You are on page 1of 8

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.6 No.

1 Januari – Juni 2017

KOMPETENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL PUSTAKAWAN


DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KEPADA PEMUSTAKA

Desy Selviana 1), Muhammad Nadjib 2), Tuti Bahfiarti 3)

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin

ABSTRACT
The improvement of library services depends greatly on the quality of human resources in interpersonal
communication competence of librarian. This aims of this research is to categorize factors that inhibit the
interpersonal communication competence of librarian in improving service library users. This research was
carried out the public library service of the regional library and archive of South Sulawesi province. The
research method was mixed methods. Spitzberg & Cupach's interpersonal communication competence of
librarian, using interpersonal communication competence self-assessment was used to assess the librarian
interpersonal competency. In this method, 7 librarian assessed their own competency who were assessed by
their 3 counterparts and 3 library users. The results show that the self-assessment on the interpersonal
communication competence exhibited low category. The reasons were (1) the librarian misinterpreted the
messages and attitude of library users and was not well aware of his/her own communication attitudes so that
he/she was not able to fulfill the users’ needs; (2) the librarian was aware of the users’ message and attitudes
but performed insufficient and ineffective communication so that she/he could not fulfill the users’ needs.
Factors affecting the interpersonal communication competence include librarian lack of self awareness, lack
of education and training on interpersonal communication and lack of awareness about his/her role as
communicator. It may be inferred that low interpersonal communication competency will prevent maximum
service.

Keywords: interpersonal communication; competences; librarians; library services.

ABSTRAK
Peningkatan layanan perpustakaan sangat tergantung pada kualitas SDM khususnya kompetensi komunikasi
interpersonal pustakawan. Penelitian ini bertujuan mengkategorisasi dan mengetahui faktor-faktor yang
menghambat kompetensi komunikasi interpersonal pustakawan dalam meningkatkan pelayanan kepada
pemustaka. Pendekatan penelitian menggunakan mixed methods. Penelitian dilaksanakan di Layanan
Perpustakaan Umum, Badan Perpustakaan dan Arsip Dearah Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk mengetahui
kompetensi komunikasi interpersonal pustakawan, digunakan seft assessment kompetensi komunikasi
interpersonal Spitzberg & Cupach’s. Setiap informan (7 pustakawan) menilai komptensinya sendiri dan
dinilaioleh 3 orang teman sejawat, serta 3 orang pemustaka. Hasil penilaian kompetensi komunikasi
interpersonal kategori tinggi untuk penilaian diri, sedangkan penilaian dari teman sejawat dan pemustaka
termasuk kategori rendah, karena (1) pustakawan keliru menafsirkan pesan atau perilaku pemustaka dan
kurang peduli dengan perilaku komunikasinya sendiri sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan/keinginan
pemustaka; (2) pustakawan mampu menafsirkan pesan atau perilaku pemustaka secara sadar.tetapi
komunikasi kurang atau tidak effektif sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan/keinginan pemustaka.
Faktor-faktor menghambat kompetensi komunikasi interpersonal, yaitu kurangnya kesadaran diri
pustakawan; kurangnya pendidikan atau pelatihan komunikasi interpersonal bagi pustakawan; serta
kurangnya kesadaran pustakawan akan perannya sebagai komunikator.

Kata kunci: komunikasi interpersonal; kompetensi komunikasi interpersonal; pustakawan; peningkatan


layanan perpustakaan.

72
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.6 No.1 Januari – Juni 2017

membangun hubungan positif dengan


PENDAHULUAN orang lain, dalam hal ini pengguna
perpustakaan”.
Pustakawan harus selalu menyadari, Hal lain dikemukakan Wicaksono (2004),
bahwa di dalam melaksanakan kegiatan menjelaskan bahwa kompetesi
pelayanan perpustakaan, selalu pustakawan dapat dilihat dari
menggunakan kata-kata (verbal) dan pengetahuan pustakawan dalam
lambang (non verbal) yang dapat pengelolaan informasi, keterampilan
dimengerti sehingga pesan yang interpersonal, dan sikap profesional yang
disampaikan dapat diterima oleh ditunjukkan pustakawan dalam mengelola
pemustaka dengan baik. Pustakawan juga perpustakaan, sedangkan kompetensi
mampu membangun dan memelihara komunikasi interpersonal merupakan
hubungan dengan pemustaka, dan kemampuan yang dimiliki seseorang
membuat pilihan tentang apa yang akan untuk membina hubungan interpersonal.
dikatakan, dan bagaimana Apabila pustakawan mempunyai
mengatakannya, sesungguhnya kompetensi komunikasi interpersonal
pustakawan dan pemustaka telah yang baik, dapat meningkatkan pelayanan
melakukan komunikasi interpersonal. kepada pemustaka, karena keberhasilan
Mulyana (2005), menyatakan: dalam menjalin hubungan dengan orang
“komunikasi antarpribadi (interpersonal lain, seperti : menunjukkan sikap
communication) adalah komunikasi sambung rasa; tidak membeda-bedakan
antara orang-orang secara tatap muka, pemustaka; menggali informasi dengan
yang memungkinkan setiap pesertanya memberi kesempatan kepada pemustaka
menangkap reaksi orang lain secara mengungkapkan keluhannya; menjelaskan
langsung, baik secara verbal ataupun tentang informasi yang dibutuhkan
nonverbal”. kepada pemustaka dengan bahasa yang
Tetapi terlepas dari semua itu, satu fakta dimengerti; memberikan alternative lain
tak terelakkan: komunikasi interpersonal dalan memperoleh informasi; serta ucapan
merupakan pilihan. Ketika berkomunikasi harapan semoga kembali lagi
tanpa berpikir, maka negative hasilnya, menggunakan jasa layanan perpustakaan.
seperti konflik interpersonal, emosi yang Kemampuan komunikasi interpersonal
menyakitkan, atau ketidakpuasan dengan pustakawan merupakan salah satu faktor
hubungan. Ketika berkomunikasi dengan penting untuk meningkatkan pelayanan
serius, maka hasilnya yang diinginkan, kepada pemustakan. Konteks kemampuan
seperti kepuasan pribadi, emosi positif, komunikasi ini merupakan pelayanan
dan hubungan yang memuaskan. personal yang berarti cara pelayanan
Pustakawan sebagai profesional yang diberikan. Hal ini merupakan bagian yang
bertanggungjawab untuk menyediakan paling terlihat dari operasional
akses yang seluas-luasnya pada perpustakaan dan seringkali menjadi
pengunjung (pemustaka). Sebagaimana bagian dimana perpustakaan dinilai
yang dikemukakan dalam hasil penelitian sebagai perpustakaan yang baik atau
yang dilakukan oleh Makarim (2006), buruk.
yang menyatakan bahwa salah satu Berdasarakan uraian latar belakang, maka
kriteria pustakawan yang diidamkan permasalahan dalam penelitian ini adalah
pengguna perpustakaan, khususnya
perpustakaan Nasional RI adalah bagaimana kompetendi komunikasi
“memiliki kemampuan komunikasi interpersonal pustakawan dalam
interpersonal yang baik serta kepribadian meningkatkan pelayanan kepada
pemustaka.
yang matang sehingga mampu

73
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.6 No.1 Januari – Juni 2017

Tujuan dari penelitian ini suku, ras, agama, dan status sosial-
adalah untuk mengkategorisasi ekonomi.
kompetensi komunikasi interpersonal Sumber Data
pustakawan serta mengetahui faktor- Jenis data yang digunakan adalah data
faktor yang menghambat kompetensi primer, yaitu data yang diperoleh secara
komunikasi interpersonal pustakawan langsung. Guna mengetahui kompetensi
dalam meningkatkan pelayanan kepada komunikasi interpersonal pustakawan,
pemustaka. mengunakan seft assessment kompetensi
komunikasi interpersonal Spitzberg &
Permasalahan Cupach’s, setiap informan (7 pustakawan)
menilai komptensinya sendiri, dinilai 3
(tiga) teman sejawat, selain itu juga
Berdasarkan latar belakang yang telah dinilai 3 (tiga) pemustaka yang dipilih
dikemukakan, maka ada dua secara asidental sesuai dengan kreterianya
permasalahan pokok yang dirumuskan: masing-masing.
1. Bagaimana kompetensi komunikasi
interpersonal pustakawan dalam Teknik Pengumpulan Data
meningkatkan pelayanan kepada
pemustaka pada BPAD Provinsi Teknik pengumpulan data melalui
Sulawesi Selatan ? observasi, wawancara dan dokumentasi,
2. Faktor-faktor apa yang menghambat sedangkan jawaban seft assessment
kompetensi komunikasi interpersonal Spitzberg & Cupach’s tediri dari 3 (tiga)
pustakawan dalam meningkatkan penilaian dari model kompetensi
pelayanan kepada pemustaka pada komunikasi, yaitu : motivasi, knowledge,
BPAD Provinsi Sulawesi Selatan? dan skill; serta 6 (enam) penilaian sebagai
kreteria untuk mengevaluasi kompetensi
METODE komunikasi interpersonal pustakawan,
yaitu: fleksibilitas, conversational
Penelitian ini dilaksanakan di BPAD involvement, conversation manajemen,
Provinsi Sulawesi Selatan. Pendekatan empathy; effectiveness; dan appropriatess,
penelitian menggunakan mixed methods, dan diukur dengan menggunakan skala
kombinasi antara metode kualitatif dan Likert (Riduwan, 2010). Jawaban setiap
metode kuantitatif. Informan dalam pertanyaan memiliki sejumlah kategori
penelitian ini dipilih dengan yang berturut-turut dari yang paling
menggunakan tehnik purposive sampling, positif sampai dengan paling negatif
yaitu memilih secara sengaja yang artinya (Sugiyono, 2011).
peneliti menentukan sendiri informan Penelitian ini menggunakan 5 kriteria
yang diambil dengan pertimbangan bahwa penilaian yaitu sebagai berikut: sangat
yang bersangkutan mengetahui dan setuju, diberi skor 5; setuju, diberi skor 4;
memahami betul inti permasalahan yang ragu, diberi skor 3; tidak setujuh, diberi
sedang di teliti. skor 2; sangat tidak setuju, diberi skor 1.
Selanjutnya rekapitulasi skor hasil
Lokasi dan Rancangan Penelitian penilaian diklasifikasi berdasarkan
interval nilai persentase: nilai di atas 3,5 -
Penelitian ini dilaksanakan di Layanan 5 menunjukkan kompetensi komunikasi
Perpustakaan Umum. Penetapan lokasi ini tinggi; dan nilai 1 - 3,5 menunjukkan
berdasarkan pada pertimbangan bahwa kompetensi komunikasi rendah.
pemustaka paling banyak berkunjung
tanpa membedakan umur, jenis kelamin,

74
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.6 No.1 Januari – Juni 2017

HASIL tinggi di atas 3,5 – 5 dan 14 orang yang


Perpustakaan merupakan suatu institusi memberikan penilaian kompetensi
yang menyediakan jasa penyediaan komunikasi rendah 1 – 3,5 dengan rincian
informasi (information provider) bagi penilaian : 29 orang menilai memiliki
masyarakat, maka untuk motivasi tinggi dan 13 menilai rendah; 29
menyampaikannya pustakawan mampu orang menilai memiliki pendidikan tinggi
menunjukkan perilaku komunikasi dan 13 orang menilai rendah; serta 25
interpersonal (verbal dan non verbal) orang menilai memiliki keterampilan
secara tepat dan sesuai sehingga pesan tinggi dan 17 menilai rendah. 28 orang
yang di sampaikan juga tepat dan sesuai; yang memberikan penilaian kompetensi
pustakawan mampu membangun dan komunikasi pustakawan di atas 3, 5 – 5
menjaga hubungan yang efektif sehingga (nilai kompetensi tinggi) dan 14 orang
meningkatkan kepercayaan (trust) memberi 1 – 3, 5 (nilai kompetensi
organisasi dan pustakawan; serta rendah), dengan rincian penilaian 29
pustakawan mampu menciptakan orang menilai motivasi tinggi dan 13
hubungan yang saling ketergantungan dan menilai rendah, 29 orang menilai
meniadakan adanya win atau loss dalam pengetahuan tinggi dan 13 orang menilai
berhubungan. rendah, sedangkan 25 orang menilai
Dengan demikian perpustakaan tinggi dan 17 menilai rendah. Sedangkan
membutuhkan pustakawan yang memiliki hasil penilaian teman sejawat dan
kompetensi komunikasi interpersonal pemustak, 28 orang yang memberikan
yang bekerja untuk membantu pemustaka penilaian kompetensi komunikasi
pencari informasi memperoleh informasi interpersonal tinggi di atas 3,5 – 5 dan 14
yang dibutuhkannya. orang yang memberikan penilaian
kompetensi komunikasi interpersonal
Bagaimana kompetensi komunikasi rendah 1 – 3,5 dengan rincian penilaian :
interpersonal pustakawan dalam 29 orang menilai memiliki kemampuan
meningkatkan pelayanan kepada beradaptasi tinggi dan 13 rendah; 28
pemustaka pada BPAD Provinsi Sulawesi orang menilai memiliki kemampuan
Selatan ? keterlibatan percakapan tinggi dan 14
orang menilai rendah; 31 orang menilai
Hasil penilaian dari pustakawan memiliki kemampuan manajemen
(informan) yang menilai dirinya memiliki percakapan tinggi dan 11 orang menilai
kompetensi komunikasi kategori tinggi, rendah; 21 orang menilai kemampuan
menujukkan pustakawan memiliki empati tinggi dan 21 orang yang menilai
motivasi, knowledge, dan skill sebagai rendah; 30 orang menilai memiliki
fasilitas untuk meningkatkan kompetensi kemampuan efektivitas tinggi dan 12
komunikasi. Sedangkan kompetensi orang menilai rendah; serta 33 orang
komunikasi interpersonal pustakawan menilai memiliki kemampuan kesesuaian
kategori tinggi menunjukkan pustakawan tinggi dan 9 orang menilai rendah.
memiliki kemampuan beradaptasi,
keterlibatan percakapan, manajemen Faktor-faktor apa yang menghambat
percakapan, empati, efektivitas, dan kompetensi komunikasi interpersonal
kesesuaian tinggi. pustakawan dalam meningkatkan
pelayanan kepada pemustaka pada BPAD
Hasil penilaian dari teman sejawat dan Provinsi Sulawesi Selatan?
pemustaka menunjukkan kompetensi
komunikasi pustakawan kategori tinggi, Berdasarkan hasil wawancara dan
28 orang yang memberikan penilaian pengamatan, berikut ini adalah faktor-
kompetensi komunikasi komunikasi faktor yang menghambat kompetensi

75
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.6 No.1 Januari – Juni 2017

komunikasi interpersonal pustakawan dan pernyataan sebagaimana diungkapkan


adalah, seperti dikutip hasil wawancara oleh Andi Amirah (hasil wawancara 4
pustakawan teman sejawat dan pemustaka April 2016) seperti dipaparkan berikut ini:
menilai pustakawan kurang atau tidak “pustakawan harusnya mematuhi aturan
memiliki keinginan untuk mendekati atau mengenai denda buku, dalam hal ini tidak
mengurangi jumlah denda, itu membuat saya
menghindari percakapan dalam situasi tersinggung karena pustakawan menilai saya
sosial dengan pemustaka; pustakawan tidak sanggup membayar denda”
kurang atau tidak memiliki tujuannya (apa serta sebagaimana diungkapkan oleh
yang inginkan dan dengan siapa) sehingga Bapak Haeruddin Kaiyum (hasil
termotivasi untuk bertindak, selan itu wawancara 11 April 2016) seperti
kurangnya percaya diri juga akan dipaparkan berikut ini :
mempengaruhi motivasinya, sebagaimana “sebaiknya memanduh pemustaka sampai ke rak
diungkapkan oleh Nurliyanti Wulandari buku dan memberikan bantuannya mencari
Karmi (hasil wawancara, 18 April 2016) informasi yang dibutuhkan”
seperti dipaparkan berikut ini : Berdasarkan hasil penilaian teman sejawat
“saya mengharapkan pustakawan ramah dengan dan pemustaka menilai pustakawan
mengajukan pertanyaan misalnya mau cari buku kurang atau tidak memiliki perilaku yang
apa dek? dan tidak suka ngomel karena buku benar karena tidak memiliki pengetahuan
yang telah di baca diletakkan sembarangan, serta tentang bagaimana harus bertindak dalam
mampu menciptakan percakapan dengan
pemustaka”
situasi tertentu, sebagaimana diungkapkan
Demikian pula, penjelasan dan pernyataan oleh Ibu Kasmawati (hasil wawancara, 31
sebagaimana diungkapkan oleh Nita (hasil Maret 2016) seperti dipaparkan berikut
wawancara 21 April 2016) seperti ini:
“saya tidak pernah berkomunikasi dengan
dipaparkan berikut ini : pemustaka, karena mereka diam saja, jadi saya
“posisi pustakawan sangat dekat dengan tidak memahami sudut pandang dan emosi
pemustaka tapi sayangnya sibuk dengan dirinya pustakawan, tetapi saya tetap memperhatikan
sendiri dan temannya”. perilaku pustakawan dalam melaksanakan tugas
serta sebagaimana diungkapkan oleh sebagai pustakawan”
Agus Salim (hasil wawancara 31 Maret pernyataan sebagaimana diungkapkan
2016) seperti dipaparkan berikut ini : oleh Ibu Nurbiah (hasil wawancara 4
“terkadang pustakawan hanya bertanya namanya April 2016) seperti dipaparkan berikut ini:
siapa dan selebihnya diam saja”, “komunikasi pustakawan kurang karena tidak
Berdasarkan hasil penilaian teman sejawat berinterkasi dengan pemustaka dan sering tidak
dan pemustaka menilai pustakawan di tempat atau tidak menetap di ruangan”
kurang atau tidak mengetahui cara Pustakawan merupakan seorang yang
bertindak, setelah mengetahui melaksanakan kegiatan perpustakaan
kebutuhan/keinginan pemustaka untuk dengan jalan memberikan pelayanan
memutuskan memenuhi kebutuhan/ kepada masyarakat sesuai dengan tugas
keinginan pemustaka berdasarkan lembaga induknya berdasarkan ilmu
pengalaman sebelumnya dan atau pengetahuan, dokumentasi dan informasi
mengamati orang lain sehingga mampu yang dimilikinya, hal itu terbatas sesuai
menginformasikan pengetahuan tersebuti, dengan pengetahuan, keterampilan dan
sebagaimana diungkapkan oleh Wahyudin motivasinya.
(hasil wawancara 21 April 2016) seperti
dipaparkan berikut ini : PEMBAHASAN
“pustakawan kurang kreatif dan bersikap cuek
dalam memberikan informasi dan lebih memilih Bagaimana kompetensi komunikasi
kata tidak ada tersedia dan tanpa memberikan
solusi”
interpersonal pustakawan dalam
meningkatkan pelayanan kepada

76
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.6 No.1 Januari – Juni 2017

pemustaka pada BPAD Provinsi Sulawesi perpustakaan. Di sisi lain, pustakawan


Selatan ? adalah pelaku langsung kegiatan layanan,
sehingga kualitas pustakawan akan
Kompetensi komunikasi interpersonal berpengaruh pada kualitas layanan
pustakawan dalam meningkatkan perpustakaan. Kualitas pustakawan
pelayanan kepada pemustaka pada BPAD ditentukan oleh beberapa faktor, antara
Provinsi Sulawesi Selatan kategori tinggi lain latar belakang pendidikan yang akan
untuk penilaian diri, teman sejawat dan menentukan keahliannya, kepribadiannya,
pemustaka. Namun karena syarat utama dan kemampuan berkomunikasi
(appropriate) “jika pustakawan mencapai (Komariah, 2009).
tujuan (efektivitas) akan tetapi Pustakawan yang memiliki kompetensi
bertentangan dengan harapan dan komunikasi interpersonal tinggi mampu
hubungan, artinya tidak kompeten”, maka meningkatkan pelayanan kepada
penilaian dari teman sejawat dan pemustaka. Berikut kreteria evaluasi
pemustaka menunjukkan kompetensi kompetensi komunikasi interpersonal
komunikasi interpersonal kategori rendah. pustakawan sehingga mampu
Untuk menjadi pustakawan yang memiliki meningkatkan pelayanan kepada
kompetensi komunikasi interpersonal pemustaka, yaitu:
yang tinggi, pustakawan mampu 1) Adaptability
mengontrol perilaku komunikasinya Pustakawan memiliki kemampuan
secara sadar dan konsisten untuk mengubah perilaku dan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan/keinginan memenuhi kebutuhan interaksi atau
pemustaka; atau karena memiliki "fleksibilitas";
kemampuan untuk menyatukan tindakan 2) Conversational involvement
komunikasi menjadi bagian dari Pustakawan memiliki kemampuan
perilakunya sehari-hari dalam memenuhi untuk menjadi kognitif dalam
kebutuhan/keinginan pemustaka. percakapan dengan pemustaka dan
Kualitas pelayanan perpustakaan belum menunjukkan keterlibatan melalui
optimal, hal tersebut terungkap dari perilaku interaksi seperti mengangguk
ketidakmampuan pustakawan untuk kepala, isyarat vokal, dll;
memenuhi kebutuhan/keinginan 3) Conversational management
pemustaka pada situasi tertentu dengan Pustakawan memiliki kemampuan
berperilaku tidak sesuai harapan untuk mengatur percakapan seperti
pemustaka. Ketidakpuasan yang mengendalian topik, menyesuaikan diri
dimaksud muncul sebagai reaksi atas dengan perubahan dalam topik,
ketidakmapuan pustakawan melakukan menyela, dan mengajukan pertanyaan;
komunikasi interpersonal dengan 4) Empathy
pemustaka, seperti pustakawan yang Pustakawan memiliki kemampuan
kurang ramah dan murah senyum; kurang untuk memahami situasi atau berbagi
kreatif dan bersikap cuek dalam reaksi emosional dan memahami
memberikan informasi; dan gaya situasi atau berbagi reaksi emosional.;
pustakawan yang berbeda-beda dalam 5) Effectiveness
memperlakukan pemustaka. Pustakawan memiliki kemampuan
Dalam dunia perpustakaan, pelayanan untuk mencapai tujuan dalam
merupakan ujung tombak perpustakaan percakapan dengan pemustaka; serta
(Soeatminah, 1992: 129). Baik tidaknya 6) Appropriateness
suatu perpustakaan bergantung pada Pustakawan memiliki kemampuan
bagaimana pelayanannya, karena bagian untuk memenuhi keinginan/kebutuhan
layanan inilah yang berhubungan pada suatu situasi tertentu dengan
langsung dengan para pengguna berperilaku sesuai harapan. Kesesuaian

77
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.6 No.1 Januari – Juni 2017

menjadi kreteria utama “jika conversational management; empathy;


pustakawan mencapai tujuan, tetapi effectiveness; dan appropriateness.
bertentangan dengan harapan dan Karateristik kompetensi komunikasi dapat
hubungan, artinya kompeten rendah”. diamati dari perilaku berkomunikasi
Oleh karena itu evaluasi kompetensi seseorang. Karateristik ini menjadi
komunikasi interpersonal pustakawan kemampuan dalam suatu proses
diperlukan untuk pembelajaran (Needed komunikasi, karateristik kompetensi
for Learning) secara terus menerus komunikasi dari McCornack (2010),
sehingga pustakawan mengetahui membagi 3 (tiga) karateristik komunikasi
kompetensi yang dimiliki dan kompetensi interpersonal: Appropriateness;
yang tidak dimiliki atau kompetensi yang Effectiveness; dan Ethics.
perlu ditingkatkan. Pustakawan akan lebih
cepat memperbaiki, meningkatkan atau Faktor-faktor apa yang menghambat
mempertahankan kompetensinya jika kompetensi komunikasi interpersonal
menerima penilaian dari pemustaka dan pustakawan dalam meningkatkan
teman sejawat, sehingga pustakawan pelayanan kepada pemustaka pada BPAD
menjawab pemustaka dengan memili Provinsi Sulawesi Selatan?
salah satu dari tiga cara yaitu pantas,
efektif, dan etis yang dicampur dengan Lazim ditemukan kesalah pengertian
elemen kompetensi khususnya antara pustakawan dan pemustaka yang
appropriateness. mengakibatkan terjadinya hambatan
Dalam mengukur kompetensi komunikasi hambatan berkomunikasi, sehingga tujuan
interpersonal pustakawan, diperlukan tidak tercapai. Faktor-faktor yang
skor/nilai untuk mengukur kreteria menghambat kompetensi komunikasi
kompetensi tersebut, Penelitian mengacu interpersonal pustakawan dalam
pada Konsep Kompetensi Komunikasi meningkatkan layanan perpustakaan
Interpersonal, Spitzberg & Cupach’s kepada pemustaka :
(2002), menyatakan bahwa sebagai 1. Kurangnya kesadaran diri pustakawan
"perilaku berulang yang diarahkan pada Pustakawan perlu meningkatkan
tujuan, pola kebiasaan, dan rangkaian kesadaran diri dengn cara bertanya
perilaku yang sesuai dengan konteks pada diri sendiri dan mengevaluasi
interaksional". komunikasi interpersonal dengan
Spitzberg & Cupach’s (2002), pemustaka, seperti perbedaan layanan
menyebutkan ada 3 (tiga) faktor yang masa lalu dengan keadaan sekarang;
dapat meningkatkan kompetensi 2. Kurangnya pendidikan atau pelatihan
komunikasi, yaitu : (1) communication komunikasi interpersonal bagi
effectiveness; (2) communication pustakawan
appropriateness; dan factors that facilitate Pendidikan atau pelatihan merupakan
communication competence. cara yang dapat digunakan untuk
Menurut Spitzberg & Cupach (1984) meningkatkan kesadaran diri
model kompetensi komunikasi, ada tiga pustakawan; dan
hal yang dapat membantu individu 3. Peningkatan kesadaran pustakawan
menjadi lebih kompeten: (1) knowledge; akan perannya sebagai komunikator
(2) motivation; dan (3) skill. Canary & Seorang pustakawan secara sadar dan
Cody (2000) memberikan enam kriteria fokus dalam menyampaikan informasi
untuk menilai kompetensi, namun tidak secara verbal dan non verbal untuk
terbatas pada, kesesuaian dan efektivitas menentukan bagaimana harus
dirasakan. Kriteria meliputi: adaptability; bertindak.
conversational involvement;

78
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.6 No.1 Januari – Juni 2017

KESIMPULAN Komariah. 2009. Keterampilan


Komunikasi Interpersonal bagi
Berdasarkan hasil analisis data terhadap Pustakawan. Fakultas Ilmu
jawaban dari seluruh pertanyaan yang Komunikasi Universitas
diajukan kepada informan, maka dapat Padjadjaran, 15:16.
disimpulakan : Makarim L. 2006. “Pustakawan Idaman
1. Kompetensi komunikasi pustakawan Pemakainya: Sebuah Studi Di
dalam meningkatkan pelayanan kepada Perpustakaan Nasional RI.” Media
pemustaka pada BPAD Provinsi Pustakawan: Media Komunikasi
Sulawesi Selatan kategori tinggi baik Antar Pustakawan vol. 13 (2-4) 11 –
untuk penilaian diri, teman sejawat dan 18.
pemustaka. Tingginya kompetensi McCornack. 2010. Reflect & Relate an
komunikasi pustakawan (motivasi, Introductionto Interpersonal
knowledge, dan skill) diperlukan untuk Communication, Second Edition.
memfasilitasi pustakawan untuk Boston: Bedford/St. Martin’s.
menjadi lebih kompeten. Mulyana D. 2005. Ilmu Komunikasi:
Namun demikian hasil lain Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
mengungkapkan kompetensi Rosda Karya.
komunikasi interpersonal pustakawan Riduwan. 2010. Skala Pengukuran
kategori rendah untuk penilai teman Variabel-Variabel.
sejawat dan pemustaka. Rendahnya Penelitian.Bandung : Alfabeta.
kompetensi komunikasi interpersonal Soeatminah. 1992. Perpustakaan,
(fleksibilitas, conversational Kepustakawanan dan Pustakawan.
involvement; conversation manajemen, Jogjakarta : Kanisius.
empathy, effectiveness, dan Spitzberg, B. H., & Cupach, W. R. 2002.
appropriates) karena perilaku Interpersonal skills. In M. L. Knapp
pustakawan tidak secara berulang & J. A. Daly (Eds.), Handbook of
memenuhi kebutuhan/keinginan interpersonal communication.
pemustaka, selain itu penempatan Thousand Oaks, CA: Sage.
posisi kerja pustakawan tidak sesuai Spitzberg, B.H., & Cupach.W.R. 1984.
dengan kompetensinya atau Interpersonal Communications
keahliannya. Competence. Baverly Hills. CA:
2. Faktor-faktor menghambat kompetensi Sage.
komunikasi adalah kurangnya Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
kesadaran diri pustakawan; kurangnya Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
pendidikan atau pelatihan komunikasi Bandung: AFABETA.
interpersonal bagi pustakawan: dan Undang-Undang Republik Indonesia.
kurangnya kesadaran pustakawan akan Nomor 43 Tahun 2007. tentang.
perannya sebagai komunikator. Perpustakaan.
Wicaksono H. 2004. Kompetensi
REFERENSI Perpustakaan dan Pustakawan
dalam Implementasi Teknologi
Canary D.J & Cody M.J. 1993. Informasi di Perpustakaan.
Interpersonal Communication. A [Internet], Jakarta : Perpustakaan
Goals-Based Approach. New York: Nasional Republik Indonesia
St. Martin’s Press. Remaja Rosdakarya.

79

You might also like