Professional Documents
Culture Documents
PERJALANAN ROHANI
Keywords: Abstract
Meaning, This article explores the concept of tadabur of the Qur'an as a
Tadabbur,
Spiritual. spiritual journey that leads to understanding the true meaning of the sacred
teachings of Islam. Tadabur is not only defined as a process of intellectual
understanding, but also as an in-depth journey into a deep spiritual
dimension. First, the article discusses how recitation of the Qur'an becomes a
spiritual journey by contemplating the true meaning of each verse. It engages
the reader in a spiritual experience that goes beyond outward understanding,
deepens the connection with God, and discovers the true meaning behind
sacred words. Then, this article highlights the role of tadabur in opening the
door to self-understanding and greater life goals. By delving into the
teachings of the Qur'an, readers are invited to absorb the spiritual values that
guide their spiritual journey. The article also discusses how recitation of the
Qur'an not only touches personal aspects, but also has a social impact.
Through this spiritual journey, it is hoped that society can build a strong
moral foundation and embrace the values of justice and compassion.
Furthermore, this article emphasizes that tadabur is more than just a reading
skill, but a form of worship and a journey to inner depth. This enriches your
spiritual life and brings you closer to God in a genuine and meaningful way.
In conclusion, this article invites readers to view the recitation of the Qur'an
as a spiritual journey that opens the door to ultimate meaning. By carrying
out tadabur, it is hoped that Muslims can deepen their faith, reflect on the
nature of life, and face their spiritual journey with full awareness and
dedication.
Rohani Tadabur tidak hanya diartikan sebagai proses pemahaman intelektual, tetapi
juga sebagai perjalanan mendalam menuju dimensi rohani yang mendalam.
Pertama, artikel membahas bagaimana tadabur Al-Qur'an menjadi perjalanan
rohani dengan merenungkan makna hakiki setiap ayat. Ini melibatkan
pembaca dalam pengalaman spiritual yang melampaui pemahaman lahiriah,
memperdalam koneksi dengan Tuhan, dan menemukan makna sejati di balik
kata-kata suci. Kemudian, tulisan ini menyoroti peran tadabur dalam
membuka pintu ke pemahaman diri dan tujuan hidup yang lebih besar. Dengan
menyelami ajaran Al-Qur'an, pembaca diundang untuk meresapi nilai-nilai
spiritual yang membimbing perjalanan rohani mereka. Artikel juga membahas
bagaimana tadabur Al-Qur'an tidak hanya menyentuh aspek pribadi, tetapi
juga memiliki dampak sosial. Melalui perjalanan rohani ini, diharapkan
masyarakat dapat membangun fondasi moral yang kuat dan merangkul nilai-
nilai keadilan serta kasih sayang. Selanjutnya, tulisan ini menekankan bahwa
tadabur adalah lebih dari sekadar keterampilan membaca, melainkan suatu
bentuk ibadah dan perjalanan menuju kedalaman batin. Hal ini memperkaya
kehidupan spiritual dan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang
sungguh-sungguh dan bermakna. Kesimpulannya, artikel ini mengajak
pembaca untuk memandang tadabur Al-Qur'an sebagai perjalanan rohani yang
membuka pintu makna hakiki. Dengan melakukan tadabur, diharapkan umat
Islam dapat memperdalam iman, merenungkan hakikat kehidupan, dan
menghadapi perjalanan spiritual dengan penuh kesadaran dan dedikasi.
PENDAHULUAN
Telah diketahui bahwa al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam, tetapi apakah hanya
itu yang kita tahu. Pasti ada makna tersirat dibalik al-Qur’an yang dijadikan kitab suci umat
islam. Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar, arti dari mukjizat dilihat dari asal katany yaitu a’jaza
adalah melemahkan. Kalau kita pahami dari sudut pandang arti kata tersebut, kemukjizatan al-
Qur’an hanya teruntuk kepada orang yang menentang orang yang meragukan firman Allah Swt. 1
Tetapi ternyata, kemukjizatan al-Qur’an itu luas, tidak hanya kepada orang-orang yang
1
Zamroni Ishaq dan Ihsan Maulana Hamid, Jurnal Institut Pesantren Sunan Drajat (INSUD) Lamongan,
“Konsep dan Metode Tadabbur dalam Al-Qur’an”. Vol. 16 No. 02 (Oktober, 2021).
meragukannya saja, tetapi bagi seluruh umat manusia di sepanjang zaman. 2 Bukti dari hal
tersebut yaitu berbagai hal yang ditunjukkan oleh al-Qur’an yang diredaksikan dengan susunan
bahasa yang indah, baik diungkapkan secara tersurat maupun tersirat, misalnya tentang berbagai
fakta alam semesta dan lain-lain. Ini menunjukkan al-Qur’an tak lekang oleh zaman yang terus
berubah dari dulu hingga sekarang, karena kokoh dan eksisnya yang selalu sesuai dengan segala
situasi dan kondisi. Sehingga, manusia secerdas apapun akan tunduk dan lemah ketika
berhadapan dengan al-Qur’an.
Di beberapa referensi ada penjelasan bahwasanya al-Qur’an itu sebagai pedoman untuk
umat manusia dalam menjalani kehidupan. Lalu bagaimana kita menjadikan al-Qur’an itu
sebagai pedoman hidup? Tentu ini memerlukan suatu cara untuk sampai kepadanya. Kalau kita
kaji satu persatu ayat al-Qur’an dengan berbagai perspektif, maka akan kita temukan berbagai
makna tersirat yang ada didalamnya. Tetapi perlu diketahui, makna tersirat tidak akan didapat
sebelum kita tahu makna tekstual atau tersurat dari suatu ayat. Maka dibutuhkan penafsiran yang
mengantar pada arti atau terjemah ayat. Karena sejatinya patokan utama dalam memahami ayat
adalah teks ayat itu sendiri. Dengan memahami arti tersurat berdasarkan penafsiran yang tepat,
maka kita akan terhindar dari penyimpangan makna. Setelah kita memahami dengan benar
makna tersurat ayat, baru kita mulai memahami makna tersiratnya, tentu memahami ini perlu
aturan yang telah ditetapkan oleh para ulama ahli tafsir yang mu’tabar. Mengapa kita perlu
mengetahui makna tersirat dan tersurat ayat al-Qur’an? Karena untuk menanamkan dalam jiwa,
hati, dan pikiran kita semua kandungan dari ayat-ayat al-Qur’an. Efek dari semua itu akan
mengantarkan kita terbawa arus ketika membaca atau merenungi suatu ayat al-Qur’an, misalnya
ketika ada ayat yang menjelaskan siksa, membacanya bisa membuat kita menangis, sehingga
ketika kita beribadah, ada peningkatan untuk lebih khusyu’ dan lain-lain. Ini lah yang dinamakan
Tadabbur al-Qur’an sebagai akses atau jalan bagi kita untuk menuju kerohanian.
PEMBAHASAN
A. Konsep Tadabbur Al-Qur'an (Definisi Tadabbur Al-Qur'an, Peran
Tadabbur dalam Memahami Ayat-Ayat Al-Qur'an)
Definisi Tadabbur secara bahasa memiliki makna memahami, mempertimbangkan, atau
berfikir tentang sesuatu. Tadabbur dapat dimaknai dengan memikirkan suatu hakikat atau
juz’iyah, atau sebab akibat dari suatu hal. makna Tadabbur secara bahasa tersebut juga dipakai
2
Abdul Muiz Cholil, “Ini Makna Mukjizat Al-Qur’an”, /https://www.nu.or.id/daerah/ini-makna-mukjizat-al-
quran-E2Y44/. Jum, 8 Juni 2018.
oleh para ahli tafsir, seperti imam al-Zamakhshari yang dawuh tadabbur al-amr berarti melihat
atau meninjau dengan renungan dan melihat dengan teliti dan cermat akibat akhir sesuatu,
kemudian selanjutnya, kata tersebut digunakan untuk segala bentuk perenungan. Maksud dari
tadabbur al-Quran, berarti merenungkan dan memahami dengan baik makna yang terkandung
dalam al-Quran.
Kalau secara istilah, Tadabbur memiliki arti menggunakan mata pikiran yang tajam
melewati tahapan perenungan yang dalam dengan mengulang-ulang untuk menangkap pesan-
pesan terdalam al-Qur'an dan sampai pada makna yang dalam. Oleh karena itu seorang mukmin
sebaiknya menempatkan al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, membacanya serta
mentadabburinya lalu mengamalkan isi kandungannya, Ibnul Qayyim dawuh bahwasanya tidak
ada sesuatu yang lebih agung manfaatnya bagi hati daripada membaca al-Qur’an dengan
mentadabburi setiap ayatnya. Karena al-Qur’an adalah kitab suci yang dapat dipakai pedoman
hidup oleh setiap manusia, dengan membaca sekaligus mentadabburinya, maka akan lahir rasa
cinta kepada Allah, rasa takut kepada Allah, berharap hanya kepada Allah, tawakkal, ridha dan
menerima takdir Allah, sifat sabar dan syukur serta seluruh perbuatan yang bisa menghidupkan
hati dan menuju kebaikan.
Membaca ayat beserta mentadabburi maknanya jauh lebih baik dari pada
mengkhatamkan al-Qur’an tanpa disertai tadabbur dan pemahaman yang cermat pada maknanya.
Membaca al-Qur’an dengan memahami makna dan kandungannya memiliki manfaat yang besar
bagi hati dan pikiran serta jauh lebih besar faidahnya dalam menambah keimanan dan merasakan
nikmatnya kitab suci al-Qur’an3
Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa peran tadabbur dalam memahami ayat-ayat
al-Qur’an lewat pemahaman yang mendalam akan melahirkan berbagai macam manfaat dan
faidah. Salah satunya yaitu memperoleh pemahaman kandungan ayat yang mengandung banyak
makna, hikmah dan kema’rifatan, hakikat kehidupan, alam gaib, hukum Allah dan maqasidnya,
masal atau perumpamaan yang indah, kisah yang baik untuk dijadikan pelajaran, peringatan dan
larangan yang tegas, dan lain-lain. Semua hal tersebut akan mengantarkan bahwa al-Qur’an
merupakan bukti nyata sebuah mukjizat yang agung.4
Dalam QS. Muhammad ayat 24 disebutkan:
َفاَل َيَتَد َّبُروَن ٱۡل ُقۡر َء اَن َأۡم َع َلٰى ُقُلوٍب َأۡق َفاُلَهٓا
3
Liza Jauharatul Munfarida, “Pentingnya Tadabbur Al-Qur’an”,
https://alrasikh.uii.ac.id/2022/07/15/pentingnya-tadabbur-al-quran/. 15 Juli 2022.
4
“Tadabbur dalam Membaca al-Qur’an”, https://alhikmah.ac.id/tadabbur-dalam-membaca-al-quran/.
Diakses 26 November 2023.
Yang artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati
mereka terkunci”.
Di dalam ayat tersebut Allah Swt menyatakan dengan tegas apakah mereka nggak
memperhatikan, menghayati, memahami dengan baik, dan menyelami pesan yang terkandung di
dalam al-Qur’an sehingga mereka dapat beriman kepada Allah Swt. Kemudian juga
dipertanyakan apa hati mereka itu terkunci sehingga tak bisa untuk tadabbur al-Qur’an. Dapat
diambil poin penting bahwa orang yang tidak ada usaha untuk tadabbur dalam memahami pesan-
pesam ilahiyah yaitu kalamullah berupa al-Qur’an, maka hati mereka itu telah terkunci. Sehingga
tidak bisa paham dan menghayati makna al-Qur’an.5
B. Kekayaan Spiritual dalam Al-Qur'an (. Memahami Kekayaan dan Hikmah dalam
Al-Qur'an, Pesan Moral dan Etika dalam Setiap Ayat, Hubungan Individu dengan Tuhan
melalui Al-Qur'an)
Berbicara tentang spiritual, tentu tak lepas dari sebuah hubungan dekat yang bersifat
kerohanian.6 Hubungan yang dimaksud adalah antara seorang hamba dan penciptanya, yaitu
Allah Swt. Al-Qur’an dianggap bisa memberikan sebuah jalan yang terang untuk mendekatkan
diri kepada Allah Swt. Ayat-ayat al-Qur’an dibagi menjadi dua macam, yaitu muhkam dan
mutasyabihat. Kalau muhkam, redaksi dari sebuah ayat itu jelas dan mudah diketahui maksudnya
langsung oleh para pembaca,7 meskipun untuk lebih mendalaminya harus dikaji melalui sebuah
penafsiran. Untuk ayat mutasyabihat, diperlukan pengkajian yang mendalam agar bisa kita
ketahui maksudnya, biasanya kandungan darinya itu berisi tentang teologis dan lain-lain,
meskipun makna hakiki dari ayat tersebut hanya Allah yang tahu, tetapi kita bisa mengambil
kebaikan dari ayat tersebut tanpa melanggar atau menyimpang dari aturan yang berlaku. Semua
pesan ilahi yang masih tersingkap perlu kecerdasan spiritual untuk memahaminya. Dari sini bisa
diketahui bahwa al-Qur’an yang artinya adalah bacaan menuntut kita untuk lebih dari sekedar
membaca, tetapi juga ada usaha untuk memahami berbagai pesan tersembuyi di balik kitab suci
tersebut.8
Dengan kita memahami pesan tersembunyi tersebut, otomatis akan berhasil proses
tadabbur Al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an berbagai pesan moral yang diajarkan. Semua pesan itu
5
Novita Septia, “Tadabbur al-Qur’an, Sikap yang Harus diteladani Umat Muslim”
https://www.orami.co.id/magazine/tadabbur. 31 oktober 2022.
6
Laudia Tysara, “Spiritual adalah Melihat ke Dalam Batin”,
https://www.liputan6.com/hot/read/4851738/spiritual-adalah-melihat-ke-dalam-batin-simak-faktor-
pemengaruh-dan-contohnya//.05 Januari 2022.
7
Manna’ Khalil al-Qattan, “Studi Ilmu-iImu Al-Qur’an”, diterjemahkan oleh: Drs. Mudzakir AS. (Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa). 2013.
8
Idaman dan Samsul Hidayat, Jurnal Khatulistiwa, “Al-Qur’an dan Kecerdasan Spiritual: Upaya menyingkap
Rahasia Allah dalam Al-Qur’an”. Volume 1 Nomor 1 Maret 2011.
Volume 7, Number 1, 2023 3
Nama Penulis
tentu tidak ada yang berbeda dengan prinsip kemanusiaan. Karena al-Qur’an berasal dari Allah,
maka Allah Swt sebagai Khaliq atau pencipta itu pasti tahu segala hal yang dibutuhkan oleh
hambanya. Karena itulah semua aturan yang ada di al-Qur’an yang diperuntukkan untuk manusia
pasti tidak bertentangan dengan kemampuan manusia untuk melakukannya. Ini menjadi penguat
bahwa al-Qur’an seharusnya dibuat landasan moral untuk manusia. Disebutkan bahwa al-Qur’an
itu sebagai landasan moral karena ia adalah penuntun hati bagi manusia.
Alquran selalu membimbing kita untuk menggunakan akal dalam menentukan baik
buruknya suatu perbuatan, tetapi walaupun begitu, al-Qur’an tetap memberikan penilaian tentang
status perbuatan itu baik atau tidak. Penilaian yang diberikan oleh Alquran inilah yang
menjadikannya patut diposisikan sebagai landasan moral. Al-Qur’an adalah landasan moral yang
kokoh karena pesan yang terkandung di dalamnya itu sesuai diterapkan kapan saja dimana saja.
Selain itu, semua pesannya selalu masuk dalam kehidupan sehari-hari sehingga makna-makna
yang terkandung dari pesan moral tersebut tetap saja aktual. Melihat bahwasanya Alquran
sebagai landasan moral dalam berbagai hal, tentunya semua pesan-pesannya sesuai dengan
perubahan zaman.9
Dalam QS. Al-Isra’ ayat 9 disebutkan:
ِإَّن َٰه َذ ا ٱْلُقْر َء اَن َيْهِد ى ِلَّلِتى ِهَى َأْقَو ُم َو ُيَبِّش ُر ٱْلُم ْؤ ِمِنيَن ٱَّلِذ يَن َيْع َم ُلوَن ٱلَّٰص ِلَٰح ِت َأَّن َلُهْم َأْج ًرا َك ِبيًرا
Artinya: Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh
bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
Penjelasan dari ayat itu adalah Allah Swt menurunkan al-Qur'an kepada Rasulullah
Muhammad untuk dijadikan huudan atau penunjuk bagi umat manusia supaya mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an juga menyajikan kabar bahagia kepada orang
mukmin yang mengerjakan kebaikan sebagai bayyinah atau bukti dari keimanannya itu, bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar sebagai imbalan atas iman mereka dan apa yang mereka
amalkan itu.10 Di dalam ayat tersebut ada sebuah pernyataan bahwa al-Qur’an memberi petunjuk
kepada jalan yang lebih lurus. Maksudnya adalah tidak ada petunjuk yang lebih baik dan tepat
sasaran kecuali yang terdapat di dalam al-Qur’an. Jika makna ini dihubungkan dengan persoalan
moral, berarti setiap moral yang berasal dari Alquran pasti memiliki kebaikan. Pernyataan ini
pantas dibuat tendensi bahwa Alquran sangat sesuai dijadikan landasan moral.
9
Dr. Achyar Zein M.Ag, “Pesan-Pesan Moral dalam Al-Qur’an” (Medan: Perdana Pubhlising). November 2015.
10
“Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI”, https://tafsirweb.com/4613-surat-al-isra-ayat-9.html. September
2018.
cukup dengan tafsir yang ringkas seperti Tafsir Jalalain dan lain-lain. Meskipun membaca kitab
tafsir yang tebal itu bisa memperluas pemahaman kita terhadap maksud dari suatu ayat, tetapi
tujuan awal kita disini adalah memperbaiki atau mengarahkan terjemahan kita agar tidak
menyimpang dari maksud suatu ayat. Kalaupun toh kita perlu melihat tafsir yang lebih luas lagi
keterangannya, itu nanti, yang penting sekarang adalah meluruskan arti ayat tersebut secara
tekstual dahulu. Baru kemudian ketika memang diperlukan, kita bisa membaca kitab tafsir yang
lebih luas keterangannya. Dengan membaca kitab tafsir yang lebih luas, kita bisa memperoleh
makna tersirat dari suatu ayat, meskipun bisa saja makna tersirat itu bisa kita peroleh melalui
pemahaman ayat dari berbagai aspek.
13
Nasarudin Umar, “Memahami Munasabah Ayat”, https://news.detik.com/kolom/d-4898037/memahami-
munasabah-ayat/.13 Februari 2020.
Sehingga ketika kita membacanya berulang-ulang serta merenungi setiap kata demi kata, maka
makna dari ayat al-Qur’an bisa kita resapi dengan sepenuh hati dan mudah masuk ke akal pikiran
kita. Karena kita sudah tahu maksud dari ayat tersebut, sehingga proses tadabbur bisa berjalan
dengan baik.14
14
Admin Nyantren. Com. “Langkah-langkah Mentadabburi al-Qur’an”, http://nyantren.com/blog/langkah-
langkah-mentadabburi-al-quran/. 17 Juli 2018.
15
Waluyo Sedjati, “Perintah Beribadah Kepada Allah”, https://kanalsembilan.net/detailpost/perintah-
beribadah-kepada-allah//. 08 April 2022.
Volume 7, Number 1, 2023 3
Nama Penulis
ُقْل ِإَّن َص اَل ِتى َو ُنُس ِكى َو َم ْح َياَى َو َمَم اِتى ِهَّلِل َر ِّب ٱْلَٰع َلِم يَن
Yang artinya: “Katakanlah: sesungguhnya sholatkku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Apabila kita mentadabburi ayat tersebut, kita akan menemukan satu aspek bahwa adanya
kita di dunia ini itu atas kehendak Allah Swt, maka kita sebagai hamba hendaknya
mengaplikasikan makna ikhlas dalam setiap hal baik yang kita lakukan. Imam Fakhruddin Razi
di dalam buah karyanya yaitu Tafsir Mafatihul Ghaib menenerangkan ayat ini berisi tentang
sikap ikhlas pada Allah dalam beribadah. Pasalnya, ibadah yang dilaksanakan tanpa ada
keikhlasan tidak akan diterima Allah. Dengan begitu, hakikat dari ibadah yang notabenenya
hanya untuk Allah Swt semata bisa diketahui sehingga meningkatkan nilai spiritualitas kita. 17
16
Pasha Nandaka dan Clara Moningka, Artikel “Spiritualitas: Makna dan Fungsi”, Vol.4. No.4, Februari 2018.
17
Zainudin Lubis, “Meluruskan Penafsiran Al-Qur’an Q.S al-An’am; Ayat 162”,
https://bincangsyariah.com/khazanah/meluruskan-penafsiran-al-quran-q-s-al-anam-ayat-162/. 16 Juni 2021.
a. Taubat
Secara umum, ketika orang ingin merubah dirinya menjadi lebih baik, hal awal yang
harus dilakukan adalah dengan taubat. Taubat sendiri dapat diartikan sebagai bentuk
permohonan ampun atas segala dosa dan kesalahan yang dilakukan, dengan menyertakan janji
yang serius untuk tidak melakukan dosa dan kesalahan lagi.
b. Wara’
Wara’ diartikan menurut pendapat para sufisme sebagai kegiatan meninggalkan segala
sesuatu yang haram dan tidak jelas. Dalam pandangan mereka, barang yang haram akan
menyebabkan noda hitam di dalam hati yang bisa mematikan hati sebagai penyebab tidak dapat
berhubungan dekat dengan Allah Swt. Karena itu kita perlu hati-hati, bahkan bisa mencontoh
orang-orang sufi yang sangat berhati-hati terhadap sesuatu yang belum jelas kehalalan dan
keharaman nya yang mana itu harus ditinggalkan juga.
c. Zuhud
Menurut pendapat orang sufi, zuhud adalah meninggalkan kehidupan dunia dan berfokus
pada kehidupan akhirat. Pada tingakatan zuhud yang tertinggi, seorang sufi akan memandang
segala sesuatu akan tidak punya arti, kecuali Allah semata. Pada tingkatan ini, orang yang zuhud
itu meninggalkan kehidupan dunia bukan karena ada iming-iming kenikmatan dari akhirat, tetapi
karena kecintaan kepada Allah semata. Tetapi perlu diketahui bahwa makna zuhud itu jangan
kita artikan sebagai benci dunia dan seisinya, tetapi lebih ke makna tidak terlalu mencintai hal-
hal yang bersifat keduniawian secara berlebihan sehingga mengurangi atau mengalahkan
kecintaan kita terhadap akhirat.
d. Tawakkal
Tawakkal berasal dari fiil madhi wakkala yang artinya mewakilkan atau juga bisa
diartikan menyerahkan. Jika dilihat dari sisi terminologi, tawakkal artinya berserah diri secara
totalitas di hadapan Allah Swt ketika menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan.
Tawakkal merupakan sikap dari hasil keyakinannya yang mantap kepada Allah. Keyakinan ini
nantinya yang akan mendorong untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. dengan
begitu, hati akan menjadi tentram tanpa ada rasa was was.18
Keempat hal diatas ketika kita mampu melakukannya dengan sungguh-sungguh maka
kita bisa menjadi pribadi yang bersih dan lebih baik dari sebelumnya. Bersih disini bukan berarti
terbebas dari dosa, karena sejatinya, manusia tidak terlepas dari dosa, maksud bersih disini
adalah kita senantiasa selalu menjauhi perkara-perkara yang menyebabkan dosa, apabila kita
melakukan dosa sekecil apapun, maka akan timbul rasa menyesal, bukan kok malah menikmati.
Dari sinilah tadabbur al-Qur’an memberikan pengaruh yang begitu besar di dalam kehidupan
kita.
PENUTUP
Setelah kita mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan tadabbur al-Qur’an, urgensi, dan
tata caranya, serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu salah satunya sebagai
upaya untuk membuat jiwa dan raga semakin dekat kepada Allah Swt dengan merubah
18
Iqbal Firdaus, Jurnal Ilmu Ushuluddin, “Ajaran, Pengamalan, dan Maqamat Tasawuf”, Vol. 1 No. 2 Desember
2015.
kepribadian menjadi lebih baik, bisa kita ambil kesimpulan bahwa al-Qur’an itu tidak hanya
bacaan biasa, tetapi posisinya sebagai kitab suci dan sumber hukum utama dalam islam ini
mempunyai keistimewaan yang banyak sekali ketika kita mau untuk mempelajarinya. Dengan al-
Qur’an, hidup kita lebih terarah menjadi lebih baik. Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan kalam
nabi atau manusia biasa, dengan menjadikan al-Qur’an ini sebagai penuntun hidup kita, maka
predikat sebagai hamba yang baik dihadapan Allah Swt bisa kita peroleh, sehingga kebahagiaan
dunia dan akhirat bisa kita dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Zamroni Ishaq dan Ihsan Maulana Hamid, Jurnal Institut Pesantren Sunan Drajat
(INSUD) Lamongan, “Konsep dan Metode Tadabbur dalam Al-Qur’an”. Vol. 16 No. 02.
Novita Septia, “Tadabbur al-Qur’an, Sikap yang Harus diteladani Umat Muslim”
https://www.orami.co.id/magazine/tadabbur.
Dr. Achyar Zein M.Ag, “Pesan-Pesan Moral dalam Al-Qur’an” (Medan: Perdana Pubhlising).
Pasha Nandaka dan Clara Moningka, Artikel “Spiritualitas: Makna dan Fungsi”, Vol.4. No.4.
Iqbal Firdaus, Jurnal Ilmu Ushuluddin, “Ajaran, Pengamalan, dan Maqamat Tasawuf”, Vol. 1
No. 2.