You are on page 1of 12

ANALISIS PERAN AKTOR DALAM FORMULASI KEBIJAKAN PROGRAM

NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN


DI KELURAHAN KEMIJEN, KOTA SEMARANG

Oleh :
Husnul Yakin, Susi Sulandari, Dyah Lituhayu

Jurusan Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http//www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

The implementation of PNPM-MP is still have lots of weakness, it is proven that the number of
poor families target years 2009-2011 and 2011-2013 Kemijen Village Semarang are still same. Based on
the observation by researcher, PNPM-MP resistance due to weak human resources; institutional
coordination; differences in perceptions and lack of understanding of the guidelines. Based on the
description of the background of the problem, can be taken 3 problem, they are: How the role of actors in
policy formulation for PNPM-MP on Kemijen Village Semarang City?; What are the obstacles in the
implementation of PNPM-MP? And how handling the weakness in the implementation of PNPM-MP?
According to James Anderson Charles Lindblom and James P. Lester and Joseph Stewart, Jr. actors or
actors participate in policy formation process can be divided into two groups, namely the cast and the cast
as well as official and unofficial. Which belongs to the actor and is the official government agency
(bureaucracy), the president (executive), legislative and judicial. While belonging to the unofficial role
include interest groups, political parties and individual citizens. This research uses the theory of James E.
Anderson, the policy is as the behavior of a number of actors (officials, groups, government agencies) or a
set of actors in a particular policy area. Talk of the policy cannot get out of the relationship between
interest groups, both at the government and society at large. According to Walter J.M. Kickert, Erik-Hans
Klijn and Joop F.M. Koppenjan, actors cannot be separated from each other and have connection with
each other. According to Sri Suwitri, strong policy networks are the five things they are the interests of
network members, membership, interdependence, isolation from other networks, and the distribution of
resources among the members. Network integration of high membership, membership has stability,
interdependence network members, and isolation from other networks. The larger the policy network will
strengthen the pluralistic society. This study uses qualitative research and data collection based on
interviews with key informants and direct observation conducted by researchers at Kemijen Village
Semarang City.
Based on theory, the actor cannot move on their own without collaboration of other actors, so that
is needed a network diagram to known the role of each actor. In the implementation of PNPM-MP should
refer to the operational guidelines PNPM-MP and develop accessibility advisory assistance from the sub-
district or districts. Then, it is necessary establishes public complaints unit to accommodate all the
complaints that can be sought alternative solutions. In finding such alternative PNPM-MP need to use
incremental models so that any problems that arise can be done rectification and correction to create a
new policy. Suggestions in this study are it need a similar view from actors to improve the welfare of
society and transparency in the implementation of PNPM-MP.

Key words: PNPM-03 SROLF\ DFWRU¶V UROH network

PENDAHULUAN review-refleksi untuk kemudian menata ulang


A. Latar Belakang strategi implementasi yang lebih baik.
Program Nasional Pemberdayaan Dengan adanya beberapa actor dalam
Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) pelaksanaan PNPM-MP, maka dapat
memberikan ruang bagi masyarakat untuk menimbulakn dampak negative dan positif yang
terlibat langsung dalam mengatasi permasalahan dapat mempengaruhi peran mereka dalam
kemiskinan, mulai dari tahap perencanaan, menentukan kebijakan. Menurut penulis, peran
penentuan program, pelaksanaan, hingga aktor-aktor yang terlibat di Kelurahan Kemijen,
pengawasan dan evaluasi. menunjukkan ada fenomena yang penulis
Namun pelaksanaan PNPM-Mp belum anggap bisa saja mempengaruhi para aktor
berhasil dengan baik. Fenomena tersebut terjadi dalam memformulasikan kebijakan PNPM-MP
juga di Kota Semarang sebab PNPM-MP yang di Kelurahan Kemijen, seperti :
berjalan di Semarang belum dapat memuaskan 1. Sumber daya manusia yang lemah
harapan bersama. Data yang diungkap oleh 2. Kelembagaan yang lemah
Soemarmo (Walikota Semarang), tingkat 3. Perbedaan persepsi
kemiskinan di Kota Semarang untuk tahun 2010 4. Koordinasi yang lemah
masih tinggi, mencapai 26,41 persen dari 5. Kurangnya pemahaman terhadap pedoman
111.558 Kepala Keluarga, jumlah warga Disamping permasalahan yang terjadi
Semarang saat ini kurang lebih 2,2 juta jiwa. pada BKM/LKM, masalah konflik peran actor
Tingkat kemiskinan Semarang masih di atas juga terjadi pada KSM khususnya dalam hal
rata-rata provinsi dan nasional. Untuk penentuan jumlah anggaran yang dibutuhkan
perbandingan, data BPS Jawa Tengah untuk setiap kebijakan yang akan dilaksanakan.
menunjukkan persentase kemiskinan Kota Solo Hal tersebut terjadi disinyalir karena KSM
pada tahun 2010 hanya 13,98 persen, masih di kurang begitu menguasai spesifikasi yang
bawah level persentase kemiskinan di Provinsi dibutuhkan guna menunjang kebijakan-
Jawa Tengah yaitu 16,11 persen. kebijakan tersebut.
Berdasar pada data diatas, dapat diketahui Berdasarkan rangkaian fenomena tersebut
bahwa penanganan kemiskinan di beberapa diatas, maka penulis berminat untuk mengangkat
daerah di Indonesia dalam periode satu tahun MXGXO ³ANALISIS PERAN AKTOR DALAM
sama kecilnya, hal ini mengindikasikan bahwa FORMULASI KEBIJAKAN PNPM-MP DI
sumber daya yang ada antara daerah satu dengan KELURAHAN KEMIJEN, KOTA
daerah lain tidak terlalu signifikan 6(0$5$1* ´
perbedaannya. Hal tersebut sejalan dengan
ungkapan Saudara Hari Prasetyo (KMP PNPM- B. Perumusan Masalah
MP Wilayah 2) yang mengatakan bahwa hasil 1. Bagaimana peran actor dalam formulasi
yang dicapai dari PNPM-MP belum sesuai kebijakan PNPM-MP Kelurahan Kemijen
dengan yang diharapkan dan perlu dilakukan Kota Semarang?
2. Apakah hambatan dalam pelaksanaan Kebijakan publik ada adalah untuk
PNPM-MP? memecahkan masalah publik yang nyata, dalam
3. Bagaimana cara penanganan hambatan yang prosesnya ternyata masalah yang dipilih untuk
terjadi? kemudian ditentukan solusinya dalam bentuk
kebijakan publik adalah proses yang cukup
panjang, pertimbangan yang matang, agar benar-
C. Tujuan Penelitian benar bisa menyelesaikan apa masalah yang
1. Mengetahui gambaran Partisipasi peran aktor menghadang.
dalam hal formulasi kebijakan PNPM-MP Agenda setting adalah tahap awal dari
Kelurahan Kemijen Kota Semarang. keseluruhan tahapan kebijakan. Karena itu analis
2. Mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi kebijakan memberi perhatian khusus dan
dalam pelaksanaan PNPM-MP Pada menempatkan tahap agenda setting sebagai
Kelurahan Kemijen Kota Semarang. tahap yang sangat penting dalam anlis kebijakan.
3. Menemukan cara yang dapat digunakan Dalam kaitannya dengan agenda setting, maka
untuk mengatasi hambatan yang terjadi untuk tidak dapat terlepas dari peran actor. Dalam
kelancaran pelaksanaan PNPM-MP tulisan James Anderson (1979), Charles
Kelurahan Kemijen Kota Semarang. Lindblom (1980), maupun James P. Lester dan
Joseph Steward, Jr (2000), aktor-aktor atau
pemeran serta dalam proses pemnbentukan
D. Kerangka Teori kebijakan dapat dibagi ke dalam dua kelompok,
D.1. Kebijakan Publik yaitu para pemeran serta resmi dan para pemeran
James E. Anderson mendefinisikan serta tidak resmi. Yang termasuk kedalam
kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah aktor pemeran serta resmi adalah agen-agen
(pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau pemerintah (birokrasi), presiden (eksekutif),
seperangkat aktor dalam suatu bidang kebijakan legislative dan yudikatif. Sedangkan yang
tertentu. Pembicaraan tentang kebijakan termasuk dalam kelompok peran serta tidak
memang tidak lepas dari kaitan kepentingan resmi meliputi kelompok-kelompok
antar kelompok, baik di tingkat pemerintahan kepentingan, partai politik dan warganegara
maupun masyarakat secara umum (Anderson, individu. Secara umum sesungguhnya aktor ini
1979: 2-3 dalam Dwiyanto Indiahono, 2009: 17). dapat dikategorikan dalam tiga yaitu aktor
Menurut Amara Raksasataya (dalam Sri publik, aktor privat dan aktor masyarakat (civil
Suwitri, 2009:6), kebijakan adalah suatu taktik society). Ketiga aktor ini sangat berperan dalam
dan strategi yang diarahkan untuk mencapai sebuah proses penyusunan kebijakan publik
suatu tujuan. Oleh karena itu, suatu kebijakan (Moore 1995:112).
memuat tiga elemen yaitu : Dalam kaitannya dengan agenda setting
a. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai dan peran actor kebijakan public dalam hal
b. Taktik atau strategi dari berbagai langkah pembuatan keputusan, maka actor harus
untuk mencapai tujuan yang diinginkan mempunyai kebijakan formulasi kebijakan
c. Penyediaan berbagai input untuk public. Salah satu model yang dikenal dalam
memungkinkan pelaksanaan secara nyata formulasi kebijakan public adalah Model
dari taktik atau strategi Inkrimental, model ini memandang formulasi
kebijakan publik sebagai kelanjutan dari
D.2. Formulasi Kebijakan aktivitas yang dilakukan pemerintah sebelumnya
dengan sedikit modifikasi. Pertimbangan-
pertimbangan waktu, intelegensia, dan biaya dapat memfasilitasi berlangsungnya proses
menjadikan perumus kebijakan tidak peka atau pemberdayaan yang efektif.
bahkan menghindari identifikasi secara luas 2. Tahap transformasi kemampuan berupa
alternatif kebijakan dan konsekuensinya. wawasan pengetahuan, kecakapan
keterampilan, agar terbuka wawasan dan
D.3. Jejaring Kebijakan Publik memberikan keterampilan dasar sehingga
Dalam ilmu sosial, istilah networks dapat mengambil peran di dalam
pertama kali dipakai pada tahun 1940-an dan pembangunan.
1950-an untuk menganalisis dan memetahkan 3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual,
hubungan, kesalingterkaitan dan dependensi kecakapan keterampilan sehingga
personal. Dalam kasus pembuatan kebijakan, terbentuklah inisiatif dan kemempuan
konsep networks memberikan perhatian pada inovatif untuk mengantarkan pada
bagaimana kebijakan muncul dari kemandirian. Kemandirian tersebut akan
kesalinghubungan (interplay) antara orang dan ditandai oleh kemampuan masyarakat di
organisasi dan memberikan gambaran yang lebih dalam membentuk inisiatif, melahirkan
LQIRUPDO WHQWDQJ EDJDLPDQD NHELMDNDQ ³ULLO´ kreasi-kreasi dan melakukan inovasi-inovasi
dilaksanakan. (Parson, 2011:187). di dalam lingkungannya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Walter
J.M. Kickert, Erik-Hans Klijn dan Joop F.M. E. Metode Penelitian
Koppenjan,1997: 6, mendefinisikan jaringan 1. Desain Penulisan
NHELMDNDQ VHEDJDL EHULNXW ³Policy network as Penulisan ini menggunakan penulisan
(more or less) stable patterns of sosial relations kualitatif sebagai prosedur penulisan yang
between interdependent aktors, which take shape menghasilkan data deskriptif. Di dalamnya
around policy problems and/or policy terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,
programmes. We speak of policy networks analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi
because our attention focuses on the way sekarang ini terjadi. Adapun sumber data yang
networks influence the making and digunakan adalah data primer yang berupa
implementation of publik policy. It focuses on wawancara dan data sekunder yang berupa
the collective action of corporate aktors. The sumber kepustakaan Kelurahan Kemijen Kota
concept refers to interorganizational policy Semarang.
making and most studies which have been done
apply the concept at the meso level of specific 2. Analisis Data
SROLF\ ILHOGV ´ Secara singkat tata cara analisa dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut:
Proses pemberdayaan dalam rangka 1. Reduksi Data, diartikan sebagai proses
pemeberdayaan masyarakat akan berlangsung pemilihan pemusatan perhatian pada
secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dillui penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi
tersebut meliputi : data kasar yang muncul dari catatan-catatan hasil
1. Tahap penyadaran dan pembentukan prilaku penulisan di lapangan.
menuju prilaku sadar dan peduli sehingga 2. Pengujian Data, data disajikan secara tertulis
merasa membutuhkan peningkatan kapasitas berdasarkan kasus-kasus aktual yang saling
diri. Pada tahap ini pihak berkaitan. Tampilan data (data display)
pemberdaya/aktor/pelaku pemberdayaan digunakan untuk memahami apa yang
berusaha menciptakan prakondisi, supaya sebenarnya terjadi.
2. Menarik Kesimpulan Verifikasi, merupakan sendiri yang telah diuraikan dalam Pedoman
langkah terakhir dalam kebijakan analisis Operasional Umum PNPM-MP. Oleh karena itu,
kualitatif. untuk menjalankan tugasnya dalam PNPM-MP
Kelurahan Kemijen Kota Semarang harus
2. Hasil dan Pembahasan mempunyai bagan jejaring sehingga dapat
Sesuai dengan teori James E Anderson, diketahui peran masing-masing aktor.
actor pembuat kebijakan PNPM-MP Kelurahan a. Partisipasi aktor dalam agenda setting
Kemijen Kota Semarang, adalah beberapa aktor yaitu dengan menilai bagaimana peran
baik yang diambil dari unsur pemerintahan aktor-aktor terkait pada tahap agenda
maupun dari masyarakat; walau dalam setting.
pelaksanaannya masing-masing aktor belum Dalam menentukan partisipasi aktor
mempunyai ketepatan pembagian hak dan dalam agenda setting, aktor yang sangat
tanggung jawab peran dalam PNPM-MP berperan dalam agenda setting adalah BKM
Kelurahan Kemijen Kota Semarang. selaku perwakilan dari seluruh RW yang ada di
Menurut Agustino, Pejabat pembuat Kelurahan Kemijen Kota Semarang, sedangkan
kebijakan adalah orang yang mempunyai tugas dari Lurah/kades hanya sebagai pemberi
wewenang yang sah untuk ikut serta dalam saran, namun keputusan terbesar tetap berada
formulasi hingga penetapan kebijakan publik. pada BKM. Dalam konteks penulisan ini, maka
Sangat penting dalam konteks ini untuk dapat dikatakan bahwa dalam Kelurahan
membedakan antara pembuat kebijakan primer Kemijen berlaku Jaringan Tertangkap yaitu
dengan pembuat kebijakan jaringan dimana aktor masyarakat mendominasi
seplementer/sekunder/pendukung. Pembuat pemerintahan.
kebijakan primer adalah aktor-aktor atau Dominasi dalam pemerintahan oleh
stakeholder yang mempunyai wewenang masyarakat terdapat pada berbagai peran yang
konstitusional langsung untuk bertindak. dilakukan oleh BKM, yaitu mulai dari tahap
Sedangkan pembuat kebijakan penentuan kriteria miskin, refleksi kemiskinan
suplementer/sekunder/pendukung harus sampai dengan menggali potensi yang ada di
mendapat wewenang untuk bertindaknya dari masyarakat yang bisa dikembangkan. Padahal
lembaga yang lainnya (pembuat kebijakan dalam jejaring untuk menentukan kebijakan
primer) dan karena itu, paling tidak secara tidak bisa jika dilakukan dengan sistem dominasi
potensial, ia tergantung atau dapat dikendalikan satu pihak sebagaimana yang diungkapkan oleh
oleh pembuat kebijakan primer. Sesuai dengan Sri Suwitri (2011: 55), mengatakan bahwa
pernyataan Agustino dan Pedoman Operasional kekuatan jejaring kebijakan berada pada lima hal
Umum PNPM-MP, aktor primer dalam PNPM- yaitu kepentingan anggota jejaring, keanggotaan,
MP adalah lurah/kades dan perangkatnya ketergantungan antar anggota, terisolasinya dari
sedangkan aktor sekunder adalah masyarakat jaringan lain, dan distribusi sumber daya antar
termasuk juga dengan BKM/LKM. anggota. Jadi dalam penentuan kebijakan
Berdasarkan pada pendapat Walter J.M. PNPM-MP Kelurahan Kemijen Kota Semarang
Kickert, Erik-Hans Klijn dan Joop F.M. tidak ada saling ketergantungan antara aktor satu
Koppenjan dalam konteks penulisan yang dengan aktor lain. Oleh sebab itu, dalam hasil
dilakukan di Kelurahan Kemijen Kota kebijakan misalnya dalam penentuan kriteria
Semarang, Lurah/Kades tidak dapat bergerak miskin, refleksi kemiskinan dan juga penentuan
sendiri tanpa adanya bantuan dari relawan, potensi yang bisa dikembangkan di masyarakat
karena masing-masing pihak mempunyai tugas Kemijen masih ada subjektifitas dari BKM
karena pihak BKM tidak memperhatikan peran Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan
serta dan keterlibatan Lurah/Kades secara mengidentifikasi sejumlah masalah yang
langsung. Dengan demikian, tidak heran jika timbul untuk dapat dipecahkan dalam
program PNPM-MP Kelurahan Kemijen Kota penentuan kebijakan yang tepat. Adapun
Semarang belum berhasil sebagaimana yang masalah yang selama ini menghambat
diharapkan oleh pemerintah. pelaksanaan PNPM-MP adalah sebagai
Setelah menentukan aktor dalam berikut:
kebijakan, agenda setting merupakan tahap awal x Penyaluran dana terdahulu belum tepat
dari keseluruhan tahap yang ada dalam PNPM- karena hanya berkonsentrasi pada proyek
MP. Dalam konteks penulisan yang dilakukan, apa yang dapat menyerap dana dengan
agenda setting ada tiga hal yaitu penentuan mudah dan cepat, seharusnya penyaluran
kriteria miskin, refleksi kemiskinan dan dana diberikan pada masyarakat yang
penentuan potensi yang akan dikembangkan. tepat sesuai dengan kriteria miskin,
Berdasarkan Pedoman Operasional Umum struktur masyarakat, kedewasaan
PNPM-MP Kelurahan Kemijen Kota Semarang, masyarakat dan pendekatan
kriteria miskin ditentukan sendiri oleh pemberdayaan masyarakat yang tepat.
masyarakat. Dengan demikian masing-masing Dalam penentuan kriteria miskin
masyarakat mempunyai wakil dalam BKM sebagaimana telah dijelaskan pada
untuk menyuarakan dan memberikan aspirasinya halaman sebelumnya, yaitu dengan
mengenai kriteria miskin tersebut. Namun, BKM melibatkan Lurah/Kades yang dinilai
sebagai perwakilan masing-masing RW tidak penulis mempunyai pemikiran yang lebih
bisa menentukan kriteria miskin tanpa adanya maju daripada keputusan BKM selama
campur tangan Lurah/kades sebagai unsur utama ini, sedangkan untuk struktur
aktor PNPM-MP. Menurut Pedoman masyarakatnya, Kelurahan Kemijen
Operasional Umum PNPM penentuan miskin adalah tipe masyarakat dengan struktur
termasuk yang telah lama miskin, yang masyarakat transisi. Hal ini dapat
penghasilannya menjadi tidak berarti karena diketahui dalam hasil observasi dan juga
inflasi, yang kehilangan sumber penghasilannya. wawancara dengan Lurah Saudara Tjatur
Dijelaskan pula dalam halaman selanjutnya Edi yang mengatakan bahwa masyarakat
bahwa penerima manfaat langsung dari dana Kemijen mulai berusaha untuk merintis
BLM yang disediakan melalui PNPM-MP bisnis tetapi belum mendapat
adalah keluarga miskin yang diidentifikasi pendampingan sama sekali dan dikelola
masyarakat sendiri dan disepakati serta secara tradisional. Namum bukan berarti
ditetapkan bersama oleh masyarakat kelurahan masyarakat Kemijen masih terbelakang
melalui proses musyawarah warga, refleksi pengetahuannya, tetapi hanya
kemiskinan dan pemetaan swadaya (community membutuhkan pendampingan yang tepat.
self survey) berorientasi IPM-MDGs. Jika ditinjau dari pendapat Sulistiyani
Sejalan dengan pendapat Lurah Kemijen, (2004:84-85) yang telah diuraikan dalam
Saudara Tjatur Edi dan juga ketentuan dalam halaman sebelumnya, penentuan bantuan
Pedoman Operasional PNPM-MP, maka langkah kepada masyarakat juga dapat ditinjau dari
yang harus dilakukan oleh aktor-aktor yang ada kedewasaannya yaitu melalui tahapan
dalam PNPM-MP Kelurahan Kemijen Kota pemberdayaan knowledge, Attitudes, Practice
Semarang adalah sebagai berikut: dengan Pendekatan Aspek Afektif, Kognitif,
a) Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai. Psikomotorik, Konotatif. Hal ini dapat
diketahui bahwa masyarakat Kemijen adalah sebelumnya tidak mempunyai usaha dapat
tipe masyarakat dengan tahapan afektif bersama maju.
tumbuh rasa kesadaran dan kepedulian, x Potensi yang akan dikembangkan. Setelah
tahapan kognitif menguasai pengetahuan pada tahapan ini maka akan muncul masalah
dasar, tahapan psikomotorik menguasai lagi tentang potensi apa yang akan
keterampilan dasar dan tahapan konotatif dikembangkan. Sebagaimana telah dijelaskan
bersedia terlibat dalam pembangunan. Oleh dalam wawancara dengan Saurada Tjatur Edi
karena itu dalam refleksi kemiskinan ini, selaku Lurah, maka potensi yang dapat
bantuan yang diberikan harus berupa dikembangkan adalah potensi yang ada pada
pendampingan yang bersifat peningkatan masing-masing wilayah misalnya potensi
kognitif masyarakat, sayangnya yang ada pada setiap RW. Penekanan pada
pendampingan tersebut belum dapat potensi tertentu dapat ditetapkan dengan cara
dilakukan di Kelurahan Kemijen karena melihat apakah dalam RW tersebut sudah ada
terhambatnya sumber daya manusia. Bantuan usaha yang menonjol atau adakah sumber
pendampingan ini akan berjalan lancar jika daya tertentu yang dapat dikembangkan
masing-masing aktor mempunyai sistem untuk meningkatkan kesejahteraan
akses yang baik untuk mendapatkan bantuan masyarakat. Sebagaimana telah diuraikan
dari tingkat atasnya yaitu misalnya dari diatas bahwa potensi dapat dikembangkan
kabupaten atau provinsi bahkan pusat. Oleh GHQJDQ VLVWHP ³EDSDN DQJNDW´ VHKLQJJD GDSDW
karena itu, penanganan mengenai bantuan mempermudah kesulitan pendampingan yang
pendampingan tersebut akan dibahas lebih selama ini menjadi hambatan di Kelurahan
lanjut dala poin selanjutnya yaitu dalam Kemijen Kota Semarang.
aksesibilitas aktor. b) Taktik atau strategi dari berbagai
Jika ditinjau dari pendekatan pemberdayaan, langkah untuk mencapai tujuan yang
maka yang paling tepat digunakan adalah diinginkan
pendekatan positive-sum. Dalam pendekatan Pembuatan kebijakan dalam membuat
ini jika terjadi proses pemberdayaan dari strategi harus berdasarkan sistem jejaring
pihak yang berkuasa/berdaya kepada pihak seperti yang telah diuraikan dalam halaman
yang lemah justru akan memperkuat daya sebelumnya, sebab dengan adanya jejaring
pihak pertama. Maksudnya adalah masing-masing aktor tidak hanya dibutuhkan
pemberdayaan masyarakat Kemijen partisipasinya tetapi juga keterlibatan
dilakukan berdasarkan pada potensi RW yang langsung dan untuk menanggulangi
DGD GHQJDQ EHUGDVDUNDQ VLVWHP ³EDSDN kelemahan sumber daya manusia ini masing-
DQJNDW´ GLPDQD ZDUJD \DQJ VXGDK masing aktor diperlukan adanya
mempunyai potensi dikembangkan lagi ketergantungan supaya dapat terjadi
dengan memberikan bantuan dana dan musyawarah mufakat dalam penentuan
pendampingan agar usahanya semakin maju, kebijakan.
kemudian warga yang tidak mempunyai c) Penyediaan berbagai input untuk
usaha diharapkan dapat bekerjasama dengan memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari
warga yang mempunyai usaha untuk bersama taktik atau strategi
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam penyediaan input sebagaimana telah
Dengan demikian maka warga yang sudah diuraikan dalam halaman bab sebelumnya
mempunyai usaha sebelumnya dapat lebih menurut Sulistiyani (2004:97), input yang
meningkatkan usahanya, dan warga yang dapat digunakan untuk pemberdayaan
masyarakat dapat dilihat dari dua sisi. Input pemerintah perlu terus berusaha untuk
yang perasal dari pemerintah adalah adanya mencari pendampingan dari luar Kemijen
dana, jaminan alat, teknologi, network, sistem tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan
informasi dan edukasi; sedangkan input yang dan keterampilan yang sudah ada misalnya
berasal dari masyarakat adalah tenaga dengan melibatkan masyarakat dari tingkat
terdidik, tenaga terlatih, setengah terdidik dan kota atau kabupaten.
setengah terlatih.
Mengenai dana untuk pemberdayaan b. Aksesibilitas aktor yaitu dengan menilai
masyarakat Kelurahan Kemijen, dapat bagaimana akses aktor-aktor dalam
diperoleh dari dana PNPM-MP, begitu pula mewujudkankan kebijakan dari suatu
dengan jaminan alat dan teknologi. Dalam permasalahan.
hal ini pihak PNPM-MP dapat memfasilitasi seluruh kelompok formal dan informal yang
kebutuhan tersebut. Namun dalam hal ada dalam masyarakat mempunyai akses ke
network atau jaringan sebagaimana telah proses kebijakan. Namun ketika terjadi suatu
diuraikan diatas, masing-masing pihak konflik dapat diketahui bahwa tidak semua
diperlukan adanya keterlibatan langsung dari mereka mempunyai derajat akses yang
dalam jejaring untuk membentuk sama. Jika suatu ketika terjadi konflik
pemberdayaan masyarakat dan diperlukan kepentingan, bisa diketahui siapa mempunyai
pemahaman dalam penerapan Pedoman jenis akses apa dan berapa besar aksesnya.
Operasional Umum PNPM-MP Selanjutnya, Pemahaman atas dua hal ini sangat
untuk sistem manajemen informasi dan membantu dalam perumusan suatu kebijakan.
edukasi, pihak pemerintah perlu bekerja sama Dalam konteks dilakukannya penulisan pada
dengan pihak lain yang mengetahui hal Kelurahan Kemijen ini, penulis melihat
tersebut dengan mengembangkan sistem bahwa dominasi dalam pelaksanaan PNPM-
akses pada pemerintah diatasnya agar MP Kelurahan Kemijen ini masih ada pada
memperoleh bantuan sebagaimana yang BKM. Oleh karena itu, ketika terjadi suatu
diatur dalam Pedoman Operasional Umum masalah mengenai tidak suksesnya program
PNPM-MP. Adapun cara yang digunakan PNPM-MP selama beberapa tahun ini karena
untuk meminta bantuan dari pemerintah pihak BKM tidak memiliki akses dengan
atasnya dapat dirintis dengan cara pemerintah secara jejaring yang baik.
serangkaian pertemuan misalnya lobby, Maksudnya, aktor yang berasal dari
koordinasi, silaturahmi sosial, lokakarya, masyarakat masih terkesan menutup diri dari
seminar dan sosialisasi. campur tangan lurah selaku aktor dari
Untuk input yang berasal dari masyarakat, pemerintah dan aktor dari penentu kebijakan
Kelurahan Kemijen untuk sementara waktu atasnya, misalnya dari kabupaten/kota. Oleh
GDSDW PHQJJXQDNDQ VLVWHP ³EDSDN DQJNDW´ karena itu pelaksanaan PNPM-MP Kelurahan
dalam hal pemberdayaan potensi yang akan Kemijen memiliki hambatan dalam bidang
dikembangkan. Dimana orang yang dipilih akses ke atas.
untuk PHQMDGL ³EDSDN DQJNDW´ WHUVHEXW GDSDW Pembuatan jaringan pada tingkat lebih tinggi
disaring dari dalam masyarakat Kemijen dalam aksesibilitas aktor tidak hanya pada
sendiri dengan tujuan pengembangan tahapan pelaksanaan tetapi dimulai dari tahap
masyarakat dari dalam sebagaimana yang persiapan. Kegiatan yang berupa sinkronisasi
telah ditentukan dalam Pedoma Operasional pembangunan mulai dari tingkat kelurahan
PNPM-MP. Namun, pihak masyarakat dan sampai pada tingkat kecamatan dan
kabupaten dapat dimulai dari tahap Umum PNPM-MP. Tipe rights diberlakukan
serangkaian pertemuan mulai dari pertemuan dengan cara memberikan hak-hak dan
tingkat RT/RW, kelurahan, kecamatan, dan kewajiban pada masing-masing aktor dengan
kabupaten. merujuk pada Pedoman Operasional Umum
c. Perspektif aktor yaitu dengan menilai PNPM-MP yang telah dipersiapkan. Dengan
bagaimana aktor-aktor memahami demikian masing-masing aktor mempunyai
permasalahan-permasalah yang ada. tugas sendiri yang harus dilakukan dengan
Dalam hal perspektif aktor dalam upaya adanya sistem akuntabilitas yang baik dan
menyelesaikan masalah public, penulis transparan.
merujuk pemecahan masalah dari Deborah Dalam pelaksanaan tugas tentu tidak luput
Stone (dalam Solahuddin Kusumanegara, dari kekurangan dan ketidaksempurnaan.
2010) yaitu dengan menekankan pada tipe Oleh karena itu lurah bersama dengan
rules yaitu langkah kebijakan yang bersifat masyarakat perlu membentuk Unit
membujuk atau menekan pada pembentukan Penganduan Masyarakat (UPM). UPM ini
aturan-aturan dalam bentuk regulasi yang dapat dibentuk dengan anjuran dari lurah
harus ditaati oleh masyarakat; tipe facts yaitu untuk memfasilitasi badan tersebut, dengan
langkah kebijakan berupa penggunaan jalur cara merekrut anggota yang berasal dari
informasi untuk mempersuasi kelompok unsure pemerintah misalnya perangkat desa
target agar mau melakukan sesuatu yang dengan masyarakat sebagai relawan. Adapun
dianggap menyelesaikan masalah dan right mekanisme kerja UPM adalah dengan
yaitu langkah kebijakan berbentuk pemberian menunggu respon masyarakat yang berupa
hak-hak atau tugas-tugas pada masyarakat. aduan yang dapat dilakukan secara lisan
Dalam konteks penulisan yang dilakukan di maupun tertulis dari media surat, sms,
Kelurahan Kemijen ini, rules dilakukan website dan cara lain. Dengan adanya
dengan merujuk kembali pada Pedoman pengaduan tersebut anggota UPM akan
Operasional PNPM-MP yang telah melakukan pemeriksaan dengan
dipersiapkan, karena pedoman tersebut mengumpulkan berbagai bukti
berlaku secara nasional dan sudah dilengkapi penyalahgunaan atau pelanggaran hal tertentu
dengan mekanisme kerja masing-masing yang diadukan dan melakukan penyelidikan,
aktor sehingga dapat mempermudah kemudian memfasilitasi pemecahan masalah
pelaksanaan setiap kegiatan dalam PNPM- yang dapat dilakukan dari jalur kekeluargaan
MP. Sedangkan tipe facts juga dilakukan sampai dengan jalur hukum.
dengan memberikan penjelasan bahwa Adapun cara penanganan konflik yang
selama ini Kelurahan Kemijen melakukan dilakukan oleh UPM telah diuraikan dalam
sistem pelaksanaan yang salah. Tujuan Pedoman Operasional Umum, yang dibagi
pemberitahuan tersebut sebagai evaluasi atas menjadi dua yaitu mengidentifikasi konflik dan
ketidakberhasilan PNPM-MP Kelurahan identifikasi akar masalah. Jadi dalam hal ini
Kemijen Kota Semarang. Langkah ini anggota UPM mempunyai hak untuk melakukan
dilakukan dengan cara membujuk masyarakat wawancara dan pengumpulan bukti sebagaimana
untuk tidak hanya berpartisipasi tapi terlibat telah diuraikan sebelumnya. Kemudian
langsung dalam PNPM-MP, dan memberikan disarankan dalam penyelesaikan konflik, pihak
gambaran baru bagaimana seharusnya UPM harus diupayakan untuk memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan PNPM-MP dengan dengan cara mengutamakan penyelesaian
merujuk kembali pada Pedoman Operasional
konflik secara kekeluargaan sepanjang hal Dalam komponen kunci enam model
tersebut dapat ditempuh. inkremental, penulis dapat mengidentifikasi
kelemahan alternatif kebijakan Kelurahan
d. Penentuan alternatif yaitu dengan menilai Kemijen sebagai berikut:
bagaimana peran aktor-aktor dalam a) Pembuat keputusan tidak meneliti secara
menentukan alternatif program atau komprehensif semua alternatif hanya
kebijakan. memusatkan pada kebijakan yang berbeda
Dalam penentuan alternatif program atau secara inkremental (berbeda sedikit) dengan
kebijakan PNPM-MP Kelurahan Kemijen masih kebijakan yang telah ada dahulu. Dalam
memiliki hambatan atau kekurangan. Adanya konteks Kelurahan Kemijen, hal ini dapat
hambatan atau kekurangan tersebut karena dilakukan dengan meneliti kembali kebijakan
masing-masing pihak atau aktor mempunyai yang telah diambil oleh pelaksana PNPM-MP
persepsi sendiri dalam penentuan kriteria, terdahulu dengan sedikit modifikasi.
misalnya saja penentuan kriteria miskin, refleksi b) Hanya sejumlah kecil alternatif-alternatif
kemiskinan sampai dengan potensi yang akan kebijakan yang dipertimbangkan. Dalam
dikembangkan. Seharusnya dalam penentuan konteks Kelurahan Kemijen, hal ini
alternatif kebijakan tersebut dapat dilakukan dilakukan untuk menghindari kesalahan
dengan merujuk pada Pedoman Operasional dalam mengidentifikasi, sebab adanya
Umum PNPM-MP, bahwa dalam kegiatan pemusatan pemikiran yang tidak focus karena
PNPM-MP yang menjadi kelompok saran adalah banyaknya ragam kebijakan dan kegiatan.
masyarakat, yaitu LKM/BKM dan KSM. Pertimbangan pada suatu kebijakan ini
Bantuan tersebut dapat diwujudkan dengan dilakukan berdasarkan skala prioritas yang
pendampingan, sedangkan untuk bantuan dana sangat dibutuhkan oleh masyarakat terlebih
dapat diberikan pada masyarakat yang miskin dahulu, maksudnya untuk hal-hal yang
menurut kriteria kemiskinan setempat yang telah mendesak harus diberikan skala prioritas
disepakati warga, termasuk yang telah lama tertinggi, misalnya kebijakan yang berkaitan
miskin, penghasilan menjadi tidak berarti karena dengan agenda setting perlu diprioritaskan
inflasi dan masyarakat yang kehilangan sumber karena hal ini adalah dasar dari sebuah
penghasilannya. kegiatan yang akan dilakukan. Gagal atau
Dengan adanya rangkaian permasalahan, berhasilnya sebuah kegiatan bergantung pada
maka diperlukan pemecahan masalah dalam agenda setting yang ada.
pembuatan alternatif kebijakan, penulis akan c) Setiap alternatif kebijakan, hanya sejumlah
menggunakan model perumusan kebijakan konsekuensi-konsekuensi akibat kebijakan
secara inkremental. Dalam model inkremental penting yang terbatas saja yang dinilai.
ini, memandang formulasi kebijakan public Dalam konteks penulisan PNPM-MP
sebagai kelanjutan aktivitas yang dilakukan Kelurahan Kemijen Kota Semarang,
pemerintah sebelumnya dengan sedikit kebijakan yang dilakukan evaluasi hanya
modifikasi. Hal ini dilakukan dengan pada kelompok kebijakan tertentu untuk
pertimbangan waktu, intelegensia, biaya dan memberikan perhatian lebih pada hal
menghindari identifikasi secara luas alternatif tersebut. Sebagaimana yang telah diuraikan
kebijakan dan konsekuensinya. Dalam hal ini diatas, maka kebijakan yang perlu mendapat
penulis akan menggunakan enam komponen perhatian adalah kebijakan agenda setting
kunci model inkremental dari Terry W. Hartle. mengingat ini adalah pondasi utama suatu
program.
d) Setiap masalah yang menantang pembuat pemecahan alternatif kebijakannya. Maka
keputusan secara terus menerus dari itu, dengan menggunakan model
diredefinisikan. Adapun cara meredefinisikan inkremental ini setiap masalah tentu dapat
kebijakan tersebut dalam PNPM-MP, dapat dicari jawabannya dari waktu ke waktu tanpa
merujuk pada Pedoman Operasional Umum menunggu lama untuk melihat masalah yang
yang selama ini telah ditinggalkan oleh aktor timbul secara komprehensif.
PNPM-MP Kelurahan Kemijen. Hal ini Solusi atau Pemecahan Masalah
misalnya tentang pembenahan peran lurah Dalam kaitannya dengan penelitian yang
dalam PNPM-MP, yang semula hanya dilakukan di Kelurahan Kemijen, diketahui
menjadi pemberi saran, mulai dilibatkan bahwa berbagai masalah yang terjadi belum
partisipasinya. Walau pelaksanaan mungkin mendapatkan pemecahan, antara lain masalah
masih terbayang dengan cara yang terdahulu, peran actor dalam agenda setting yang meliputi
namun partisipasi lurah harus mulai penentuan kemiskinan, refleksi kemiskinan dan
diperhitungkan. Setelah partisipasi lurah pemberian bantuan; aksesibilitas actor; persepsi
mulai diperhitungkan langkah selanjutnya actor dalam hal pemahaman masalah dan
adalah dengan melibatkan lurah sebagaimana penentuan alternative kebijakan. Dengan adanya
yang telah dicantumkan dalam Pedoman hambatan tersebut maka diperlukan penyelesaian
Operasional. Jadi cara yang digunakan yang diawali dengan adanya konsep actor dalam
bersifat tahap demi tahap untuk menuju kebijakan public dalam pelaksanaan PNPM-MP.
perbaikan. Actor dalam kebijakan public berfungsi sebagai
e) Tidak akan ada keputusan atau pemecahan pembuat kebijakan yang mempunyai wewenang
masalah yang dianggap benar tetapi secara sah untuk memformulasikan dan
merupakan serangkaian serangan yang tidak menetapkan kebijakan. Oleh karena itu, untuk
pernah ada hentinya terhadap masalah yang mengantisipasi adanya ketimpangan peran actor
ada melalui serangkaian analisa dan dalam pelaksanaan PNPM-MP selanjutnya harus
penilaian. Dalam konteks penulisan yang ada konsep actor secara jelas. Adapun konsep
dilakukan, alternatif keputusan yang actor tersebut harus dibedakan terlebih dahulu
dilakukan tidak dianggap benar tetapi harus antara actor primer dan sekunder. Actor primer
terus dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. dalam pelaksanaan PNPM-MP adalah lurah
Dengan demikian keputusan yang diambil selaku wakil pemerintahan dalam PNPM-MP,
selalu tepat sasaran dan sesuai dengan sedangkan actor sekunder adalah masyarakat
perkembangan masyarakat. yang tergabung dalam BKM.
f) Sehubungan dengan itu, pembuatan Actor pemerintah sebagai actor primer
keputusan inkremental digambarkan bersifat mempunyai hak-hak untuk ikut serta dalam
mengobati (remedial), lebih diarahkan pada perumusan kebijakan dan bukan hanya sebagai
pemecahan maslah-masalah sosial yang pemberi saran saja. Dengan adanya peran actor
konkrit yang ada sekarang dan bukannya yang jelas, maka antara actor primer dan
untuk meningkatkan pencapaian tujuan- sekunder tidak terjadi tarik menarik kekuatan
tujuan sosial di masa yang akan datang. atau power karena penentu kebijakan tersebut
Dalam konteks penulisan yang dilakukan di adalah actor pemerintah atau actor primer.
Kelurahan Kemijen, alternatif keputusan Dengan adanya penentuan actor tersebut maka
dilakukan sesuai dengan yang dihadapi saat permasalahan mengenai agenda setting yang
ini, sehingga setiap keputusan selalu merujuk meliputi penentuan criteria miskin, refleksi
pada masalah yang ada untuk dicari kemiskinan dan bantuan yang berupa
pendampingan dapat dilakukan dengan masyarakat. jadi masalah yang terjadi di
musyawarah yang melibatkan seluruh unsure Kelurahan Kemijen bukan lagi sebagai masalah
yaitu pemerintah dan masyarakat. yang dihadapi oleh satu actor saja tetapi oleh
Dengan adanya keterlibatan unsure semua actor. Dengan demikian maka perumusan
pemerintah dan masyarakat maka tidak akan kebijakan juga dapat dicarikan solusinya secara
terjadi tumpang tindih peran dan dapat incremental sebagaimana telah diuraikan pada
meningkatkan fungsi jejaring. Dalam kondisi halaman sebelumnya.
yang terjadi di Kelurahan Kemijen, jejring yang 3. KESIMPULAN DAN SARAN
dilakukan adalah jejaring tertangkap yaitu KESIMPULAN
masyarakat yang mendominasi, padahal menurut Adapun hasil kesimpulan yang diperoleh
Howlett dan Ramesh, 1995, Carlsson, 2000, dari penulisan ini adalah:
Parsons, 2005. Dalam Sri Suwitri, 2011 : 57 a. Dalam proses formulasi kebijakan harus
jejaring digunakan untuk menunjukkan adanya dijelaskan posisi masing-masing aktor, baik
ketergantungan antara actor satu dengan actor aktor yang berasal dari unsure pemerintah
lain. Hal ini bertolak belakang dengan masalah maupun aktor dari masyarakat.
yang terjadi di Kelurahan Kemijen dimana actor b. Dalam hal aksesibilitas aktor untuk
masyarakat tidak bergantung dengan actor mewujudkan aspirasinya, hal tersebut dapat
pemerintah dalam penentuan kebijakan. Untuk dilakukan dengan membuat akses pada
mengatasi masalah tersebut maka konsep actor pemerintahan dengan tingkat yang lebih
yang sudah dijelaskan pada halaman sebelumnya tinggi misalnya kecamatan. Dalam hal ini
harus dilaksanakan untuk menghilangkan lurah selaku aktor pemerintah dapat
dominasi satu pihak dari pihak lain. memfasilitasi hal tersebut dengan cara
Ketika konsep actor sudah ditentukan membuka jejaring dengan pemerintah
dengan jelas, maka masalah seperti agenda atasnya yaitu kecamatan dan kabupaten.
setting, aksesibilitas actor, persepsi actor dalam c. Dalam hal perspektif aktor dalam memahami
hal pemahaman masalah dan penentuan masalah, dapat dilakukan dengan membuat
alternative kebijakan dapat dihilangkan karena Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) yang
dalam pelaksanaan PNPM-MP selanjutnya akan difasilitasi oleh lurah.
mulai mempertimbangkan unsure pemerintah d. Dalam pembuatan suatu kebijakan diperlukan
sebagai actor primer, sehingga adanya model yang tepat yang dapat digunakan.
peningkatan sumber daya manusia yang Salah satu model yang dikenal dalam
tergabung dalam pelaksanaan PNPM-MP alternatif kebijakan yaitu model inkremental.
tersebut. adanya konsep actor yang jelas juga SARAN
dapat digunakan untuk mengatasi masalah Adapun saran dari penulis untuk
aksesibilitas actor karena masalah pelaksanaan PNPM-MP Kelurahan Kemijen
pendampingan dapat teratasi dengan bantuan Kota Semarang adalah:
akses actor yang berasal dari pemerintah atasnya a. Harus ada pemahaman tentang pedoman
yaitu kecamatan, kabupaten atau provinsi. pelaksanaan PNPM-MP agar tidak terjadi
Konsep actor dalam pelaksanaan PNPM-MP kesalahan tafsir pelaksanaan.
juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah b. Harus ada konsep peran actor pembuat
persepsi actor dalam memahami masalah dan kebijakan yang jelas.
alternative pemecahan sebab dalam hal ini c. Harus ada bagan jejaring yang jelas dalam
terjadi suatu ketergantungan antara actor satu pelaksanaan PNPM-MP.
dari unsure pemerintah dan actor lain dari unsure

You might also like