Professional Documents
Culture Documents
Idul Adha Jilid Ii
Idul Adha Jilid Ii
Khutbah Pertama
سجََد لَهُ ار ،وََكَّرمَهُ وََفضََّلهُ وََأ ْ ال َكالَْفخَّ ِ ص ٍ صْل َ مُد هللِ خَلََق َأدَم مِْن َ ْالحَ ْ
ا ا ُلْخَي ، ِه ِّق ِح مِد وَُمْس َت هِل الْحَ ْ مُد هللِ َأ ْ ار .الْحَ ْ الِئَكَتهُ ُاملقََّرِبْيَن اَْألطْهَ ِ َم َ
ُق َم َيَش ُء
َو ْخَيَتاُر َ .أَمْحُد هُ ُسْبحَانَهُ وََأْشُكُرُه وََأُتوُْب ِإَلْيِه َو َأْس َتْغِف ُر ُهَ ،فُه َو َأْه ُل الَّثَن اِء َو اْلَم ْج ِد،
. َل ِر َال ا َّالِإ َلِإ َّالَأ ْشَأ . ِة َأ الَّتْق ي َأ اْل ْغِف
ْي ُه َو َك َش َد
َه ُهلل َو ْح ُه ُد َو ْه ُل َو َو ْه ُل َم َر َو َه
ِش ِهلل
َأْش َه ُد َأَّن َس ِّيَد َنا َو َنِبَّيَن ا َو َح ِبْيَبَن ا َو ِإَم اَم َن ا َو ُقْد َو َتَنا َحُمَّم ًد ا َعْب ُد ا َو َرُسْو لُُه ،الَب ُرْي
ا َك َل ِه ل َأِل ِه اَأل ِف اِء َّل ا ي َّل . ا ْلا الَّن ِذ ،ا اِد
ْص َي َو ْيُر َهْل ْي ُم ْخ َت ُر َص ُهلل َو َس َم َو َب َر َع ْي َو َع َي
الدْيِن ،أَمَّا بَعُْد فََيا عَِباد هم ِبإِْحسَانٍ ِإلَي يَوِْم ِّ َأْص َح اِبِه ْاَألْخ َياِر َ ،و الَّتاِبِعَنْي َو َمْن َتِبَع ْ
از اُْملَّتُقوْنََ .قاَل َتَع اىَل َ :يا َأُّيهَا اَّلِذ ْيَن َءاَم ُنوا صْيُكْم وَ َنْفسِي بَِتْقوَى اهللِ فََقْد فَ َ اهلل ُأوْ ِ
ِ
اَّتُقوا اَهلل َح َّق ُتَق اِتِه َو َال ُمَتْو ُتَّن ِإَّال َو َأنُتْم ُّم ْس ِلُمْو َن
2
Gema takbir, tahlil dan tahmid telah berkumandang sepanjang malam sampai
pagi hari ini, merasuk, menggugah dan membangkitkan hati dan kesadaran kaum
muslimin, terhadap nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan
dan kesyukuran kita, dengan cara memaksimalkan kesungguhan dalam
melaksanakan perintah-perintah Allah serta menjauhi segala laranganNya. Dengan
demikian, semoga kita senantiasa termasuk dalam golongan hamba-hambaNya
yang mendapatkan rahmat, memperoleh keselamatan di dunia hingga di akherat
kelak, Amin.
) َمْن َك اَن َلُه َسَعٌة َو َملْ ُيَض ِّح َفَال َيْق َر َبَّن ُمَص َّالنَا ( رواه أمحد وابن ماجه
Artinya :
Barang siapa yang mempunyai keleluasaan untuk melaksanakan ibadah kurban,
tapi tidak melaksanakannya, maka janganlah mendekati tempat ibadah kami.(HR.
Ahmad dan Ibnu Majah).
Hadirin, Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Dalam melaksanakan ibadah kurban, tidak mesti harus dengan hewan yang
mahal harganya. Tetapi cukup dengan hewan yang telah memenuhi syarat. Yaitu
hewan yang tidak cacat tubuhnya, tidak terpotong anggota tubuhnya, dan
disunatkan dari jenis laki-laki, dan ketika menyembelih menghadap kiblat, sambil
berdoa :
َك و
َ ك فََتَقَّبْلهَا مِِّني كََما تََقَّبْلَتهَا مِْن مُحََّمٍد َنِبِّي
َ ك وَ ِإلَْي
َ هََذا ِمْن،ِبسِْم اهللِ اهللُ َأْكَبُر
.ك َ ِإْبَراهِْيَم خَِلْيِل
Dalam syariat Islam, disunatkan agar seorang muslim menyembelih sendiri
binatang kurbannya. Karena di dalam ibadah kurban terdapat nilai-nilai yang agung
dan ajaran yang luhur. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam sebuah hadits :
ىالَّن ِر َأ َّب ِإ اهللِ ِم ِإ اِق الَّد ِم ِإَّن َلَت ْأِت ٍل ا ِم آ ِم ِم
َيْو َم َو ُه َم َع َل َد ٌّي ْن َعَم َيْو َم ْح َح َىل ْن ْه َر
َأْن َق ِم ِإَّن الَّد َل َق ِم اِهلل َمِبَك اٍن،اْلِق ا ِة ِبُق َهِنا َأْش اِر ا َأْظَالِف ا
َقْب َل َي َع َن َم َي ُع َن َي َم ُر ْو َو َع َه َو َه َو
اَألْر ِض َفَطِّيُبْو اَهِبا َنْف ًس ا(حديث صحيح اإلسناد رواه إبن ماجه والرتمذى واحلاكم
)
Artinya :
Pekerjaan yang paling di cintai Allah pada hari kurban adalah menyembelih
binatang kurban. Sesungguhnya pada hari kiamat nanti, binatang tersebut akan
bangkit kembali dalam keadaan lengkap dengan tanduknya, bulunya dan kuku-
kukunya. Dan darah yang menetes dari sembelihan tersebut lebih dulu sampai ke
4
Dalam riwayat lain beliau bersabda kepada anaknya Fatimah, wahai Fatimah,
bangunlah dan saksikanlah binatang sembelihan kamu, sesungguhnya tetesan
pertama dari binatang tersebut dapat mengampuni dosa-dosa kamu yang telah lalu
”, ketika ditanya “ Apakah ini hanya untuk keluarga Nabi?” Beliau menjawab “Ini
berlaku untuk semua ummatku”.
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah,
kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama
Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri ( dan telah terikat ).
Kemudian apabila telah roboh ( mati ), maka makanlah sebagiannya dan
berimakanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya ( yang tidak
meminta-minta ) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan
unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. Daging-daging unta
dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai ( keridhaan ) Allah, tetapi
ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap
hidayahNya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang
berbuat baik.
،اذا تََري
َ َال َيا بَُنَّي ِإِّني َأرَي فِي الَْمَنامِ َأِّني َْأذَبحَُك فَانُْظْر م َ َالسْعَي قَّ َُفَلّماَ َبَلَغ مََعه
. ت ْافَعْل مَا تُؤَْمُر َس َتِج ُد يِن ِإْن َش اَء اُهلل ِم َن الَّصاِبِر ْيَن
ِ ال َيا َأَب
َ َق
Artinya :
Maka tatkala anak itu sampai ( pada umur sanggup ), berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata : " Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu !" Ia
menjawab : "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu,
insyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
َفِإَّن َك ِإَذا َنَظ ْر َت ِإَيل َو ْج ِه ْي َر ْمِحَتْيِن َو َأْد َر ْك َت، ُك ِّبيِن َعلَي َو ْج ِه ْي َجِلِبْيْيِن، َي ا َأَبيِت
.َر َمْحًة ُحَتْو ُل َبْيَنَك َو َبَنْي َأْم ِر اِهلل
" Wahai bapakku, Telungkupkanlah wajahku ke arah jidatku( sehingga engkau
tidak melihat wajahku ). Karena sesungguhnya manakala engkau melihat wajahku,
engkau akan kasihan kepadaku, dan rasa kasihan tersebut akan menghalangimu
dari melaksanakan perintah Allah "
Salah satu mutiara hikmah yang dapat kita ambil sebagai pelajaran berharga
dari Nabi Ibrahim as. Adalah peran orang tua sekaligus guru yang sukses dalam
mendidik putranya, membentuk karakter dan kepribadian sang anak. Dimana
banyak orang tua di zaman modern ini secara sadar atau tidak, jalan pikiran dan
tindakan mereka dalam mengatur kehidupan rumah tangganya, telah dipengaruhi
oleh budaya barat yang materialistis sehingga sedikit banyak merusak tatanan
keluarga dan lapisan masyarakat kita yang mayoritas muslim ini. Jangan sampai
kita sebagai orang tua malah menjerumuskan anak-anak kita kepada lubang maksiat
dan dosa. Karena Rasulullah mengatakan bahwa orang tua adalah pemimpin bagi
keluarganya dan akan diminta pertanggung jawabannya.
Masih ada beberapa hikmah penting yang dapat kita teladani untuk
membentuk karakter handal bagi anak didik kita atau generasi kita, diantaranya :
Pertama, Nabi ibrahim as di dalam mendidik putranya selalu mengajarkan
kesederhanaan dan kemandirian. Beliau tidak memanjakan anak dengan fasilitas
hidup yang berlebihan bahkan terkadang penuh dengan keprihatinan. Inilah yang
menyebabkan Ismail as tumbuh menjadi seorang anak yang sukses, tangguh dan
mandiri
Kedua, Nabi Ibrahim as adalah tipe orang tua yang sangat pandai memilih
lingkungan yang tepat dan kondusif demi untuk kebaikan perkembangan intelektual
dan kepribadian anaknya.
Kedua langkah tersebut diisyarahkan Allah SWT di dalam QS Ibrahim 37
َر َّبَن ا ِإيِّن َأْس َك ْنُت ِم ْن ُذِّر َّييِت ِب َو اٍد َغِرْي ِذ ي َز ْر ٍع ِعْن َد َبْيِت َك اْلُم َح َّر ِم َر َّبَن ا ِلُيِق يُم وا
الَّصاَل َة
“Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku
di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan shalat”
Di sini jelas sesuai perintah Allah, Nabi Ibrahim as menempatkan putranya Ismail
beserta Ibundanya Siti Hajar bukan di tempat yang penuh fasilitas mewah,
melainkan di suatu lembah yang tandus yang kemudian tempat itu di kenal dengan
sebutan Makkah. Namun lembah itu bukan sembarang lembah tetapi sebuah
lingkungan yang benar-benar penuh berkah, yaitu di dekat Baitullah.
Ini adalah keteladanan berharga bagi kita bahwa salah satu kunci kesuksesan
mendidik anak adalah membiasakannya hidup sederhana, dan mandiri. jangan
racuni jiwa mereka dengan fasilitas yang berlebihan. Bersikaplah objektif di dalam
memberikan fasilitas apapun terhadap anak. Jaga dan perhatikan selalu lingkungan
bermain, lingkungan pergaulan dan lingkungan sekolah. Ketiga lingkungan
8
،100/) َفَبَّش ْر َناُه ِبُغاَل ٍم َح ِليٍم [الصافات100( َر ِّب َه ْب يِل ِم َن الَّص اِحِلَني
]101
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-
orang yang saleh. Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang
Amat sabar”
Orang tua atau guru yang baik adalah dia yang tidak berputus asa dan selalu
mendoakan anak dan muridnya seperti apapun kondisi mereka. Di setiap selesai
salat fardhu, terutama pada waktu di seperti tiga malam. Di saat saat keheningan
malam itulah rahmat Allah turun untuk mengabulkan permohonan hambaNya. Nabi
Ibrahim as sekalipun seorang Nabi tetap berusaha tetap berdoa dan Allah pun
akhirnya mengabulkan permohonannya
Keempat, Nabi Ibrahim senantiasa menanamkan nilai-nilai agama terlebih dahulu
pada anak- anaknya sebelum ilmu-ilmu yang lain.
Allah SWT berfirman di dalam QS. Al-Baqarah 132
َو َو َّص ى َهِبا ِإْب اِه ي َبِنيِه َو َيْع ُق وُب َي ا َبَّيِن ِإَّن الَّل َه اْص َطَف ى َلُك الِّديَن َفاَل ُمَتوُتَّن ِإاَّل
ُم َر ُم
]132/َو َأْنُتْم ُمْس ِلُم وَن [البقرة
“dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam”.
Sehebat apapun prestasi yang berhasil diraih sang anak, tetapi tidak faham akan
agama, sungguh tiada gunanya. Sesukses apapun pekerjaan yang di tekuni sang
anak tetapi dia abai terhadap kewajiaban agama, sungguh itu adalah kesuksesan
semu baginya. Kesuksesan dan keberhasilan yang hakiki bukanlah terletak pada
prestasi serta kehebatan intelektual semata tetapi juga kesadaran spritual yang
tinggi untuk mengabdi kepada penciptanya.
Dengan semua didikan Nabi Ibrahim kepada anaknya Nabi Ismail maka
terwujudlah anak yang shalih yang bersedia mengorbankan apapun yang ia punya
9
demi pengabdian kepada Allah yang Maha Kuasa. Sesuatu yang baik akan selalu
melahirkan yang baik pula.
Peristiwa agung lainnya yang patut kita renungkan dan kita ambil ibrah
pelajarannya adalah pelaksanaan ibadah haji. Dimana saat sekarang ini jutaan umat
Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di tempat yang sama, niat dan tujuan
yang sama, serta pakaian yang sama tanpa membedakan warna kulit, keturunan dan
jabatan. Mereka menyerukan kalimat yang sama, yaitu kalimat talbiyah :
ِإَّن اَحْلْم َد َو الِّنْع َم َة َلَك َو اْلُم ْل َك َال، َلَّبْي َك َال َش ِر ْيَك َلَك َلَّبْي َك، َلَّبْي َك الَّلُه َّم َلَّبْي َك
َش ِر ْيَك َلَك
Mereka hidup menyatu dalam perasaan yang sama, menyingkirkan
kepentingan-kepentingan pribadi, kelompok dan golongan. Melupakan segala
bentuk pertikaian dan perselisihan, larut dalam kebersamaan, mengagungkan dan
meng-Esakan Allah, membina dan merekatkan tali persaudaraan dan ukhuwah
islamiyah, yang melewati batas negara bahkan benua, diikat oleh satu simpul, yaitu
akidah islamiyah yang kuat, sehingga terciptalah gambaran masyarakat Islam yang
ideal, sebagaimana diinginkan oleh Rasulullah, dalam sebuah hadits sahihnya yang
diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhori dan Imam Muslim :
Demikianlah khutbah Idul Adha yang dapat saya sampaikan pagi ini. Semoga
ini semua bisa memotivasi kita untuk selalu memetik hikmah Idul Adha, berupa
kesediaan kita untuk berkurban. Tidak saja kurban dalam bentuk penyembelihan
hewan secara ritual, namun lebih luas lagi, adalah kesediaan untuk berkurban dalam
segala kehidupan, Bondo, Bahu, Pikir, lek perlu sak nyawane pisan. Termasuk
menyelamatkan keluarga dan keturunan serta generasi kita dari dekadensi moral
yang akan menjerumuskan mereka ke dalam neraka.
Semoga Allah SWT, meridhai segala usaha dan amal perbuatan kita. Dan semoga
kita termasuk dalam golongan orang-orang yang saleh, ahli ibadah dan mati dalam
keadaan khusnul khatimah, amin.
. اْلُق ْر آِن اْلَك ِرِمْي َو َنَف َعىِن َو ِإيَّـاُك ْم ِم َن ْاآلَي اِت َو الِّذ ْك ِر اَحْلِكْيِم َب اَر َك اُهلل َلُك ْم يِف
ْيِل َو
َأُقْو ُل َقْو ىِل َه َذ ا َو َأْس َتْغِف ُر اهلل، ِإَّنُه ُه َو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيُم،ِتَالَو َتُه ُك ْن َق َّب اهللُ ِم ِم
َفَت َل ْيِّن َو ْم
َّنِإ َذْنٍب َفا ْغِف ُك اِئِر اْل ْؤ ِمِن ِم َلُك ِل َاْل ِظ
َو ُه ُه ُه َت ُر ْو ْس ِّل َنْي ْن ُم َع َم ْيِل َو ْم َو َس ْي
.اْلَغُفْو ُر الَّر ِح ْيُم
Khutbah Kedua
11