You are on page 1of 7

71

JURNAL KAJIAN PEMBELAJARAN DAN KEILMUAN


Volume 7 Nomor 1 Tahun 2023 Halaman 71-77
p-ISSN: 2579-4299, e-ISSN: 2621-0533, DOI: 10.26418/jurnalkpk.v7i1. 64475
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jurnalkpk

PENERAPAN MULTIKULTURAL DALAM PELAJARAN PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN DALAM KONSEP BHINEKA
TUNGGAL IKA DI SEKOLAH DASAR

Dorawan Lia Sihite1, Nurhabibah Meha 2, Rifa Atul Suaidah Lubis3,


Reh Bungana Beru P.A4,Surya Dharma5
Universitas Negeri Medan1, Universitas Negeri Medan2, Universitas Negeri Medan3

Article Info ABSTRACT


Indonesia is a pluralistic country with a diversity of ethnicities,
Article history:
languages, religions and cultures. The diversity of the Indonesian
Received: 19 April 2023 nation can be seen from two perspectives, namely vertical and
Revised : 29 April 2023 horizontal. There are many students who do not understand or
Accepted: 30 April 2023 understand how to respect fellow friends who are different from
themselves so that the value of tolerance is almost extinct. This study
aims to find out how a teacher can implement ways to help students
Keywords: become aware of this diversity. The method used is the Library
Multicultural, Unity in Research method (literary study) where the Library Research method
Diversity, The Role of the (library study) has benefits including: Exploring the basic theories
Teacher and concepts that have been discovered by previous researchers.
Following the development of research in the field to be studied. Gain
a broader orientation on the chosen topic. The results of these findings
are (1) Building an attitude of equality (2) Encouraging social
substance (3) Building Gender Quality (4) Introducing the shape of
traditional houses and traditional clothes from various ethnicities (5)
Inviting students to taste food from various regions (6) Listening to
folk songs (7) Showing different ways of dressing, both from ethnic
groups.
Copyright © 2021 Dorawan Lia Sihite1, Nurhabibah Meha 2, Rifa Atul
Suaidah Lubis3, Reh Bungana Beru P.A4,Surya Dharma5.

� Corresponding Author:
Dorawan Lia Sihite1, Nurhabibah Meha 2, Rifa Atul Suaidah Lubis3,
Reh Bungana Beru P.A4,Surya Dharma5
Universitas Negeri Medan, Jalan William Iskandar, Medan
Email: dorawanlias@gmail.com 1, nurhabibahmeha@gmail.com 2 rifalubis46@gmail.com 3

PENDAHULUAN
Negara dengan jumlah penduduk yang besar, negara Indonesia adalah salah satu negara
multikultural terbesar di dunia dengan suku bangsa dengan keragaman budaya dan bahasa,
kepercayaan, kondisi sosial ekonomi, keragaman agama dan gender (Suryana, 2015)
Tergantung situasinya Melihat keberagaman tersebut, dirasa perlu untuk mengembangkan sikap
toleran terhadap siswa Sekolah dasar baru dalam berbagai situasi yang beragam dan sosial
72

Dalam keragaman tersebut, perilaku apresiatif dapat terbentuk dan lahir dapat membawa
ketentraman, kenyamanan dalam tatanan kehidupan masyarakat (A. Farikhatim, 2016) Toh, itu
bisa meningkatkan toleransi siswa untuk mendukung tercapainya masyarakat multikultural yang
serasi dan serasi
Indonesia adalah negara yang majemuk Keanekaragaman suku, bahasa, agama dan budaya.
Keberagaman bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua sudut pandang Perspektif yaitu vertikal
dan horizontal (Pettalongi, 2013, h.173). Pluralisme vertikal muncul struktur lapisan sosial dan
lapisan masyarakat, sedangkan secara horizontal menunjukkan adanya satuan-satuan sosial
berdasarkan suku, agama, adat istiadat dan kebiasaan.daerah Ada perbedaan dalam pluralisme
vertical dari tingkat pendidikan, keuangan, pemukiman, pekerjaan dan sosial budaya. Akhir
Vertikal itu mengacu pada kedudukan sosial yang terdapat dalam masyarakat, yaitu kelas sosial.
Dalam arti tertentu, modernitas menjadi perwujudan perbedaan vertikal Perbedaan ini
disebabkan oleh perkembangan alat peradaban manusia pada tatanan sosial yang terpecah kelas
dalam masyarakat.
Dalam pendidikan multikultural, prinsip-prinsip tersebut dikoordinasikan memberikan
pelatihan dalam Pasal 4(1) UU No. 23 Tahun 2003, tentang membaca bahwa pelatihan ini
sangat terorganisir demokratis, adil dan tidak diskriminatif dengan mempromosikan hak asasi
manusia dan nilai-nilai Agama, nilai-nilai budaya dan pluralisme bangsa. Penyelenggaraan
pendidikan memerlukan multikulturalisme dan metode pembelajaran yang berbeda.
Pembelajaran terjadi dengan memberikan wawasan tentang keragaman yang melahirkan
toleransi. Istilah toleransi tidak disamakan dengan keragaman budaya dan etnis, tetapi lebih
menekankan keragaman budaya dan kesetaraan. Dalam pembelajaran di lingkungan sekolah
perlu diperhatikan atau ditegaskan multikulturalisme dan toleransi.
Dalam pelaksanaan pendidikan multikultural, guru berperan dalam membentuk peserta
didik sikap toleran dan beragam. Guru dan sekolah untuk membangun paradigma keberagaman
agama melalui kegiatan pembelajaran agama materi terpadu tentang keberagaman agama
Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) (Widiarti, 2016)
Pelaksanaan pendidikan sekolah melalui pembelajaran di kelas. Pembelajaran terapan dapat
mendukung sikap toleransi dan keberagaman sebagai ekspresi nilai multikultural. Pembelajaran
pendekatan tematik dengan bantuan buku bergambar dapat menjadi ide untuk membentuk
pendidikan sekolah. Ide pembelajaran Selama pembelajaran, pendekatan tematik buku
bergambar digunakan tema PPK.
Keberagaman masyarakat Indonesia tercermin dalam berbagai bidang kehidupan.Kisaran
bidang politik, ekonomi dan sosial juga tercermin secara geografis, Budaya, agama, suku dll.
Ada keragaman di daerah yang berbeda ini menyebabkan Indonesia disebut sebagai masyarakat
yang multietnik, multireligius (multiagama). budaya (multikultural) dll. Makna Kesatuan
(Unity) dalam Bhineka Tunggal Ika merupakan cerminan dari rasionalitas yang lebih
menekankan persamaan daripada perbedaan. Bhinneka Tunggal Ika dengan tegas menyatakan
adanya keharmonisan antara keragaman dan kesunyian Keragaman dan keunikan, antara
keragaman dan kesatuan, antara banyak dan satu pluralisme dan monisme (Meytati Rahma,
2023).
Untuk memahami ruang lingkup penelitian ini diperjelas di kajian teori terkait dengan
penjelasan penelitian Secara etimologis, istilah multikulturalisme berasal dari kata berikut: moni
(banyak/beraneka ragam) dan kulturen (kebudayaan atau budaya), artinya keragaman budaya.
Istilah multikulturalisme sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan kelompok etnis
yang berbeda dalam masyarakat Saya Multikulturalisme adalah ideologi yang mengakui dan
merayakan perbedaan kesetaraan baik secara individual maupun kultural (Jarry, 1991). Budaya
yang perlu dipahami bukanlah budaya dalam arti sempit, tetapi budaya dalam arti sempit semua
dialektika manusia dalam kaitannya dengan kehidupannya. dialektikabanyak wajah muncul,
seperti sejarah, pemikiran, Budaya linguistik, bahasa dan lain-lain (Zamhari, 2016)
73

Multikulturalisme adalah hubungan pluralisme di mana ada minoritas terhadap masalah


mayoritas di mana perjuangan eksistensial dilancarkan Pengakuan, Keadilan (Equality),
Persamaan dan Keadilan (hukum). Multikulturalisme jelas memperkaya pluralisme, meskipun
tidak bisa disamakan dengan itu (Parekh, National Culture and Multicukulturalism dalam
Kenneth Thomson , 1997). Dari Dari sisi sejarah, konsep multikulturalisme tidak hanya sebuah
wacana tetapi sebuah ideologi untuk diperjuangkan karena diperlukan sebagai dasar untuk
menjaga demokrasi, hak asasi manusia dan kesejahteraan manusia. Berbeda Konsep yang
berkaitan dengan multikulturalisme ada demokrasi, hukum dan ketertiban, nilai-nilai budaya, dll
Ethos, milik bersama dalam perbedaan yang sama, etnis Bangsa, Suku, Budaya Suku,
Kepercayaan Agama, ekspresi budaya, ruang pribadi, dll Ruang publik, hak asasi manusia, hak
budaya masyarakat dan konsep terkait lainnya.
Keberagaman masyarakat Indonesia sebagai masyarakat majemuk suku, budaya, adat
istiadat, dan perbedaan agama, ras, Budaya dll membuat masyarakat Indonesia multikultural. Ini
bisa menjadi tantangan dalam mempersatukan Indonesia masyarakat yang kuat dalam
keragaman dan keragaman. Itu bisa dilakukan memberikan mereka pendidikan multikultural
sedini mungkin siswa saat belajar. Guru bertanggung jawab atas penyampaiannya Melatih siswa
untuk mengenali perbedaan yang muncul dalam kehidupan mereka setiap hari. (Nur Latifah,
2021).
Benda Hal ini harus didukung dengan penerapan konsep demokrasi, hukum dan keadilan,
Penghormatan terhadap hak asasi manusia berdasarkan nilai-nilai ideologis bangsa. (Nur
Latifah, 2021). Pendidikan multikultural dapat membantu siswa Identitas dan budaya,
menemukan perbedaan budaya keragaman dan toleransi. tujuan pendidikan Multikulturalisme
membantu untuk memahami latar belakang diri sendiri dan kelompok, untuk menghormati dan
menghargai keragaman, untuk memecahkan masalah etnosentris, untuk memahami ekonomi,
sosial, psikologis, dan historis, memperkuat kemampuan kritis untuk menghadapi masalah dan
mengembangkan jati diri (Suryana R. d., 2015). Pendidikan multikultural ini memberikan
kesempatan dan pilihan kepada siswa Dukungan budaya dan pemeliharaan.
Pendidikan multikultural pada hakekatnya adalah sikap melihat keunikan orang tanpa
membedakan ras, budaya atau jenis jenis kelamin, jenis kelamin, kondisi fisik atau status
ekonomi seseorang (skeel, 1995). Pendidikan multikultural adalah sebuah strategi Pendidikan
yang menggunakan keragaman latar belakang budaya para Mahasiswa sebagai salah satu
kekuatan pembentukan sikap multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat, setidaknya bagi
sekolah sebagai institusi Pendidikan dapat membentuk pemahaman bersama tentang konsep
kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan dan demokrasi dalam arti luas (Liliweri:2005).
(Sipuan, 2022).
Anak-anak harus dibesarkan secara multikultural sedini mungkin Anak-anak dapat
memahami dan memahami bahwa ada keragaman budaya di lingkungan Dia. Keanekaragaman
budaya sedikit banyak akan mempengaruhi adat berpikir, sikap dan perilaku orang sehingga
mereka memiliki kebiasaan, Kode moral dan kebiasaan yang berbeda satu sama lain. Jika
perbedaan ini tidak dapat diterima secara benar dan rasional, itu adalah kontradiksi sering terjadi
di masyarakat. Itu terlihat dalam kehidupan orang-orang Indonesia baru-baru ini (Hanum dan
Rahmadonna 2009) (Hanum, 2009).
Sekolah adalah lembaga pendidikan untuk memberikan kontribusi terhadap kesadaran
generasi muda. Tugas guru adalah melatih, mendisiplinkan pikiran siswa, memberikan
pendidikan Moralitas dan agama, meningkatkan kesadaran nasionalisme, patriotisme dan
kewarganegaraan yang baik (Suryana R. d., 2015). Guru membangun paradigma kebinekaan
dengan sikap demokratis dalam berbagai hal, baik dalam perkataan maupun artifisial.
Hakikat Bhineka Tunggal Ika, menurut Setyaningsih (2019), “kesatuan dalam keragaman
adalah keberagaman dalam kesatuan”. Persatuan adalah cita-cita. Dikatakan ideal karena
persatuan adalah harapan atau cita-cita untuk mengangkat atau menempatkan unsur-unsur
74

perbedaan Kebhinekaan bangsa Indonesia dalam satu wadah yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia.Persatuan adalah upaya menciptakan wadah yang mampu menyatukan perbedaan atau
keragaman. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah
suatu pernyataan Jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang
majemuk, namun tetap untuk menjaga kesatuan. Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa
yang ada dan yang dijadikan Bagian dari lambang negara Indonesia yaitu Garuda Pancasila
(Setyaningsih, 2019).
Saat dianalisis, ungkapan Sansekerta terdiri dari kesatuan dalam keragaman kata Bhineka,
Tunggal dan Ika. Kata Bhinneka berasal dari Bhinna dan Ika. Bhina artinya beda dan Ika artinya
itu. Jadi kata Bhineka artinya berbeda. Analisis lain menunjukkan bahwa kata Bhineka terdiri
dari unsur kata “bhinn-a-eka”. Unsur “a” berarti tidak dan “eka” berarti satu. Kata Bhineka juga
bisa berarti “yang bukan”. Kata Tunggal berarti satu, dan Ika berarti itu. Dari analisis tersebut
dapat disimpulkan bahwa semboyan “kesepian dalam keberagaman” berarti “apa”. berbeda"
atau "banyak namun satu". berbagai atau sesuatu perbedaan tersebut terkait dengan realitas
objektif masyarakat Indonesia dengan keragamannya panjang.
Keberagaman masyarakat Indonesia tercermin dalam berbagai bidang kehidupan.Kisaran
bidang politik, ekonomi dan sosial juga tercermin secara geografis, Budaya, agama, suku dll.
Ada keragaman di daerah yang berbeda ini menyebabkan Indonesia disebut sebagai masyarakat
yang multietnik, multireligius (multiagama). budaya (multikultural) dll. Makna Kesatuan
(Unity) dalam Bhineka Tunggal Ika merupakan cerminan dari rasionalitas yang lebih
menekankan persamaan daripada perbedaan. Bhinneka Tunggal Ika dengan tegas menyatakan
adanya keharmonisan antara keragaman dan kesunyian Keragaman dan keunikan, antara
keragaman dan kesatuan, antara banyak dan satu pluralisme dan monisme (Meytati Rahma,
2023)
Begitu pula sebaliknya, jika aspek kesatuan yang menekankan kesamaan memanifestasikan
dirinya dengan cara yang berbeda Keanekaragaman yang berlebihan adalah pengingat terus-
menerus bahwa keragaman adalah sifat dan berkah tidak bisa dihindari Semboyan Bhineka
Tunggal Ika merupakan pernyataan pengakuan atas realitas bangsa Indonesia yang majemuk
(bhineka) tetapi selalu mengupayakan terwujudnya persatuan (kesendirian). Indonesia dengan
Bhinneka Tunggal Ika berarti Indonesia bersama dengan pengakuan keberagaman atau
perbedaan juga mengakui adanya persatuan dan dengan kata lain tetap ingin menjadi bangsa
Bangsa Indonesia. (Meytati Rahma, 2023)
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika digunakan untuk menjaga persatuan dan kesatuan
Persatuan bangsa Indonesia, termasuk konflik yang muncul seperti rasisme dan diskriminasi.
Walaupun orang Indonesia memiliki suku, adat, ras dan agama yang berbeda, namun kita serupa
Rakyat Indonesia harus tetap bersatu dalam perjuangan kemerdekaan. Agar itu benar cita-cita
negara merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur (Amalia Dwi Pertiwi, 2021)
Implementasi Di Sekolah, penerapan pembelajaran tematik diperlukan rencana pelaksanaan
pembelajaran meliputi, yaitu menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan, mempelejari
kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran yang dipadukan, memilih dan menetapkan
tema, membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu,
menyusun silabus pembelajaran tematik, penyusunan rencana pembelajaran tematik pengelolaan
kelas (Rusman, 2014, h.260-271).
Peran guru dalam pembelajaran memenuhi syarat kedewasaan, sehat jasmani, dan rohani.
Guru agar dapat menyampaikan ilmu pengetahuan atau bidang studi yang diajarkannya harus
mengusai ilmu atau bidang studi yang diajarkan. Guru menjadi fasilitator yang memberikan
kebebasan kepada siswa, dapat mendorong perkembangan siswa, memberikan bantuan kepada
siswa dengan tepat, dan membiarkan siswa tumbuh melawati batas-batas perkembangan sendiri.
Selain aspek pengetahuan, guru dalam menjalankan tugas profesional harus mendukung
pembelajaran terpadu. Sikap dan sifat yang harus dimiliki guru pada pembelajaran terpadu,
75

yaitu fleksibel, bersikap terbuka, berdiri sendiri, peka, tekun, realistik, melihat ke depan, rasa
ingin tahu, ekspresif, dan menerima diri (Majid, 2014, h.185-188).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan bagaimana penerapan multicultural
berbasis ke Bhineka Tunggal ika pada tingkat sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian Kepustakaan. Dimana metode ini bermaksud bahwa penelitian yang
dilakukan dengan cara membaca buku-buku atau majalah dengan sumber data lainnya dalam
perpustakaan. Pada penelitian ini menggunakan dua tahap yakni tahap studi pendahuluan
dengan mencari sumber yang menjelaskan mengenai multicultural disekolah dasar serta
Bhineka Tunggal Ika dan Tahap selanjutnya Tahap kegiatan penelitian dengan mereview
literature yang berkaitan dan menyusun kedalam sebuah artikel. Untuk menjawab hasil
permasalahan penelitian yang sesuai dengan kebutuhan yakni dengan penelitian secara kualitatif
deskripsi, untuk memperoleh hasil serta jawaban penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Peran Guru sebagai seorang Pendidik, membangun sikap persamaan ( equality ) Guru dalam
konteks ini harus mendorong kesadaran multikultural dengan membangun semangat empati,
equality dan toleransi kepada peserta didik.Mendorong substansi sosial dimana Guru dengan
pendidikan multikulturalnya selalu mendorong untuk menegakkan demokrasi sebagai sarana
membangun konsensus seluruh warga Negara. Membangun Gender Quality dimana Guru dalam
membangun kesetaraan gender melalui pendidikan multikulturalnya hendaknya mendasarkan
pada prinsip memberi penekanan kesamaan dan kesetaraan yang mendasar antara laki-laki dan
perempuan serta hak-hak mereka yang vital (Masamah & Zamhari, 2016, pp. 281–284).
Memperkenalkan Bentuk Rumah adat dan Baju adat dari berbagai etnis. Mengajak siswa untuk
mencicipi makanan dari berbagai daerah dan mendengarkan lagu – lagu daerah
Menurut ( Lickona dalam Komalasari & Saripudin, 2017, p. 11) menekankan pentingnya
tiga komponen karakter yang baik, yaitu: karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan
(knowing the good), mencintai atau menginginkan kebaikan (loving or desiring the good), dan
melakukan kebaikan (acting the good).
Menurut (Komalasari & Saripudin, 2017, p. 43) memandang butir - butir toleransi
Tillman tersebut sangat mendukung terciptanya kedamaian dalam kehidupan di masyarakat,
mengingat setting sosial masyarakat Indonesia yang majemuk dengan aneka-ragam budaya,
bahasa, agama dan kepercayaan. Nilai toleransi merupakan harga mati yang harus
dipertahankan guna menciptakan kehidupan yang harmonis terbebas dari konflik
berkepanjangan dan jatuhnya korban akibat sikap anti toleransi..

Gambar 1. Toleransi Antar Umat Beragama


Sumber: http://www.pusakaindonesia.org/
76

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis memandang toleransi merupakan
satu dari berbagai karakter yang sejak dini perlu ditanamkan dan dibentuk pada peserta didik.
Sikap ini berkaitan dengan kesadaran diri dan kecakapan sosial, seperti sikap saling menghargai,
demokratis, bersahabat, cinta perdamaian dan persatuan, kepedulian sosial, empati dan
kerjasama. Melalui toleransi, niscaya dapat mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia
yang harmonis, bebas konflik, bebas sikap intoleran, dan memandang kemajemukan
sebagai keindahan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika (Mandayu, 2020, p. 32)
Implementasi nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika dan pola pembiasaan yang dilakukan
oleh pihak sekolah seperti tidak membeda-bedakan antar umat beragama, tidak adanya
rasialisme dalam lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari. Hal ini didukung oleh
hasil penelitain (Dempsey & Ching, 2016) menyatakan bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah
Penjelasan buku teks Bhineka Tunggal Ika juga terkait dengan (1) Filsafat, ideologi dan
landasan negara, pancasila (2) Konstitusi republic.

KESIMPULAN DAN SARAN


Simpulan menyatakan jawaban dari hipotesis dan/atau tujuan penelitian yang telah Hasil
dari Penelitian ini Penerapan Multikultural dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dalam konsep Bhineka Tunggal Ika di Sekolah Dasar harus perlu ditanamkan dan dibentuk pada
peserta didik. Sikap ini berkaitan dengan kesadaran diri dan kecakapan sosial, seperti sikap
saling menghargai, demokratis, bersahabat, cinta perdamaian dan persatuan, kepedulian sosial,
empati dan kerjasama.walaupun demikian antara guru sebagai pendidik disekolah maupun
orang tua hendak lah ikut serta menanamkan nilai ke Bhineka an di tengah – tengah ligkungan
sekolah maupun masyarakat agar siswa tersebut tumbuh menjadi Pemuda berjiwa Nasional dan
Berbudi Luhur. Maka sikap yang diambil oleh seorang guru harus mencerminkan apa yang
diperbuat karena pada dasarnya anak bersifat meniru.

DAFTAR PUSTAKA
A. Farikhatim, A. S. (2016). Mengelolah Keragaman di Sekolah. Gagasan dan Pengalaman
Guru, 23.
Amalia Dwi Pertiwi, D. D. (2021). Implementasi Nilai Pancasila sebagai Landasan Bhineka
Tunggal Ika . Jurnal Kewarganegaraan , 5 (1).

Banks, J. (2002). An Introduction to Multicultural Education. Boston: Allyn and Bacon.

Hanum, F. (2009). Pendidikan Multikultural sebagai sarana membentuk Karakter Bangsa (


Dalam Prespektif Sosiologi Pendidikan ). Seminar Regional DIY Jateng.

Hidayah, L. L. (2019). Pendidikan Mutikultural pada Program Kurikuler di Sekolah Dasar.


Jurnal Pendidikan Ilmu - Ilmu Sosial , 11.

Jarry, D. d. (1991). Multiculturalism. New York: Harper.

Mahmud, C. (2016). Pendidikan Multikultural. Pustaka Pelajar.

Majid. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Rosdakarya.

Meytati Rahma, R. S. (2023). Meningkatkan Mutu Peserta Didik melalui Pengimplementasian


Nilai - Nilai Pancasila dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika. ADIJAYA Journal
Multidisiplin, 64-67.
77

Nur Latifah, A. M. (2021). Pendidikan Multikultural di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar
Nusantara, 2.

Parekh, B. (1997). " National Culture and Multiculturalism"dalam Kenneth Thomson. London:
Sage Publication.

Parekh, B. (1997). National Culture and Multicukulturalism dalam Kenneth Thomson . London
: Sage Publications.

Rusman. (2014). Model -Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Setyaningsih, U. (2019). Implementasi Nilai - Nilai Bhineka Tunggal Ika pada peserta didik
kelas VII SMP Negeri 1 Surakarta Pada tahun pelajaran 2016/ 2017. Civics Education and
Social Science Journal ( CESSJ ), 1(1).
Sipuan, I. W. (2022). Pendekatan Pendidikan Multikultural. AKSARA : Jurnal Ilmu Pendidikan
Nonformal, 2.

Suryana, R. d. (2015). Pendidikan Multikultural . Bandung : Pustaka Setia.

Suryana, Y. (2015). Pendidikan Multikultural " Satu Upaya Penguatan jati Diri bangsa.
Bandung: CV. Pustaka Setia.

Widiarti, I. d. (2016). Implementasi Pendidikan Multikultural sebagai upaya bela negara dalam
membentuk ketahanan nasional di SD Kansius eksperimental Manguan . Jurnal pendidikan
kewarganegaraan dan hukum , 1 - 15.

Widiyanto, D. (2017). Pembelajaran Toleransi dan Keragaman dalam Pendidikan Pancasila


dan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Konferensi National Kewarganegaraan , 3.

Widiyanto, D. (2017). Penanaman Nilai Toleransi dan Keberagaman melalui Strategi


Pembelajaran Tematik Storybook pada Mata Pelajaran PPKn di Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan , 7.

Zamhari, U. M. (2016). Peran Guru dalam membangun Pendidikan berkesadaran Multikultural


di Indonesia. Quality, 2.

Dempsey, K., & Ching, J. (2016). “Cultural Competence Implication for Counselors in
Training”. Redfame Publishing.

Komalasari, K., & Saripudin, D. (2017). Pendidikan karakter konsep dan aplikasi living values
education. PT Refika Aditama.

Mandayu, Y. Y. B. (2020). Pembentukan Karakter Toleransi Melalui Habituasi Sekolah. Jurnal


PIPSI (Jurnal Pendidikan IPS Indonesia), 5(2), 31.
https://doi.org/10.26737/jpipsi.v5i2.1598

Masamah, U., & Zamhari, M. (2016). Peran Guru Dalam Membangunan Multikultural Di
Indonesia. Quality, 4(2), 271–289.

Tilman, D. (2004). Living Values Activities for Young Adults. Grasindo.

You might also like