan dapat
menjadi sumber refrensi dan disesuaikan dengan konsep pendidikan modern.
Kata Kunci : Plato, Pendidikan, Relevansi.

METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode kualitatif yang
bertujuan untuk menggali pemahaman mendalam tentang pemikiran filsafat Plato dan sejauh
mana relevansinya dengan pola pendidikan modern. Pertama, penelitian ini akan melibatkan
analisis tekstual dari karya-karya asli Plato seperti "Republik" dan "Faidros" untuk
mengidentifikasi konsep-konsep kunci yang berkaitan dengan pendidikan. Kami akan
memeriksa argumen-argumen dan pandangan Plato tentang pendidikan, serta konsep-konsep
seperti teori ide, dialog, dan pembentukan karakter. Kedua, kami akan melakukan studi kasus
untuk memahami bagaimana konsep-konsep ini telah diterapkan dalam praktik pendidikan
modern. Ini akan melibatkan wawancara dengan pendidik dan pengamatan di institusi
pendidikan yang menerapkan elemen-elemen pemikiran Plato. Selanjutnya, analisis kualitatif
akan digunakan untuk menggambarkan dampak pemikiran Plato terhadap pendidikan saat ini
dan memahami bagaimana pendekatan ini memengaruhi proses pembelajaran dan
perkembangan siswa.
Metode penelitian ini juga akan mencakup analisis komparatif dengan teori-teori pendidikan
kontemporer lainnya, seperti pendekatan konstruktivis, pendidikan holistik, dan pendidikan
karakter. Ini akan membantu kami mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan konsep Plato
dalam konteks pendidikan modern. Kami juga menggunakan metode literasi dengan
mengumpulkan sumber refrensi dari buku-buku dan jurnal terpercaya. Metode literasi ini
dilakukan guna menjamin keaslian sumber dan kebenaran materi pada artikel ini. Tempat
yang kami pilih untuk melakukan metode literasi ini yaitu Perpustakaan UIN Walisongo
Semarang. Kesimpulan dari penelitian ini akan merumuskan temuan kami tentang relevansi
pemikiran Plato dalam pendidikan saat ini, dan implikasinya terhadap praktik pendidikan
serta bagaimana pendidik dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan pendidikan holistik
yang berfokus pada pemikiran kritis dan refleksi.

PENDAHULUAN
Plato adalah seorang filsuf kondang asal Yunani. Ia lahir ditengah keluarga yang
terpandang. Bapaknya bernama Ariston dan ibunya bernama Pericyione. Selain seorang
filsuf, Plato juga dikenal sebagai pemikir politik. Salah satu pemikiran Plato yang terkenal
dan terus berkembang hingga saat ini adalah idea. Menurut Plato, ide bisa muncul dalam diri
setiap manusia. Plato juga menaruh perhatian khusus mengenai teori-teori pendidikan. Dalam
bukunya yang berjudul Poleteia ia menegaskan bahwa pendidikan adalah urusan penting bagi
negara. Tujuan pendidikan menurut Plato adalah mengembangkan, menanamkan, dan
mengarahkan kepada kebenaran hakiki yang bersifat abadi. Menurut Plato, terdapat metode
pendidikan pada tingkat dasar, yang meliputi metode game, role playing, simulasi, dan
permainan. Dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan menurut Plato adalah metode
pendidikan yang menyenangkan sehingga dapat mengembangkan kreativitas murid sesuai
dengan potensinya masing-masing.
Konsep pendidikan menurut Plato merujuk pada pendidikan filsafat dan konsep ide
melalui pendidikan ke jenjang yang dimulai dari TK hingga kuliah. Pemikiran Plato
mengenai pendidikan masih memiliki relevansi dengan pendidikan masa kini. Teorinya
tentang pembelajaran dengan menggunakan konsep dialog dan diskusi mengandung makna
bahwasannya belajar tidak hanya proses transfer pengetahuam dari narasumber (guru) ke
murid, namun juga tentang cara berpikir kritis, pertanyaan, dan refleksi. Cara
mengimplementasikan pemikiran Plato mencakup beberapa aspek, yaitu pendidikan holistik,
pendidikan untuk keadilan, penekanan dan kepemimpinan filosofis, pendekatan dialogis,
seleksi dan pengelompokan siswa, penekanan pada moralitas, peran guru sebagai pemandu,
dan pendidikan seumur hidup. Dengan memahami konsep pemikiran Plato, tenaga pendidik
diharapkan menciptakan lingkungan pendidikan yang mendorong perkembangan siswa secara
holistik.

A.BIOGRAFI
Plato lahir pada tahun 427 M. Ia lahir ketika Yunani menjadi pusat kebudayaan besar
selama empat abad. Plotinos dijuluki al-Syakh al-Yunani, sementara dalam tradisi Islam yang
sama menyebut Platon menjadi Aflatun. Saat ini, orang Italia menuliskannya dengan
tambahan “e’’ menjadi Platone. Orang Inggris menamainya Plato. Sementara kita di
Indonesia selalu menuliskannya dengan Platon. Plato lahir dalam sebuah keluarga bangsawan
Athena yang kaya raya. Generasi orang tua dan kakeknya sudah hidup selama setengah abad
kebangkitan Athenamenuju kebesaran dan kekuasaannya yang paling hebat. Keluarga Plato
terlibat aktif dalam kehidupan politik di kota nya secara langsung. Ia masih keturunan dari
raja terakhir Athena. Kakek dari sisi ibunya bernama Periktione dan dari pihak ayahnya
bernama Ariston. Plato memiliki dua saudara laki laki bernama Adeimantos dan Glaukon, ia
juga memiliki satu saudari perempuan bernama Potone. Saat Plato lahir, ayahnya meninggal
lalau ibunya menikah lagi dan menghasilkan saudara laki-laki Plato bernama Antipon. Plato
atau Platon sendiri adalah nama julukan sementara nama aslinya adalah Aristokles. 1
Saat masa muda Plato gemar melukis dan menggambar. Ia juga menekuni filsafat
Kratilos. Selain itu Plato juga suka berdiskusi karena baginya berdikusi dapat bertukar
pikiran dengan orang lain dan mengambil manfaatnya. Pada masa itu Plato mempunyai guru
yang di idolai yaitu Socrates. Setelah Socrates meninggal, Plato memutuskan untuk pergi ke
berbagai daerah hingga akhirnya ia sampai di Sisilia, Italia. Disana ia bertemu dengan raja

1
Taufik hidayat, Sejarah Filsafat Yunani dari Msa Pra-Socrates Hingga Zaman Keemasan, Literasi Membaca,
Batu, 2020, hlm. 202
Dionysius dan akrab dengan keponakan raja yang bernama dion. Saat melihat kondisi
kerajaan yang sengsara, Plato dan Dion sepakat untuk menasehati raja nya dengan mengkritik
supaya dalam kerajaannya menggunakan pemikiran filsafat. Namun sayangnya Plato justru
dianggap orang berbahaya di kerajaan sehingga ia dibuang ke pasar budak. Saat di pasar
budak, Plato bertemu dengan muridnya dari Athena yang bernama Aninikers. Murid-murid
Athena yang lain pun ikut mendengar kabar tersebut lalu mengumpulkan uang untuk
menebus Plato. Namun Aninikers menolak dan menebus Plato dengan uang pribadinya.
Akhirnya uang yang terkumpul tersebut digunakan untuk mendirikan sekolah tempat Plato
mengajar dan dinamai dengan Akademia. Di Akademia Plato mengajarkan ilmu filsafat dan
ide-ide atau gagasan Plato dalam pemerintahan.2

B. Pola Pemikiran Filsafat Plato


Intisari pemikiran filsafat Plato adalah pendapatnya tentang idea. Konsep 'pengertian'
yang dikemukakan Sokrates diperdalam oleh Plato menjadi idea. Bukan hal yang mudah
untuk menjelaskan dengan sederhana apa maksud dari dunia idea sebagai realitas sebenarnya.
Namun topik ini harus dijabarkan karena menjadi pondasi utama filsafat Plato. Melampaui
antara empirisme atau rasional pada umumnya, bagi Plato, ide adalah realitas sebenarnya dari
segala sesuatu yang ada dan dapat dikenal lewat panca indra. Oleh karena itu, ide bukan
sekedar gagasan yang hanya berada dalam alam pikir manusia. Idea tidak sama dengan
pikiran. Plato melanjutkan bahwa pada dasarnya mengapa jiwa bisa membaca realita idea
karena sebelum manusia menjadi tubuh fisik sekarang, jiwa sudah ada terlebih dahulu dan
dekat dengan realita idea. Ketika jiwa mengingatkan kita tentang sesuatu, maka itu disebut
ingatan dari dunia idea yang menghasilkan pemahaman. “Segala pengetahuan adalah bentuk
daripada ingatan”.

Satu hal lagi yang penting untuk dikemukakan adalah bahwa Plato menyatakan di
antara dunia idea dan dunia badaniah terdapat ruang tengah yang di isi oleh dunia
matematika. Dunia ini membentang secara netral yang terdiri dari ilmu ukur dan bangunan.
Melompat mencapai dunia idea tidaklah mungkin terjadi, maka kita bisa menyicilnya dengan
menguasai ilmu matematika sebagai alat bagus memahami dunia idea yang luar biasa.
Matematika akan bisa menuntun orang pada gilirannya nanti masuk ke dalam dunia idea
Filsafat metematika merupakan pemikiran menyeluruh dan kompleks terhadap persoalan
mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan landasan dan dasar dari pengetahuan
metematika serta hubungan metematika di segala bidang kehidupan manusia, baik secara
epistemilogi, ontologi, metodologi, maupun aspek etis dan estetika pengetahuan matematika.
Menurut Plato, kekuatan Matematika adalah pada karakter Matematika itu sendiri. Walau
Matematika tidak sama dengan realitas, tetapi Matematika dapat digunakan untuk
menjelaskan dan memahami realitas.

Bahkan juga disebutkan dalam salah satu bentuk pemikiran Plato masalah negara
yang ideal, ialah pada saat kematian Socrates yang didasarkan atas ketidakadilan yang
diberikan kepada sang gurunya dan kelemahan pemerintah pada saat itu menegakkan yang
namanya keadilan. Itulah alasan Plato mulai berpikir bahwa hal yang paling penting dari
kehidupan ialah bersikap bijaksana. Dalam situasi apapun dan salah satu kutipan dari Plato
2
Izul Haq Lidinilah,”Kesejajaran Idea Plato dengan Doktrin Islam”, Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.5 No.1,
(2020), hlm.71
tentang kebijaksanaan adalah harga mati untuk sebuah pemerintahan, dan yang menjadi
pokok pertama yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam suatu negara ialah mampu
memiliki sikap kebijaksanaan yang tinggi. Pemikiran Plato berasal dari kekecewaan atas
kepemimpinan politikus saat itu, dan mulai membenci pemerintahan yang demokratis. Plato
percaya akan ajaran filsafat melalui berdialog itu lebih teruji untuk menghadirkan filsuf-filsuf
yang mampu bersikap bijaksana, dalam memimpin suatu negara dan bahkan dalam
gagasannya mengatakan pemerintahan yang seharusnya dipimpin oleh pemimpin yang bijak
dan baik, dan itu hasil pilihan dari negara untuk menghasilkan negara yang baik pula. Dengan
cara pemilihan atas sekumpulan para pemimpin masyarakat dan para penguasa, dari situlah
laki-laki dan perempuan punya hak yang sama dalam hal kepemimpinan.

Titik balik yang penting dalam perkembangan pemikiran Plato adalah pertemuannya
dengan tradisi yang hidup dari filsafat Pythagorean. Selama kunjungannya ke Syracuse, Plato
berkenalan dengan Archytas dari Tarentum, tokoh terkemuka dari madzhab Pythagorean.
Archytas adalah seorang ahli matematika yang pandai dan kompeten dalam analisis
matematis tentang hakikat musik. Ia juga merupakan seorang tokoh politik yang penting di
kotanya. Persahabatannya merupakan faktor penting dalam perkembangan minat Plato
terhadap filsafat Pythagorean. Pengaruh pemikiran Pythagorean pada Plato sama sekali tidak
diragukan terlepas dari bukti langsung dari banyak bagian dialog, kita memiliki kesaksian
eksplisit dari Aristoteles. Pengaruh Pythagorean secara jelas terbukti dalam dialog Meno.
Dialog tersebut sekali lagi membahas permasalahan tentang kebajikan. Archytas dari
Tarentum, tokoh terkemuka dari madzhab Pythagorean. Archytas adalah seorang ahli
matematika yang pandai dan kompeten dalam analisis matematis tentang hakikat musik. Ia
juga merupakan seorang tokoh politik yang penting di kotanya. Persahabatannya merupakan
faktor penting dalam perkembangan minat Plato terhadap filsafat Pythagorean. Pengaruh
pemikiran Pythagorean pada Plato sama sekali tidak diragukan terlepas dari bukti langsung
dari banyak bagian dialog, kita memiliki kesaksian eksplisit dari Aristoteles. 3
Plato kemudian menjelaskan bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua
dunia, yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap, bermacam-macam dan berubah dan
dunia ide yang bersifat tetap hanya satu macam yang tidak berubah. Dunia pengalaman
merupakan bayang-bayang dari dunia ide. Sedangkan dunia ide merupakan dunia yang
sesungguhnya, yaitu dunia realitas dan dunia inilah yang menjadi model dunia pengalaman.
Dengan demikian, dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas itu adalah "dunia ide".
Tentang Tuhan plato juga mengemukakan bahwa terdapat beberapa masalah bagi manusia
yang tidak pantas apabila tidak mengetahuinya. Pertama, manusia itu mempunyai Tuhan
sebagai penciptanya. Kedua, Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat oleh
manusia. Ketiga, Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyai peraturan
menjadi mempunyai peraturan.

Plato beraliran idealis-empiris yang bersifat matematis. Menurut Plato pendidikan


direncanakan dan di-program menjadi tiga tahap dengan tingkat usia, tahap pertama adalah
pendidikan yang diberikan kepada murid hingga sampai dua puluh tahun; dan tahap kedua,
dari usia dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun; sedangkan tahap ketiga, dari tiga puluh
tahun sampai usia empat puluh tahun. Ia juga mengemukakan bahwa anak yang
menggunakan inner speech merupakan proses awal menjadi komunikatif secara sosial dan
3
David Melling, Jejak Langkah Pemikiran Plato. (Yogyakarta: Lintas BuKU, 2002), hlm. 163.
juga menegaskan bahwa seorang anak yang menggunakan inner speech akan lebih kompeten
secara sosial daripada anak yang tidak menggunakannya (Santrock.2013: 63). Teori Plato
mengundang banyak perhatian karena teorinya mengandung pandangan bahwa pengetahuan
itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif. Artinya pengetahuan didistribusikan diantara
orang dan lingkungan, yang mencakup objek, alat, buku, dan komunitas dimana orang
berada. Hal ini menunjukkan bahwa memperoleh pengetahuan dapat dicapai dengan baik
melalui interaksi dengan orang lain dalam kegiatan bersama.

Menurut Plato tujuan pendidikan adalah ”membina pemimpin yang sadar” dan
mempraktekkan asas- asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan. Prinsip-prinsip Plato
dalam Pendidikan nampak pada pemikirannya tentang tujuan hidup adalah untuk mencari
kebenaran universal. Sehingga tujuan pendidikan adalah mengembangkan daya pikiran
individu yang bermuara pada penemuan kebenaran bukan ketrampilan praktis. Pemikiran ini
muncul karena Plato tidak sejalan dengan mayoritas kaum sophis pada waktu yang –
menganggap - pengajaran pada mahasiswa kurang tepat (Smith, 1986:29). Menurut Plato,
manusia secara kodrati memilki tiga potensi, yaitu nafsu, kemauan dan pikiran. Pendidikan
hendaknya berorientasi pada tiga potensi itu dan juga kepada masyarakat. Agar kebutuhan
yang ada pada masyarakat dapat terpenuhi. Ketiga potensi ini merupakan dasar kepribadian
manusia. Karena itu struktur sosial didasarkan atas dasar pandangan kepribadian ini.

Berbagai tulisan karya Plato merupakan sumber terbaik yang kita miliki demi
pengetahuan kita tentang pemikiran dan karyanya sebagai pemikir. Dengan pengecualian
surat-surat dan Apologia. Semua karyanya berbentuk dialog beberapa diantaranya benar-
benar berupa dialog sedangkan yang lainnya berupa monolog virtual yang dibubuhi ungkapan
kata seru. Interpretasi terhadap karya tersebut sebagai bukti bahwa pandangan Plato sendiri
bukanlah persoalan mudah. Jika kita perhatikan hampir seluruh karya-karya Plato
terpengaruh dari Socrates, mungkin hal ini cukup wajar karena Plato memang mengagumi
dan mencintai gurunya tersebut sebagai guru filsafat baginya. Dalam sebagian besar dialog
tersebut Socrates berperan sebagai pembicara utama, tetapi pada dialog Plato periode
terakhir, peran penting Socrates belangsur menghilang dan didalam Undang-Undang
digantikan oleh seorang Athena yang asing sehingga mengurangi realitas dramatisnya.
Mengetahui ketakziman penghormatan Plato terhadap Socrates, menariklah untuk dilihat
bahwa dialog yang menghadirkan peran Socrates sebagai potret alami dirinya dan
menyimpulkan argumentasi dan pemikiran dalam perdebatan tentang sisi historis Socrates
pada sebuah dialog yang dimainkan.4
C. Implementasi Pemikiran Filsafat Plato dalam Pendidikan Modern :
Pemikiran dari Plato masih memiliki relevansi dalam pendidikan modern saat ini.
Plato merupakan salah satu filsuf terkemuka dalam sejarah pemikiran filosofis, dan konsep-
konsepnya tetap menjadi bahan diskusi dalam konteks pendidikan modern. Misalnya, seperti
yang disebutkan dalam salah satu karyanya yang berjudul “Republik”, mengenai teori
pembelajaran melalui dialog dan diskusi, bahwasanya belajar tidak hanya proses transfer
pengetahuan dari guru ke murid, tetapi juga melibatkan pemikiran kritis, pertanyaan, dan
refleksi.Selain itu, Plato juga membahas pentingnya etika dan moral dalam pendidikan.
Seperti konsep kebaikan, kebenaran, dan keadilan yang dibahas dalam karya-karyanya dapat
memberikan landasan moral bagi pendidikan modern.Meskipun pemikiran Plato mungkin

4
David Melling, Jejak Langkah Pemikiran Plato. (Yogyakarta: Lintas BuKU, 2002), hlm. 106
perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman, namun prinsip-prinsip dasarnya masih
menjadi dasar bagi banyak aspek pendidikan masa kini.

Implementasi pemikiran Plato dalam pendidikan modern dapat mencakup beberapa konsep
utama yang dia ajukan dalam karyanya “Republik.” Berikut adalah beberapa cara bagaimana
pemikiran Plato dapat diterapkan dalam pendidikan modern :
1. Pendidikan Holistik: Plato mengajukan konsep pendidikan holistik, yang melibatkan
pengembangan seluruh individu, baik fisik, intelektual, maupun moral. Dalam pendidikan
modern, ini dapat diwujudkan dengan mempromosikan pengembangan komprehensif siswa
melalui program pendidikan yang mencakup aspek fisik, intelektual, dan karakter.
2. Pendidikan untuk Keadilan: Plato menekankan pentingnya pendidikan dalam
menciptakan masyarakat yang adil. Dalam pendidikan modern, nilai-nilai keadilan,
kesetaraan, dan inklusi dapat ditekankan untuk menghasilkan generasi yang memahami dan
mendorong prinsip-prinsip ini.
3. Penekanan pada Kepemimpinan Filosofis: Plato memandang bahwa pemimpin
seharusnya adalah filosof yang memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan. Dalam konteks
pendidikan modern, pemimpin pendidikan dapat menerapkan prinsip ini dengan memastikan
bahwa pendidik memiliki pengetahuan yang mendalam dan nilai-nilai moral yang kuat.
4. Pendekatan Dialogis: Plato menggunakan metode dialog untuk mengajarkan konsep-
konsep abstrak. Dalam pendidikan modern, metode dialogis dapat digunakan untuk
merangsang pemikiran kritis dan diskusi yang mendalam di antara siswa.
5. Seleksi dan Pengelompokan Siswa: Plato mengusulkan seleksi dan pengelompokan
siswa berdasarkan kemampuan mereka. Dlam pendidikan modern, ini dapat tercermin dalam
program pembelajaran yang berfokus pada kebutuhan dan potensi individu, seperti program
akselerasi atau remediasi.
6. Penekanan pada Moralitas: Plato mengajarkan pentingnya moralitas dalam
pendidikan. Pendidikan modern dapat mendorong perkembangan karakter dan moralitas
siswa melalui pengajaran nilai-nilai etika, empati, dan tanggung jawab sosial.
7. Peran Guru sebagai Pemandu: Plato memandang guru sebagai pemandu yang
membantu siswa menemukan pengetahuan. Dalam pendidikan modern, peran guru sebagai
fasilitator pembelajaran dapat diadopsi, di mana guru membantu siswa memahami konsep
daripada hanya memberikan informasi.
8. Pendidikan seumur Hidup: Plato menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup.
Pendidikan modern dapat berupa program-program pembelajaran yang dapat diakses
sepanjang hidup.

Penerapan pemikiran Plato dalam pendidikan modern harus mempertimbangkan


konteks zaman dan kebutuhan masyarakat, tetapi prinsip-prinsip dasarnya tentang
pengembangan individu, moralitas, dan pengetahuan tetap relevan dalam upaya menciptakan
sistem pendidikan yang lebih baik. Dikemukakan oleh Plato, pada pemikirannya mengenai
prinsip-prinsip Pendidikan yang memiliki tujuan hidup untuk mencari kebenaran universal.
Sehingga tujuan dari pendidikan adalah untuk mengembangkan daya pikiran tiap individu
yang berfokus pada penemuan kebenaran dan bukan pada keterampilan praktis. 5 Dalam
pemikirannya mengenai pendidikan mencakup berbagai, tujuan diantaranya:
1. Pencarian Kebenaran dan Kebijaksanaan: Salah satu tujuan utama pendidikan menurut
Plato adalah mencari kebenaran dan kebijaksanaan. Dia meyakini bahwa pendidikan harus
membantu individu mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan diri
mereka sendiri.
2. Pembentukan Karakter dan Moralitas: Plato menganggap pendidikan sebagai alat untuk
membentuk karakter dan moralitas individu. Dia percaya bahwa individu harus diajarkan
nilai-nilai etika, kejujuran, dan keadilan untuk menciptakan masyarakat yang baik dan adil.
3. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis: Plato menekankan pentingnya pengembangan
kemampuan berpikir kritis dan analitis dalam pendidikan. Dia menganggap filsafat sebagai
salah satu alat terbaik untuk melatih akal sehat dan kemampuan berpikir logis.
4. Keadilan Sosial: Plato mengusulkan bahwa sistem pendidikan harus menciptakan
kesetaraan peluang bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang sosial atau
ekonomi mereka. Dia menciptakan gagasan tentang "komunisme pendidikan," di mana anak-
anak akan diatur dalam kelas berdasarkan kemampuan mereka, bukan status sosial orang tua
mereka.
5. Peran Negara dalam Pendidikan: Plato menganggap negara memiliki peran yang penting
dalam pendidikan. Dia berpendapat bahwa negara harus mengawasi dan mengatur pendidikan
untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan tercapai.
6. Pendidikan Seumur Hidup: Plato juga mengusulkan konsep pendidikan seumur hidup, di
mana pendidikan tidak hanya berhenti setelah masa sekolah formal, tetapi berlanjut sepanjang
hidup individu. Dia menganggap pendidikan sebagai proses yang tidak pernah berakhir.
7. Pendidikan sebagai Persiapan Kepemimpinan: Plato juga memandang pendidikan sebagai
persiapan untuk kepemimpinan. Dia berpendapat bahwa para filsuf yang telah mencapai
pemahaman yang mendalam tentang kebenaran dan kebijaksanaan harus memimpin negara.

Dalam bukunya yang berjudul "Politeia", ia mengemukakan bahwa pendidikan adalah


urusan terpenting bagi negara. Konsep tersebut dapat diterapkan pada era sekarang, dalam hal
ini mulai dari TK hingga ke-jenjang pendidikan seterusnya menjadi tanggung jawab negara.
Yang kemudian hasil dari pendidikan tersebut, harus mengabdi terhadap negara.
1. Program TK hingga SMP
Program pendidikan yang dimulai dari TK hingga SMP adalah olahraga, seni, dan musik.
Tujuan dari diterapkannya program ini untuk menanamkan sikap sopan santun, estetika, serta
kemampuan untuk menahan diri pada peserta didik. Tidak hanya itu, terdapat juga pendidikan
baca tulis, berhitung, serta ilmu pengetahuan lainnya dengan tujuan untuk mempersiapkan
diri dalam mendapatkan pekerjaan dari pemerintah di waktu ke depannya.
2. Program Tingkat SMA/SMK

5
Kus Suryandari, Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar dalam Pandangan Teori Perenialisme Plato, Jurnal
Papeda, Vol. 5 No 1 (Januari, 2023), hlm. 73.
Pada umur 15-18 tahun di tingkat SMA/SMK, program pendidikan yang diberikan yaitu
pelajaran matematika, yang meliputi geometri, aritmatika, astronomi, propaedutika filofis,
dan harmoni musik. Program ini dijadikan sebagai sarana dalam mengembangkan kebenaran
serta rasa ketidakpercayaan terhadap pemikiran rekaan.
3. Program Latihan Militer
Setelah lulus SMA/SMK, pada umur 19-20 tahun, para peserta didik akan diberikan latihan
kemiliteran sebagai bentuk bela negara.
4. Program Bekerja/ Kuliah
Setelah kependidikan kemiliteran, peserta didik dapat memilih antara bekerja ataupun
memilih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi,
5. Kerangka Pendidikan Filosofis
Peserta didik yang melanjutkan ke perguruan tinggi, akan diberikan kependidikan filsafat
yang harus dipelajari secara mendalam agar para peserta didik mendapatkan ilmu
pengetahuan yang dapat diterapkan. 6

Dengan demikian, implementasi pemikiran Plato dalam pendidikan modern


memberikan landasan yang kuat untuk pengembangan sistem pendidikan yang berfokus pada
pengembangan karakter, peningkatan kemampuan berpikir kritis, dan pencarian
kebijaksanaan. Semangat filosofi Plato tetap relevan dalam membentuk pendidikan masa
depan yang lebih berorientasi pada nilai-nilai yang mendorong pertumbuhan intelektual dan
moral peserta didik atau siswa . Pemikiran Plato tentang pendidikan tetap relevan dalam
konteks pendidikan modern. Konsep pendidikan sebagai pembentukan karakter,
pengembangan kemampuan berpikir kritis, dan pencarian kebenaran tetap menjadi pijakan
yang kuat dalam merancang sistem pendidikan yang efektif.
Dengan memahami prinsip-prinsip yang diusulkan oleh Plato, pendidik dapat
menciptakan lingkungan pendidikan yang mendorong pertumbuhan siswa secara holistik.
Pendidikan modern dapat mengambil inspirasi dari filosofi Plato untuk melahirkan generasi
yang lebih berpengetahuan, bijaksana, dan etis. Kemudian model pendidikan versi plato
merupakan model Functional yang dirancang untuk menghasilkan manusia yang
berkompeten untuk memenuhi kebutuhan bangsanya.7 Akhirnya, implementasi pemikiran
Plato dalam pendidikan modern tidak hanya berarti menghormati warisan intelektualnya,
tetapi juga membuka jalan bagi perkembangan pendidikan yang lebih baik, yang berfokus
pada mempersiapkan individu untuk menjadi warga yang berkontribusi secara positif dalam
masyarakat.

D.Nilai Nilai Islam Dalam Pemikiran Filosofi Plato


Jika dikatakan bahwa itu adalah satu konsep maka secara waktu dan tempat berbeda
dimana idea berasal dari Yunani dan islam itu berasal dari Arab, maka secara sejarah dan

6
Muhammad Yusron M. E. dan Dahia D. S., Konsep Pendidikan Menurut Plato dan Ibnu Miskawaih, El Fikr:
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol. 3 No 1 (Juni, 2022), hlm. 69
7
Lusi Patriani, Ridhoan Parlaungan H. S. dan Wafi Aulia T., Berbagai Pandangan Filsuf Pendidikan, (November,
2020), hlm. 2.
konteks sosial, budaya, kontradiktif dari segi manapun. Akan tetapi secara substansi itu sama
artinya dilihat dengan inti ajaran atau konsep yang diajarkan maka tidak berbeda, jika kita
lihat realita umat islampun berbeda didalam islam juga ada perbedaanya ada yang mu’tazilah,
Syiah, Jabbariyah, Qodariyah dan lain-lain. Apakah kita bisa di katakan mereka yang berbeda
itu ada yang salah ada yang benar, apakah mereka yang benar satu dan yang salah ini adalah
realita umat islam, seandainya kita katakan semua yang berbeda itu adalah benar tidak yang
salah karna dalam hakikatnya itu sama tuhan yang sama. Maka secara rasionalpun kita bisa
sebut teori Idea plato yang tidak bertentangan dengan islam kita bisa sebut itu adalah sejalur
dengan kita, maka bisa jadi Plato adalah Nabi ini sebuah pendapat yang secara rasional tidak
salah. Maka boleh saja berargument seperti itu bahwa Plato itu Nabi yang tidak disebutkan di
Alq’uran, bahkan disebutkan semua para filsuf dari plato keatasnya seperti Hermes yang
bapak filsafat memilki konsep yang sama dan juga disebut dengan ahli hikmah bahkan
disebut plati Ilahi. 8
Pemikiran Plato tentang etika tampak lebih mengatakan bahwa, manusia dalam
hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, Plato yakin bahwa manusia menurut kodratnya
merupakan mahluk sosial, dengan demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam
bermasyarakat atau Negara. Etika dalam kajian filsafat Islam pada awalnya merupakan
pembahasan yang dikembangkan sebagai perpaduan antara etika Yunani dan etika yang ada
dalam. Islam yang berasal dari teks-teks suci. Perpaduan tersebut telah melahirkan sebuah
bentuk baru dalam disiplin keilmuan yang disebut ilmu akhlak, di mana akhlak sebagai
konsep-konsep praktis menjadi lebih tercerahkan dengan adanya kajian etika. Sehingga nilai-
nilai akhlak tersebut dapat dimunculkan dalam bentuk pandangan rasional dalam memberikan
penilaian baik-buruknya tingkah laku atau perbuatan seseorang dalam kehidupannya. 9
Plato menjelaskan bahwa pendidikan sebagai proses belajar seseorang diberikan
berdasarkan jenjang tingkatan usia, mulai dari usia anak- anak, remaja, dewasa sampai usia
tua. Materi dan metode diberikan pun bervariasi, pada usia anak-anak diberi pengetahuan
dasar dengan metode gimnastik (permainan), dan seiring bertambahnya usia materi
pengetahuan yang diberikan pun semakin ditingkatkan. Begitu juga pendidikan Islam,
Sayidina Ali bin Abi Thalib menjelaskan tentang pendidikan dan belajar haruslah mengikuti
tingkatan usia: Pertama. Mulai usia 0 s/d 7 tahunan adalah tahap bermain (la ibuhum). Ajak
ia bermain dengan memberikan kasih sayang sepenuhnya, karena pada tahap ini anak- anak
dominan terhadap otak kanan sehingga sarat terhadap dorongan ingin bermain. Pada usia ini
daya rekam memori anak sangat baik, karena terprogram di pikiran bawah sadar. Maka pada
tahap ini tanamkanlah nilai-nilai tauhid dengan metode teladan (role model). Jangan terlalu
sering memarahi anak, karena akan membuat anak merasa rendah diri dan terbatas
memalukan sesuatu dan tidakmengherankan banyak anak yang benci dandendam kepada
orangtuanya karena terlalusering dimahari.
Kedua. Pada usia 7 s/d 14 tahunan adalah tahappenanaman akhlak dan
disiplin(abiduhumm). Tujuannya agar merekamengerti perkara yang baik dan buruk, sebagai
orangtua sepatutnya hadiah yangpaling berharga dalam hidup adalah dapat mendidik anak
menjadi saleh atau salehah. Sebagaimana Rasulullah Saw berkata; “Suruhlah anak-anakmu
melakukan shalat di waktu dia berumur tujuh tahun, danpukullah mereka kalau sudah
berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka (maksudnya antara
anaklaki-laki dan perempuan)”.- HR. AbuDaud, Ketiga. Usia 14 tahunan ke atas adalah
8
Izul Haq Lidinilah, KESEJAJARAN IDEA PLATO DENGAN DOKTRIN ISLAM Jurnal Aqidah dan Filsafat
Islam, Vol. 5, No. 1, 2020 , hlm. 68-82
9
Muhammad Taufik, ETIKA PLATO DAN ARISTOTELES: Dalam Perspektif Etika Islam Refleksi, Vol. 18,
No.1, Januari 2018, hlm. 43-44
tahappersahabatan (roofiquhum). Pada usia ini adalah usia remaja yang mudah
terpengaruholeh pengaruh dari luar yang lebihmenyenangkan. Metode ini bertujuan agar
mereka tidak mudah terjebak dengan unsur- unsur negatif. Jika orangtua dapat menjadi
sahabat yang baik bagi anak-anaknya, makamereka tidak akan sungkan
mencurahkanperasaan dan meminta nasihat yang terbaikbagi diri mereka (Norlela Ibrahim,
2014: 36-40).
Belajar yang sebenarnya adalah belajar tentang manusia. Manusia membuat
aturanuntuk mengatur dirinya dan mengatur alam. Manusia mengurus dirinya dan mengurus
alamberdasarkan manusia itu sendiri. Manusia sebagai sentral dari segalanya, maka manusia
mesti mengenali siapa manusia itu. Manusia mempertanyakan tentang dunia, tetapi sering
kali manusia tidak menyadari bahwa di dalam diri terpendam jawaban-jawaban bagi
persoalan yang dipertanyakan. Maka untuk menggali atau mengemukakan jawaban yang
terpendam tadi serta untuk melahirkan idea yang terpendam dari diri manusia, diperlukanlah
orang lain untuk membantunya (Syaiful Bakhri, 2017: 61-62) yang bertindak sebagai “bidan
yang membantu bayi keluar dari rahimnya” (Ahmad Tafsir, 2014: 9). Manusia berkembang
dari tahap demi tahap, demikian pula alam diciptakan Tuhan dengan proses bertahap atau
berangsur-angsur. Pola kejadian alam semesta dan perkembangan manusia pun juga
berlangsung secara bertahap di atas hukum Tuhan. Oleh karena itu pendidikan sebagai usaha
untuk mengembangkan aspek rohani dan jasmani pribadi manusia juga harus berlangsung
secara bertahap. Karena kematangan ilmu pengetahuan dalam diri manusia baru dapat dicapai
melalui proses demi proses sampai ke tujuan akhir.10
Dalam filsafat, kebebasan berpikir merupakan ciri khas yang membedakannya dengan
ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu, kajian filsafat berarti kita memasuki ranah aktivitas radikal
dan spekulatif. Berpikir radikal di sini berarti berpikir secara mendalam dan menyeluruh
untuk mencapai kebenaran, maka dengan berpikir radikal diharapkan adanya kejelasan
tentang realitas yang ingin digali. Tidak mungkin berpikir dengan baik tanpa berpikir
rasional, yang berarti berpikir logis, sistematis dan kritis. Pemikiran rasional menjadi salah
satu ciri fundamental filsafat (Raper, 1996). Sedangkan dalam Islam konsep etika, atau lebih
umum disebut moralitas, agama dan perilaku individu dan sosial ada dalam teks-teks suci
tetapi tidak memuat teori-teori etika dalam bentuk yang utuh, meskipun semuanya merupakan
etika Islam. Itu ada karena keduanya membahas aspek baik dan buruk dari perilaku manusia.
Dari sudut pandang filosofis, tujuan etika adalah untuk memiliki gagasan yang sama tentang
perilaku baik dan buruk untuk semua orang di setiap saat dan di semua tempat, sejauh yang
dapat diketahui oleh pikiran.
Namun, etika menghadapi kesulitan dalam upaya mencapai tujuan ini karena setiap
kelompok di dunia ini memiliki standar atau kriteria yang berbeda tentang pandangan mereka
tentang baik dan buruk. Setiap kelompok memiliki persepsinya masing-masing (Hamzah,
1996). Islam adalah agama dengan seperangkat aturan teologis yang berisi kode perilaku
yang berasal dari ajaran moral yang kebenarannya mutlak karena merupakan produk ilahi.
Meskipun pemikiran filosofis adalah pemikiran spekulatif, nalar manusia tentu saja
merupakan produk nalar manusia yang sifatnya relatif. Maka penulis mencoba mengkaji
konsep etika dan melihatnya dari sudut pandang etika Islam, karena Islam juga memiliki
konsep etika tersendiri. Pada tataran khazanah keilmuan Islam, etika dalam kaitannya dengan
filsafat biasanya disebut sebagai filsafat praktis. Etika memainkan peran penting dalam
wacana pemikiran Islam klasik. Filsafat praktis itu sendiri berbicara tentang bagaimana

10
Nuthpaturahman EPISTEMOLOGI IDEALISME PLATO; IMPLIKASI TERHADAP LAHIRNYA TEORI
FITRAH DALAM PENDIDIKAN ISLAM Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28
Oktober 2017, hlm 4-5
sesuatu harus didasarkan pada filsafat teoretis, jadi pembahasan tentang hal-hal sebagaimana
adanya (Amin, 2002).
Penulis berharap mendapatkan gambaran yang jelas tentang konsep etika Plato
melalui pemeriksaan objektif.11 Meskipun Plato bukan seorang Muslim, pemikirannya
memiliki beberapa nilai-nilai yang sejalan dengan ajaran Islam. Plato menganggap etika
sebagai sesuatu yang bersifat intelektual dan rasional, yang dapat dijelaskan secara logis
Menurut Plato, tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan dan kebaikan, yang
sejalan dengan ajaran Islam Selain itu, Plato juga mengajarkan tentang keberadaan dunia
yang lebih tinggi, yang disebut sebagai alam idea, yang sejalan dengan konsep Islam tentang
keberadaan dunia yang lebih tinggi Meskipun Plato bukan seorang Muslim, pemikirannya
memiliki beberapa nilai-nilai yang sejalan dengan ajaran Islam.

KESIMPULAN
Dalam penelitian ini, kami telah mendalami pemikiran filosofis Plato dan
mengidentifikasi relevansinya dengan pendidikan modern. Plato, seorang tokoh filosof
Yunani kuno, telah memberikan dasar-dasar yang kuat bagi perkembangan filsafat
pendidikan. Konsep-konsepnya tentang pembentukan karakter, pengetahuan, metode
dialektika, dan peran dialog dalam pembelajaran tetap menjadi sumber inspirasi yang
berharga dalam pengembangan kurikulum dan pendidikan masa kini. Plato memperkuat
pandangan bahwa pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga suatu proses
yang membentuk karakter, mengasah kemampuan berpikir kritis, dan mendorong refleksi.
Implikasi pemikiran Plato mencakup aspek-aspek penting seperti pendidikan holistik,
keadilan, moralitas, peran guru sebagai pemandu, dan pendidikan sepanjang hidup. Oleh
karena itu, pemahaman yang mendalam terhadap pemikiran Plato dapat membantu
menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih relevan dan efektif dalam menghadapi
tantangan pendidikan modern.
Dalam era di mana pendidikan semakin berubah dan berkembang, pemikiran Plato terus
memiliki daya tarik dan relevansi yang kuat. Artikel ini menggarisbawahi pentingnya
memadukan warisan pemikiran Plato dengan tuntutan pendidikan masa kini. Pemikiran
filosofis Plato tentang etika, dialog, dan pendidikan holistik adalah landasan yang dapat
membantu menciptakan pendidikan yang lebih bermakna dan berkelanjutan. Hal ini
menunjukkan bahwa Plato bukan hanya seorang filsuf kuno, tetapi juga seorang guru yang
bijak yang ide-idenya masih memberikan panduan berharga bagi dunia pendidikan modern.
Dengan menggabungkan pemikiran Plato dalam pendekatan pendidikan, kita dapat
membantu siswa mengembangkan karakter, kemampuan berpikir kritis, dan nilai-nilai moral
yang penting dalam menghadapi kompleksitas zaman kita saat ini. Sehingga nantinya
pendidikan di Indonesia masa kini dapat terus berkembang dengan melihat berbagai persepsi
para filsuf terkemuka.

11
Khoerul anwarr; Ricky Johannes Siregar; Pradnya Amartya Azzahra; Agung tegar anggara. ETIKA
MENURUT PLATO DALAM PERPESKTIF ETIKA ISLAM Das Sollen: Jurnal Kajian Kontemporer Hukum dan
Masyarakat t (2023) 1:1, 1-25, hlm 2-3
Daftar Pustaka
David Melling, Jejak Langkah Pemikiran Plato. (Yogyakarta: Lintas BuKU, 2002), hlm.
163- 106.
Izul Haq Lidinilah, KESEJAJARAN IDEA PLATO DENGAN DOKTRIN ISLAM, Jurnal
Aqidah dan Filsafat Islam, Vol. 5, No. 1, 2020 , hlm. 68-82
Khoerul anwarr; Ricky Johannes Siregar; Pradnya Amartya Azzahra; Agung tegar anggara.
ETIKA MENURUT PLATO DALAM PERPESKTIF ETIKA ISLAM , Das Sollen:
Jurnal Kajian Kontemporer Hukum dan Masyarakat (2023) 1:1, 1-25, hlm 2-3
Kus Suryandari, Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar dalam Pandangan Teori
Perenialisme Plato, Jurnal Papeda, Vol. 5 No 1 (Januari, 2023), hlm. 73.
Lusi Patriani, Ridhoan Parlaungan H. S. dan Wafi Aulia T., Berbagai Pandangan Filsuf
Pendidikan, (November, 2020), hlm. 2.
Muhammad Taufik, ETIKA PLATO DAN ARISTOTELES: Dalam Perspektif Etika Islam,
Refleksi, Vol. 18, No.1, Januari 2018, hlm. 43-44
Muhammad Yusron M. E. dan Dahia D. S., Konsep Pendidikan Menurut Plato dan Ibnu
Miskawaih, El Fikr: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol. 3 No 1 (Juni, 2022),
hlm. 69.
Nuthpaturahman EPISTEMOLOGI IDEALISME PLATO; IMPLIKASI TERHADAP
LAHIRNYA TEORI FITRAH DALAM PENDIDIKAN ISLAM, Ittihad Jurnal Kopertais
Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28 Oktober 2017, hlm 4-5
Taufik hidayat, Sejarah Filsafat Yunani dari Msa Pra-Socrates Hingga Zaman Keemasan
, Literasi Membaca, Batu, 2020, hlm. 202

You might also like