You are on page 1of 9

OPTIMASI EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA

MINYAK DARI BIJI PICUNG (Pangium edule Reinw)

Dewi Fortuna Ayu1 dan Fajar Restuhadi2


Fakultas Pertanian Universitas Riau Pekanbaru
Kampus Bina Widya Simpang Baru Pekanbaru 28293

ABSTRACT

The aim of this research was to find the optimum extraction and physical-chemical
characteristics of Picung kernel oil. The treatments were chopping and smoking of
picung kernel. After smoked, picung kernels were extracted by mechanical presser in
order to get crude oil. The crude oil was analyzed to determine it’s physical and chemical
characteristics. The design was Randomized Block Design and arranged in factorial.
The first factor was chopping and intact picung kernel. The second factor was length of
time for smoking i.e. 12, 18, 24 and, 30 hours.
The results showed that the treatment of chopping and smoking did not show
significant difference for oil yield but showed significant difference for physical and
chemical oil characteristics such as acid number, moisture content, and oil color. The
optimum extraction was found by smoking picung kernel intact for 30 hours, which gave
oil yield of 51.810%, iodine number of 10.179, acid number of 1.433, peroxide number of
0.208, moisture content of 0.259%, density value of 0.915 g/L, and rather yellow oil
color. Iodine number, acid number, peroxide number, moisture content, density value
and color of intact picung kernel oil at optimum rate (30 hours) meets Indonesian
standard for cooking oil (SNI-3741-1995).

Keywords : picung kernel oil, acid number, iodine number, peroxide number

PENDAHULUAN Pengolahan biji picung menjadi


minyak goreng merupakan salah satu
Sistematika tanaman Picung cara yang dilakukan oleh masyarakat di
atau kepayang (Pangium edule Reinw) Desa Tanjung Belit Selatan untuk
dalam dunia tumbuhan adalah sebagai meningkatkan nilai tambah buah picung.
berikut: Divisio: Spermatophyta, Salah satu persyaratan kualitas agar
Subdivisio: Angiospermae, Kelas: dapat diolah menjadi minyak goreng
Dikotiledoneae, Bangsa: Cistales, Suku: adalah buah picung pada tingkat
Flacourtiaceae, Genus: Pangium dan kematangan buah yang optimal. Proses
Spesie: Pangium edule Reinw. Jenis pembuatan minyak picung yang
tanaman ini mempunyai banyak nama dilakukan oleh masyarakat masih
daerah, antara lain Indonesia: Kepayang, dilakukan secara sederhana, sehingga
Batak: Pangi atau Hapesong, Malaysia: kuantitas dan kualitas minyak biji picung
Pangi, Lampung: kayu Ruba Buah, yang dihasilkan belum optimal. Hal ini
Sunda: Pacung atau Picung, Jawa: disebabkan karena belum diketahuinya
Pakem atau Pucung, Sumbawa: Kalowa, perlakuan perajangan dan lamanya
dan daerah Bugis: Pangi (Sunanto, 1993; pengasapan pada proses ekstraksi untuk
BPOM, 2006). menghasilkan minyak biji picung.

1
Perajangan merupakan kegiatan 1981). Hasil pengasapan tergantung
mengubah ukuran bahan baku dengan pada cara kontak kebasahan dengan
cara memotong, mengiris dan lain produk, luas permukaan, kapilaritas
sebagainya sesuai dengan ukuran yang kebasahan, pengembangan kebasahan
dikehendaki. Tujuan utama perajangan dan kebasahan sifat-sifat kimia serta sel-
adalah untuk memperluas permukaan, sel bahan (Suharto, 1991).
sehingga kadar air yang terkandung di Minyak goreng yang berasal dari
dalam bahan akan lebih cepat menguap. biji picung memiliki banyak kelebihan.
Disamping itu penetrasi uap air dalam Minyak biji picung mengandung
bahan baku akan menjadi lebih baik antioksidan bersifat non polar yaitu
sehingga akan memudahkan tokotrienol (, , -tokotrienol), dan
pendesakkan molekul-molekul minyak senyawa dominannya adalah -
terlepas dari bahan baku. Begitu juga tokotrienol (Puspitasari dkk., 1994), dan
dengan waktu penggasapan akan lebih senyawa antioksidan bersifat polar yaitu
singkat. asam askorbat (Vitamin C) serta asam
Pengasapan dilakukan dengan cara organik dan gula, mineral fosfor dan
menyusun endosperm yang telah kalium (Andarwulan dkk. 1998; 1999;
terpisah dari tempurung menjadi satu 1999). Hal ini menyebabkan minyak
lapisan. Di bawah tumpukan endosperm picung tidak mudah mengalami proses
dinyalakan api selama 24 jam, dengan oksidasi (tengik) dan dapat disimpan
ukuran tempat pengasapan sebagai lebih lama dibandingkan dengan minyak
berikut: tinggi 125 cm, lebar 150 cm dan kelapa.
panjang 200 cm. Suhardiyono (1995) Mulyono dkk. (1993)
menyatakan bahwa proses pengeringan mengatakan bahwa minyak picung
dengan cara pengasapan dilakukan sebagian besar terdiri dari asam lemak
mengunakan bahan bakar dari takjenuh sebesar 80,35% dan asam
tempurung dan sabut kelapa. Asap dari lemak jenuh sebesar 19,65%. Diantara
tempurung dan sabut kelapa asam lemak takjenuh diketahui terdapat
mengandung asam pyroligenous, phenol asam lemak esensial diantaranya asam
dan creosote yang dapat berfungsi linoleat dan asam linolenat.
sebagai pengawet, penghambat Di daerah-daerah yang jarang
pertumbuhan kapang dan organisme diperoleh kelapa sering kali minyak biji
lainnya. picung digunakan sebagai penganti
Proses pengeringan dengan cara minyak kelapa. Menurut Engle dalam
pengasapan mempunyai keuntungan Sunanto (1993) di Sumatra Barat ada
yaitu pengeringan dapat berlangsung sejenis minyak yang bening (jernih) dan
terus menerus tanpa dipengaruhi oleh wangi yang berasal dari biji-biji
sinar matahari, waktu pengeringan lebih kepayang (picung). Minyak picung
pendek dan tempat pengeringan lebih digunakan untuk berbagai macam
kecil dibandingkan dengan cara masakan (panganan). Di Indrapura orang
pengeringan sinar matahari. Namun, jika lebih menyukai jenis minyak ini untuk
pengasapan terbuka dan tidak terlindung mengoreng ikan. Minyak ini juga dapat
oleh hujan atau angin, banyak panas dipakai sebagai penerangan dengan cara
yang hilang, disamping itu juga minyak disulut api.
yang dihasilkan akan berwarna coklat Minyak kepayang yang bebas dari
dan berbau asap (Santoso dan Sudradjat, HCN memiliki daya simpan yang lebih

2
baik dari pada minyak lemak lainnya, dengan 2 (dua) faktor dan 3 (tiga) kali
sebab minyak ini tidak mengandung ulangan. Faktor tersebut adalah :
asam chaulmoogra atau asam 1. Faktor perajangan (A), yang terdiri
hydnocarpus. Ada pendapat pula bahwa dari 2 taraf
minyak yang diperas dari biji-biji picung A1 = Tanpa perajangan
yang tidak diolah, yang inti biji A2 = Dengan perajangan
keringnya itu kira-kira bobotnya 2. Faktor lama pengasapan (B), yang
setengah bobot (berat) biji picung, terdiri dari 4 taraf
merupakan obat mujarab terhadap B1 = Selama 12 jam
penyakit kulit (Sunanto, 1993). B2 = Selama 18 jam
Adapun tujuan penelitian ini B3 = Selama 24 jam
adalah untuk mendapatkan perajangan B4 = Selama 30 jam
dan lama pengasapan optimal dalam Data yang dihimpun dari pengamatan
proses pembuatan minyak goreng dianalisis dengan menggunakan sidik
ditinjau dari segi rendemen dan mutu ragam dan jika berbeda nyata
minyak biji picung. dilanjutkan dengan Uji BNT pada taraf
5%.
BAHAN DAN METODE Proses ekstraksi minyak picung
mula-mula dilakukan dengan
Penelitian ini dilaksanakan di mensterilisasi biji-biji picung dengan
Laboratorium Analisis dan Pengolahan cara merebus biji-biji picung yang telah
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas masak dalam air mendidih selama 3 jam.
Pertanian Universitas Riau. Penelitian Setelah dingin, tempurungnya dibuang
ini berlangsung selama 2 bulan mulai sehingga tinggal inti bijinya. Proses
Desember 2007 sampai Januari 2008. sterilisasi ini dimaksudkan untuk
Bahan yang digunakan dalam pembuatan menginaktifkan enzim sekaligus
minyak picung adalah buah picung yang mematikan mikroorganisme yang
sudah matang. Buah picung matang kemungkinan ada pada biji picung. Inti
ditandai dengan buah yang sudah benar- biji tersebut kemudian dibersihkan dari
benar tua dan telah jatuh sendiri dari noda-noda hitam dan segera direndam
pohonnya. Bahan kimia yang digunakan dalam air mengalir selama 24 jam untuk
adalah kloroform (CCl4), pereaksi Wijs, menghilangkan asam sianida yang
larutan KI 15%, Na2S2O3 0,1 N, terdapat di dalam daging biji. Setelah
indikator pati, etanol 95%, indikator pp, selesai direndam, kemudian dilakukan
KOH 0,1 N, asam asetat glasial, KI perlakuan perajangan dan tanpa
jenuh, gas N2 dan kertas saring. perajangan, dilanjutkan dengan
Alat yang digunakan pada perlakuan lama pengasapan. Masing-
penelitian ini yaitu : hidraulik presser, masing perlakuan dilakukan terhadap
vorteks, termometer air raksa, tabung berat basah inti 2,5 kg. Pengasapan
reaksi, pipet tetes, magnetik stirer, dilakukan dengan cara menyusun
timbangan analitik, erlemeyer 250/300 endosperm yang telah terpisah dari
ml tertutup, buret 50 ml, gelas piala 600 tempurungnya menjadi satu lapisan.
ml, dan waterbatch. Ukuran tempat pengasapan sebagai
Rancangan yang digunakan adalah berikut: tinggi 125 cm, lebar 150 cm dan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) panjang 200 cm. Perlakuan pengasapan
dengan dan tanpa perajangan dilakukan

3
masing-masing selama 12, 18, 24, dan terletak antara 2,511% sampai 5,004%,
30 jam. Selanjutnya masing-masing dan perajangan 0,843% sampai 3,090%.
perlakuan dipres secara manual Hal ini diduga adanya perajangan
menggunakan hydraulic presser tekanan sebelum pengasapan, yang
sebesar 5000 kg/cm2 sampai keseluruhan mengakibatkan luas permukaan menjadi
minyak di dalam inti keluar. Minyak besar sehingga proses penguapan air dari
yang keluar selanjutnya dianalisis untuk bahan lebih cepat.
mengetahui rendemen dan mutu minyak.
6

Kadar air bahan %


Parameter yang diamati terhadap 4
5,004
3,624
3,09 2,925 Tanpa
2,801
rendemen dan mutu minyak. Mutu 2 1,789
2,511
0,843
perajangan
0 Perajangan
minyak yang diperoleh dianalisis 12 18 24 30

berdasarkan parameter-parameter utama Pengasapan (jam)

seperti bilangan iodin, bilangan asam,


bilangan peroksida, bobot jenis, kadar Grafik kadar air bahan
air dan organoleptik terhadap warna.

HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Kadar Air Minyak

1. Rendemen Hasil pengamatan kadar air


Semakin lama waktu pengasapan, minyak memperlihatkan bahwa, kadar
rendemen minyak biji picung yang tanpa air minyak yang dihasilkan semakin
dirajang maupun dirajang cenderung lama makin menurun. Kadar air minyak
meningkat. Rendemen minyak tertinggi terendah diperoleh dari biji picung yang
diperoleh dari biji tanpa perajangan dirajang setelah diasapi selama 30 jam
dengan waktu pengasapan selama 30 (0,099%). Kadar air minyak tertinggi
jam, yaitu sebesar 51,81%. Rendemen diperoleh dari biji picung tanpa dirajang
minyak terendah diperoleh dari biji setelah diasapi selama 12 jam (0,518%).
tanpa perajangan dengan waktu Hasil analisis sidik ragam dan uji BNT
pengasapan selama 12 jam, yaitu sebesar kadar air menunjukkan bahwa,
46,34%. perlakuan perajangan dan lama
54 pengasapan memberikan pengaruh nyata
52 51,81
50,873
Tanpa terhadap kadar air minyak. Berpengaruh
Rendemen %

50 50,13
50,027 49,993 49,413 49,88
48 perajangan
46 46,34 nyatanya disebabkan karena perajangan
44 Perajangan
42 dapat memperbesar luas permukaan,
12 18 24 30
Pengasapan (jam) sehingga pengeringan uap air akan lebih
Grafik rendemen cepat terjadi pada biji yang dirajang.
Selain itu, lamanya pengasapan juga
2. Kadar Air Bahan mempengaruhi kadar air minyak,
semakin lama pengasapan kadar air
Hasil pengamatan terhadap kadar minyak semakin kecil. Sejalan dengan
air bahan menunjukkan, semakin lama pendapat Winarno (1983) dan
pengasapan kadar air semakin kecil, baik Motondang (1991), semakin tinggi
pada tanpa perajangan maupun temperatur dan lama pengeringan maka
perajangan. Kadar air bahan untuk tanpa semakin cepat terjadi penguapan,
perajangan lebih besar bila dibandingkan sehingga kandungan air di dalam bahan
dengan perajangan. Tanpa perajangan semakin rendah.

4
Tanpa enzim di dalam bahan. Disamping itu
0,6
0,5 0,518 0,471 perajangan adanya proses perendaman sebelum
kadar air
0,4 0,416
0,322 0,3
0,3
0,2
0,3
0,23
0,3 0,3
0,259 perajangan penggasapan akan mempercepat reaksi
0,173
0,1 0,099
0
12 18 24 30 SNI
hidrolisis minyak pada bahan.
jam jam jam jam
Pengasapan

5. Bilanga Iodin
Grafik kadar air minyak
Bilangan iodin menunjukkan
banyaknya ikatan rangkap atau ikatan
4. Bilangan Asam
takjenuh pada sampel minyak. Dari
Berdasarkan Grafik, semakin
Grafik diketahui bahwa, pada perlakuan
lama pengasapan bilangan asam
tanpa perajangan bilangan iodin lebih
cenderung tetap. Minyak biji picung
tinggi dari perajangan, hal ini diduga
yang dirajang memiliki kadar asam yang
perajangan dapat mempercepat reaksi
lebih tinggi dari pada minyak biji tanpa
oksidasi yang mengakibatkan ikatan
dirajang. Bilangan asam tertinggi
rangkap menjadi terputus pada saat
diperoleh dari minyak biji picung yang
proses perajangan. Hasil analisis sidik
dirajang dengan lama pengasapan 18
ragam dan Uji BNT juga menunjukkan
jam, yaitu sebesar 3,027%. Bilangan
bahwa lamanya pengasapan pada
asam terendah diperoleh dari minyak biji
berbagai perlakuan berpengaruh tidak
picung tanpa perajangan dengan lama
nyata terhadap bilangan iodin minyak
pengasapan 18 jam, yaitu sebesar
yang dihasilkan, walaupun angka
1,426%. Hal ini diduga karena bahan
bilangan iodin pada masing-masing
yang dirajang lebih mudah teroksidasi
perlakuan menunjukkaan perbedaan.
dari pada tanpa dirajang akibat dari
kombinasi kerja enzim lipase dalam 10,4
10,322 10,273
Bilangan Iodin

10,2 10,217 10,179


jaringan dan enzim yang dihasilkan oleh 10 10
9,872
10 10
9,883
10
9,932 Tanpa perjangan
9,8 9,773
kontaminasi mikroba. 9,6
Perajangan
SNI
9,4
12 18 24 30
4
Tanpa perajangan Pengasapan (jam)
Bilangan Asam

3 3 3,027
3 3
2,749 3
2,634 2,602
2 1,857
1,606 1,426 1,433 Perajangan
1
0
12 18 24 30 SNI Grafik bilangan iodin
Pengasapan (jam)

6. Bilangan Peroksida
Grafik bilangan asam Bilangan peroksida adalah nilai
terpenting untuk menentukan derajat
Setelah dianalisis secara statistik kerusakan minyak atau lemak.
menunjukkan bahwa, perlakuan
perajangan memberikan pengaruh nyata
terhadap bilangan asam minyak picung. 0,4
Bilangan Peroksida

0,3 0,316 0,294 0,294


0,26 0,275
0,258
Hal ini disebabkan karena perlakuan 0,2 0,191
0,246
Tanpa perajangan

perajangan akan mempercepat 0,1


0 Perajangan

terbentuknya asam lemak bebas pada 12 18 24 30


Pengasapan (jam)
minyak. Perajangan akan meningkatkan
luas permukaan, sehingga memudahkan
Grafik bilangan peroksida
bahan terkontaminasi oleh
Dari Grafik, diketahui bahwa
mikroorganisme, kontak dengan udara
bilangan peroksida minyak hasil
luar dan mempercepat proses reaksi
5
perlakuan tanpa perajangan lebih tinggi 8. Kriteria Warna Minyak
dari pada perlakuan perajangan. Hal ini Dari Tabel menunjukkan bahwa
diduga antioksidan yang terdapat dalam dari tiap perlakuan memberikan
biji picung seperti tokotrienol mampu pengaruh nyata terhadap warna minyak
menghambat proses ketengikan pada yang dihasilkan, kecuali pada
saat perajangan. Sehingga minyak yang pengasapan 24 jam tanpa perajangan
dihasilkan tidak tengik (bilangan dengan pengasapan 36 jam tanpa
peroksidanya kecil), berbeda dengan perajangan, tidak memberikan pengaruh
minyak lainnya. Menurut Puspitasari nyata. Begitu juga pengasapan 24 jam
dkk. (1994) senyawa antioksidan dalam perajangan dengan pengasapan 36 jam
biji picung yang bersifat non polar perajangan.
adalah tokotrienol (, , -tokotrienol), Pengasapan 18 jam tanpa
dan senyawa dominannya adalah - perajangan memberikan warna agak
tokotrienol yang dapat menghambat kekuningan sehingga panelis lebih
proses ketengikan baik pada bahan dan menyukai warna tersebut bila
minyak yang dihasilkan. dibandingkan dengan pengasapan 12 jam
tanpa perajangan (kuning), 24 jam tanpa
perajangan dan 36 jam tanpa perajangan
7. Bobot Jenis (kuning kecoklatan), 12 jam perajangan
Bobot jenis dari minyak atau (agak kecolatan), 18 jam perajangan
lemak biasanya digunakan untuk (coklat), 24 jam dan 36 jam perajangan
menentukan kadar kotoran yang terdapat (Kehitaman). Menurut Winarno (1988),
dalam minyak atau lemak. Semakin bahwa uji rupa lebih banyak melibatkan
tinggi nilai bobot jenis minyak atau indera penglihatan dan merupakan salah
lemak kadar kotoran semakin tinggi. satu indikator juga untuk menentukan
apakah suatu bahan pangan diterima atau
0,92
0,915 0,914 0,915
0,914 0,915
0,914 0,914 Tanpa
tidak oleh masyarakat konsumen, karena
Bobot Jenis

0,91
0,905
perajangan
Perajangan
makanan yang berkualitas (rasanya enak,
0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
0,895 bergizi, dan bertekstur baik) belum tentu
0,89 SNI
12 18 24 30 akan disukai oleh konsumen bilamana
Pengasapan (jam)
bahan pangan tersebut memiliki warna
yang tidak sedap dipandang atau
Grafik bobot jenis
menyimpang dari warna aslinya.
Berdasarkan Grafik di atas,
Tabel Total Rangking Warna minyak
terlihat bahwa semakin lama
Pengasapan Rerata
pengasapan, bobot jenis minyak dari biji
12 jam Tanpa Perajangan 159,5b
picung yang dirajang maupun yang tidak
18 jam Tanpa Perajangan 187a
dirajang tidak mengalami perubahan,
24 jam Tanpa Perajangan 136c
yaitu sebesar 0,914 g/L. Hal ini diduga
36 jam Tanpa Perajangan 131c
karena minyak biji picung yang
12 jam Perajangan 120,5d
dihasilkan belum dilakukan pemurnian
18 jam Perajangan 89,5e
sehingga kadar kotoran ataupun air yang
24 jam Perajangan 39f
terkandung di dalam minyak masih ada.
36 jam Perajangan 37,5f
Angka-angka yang dimaksud oleh garis yang
sama pada kolom yang sama setelah diuji lanjut
Friedman berbeda tidak nyata pada taraf 5%

6
Berpengaruh nyata dari Identifikasi Senyawa
perlakuan diatas karena adanya faktor Antioksidan pada Biji Picung
perajangan dan lama pengasapan. Segar. Executive Summary,
Perajangan merupakan proses disajikan pada Seminar Nasional
mempercepat penguapan sehingga air Kajian Makanan Tradisional. 21
yang terdapat didalam bahan menguap Februari 1998. IPB Bogor.
yang mengakibatkan bahan menjadi
gelap (kehitaman), selain itu pigmen Andarwulan N.D. Fardiaz G.A.
yang terkandung di dalam minyak akan Wattimena K. dan Shetty. 1999.
rusak seiring turunnya kadar air minyak. Antioxidant Activity associated
Menurut Winarno (1988), penggunaan with lipid and phenolic
panas dan waktu dalam proses mobilization during seed
pemanasan bahan pangan sangat germination of Pangium edule
berpengaruh pada bahan pangan, karena Reinw. J. Agric. Food Chem.
dapat merusak warna. 47(8); 3158-3163.

KESIMPULAN Andarwulan N.D. Fardiaz A.


Berdasarkan hasil penelitian yang Apriyantono P. Hariyadi K. dan
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: Shetty. 1999. Mobilization of
perajangan dan lama pengasapan primary metabolites and
memberi pengaruh terhadap bilangan phenolic during natural
asam, kadar air dan warna minyak. fermentation in seeds of
Pengasapan 30 jam tanpa perajangan pangium edule rainw. Process
merupakan hasil yang terbaik dengan Biochemistry 35; (1-2); 197-204.
kadar air 0,259%, bilangan peroksida
0,208 mg/g, bilangan iodin 10,179 mg/g, AOAC. 1975. Official Method of
bilangan asam 1,433 mg/g, dan Analysis, 11th ed, AOAC.
rendemen 51,810%. Wasington, DC.

DAFTAR PUSTAKA Apriyantono. Ferdiaz G.A. Puspitasari,


Sedarwati dan Slamet B. 1989.
Afrianto E. 1991. Pemanfaatan Biji Analisis Pangan. Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi
Picung (Pangium edule Reinw)
Institut Pertanian. Bogor
Untuk Mengawet Ikan.
Lembaga Penelitian Universitas
BPOM. 2006. Biji Hapesong
Padjadjaran.
http://www.pom.go.id/ public/
berita_aktual /detail.
Andarwulan N.D. 1998. Identifikasi
asp?id=77&qs_menuid=2.
dan Studi Awal Biosintesis
Diakses pada tanggal 24 Maret
Senyawa Oksidan Picung
2006.
(Pangium edule Reinw). Institut
Pertanian Bogor.
Buckle K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet
dan M. Wootton. 1987. Ilmu
Andarwulan N.D. Fardiaz G.A.
Pangan. UI Press. Jakarta
Wattimena A. Apriyantono dan
P. Hariyadi. 1998. Isolasi dan

7
Heddy S. Wahono H.S dan M. Rusli S. 1977. Kontruksi Unit
Kurniawati. 1994. Pengantar Penyulingan Serai Wangi,
Produksi Tanaman dan Serai Dapur dan Cengkeh.
Penanganan Pasca Panen. Raja Lembaga Penelitian Tanaman
Grafindo Persada. Jakarta Industi.

Histifarina D., D. Musaddaad dan E. Santoso dan Sudradjat. 1981. Budidaya


Murtiningsih. 2004. Teknik Kelapa (Cocus nucifera L.).
pengeringan dalam oven untuk Program D1 jurusan PLTP
irisan wortel kering bermutu. Perkebunan Fakultas Politeknik
Info Matek volume 14 (2): 107- IPB. Bogor
112
Suhardiyono L. 1995. Tanaman
Kartasapoetra G.A. 1994. Teknologi Kelapa, Budidaya dan
Penanganan Pasca Panen. Pemanfaatannya. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta Kanisius. Yogyakarta.

Kasmidjo S.R., 1994. Teknologi Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan


Pengolahan Biji Kluwak Pangan. Rineka Cipta. Jakarta
(pangium edule) : Kajian
Proses dan Produksi Sunanto H. 1993. Budidaya Picung.
”Flavoring Agent”. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta Karnisius. Yogyakarta

Kataren S. 1986. Minyak dan Lemak Taufik M. 2000. Penentuan Kadar


Asam Lemak dan Sianida serta
Pangan. UI Press. Jakarta Kualitas Minyak dari Daging
Biji Buah picung (Pangium
Metondang H. 1991. Penggaruh edule Reinw). Tesis.
Temperatur dan Lama Pascasarjana Program Studi
Pemanasan Biji Kemiri Kimia. Institut Teknologi
Terhadap Mutu Inti Kemiri. Bandung.
Skripsi Unika. Medan.
Puspitasari N.L., K. Aitzetmuller and G.
Mulyono, Suhardi dan Supriyanto. Werner. 1994. Analytical
1993. Beberapa Sifat Minyak Investigation on Pangium edule
Biji Kluwak dan Potensinya. Seed Oil. Langfassung
Agrita No. 8. BEM-FTP UGM. Publication Stand 20-12-94
Yogyakarta (Poster unter Nr. 98025).

Nawar W.W. 1985. Lipids in Fennema Widayat, Suherman dan K Haryani.


O.R. (ed) Principles of Food 2005. Optimasi Proses
Science. Part I Food Adsorbsi Minyak Goreng
Chemistry. Marcel Dekker, Inc. Bekas Dengan Adsorbent
New York and Basel Zeolit Alam : Studi
Pengurangan Bilangan Asam.

8
Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Universitas Diponegoro. Winarno F.G. 1988. Kimia Pangan dan
Semarang.
Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Wijana S., Nur H dan Arif H. 2005.
Mengolah Minyak Goreng Jakarta
Bekas.Trubus Agrisarana.
Surabaya

You might also like