Professional Documents
Culture Documents
Perkawinan+Antar+Umat+Beda+Agama+perspektif+kepastian+hukum STAISMAN
Perkawinan+Antar+Umat+Beda+Agama+perspektif+kepastian+hukum STAISMAN
Abstract
The purpose of this study is to analyze several regulations related to marriage between people of
different religions in Indonesia, especially based on the regulations of Marriage Law No. 1 of 1974
concerning Marriage, Law No. 23 of 2006 concerning Administration and Supreme Court Circular
No. 2 of 2023 concerning instructions for judges in order to adjudicate cases of applications for
registration of marriages between people of different religions and beliefs. In addition, it is also to
explain how the legal certainty of marriage between people is after the issuance of SEMA Number 2
of 2023. Research methods used by analyzing literature data qualitatively through legal and
conceptual approaches on legal certainty of marriage between people of different religions. The results
showed that Law No. 1 of 1974 as amended by Law No. 16 of 2019 concerning Marriage does not
regulate firmly and clearly about interfaith marriage. Article 2 paragraph 1 of the regulation only
states whether or not marriage is valid and not submitted based on the law of their respective religions
and beliefs, Article 35 (a) of Law No. 23 of 2006 which is a reference for judges in determining
marriage between people of different religions contrary to the marriage law, there is a discrepancy
between the two regulations that causes uncertainty in the law of marriage between people of different
religions in Indonesia. The issuance of SEMA No. 2 of 2023 provides fresh air in an effort to end the
polemic of marriage between interfaith couples in Indonesiaso that there is certainty and similarity in
the application of law related to cases of marriage registration applications carried out by couples of
different religions, even though the problem of marriage between people of different religions has not
ended because article 35 (a) of Law No. 23 of 2006 concerning Administration and its explanation is
still valid today.
44
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
45
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
setelah keluarnya SEMA Nomor 2 tahun teks hukum pada suatu Undang-Undang
2023. adalah mutlak adanya, tidak boleh ada
makna ganda di dalam teks hukum
KAJIAN TEORETIK atau Undang-Undang, sebab kepastian
Munculnya perkawinan beda agama hukum menunjuk kepada pemberlakuan
dikarenakan seseorang tidak memegang hukum yang jelas, tetap, konsisten dan
teguh ajaran agamanya. Sebagai umat konsekuen yang pelaksanaannya tidak
beragama dituntut untuk selalu mematuhi dapat dipengaruhi oleh keadaan-
ajaran agamanya. Karena yang keadaan yang sifatnya subjektif (Khairul
diperintahkan agama dan batas-batas yang Fani,2021) . Analisis kasus hukum
telah digariskan tiap agama juga bertujuan judicial review tentang pernikahan beda
mencari kebaikan untuk umatnya. Jadi agama pada putusan Mahkamah
pelanggaran terhadap ketentuan agama Konstitusi Nomor 24/PUU/XX/2022 serta
juga bisa menimbulkan kesulitan bagi diri pertimbangan hukum dalam perspektif
pribadi, keluarga yang bersangkutan kepastian hukum dan Hak Asasi Manusia
maupun orang lain (Hanifah M, 2019). (Mustaan Walidai, 2023) menunjukan
Permasalahan kepastian hukum sendiri bahwa putusan Mahkamah Konstitusi
mendapatkan perhatian khusus pada saat tersebut sudah sesuai dengan prinsip
terdapat pergolakan politik di indonesia kepastian hukum dan Hak Asasi Manusia
padatahun 1999, adanya pergolakan sehingga Mahkamah Konstitusi menolah
politik ini menjadikan kepastian hukum di judicial review tersebut karena sudah
masukkan dalam Pasal 28I ayat (1) sangat jelas perkawinan yang sah adalah
Amandemen Kedua UUD NRI 1945, yang dilaksnakan menurut hukum
yaitu: “... hak untuk tidak dituntut atas masing-masing agama sesuai dengan
dasar hukum yang berlaku surut adalah Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 1 tahun 1974
hak asasi manusia yang tidak dapat tentang perkawinan.Penelitaan Kairul
dikurangi dalam keadaan apapun”(UUD Fani,(2021) dan Mustaan Walidaih,(2023)
NKRI 1945 , 1945) (Silawati, N. W., & sudah menyebutkan bahwa Undang-
Ningrum, 2023). Kepastian hukum dalam Undang Perkawinan di Indonesia belum
pengaturan perkawinan beda agama di memberikan kepastian hukum secara
indonesia masih belum memiliki tegas terkait perkawinan beda agama
kepastian hukum secara normatif pada melalui teks-teks hukum atau aturan yang
teks-teks hukum yang berkitan dengan jelas.
perkawinan, kesatuan makna di dalam
46
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
Hal tersebut maka dapat dikatakan yang berkaitan dengan isu hukum yang
terjadi kekaburan hukum dan sedang diteliti yaitu tentang perkawinan
ketidakpastian terhadap praktik antar umat beda agama serta pendekatan
perkawinan beda agama di Indonesia konseptual (conceptual approach), dimana
(Sekarbuana, M. W., 2021). Penelitian penelitian berangkat dari doktrin atau
tentang kepastian hukum terkait pandangan tentang kepastian hukum dari
perkawinan beda agama di Indonesia sebuah aturan yang sudah
sudah banyak dilakukan sebelum berlaku.Pengumpulan data dilakukan
dikelaurkannya SEMA Nomor 2 Tahun melalui studi kepustakaan (library
2023 tanggal 27 Juli 2023 dan hasil research) kemudian data di sususn secara
penelitian banyak menunjukan bahwa sistematis dan di analisis secara kualitatif
status hukum perkawinan antar umat beda untuk memperoleh jawaban permasalah
agama di Indonesia belum mempunyai yang sedang diteliti
kepastian hukum. Oleh karena itu dengan
penelitian ini penulis mencoba HASIL DAN PEMBAHASAN
menganalisis peraturan8i9899 perkawinan Perkawinan Beda Agama dalam UU
antar umat beda agama prspektif No.1 Tahun 1974
kepastian hukum pasca dikeluarkanya Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No
SEMA Nomor 2 tahun 2023 tentang 1 Tahun 1974 sebagaimana telah di rubah
petunjuk atau pedoman bagi hakim dalam dengan Undang-Undang No.16 tahun
mengadili perkara permohonan 2019 Tentang Perkawinan menyebutkan
pencatatan parkawinan antar-umat yang bahwa Perkawinan adalah sah apabila
berbeda agama dan kepercayaan. dilakukan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaannya itu (UU No.1
METODE PENELITIAN Tahun 1974 Tentang Perkawinan, 1974).
Jenis penelitian ini adalah penelitian Dalam Undang sudah secara jelas dan
hukum normative yaitu penelitian yang tegas menyatakan bahwa perkawianan
dilakukan dengan cara meneliti bahan yang sah adalah perkawian yang
Pustaka atau data sekunder belaka dilksanakan menurut hukum masing-
(Soerjono Soekento, 2003).Penelitian ini masing agama dan kepercayaan. Sejalan
dilakukan melalui pendekatan undang- dengan pasal 2 ayat (1), pasal 8 huruf (f)
undang (normative juristische recherche) Undang-Undang Perkawinan melarang
dimana penelitian dilakukan dengan cara pelaksanaan perkawianan antar 2 orang
menelaah hukum aturan yang berlaku yang mempunyai hubungan yang oleh
47
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
agamanya atau aturan lain yang berlaku Secara normatif perkawinan beda agama
dilarang untuk kawin.Dari 2 pasal tersebut memang tidak diatur secara terang
belum secara tegas perkawinan beda benderang dalam aturan Perkawinan,
agama diatur dalam Undang-undang yang menjadi patokan dalam menentukan
perkawinan dengan artian bahwa aturan sah atau tidaksahnya suatu perkawinan
perkawinan tersebut hanya menyebutkan dapat ditemui dalam pasal 2 ayat1 UU
perkawinan yang sah dan tidak sah saja Perkawinan yaitu: “Perkawinan adalah
yaitu perkawinan yang dilakukan sah, apabila dilakukan menurut hukum
berdasarkan hukum agamanya masing- masing-masing agamanya dan
masing dan kepercayaannya. Undang- kepercayaannya itu” serta ayat (2) yang
Undang menyerahkan sepenuhnya mewajibkan pencatatan setiap perkawinan
keabsahan perkawinan kepada hukum menurut undang-undang yang berlaku.
agama dengan artian belum secara tegas Menurut penulis Pasal ayat (1) dan (2) ini
melarang perkawinan dilakukan oleh harus dibaca satu nafas atau saling
umat yang beda agama. berkaitan tidak berdiri sendiri, berarti
Landasan peraraturan terhada;p bahwa perkawinan yang di catat itu
pelaksanaan perkawinan di Indonesia adalah perkawinan yang sah yang
telah jelaskan sebelumnya, yaitu pada dilakukan menurut agama-agama masing
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan kepercayaannya itu. Perkawinan yang
sebagaimana telah dirubah dengan di lakukan oleh pasangan muslim dicatat
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 oleh Kantor Urusan Agama (KUA) dan
Tentang perkawinan. Peraturan perkawinan yang dilakukan oleh orang
perkawinan tersebut belum mengatur non muslim di catat oleh Kantor Catatan
secara jelas terkait dengan perkawinan Sipil (KSC)
antar umat agama. Tidak ada satu frasa Keadaan masyarakat Indonesia yang
yang secara langsung mengatur dan secara beragam dan plural dan ada lebih dari satu
jelas melarang ataupun memberikan agama yang diakui,tidak menutup
pedoman dalam pelaksanaan tentang kemungkinan adanya pelaksanaan
bagaimana perkawinan antar umat beda perkawinan beda agama meskipun
agama . Perkawinan umat beda agama cenderung ditemukan adanya larangan
dapat memberikan akibat hukum terhadap secara tegas dari masing-masing agama
sah atau tidaknya perkawinan tersebut. dalam pelaksanaan perkawinan beda
Sebagai negara prulalistis Indonesia agama (Sastra, Abd. Rozak, 2011). Dalam
memiliki beberapa agama di dalamnya. hal ini berarti bahwa celah untuk
48
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
melakukan perkawinan antar umat yang konsisten serta mudah diperoleh atau
berbeda agama misalnya melakukan diakses. Aturan hukum tersebut haruslah
perkawinan dua 2 dalam satu hari pagi diterbitkan oleh kekuasaan negara dan
menikah dengan cara islam sorenya memiliki tiga sifat yaitu jelas, konsisten
menikah dengan Kristen, dilihat dari dan mudah diperoleh.
sudut ketentuan agama masing-masing itu b. Beberapa instansi penguasa atau
akan dianggap sah, tapi ketika perkawinan pemerintahan dapat menerapkan aturan
tersebut tidak dapat dicatat oleh negara hukum dengan cara yang konsisten serta
maka perkawinan tersebut dianggap tidak dapat tunduk maupun taat kepadanya.
sah oleh negara dan berakibat pada tidak c. Mayoritas warga pada suatu
dapat dipenuhinya hak-hak keperdataan negara memiliki prinsip untuk dapat
dalam bidang perkawinan seperti menyetujui muatan yang ada pada muatan
mendpatkan akta nikah yang merupakan isi. Oleh karena itu, perilaku warga pun
legalitas bahwa perkawinan sudah akan menyesuaikan terhadap peraturan
dilaksanakan secara sah. yang telah diterbitkan oleh pemerintah.
Menurut Gustav Radbruch Kepastian d. Hakim peradilan memiliki sifat
hukum merupakan salah satu dari tujuan yang mandiri, artinya hakim tidak
hukum disamping untuk keadilan dan berpihak dalam menerapkan aturan
kemanfaatan (Satjipto Rahardjo, hukum secara konsisten ketika hakim
2012).Hal tersebut menurut penulis maka tersebut dapat menyelesaikan hukum.
setiap Undang-Undang atau ketentuan e. Keputusan dari peradilan dapat
yang dibuat oleh negara harus dapat secara konkrit dilaksanakan.
memenuhi unsur kepastian hukum, Berdasar kedua pendapat ahli
sehingga masyarakat dapat memastikan tersebut, maka Undang-undang
dari awal efek atau dampak dari dilakukan perkawinan di Indonesia belum dapat
atau tidak dilakukanya suatu perbuatan memberikan kepastian hukum tentang
hukum. perkawinan yang dilakukan oleh pasanagn
yang berbeda agama karena peraturan
Dikutip dari gramedia.com/ Jan M. perkawinan beda agama belum secara
Otto berpendapat mengenai kepastian jelas dan jernih tertuang dalam aturan
hukum yang disyaratkan menjadi perkawinan tersebut, sehingga tidak
beberapa hal sebagai berikut: terdapat kepastian hukum yang dapat
a. Kepastian hukum menyediakan dijadikan landasan oleh masyarakat dapat
aturan hukum yang jelas serta jernih,
49
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
50
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
51
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
52
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
53
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
54
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
55
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
56
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
57
Ta’dibiya Volume 3 Nomor 2 Oktober 2023
58