You are on page 1of 11

Teknisia

Vol. 27, No. 01, Mei 2022, pp. 01-11


E-ISSN: 2746-0185 1

Faktor–faktor keterlambatan proyek konstruksi di Papua

Anggara Hutahaean1,*, Arief Setiawan Budi Nugroho2 dan Muslikh3


1,2,3 Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Article Info Abstract


The increasingly high development in Indonesia has spurred the number of
Article history:
construction service companies to increase. On the other hand, the increase
Received: Nov 20, 2021 in the growth of construction service companies has not been accompanied
Revised: Jan 28, 2022 by a good atmosphere of construction implementation. As a result, delays
Accepted: May 30, 2022 in completing work have become commonplace in construction projects in
Available online: Indonesia, the eastern part, and especially Papua. This research
Jun 15, 2022
investigated the factors causing delays in completing construction work in
Papua Province, especially in Merauke Regency. Questionnaires were
distributed to contractors registered as members of GAPEKSINDO and
Keywords: domiciled in the Merauke district. The purposive sampling technique took
the number of samples. The data analysis in this research used a Non-
Delay factors
Parametric Statistical Test with Kendall's W analysis using SPSS 25.0 for
Non-parametric statistic
Kendall's W test the Windows program. The seven main factors that cause construction
project delays are related to consultants. The test results show that the main
factor of delay in construction projects in the Merauke Regency is the labor
factor, with a mean rank value of 2.56. Factors that do not affect
Corresponding Author: construction delays are other factors with a mean rank value of 5.28.

Anggara Hutahaean, Copyright © 2022 Universitas Islam Indonesia


anggarahutahaean@mail.ug All rights reserved
m.ac.id

Pendahuluan Berdasarkan sudut pandang para pemangku


kepentingan, keterlambatan dapat dianggap
Pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi
sebagai salah satu indikasi ketidakberhasilan
tidak jarang menghadapi banyak kendala
proyek (Rajablu et al., 2014). Namun
seperti keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
demikian berhasil atau tidaknya suatu proyek
Kondisi ini menuntut penyedia jasa konstruksi
adalah permasalahan bagaimana
harus menyiapkan langkah-langkah mitigasi
menyeimbangkan dan cara pandang para
untuk menghadapi segala kemungkinan yang
pemangku kepentingan yang mempengaruhi
akan terjadi. Mengetahui faktor-faktor yang
interaksi antar elemen di dalam proyek
dapat mengakibatkan keterlambatan
konstruksi (Molwus, 2014). Pembangunan
penyelesaian proyek konstruksi menjadi hal
infrastruktur di Papua dilakukan untuk
yang sangat penting untuk diketahui. Waktu
menghilangkan perbedaan harga barang yang
adalah salah satu pertimbangan utama
mencolok dengan wilayah-wilayah lain di
sepanjang siklus hidup manajemen proyek
Indonesia. Kemajuan dan kesejahteraan
dan dapat dianggap sebagai salah satu
masyarakat Papua akan tercapai apabila
parameter terpenting dari suatu proyek dan
terdapat keseimbangan dalam pembangunan
kekuatan pendorong keberhasilan proyek
antara proyek-proyek fisik dengan pendekatan
(Aziz, 2013). Salah satu ketidakberhasilan
kemanusiaan. Peraturan Presiden Nomor 17
suatu proyek diakibatkan oleh kurangnya
Tahun 2019 menyatakan bahwa pengadaan
pengetahuan dalam mengidentifikasi
barang/jasa pemerintah mempunyai peran
pemangku kepentingan, pengaruh masing-
penting dalam pelaksanaan percepatan
masing pemangku kepentingan terhadap
pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua
proyek, dan pengaturan prioritas yang
dan Provinsi Papua Barat yang dimulai pada
menentukan keberhasilan proyek.
E-ISSN 2746-0185

tahun 2001. Sejak saat itu, pembangunan keterlambatan proyek bangunan gedung di
konstruksi di Papua mengalami peningkatan Kota Tangerang menunjukkan bahwa terdapat
yang signifikan dari waktu ke waktu. Namun 10 faktor utama penyebab terjadinya
hal ini kurang diimbangi dengan tingkat keterlambatan penyelesaian pekerjaan
keberhasilan pelaksanaan proyek di Papua. (Wirabakti et al., 2014). Kesepuluh faktor
Penelitian yang dilakukan Margareta (2018) tersebut adalah keterlambatan pengiriman
di Kabupaten Manokwari menyatakan bahwa bahan, keterbatasan ketersediaan bahan di
keterlambatan proyek gedung dipengaruhi pasaran, kurangnya ketersediaan tenaga kerja,
oleh jumlah pekerja yang kurang memadai cuaca, kurang tenaga kerja, kurangnya tingkat
dan juga dipengaruhi ketersediaan bahan kedisiplinan tenaga kerja, kurangnya keahlian
material, kerusakan peralatan, keadaan tenaga kerja, komunikasi antara kontraktor
permukaan dan dibawah permukaan tanah, dan owner, buruknya komunikasi antara
keterlambatan pembayaran gaji karyawan, tenaga kerja dan manajemen, serta kesalahan
intensitas curah hujan, perubahan waktu kerja desain perencanaan. Penelitian serupa yang
oleh kontraktor, perubahan lingkup pekerjaan, mengidentifikasi 42 faktor penghambat
pada waktu pelaksanaan, dan tata cara konstruksi di Kabupaten Sorong Provinsi
evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama dan Papua Barat, menunjukkan bahwa terdapat
lewat jadwal yang disepakati. Sedangkan tujuh faktor utama penyebab terjadinya
faktor keterlambatan proyek yang terjadi di keterlambatan (Rantepasang, 2015). Ketujuh
daerah barat, tepatnya di daerah Tangerang faktor tersebut adalah keterlambatan
adalah keterlambatan pengiriman bahan, pengajuan shop drawing, sulitnya proses
ketersediaan bahan di pasaran, kurangnya persetujuan ijin kerja, standar material dalam
ketersediaan tenaga kerja, curah hujan, spesifikasi tidak ada di pasaran, pekerjaan
kurangnya kehadiran tenaga kerja, kurangnya yang tidak dilakukan sesuai prosedur,
kedisiplinan tenaga kerja, komunikasi antara kerusakan peralatan, cuaca yang buruk, serta
kontraktor dan owner, buruknya komunikasi terjadinya huru-hara. Sementara itu, penelitian
antara tenaga kerja dan badan pembimbing, lain yang mengidentifikasi 59 faktor penyebab
serta kesalahan desain oleh perencana keterlambatan proyek konstruksi di bangunan
(Wirabakti et al., 2014). Berdasarkan studi gedung di Kota Manado menunjukkan bahwa
kasus keterlambatan proyek di Manokwari terdapat lima faktor utama penyebab
dan kota Tangerang, terdapat beberapa terjadinya keterlambatan proyek bangunan
perbedaan faktor keterlambatan pada daerah gedung di Kota Manado (Hassan et al., 2016).
tersebut. Penelitian ini dilakukan pada Kelima faktor tersebut adalah ketidak-
perusahaan jasa konstruksi yang berada di tersediaan bahan material ketidaktersediaan
Merauke dan tujuan dalam penelitian ini untuk bahan material di lapangan, pengelolaan dan
mengidentifikasi faktor-faktor apa yang kinerja sub kontraktor yang buruk, kerusakan
menjadi keterlambatan dalam pelaksanaan peralatan, kekurangan tenaga kerja dan
proyek yang dilakukan di Merauke. Dengan perubahan material. Terakhir, Parami (2019)
demikian diharapkan dapat diketahui faktor- melakukan penelitian yang mengidentifikasi
faktor yang mendominasi penyebab 22 faktor penyebab keterlambatan proyek
keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi konstruksi bangunan gedung di Karangasem
di Merauke. Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat tujuh faktor utama penyebab terjadi
Tinjauan pustaka keterlambatan, yaitu keterlambatan pem-
Penyebab keterlambatan proyek bayaran dan shop drawing, ketidakjelasan
spesifikasi dan ketersediaan material, ke-
Studi tentang dampak dan penyebab dari tersediaan tenaga kerja, perubahan pe-
keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi rencanaan, kelemahan dalam metode kerja,
sudah banyak dilakukan. Suatu penelitian kelemahan dalam penjadwalan, kelemahan
yang mengindentifikasi 52 faktor penyebab dalam pelaksanaan.

2 Teknisia, Vol. 27, No. 01, Mei 2022


E-ISSN 2746-0185

kesalahan dalam proses produksi dan


menjadikan pekerjaan lebih efisien dan efektif
Manajemen proyek
dengan hasil lebih banyak.
Mahapatni (2019) mendefiniskan bahwa
5. Methods
manajemen proyek adalah seni mengatur atau
Dalam manajemen diperlukan adanya
mengelola sumber daya proyek (man, money,
beberapa metode untuk menentukan
method, material, machine, market and
bagaimana suatu pekerjaan dapat dilakukan.
time/6M+T). Menurut Kartowardojo (1992)
Serangkaian prosedur dan instruksi ditetapkan
terdapat enam unsur manajemen, yaitu man,
dengan mempertimbangkan pada tujuan yang
money, methods, material, machines, market.
hendak dicapai, fasilitas yang tersedia, waktu,
1. Man uang, dan kegiatan bisnis. Metode-metode
Sumber daya manusia adalah faktor yang tersebut ditetapkan sebagai standar
paling vital dan menentukan dalam operasional yang baku (SOP), yang berperan
manajemen. Unsur sumber daya manusia ini untuk meningkatkan penggunaan semua
harus diperhatikan beberapa hal yaitu sumber daya dan faktor-faktor produksi,
jumlahnya harus sesuai dengan kebutuhan dan sehingga semua pekerjaan bisa berjalan secara
formasi, keahlian, kemampuan, keterampilan, efektif dan efisien.
pendidikan, pengalaman dan komposisi
6. Market
(pimpinan, pelaksana, bagian teknis,
Untuk bisa memasarkan hasil produksinya
administrasi, dll).
dengan baik, perusahaan wajib memahami
2. Money pemasaran dengan baik. Pemasaran produk
Untuk menjalankan aktivitasnya, manajemen sangat penting untuk kelangsungan proses
membutuhkan biaya. Biaya digunakan baik produksi dari perusahaan itu sendiri. Proses
untuk pembelian dan perawatan alat- produksi suatu barang akan terhenti apabila
alat, pembelian bahan baku/material, barang-barang yang diproduksi tidak laku atau
pembayaran gaji tenaga kerja dan lain tidak diminati oleh konsumen. Artinya pasar
sebagainya. Pengelolaan uang yang baik akan sangat penting untuk dikuasai demi
berpengaruh terhadap sukses tidaknya sebuah kelangsungan proses produksi perusahaan.
manajemen yang dilakukan. Oleh karena itu, Tujuan dari manajemen proyek adalah untuk
pengelolaan uang harus dilakukan secara usaha mengatasi keterlambatan proyek
rasional agar tujuan yang telah ditetapkan bisa konstruksi.
tercapai.
Metode penelitian
3. Materials
Teknik pengambilan sampel
Untuk memproduksi suatu barang, perusahaan
membutuhkan bahan baku. Ketersediaan Sugiyono (2003) menyatakan sampel adalah
bahan baku sangat vital dalam proses sebagian dari jumlah dan karateristik yang
produksi, baik berupa bahan setengah jadi dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam
(raw material) maupun bahan jadi. penelitian ini, sampel diperoleh dari
perusahaan konstruksi yang bekerja dan
4. Machines
menyelesaikan proyek konstruksi di daerah
Mesin digunakan dalam proses pengolahan
Kabupaten Merauke. Penentuan jumlah
bahan baku menjadi barang jadi. Mesin dan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
peralatan kerja lainnya sangat dibutuhkan
teknik purposive sampling. Pengambilan
untuk memudahkan pekerjaan yang sulit
sampel yang dipilih adalah jasa kontraktor/
menjadi lebih cepat dan efisien, serta berperan
konsultan yang ada di wilayah Merauke.
dalam meningkatkan hasil dan keuntungan.
Roscoe dalam Sugiyono (2019) memberikan
Penggunaan mesin semakin canggih dan
pernyataan bahwa ukuran sampel yang baik
modern dengan adanya perkembangan
memiliki jumlah diantara 30 sampai dengan
teknologi. Hal ini dapat meminimalisir
500. Penelitian ini menggunakan 50 sampel di

Hutahaean, et al. – Faktor-faktor keterlambatan proyek konstruksi di Papua 3


E-ISSN 2746-0185

wilayah Merauke karena keterbatasan 1. Profil responden


penyedia jasa konsultan dan kontraktor. Informasi ini digunakan untuk
mengetahui sebaran dan identifikasi
Metode pengumpulan data
profil responden kontraktor dan
Pengumpulan data primer dilakukan melalui konsultan yang terdaftar di
kuesioner kepada responden secara langsung GAPEKSINDO Merauke. Data profil
maupun online menggunakan Google Form. responden berupa informasi jabatan,
Data primer didapatkan melalui kuesioner pengalaman kerja, dan pendidikan.
yang diperoleh dari para pelaku proyek Berdasarkan daftar GAPEKSINDO,
konstruksi di Kabupaten Merauke mulai dari terdapat 33 kontraktor dari kualifikasi
owner, kontraktor, konsultan perencana, kecil, menengah dan besar dan 17
konsultan pengawas, dan pihak-pihak lain konsultan yang aktif di Merauke Papua.
yang sedang terlibat dalam suatu proyek
2. Faktor-faktor keterlambatan
konstruksi sesuai dengan kualifikasi yang
Untuk mendapatkan variabel penyebab
ditetapkan oleh peneliti.
keterlambatan telah dipilih 20 variabel
Komposisi kuesioner dalam tujuh klasifikasi faktor. Tinjauan
Penjaringan informasi melalui kuesioner ini dilakukan melalui studi pustaka
dibedakan dalam dua jenis yaitu informasi melalui studi-studi sebelumnya yaitu
terkait profil responden dan informasi terkait melalui penelitian Proboyo (1999),
tanggapan responden mengenai faktor-faktor Hassan et al., (2016), Bakhtiyar et al.,
keterlambatan proyek konstruksi. Pembuatan (2012), Wirabakti et al. (2014),
instrumen penelitian dimulai dengan Rantepasang (2015), Hassan (2016),
penentuan variabel keterlambatan proyek dari Agritama et al. (2018) dan Parami
berbagai sumber penelitian terdahulu yang (2019), yaitu:
dianggap dapat digunakan yaitu penelitian a. Faktor desain dan perencanaan:
Rantepasang (2015) dan Hassan (2016). 1) spesifikasi teknis tidak jelas,
Terdapat 45 variabel keterlambatan proyek 2) Desain tidak sinkron.
yang diidentifikasi dari enam penelitian dan b. Faktor pelaksanaan dan hubungan
sebagian besar sudah mengikuti variabel kerja:
keterlambatan dari Praboyo (1999) mengenai 1) Pengawasan lemah,
keterlambatan yang ada di Indonesia dan 2) Konflik antara kontraktor dan
menjadi pertanyaan pada kuesioner tersebut. owner,
Untuk menghindari pengulangan penjaringan 3) Pengalaman kerja kontraktor,
informasi dan juga kesesuaian terhadap 4) Perolehan ijin dari pemerintah,
kondisi jasa konstruksi di Merauke Papua, 5) Birokrasi berbelit-belit,
beberapa faktor yang tidak sesuai dihilangkan 6) Durasi kontrak,
dan menyisikan 20 variabel keterlambatan 7) Klaim konstruksi.
untuk digali lebih jauh dara para responden. c. Faktor material:
Skala persetujuan responden menggunakan 1) Keterlambatan pengiriman bahan,
skala ordinal/peringkat satu sampai dengan 2) Kekurangan bahan konstruksi.
20. Metode analisis data menggunakan Uji d. Faktor keuangan:
Statistik Non Parametrik dengan analisis 1) Kesulitan pendanaan proyek
Kendall’s W menggunakan program SPSS konstruksi,
25.0. 2) Penundaan pekerjaan karena
Rencana kuesioner keuangan dan hukum.
e. Faktor tenaga kerja:
Kuesioner dirancang dalam 2 kelompok, 1) Kualitas tenaga kerja buruk,
yaitu: 2) Kekurangan tenaga kerja,

4 Teknisia, Vol. 27, No. 01, Mei 2022


E-ISSN 2746-0185

3) Tidak menguasai pekerjaan di K = banyaknya baris (variable yang


lapangan. dikorelasikan),
f. Faktor peralatan: n = banyaknya kolom.
1) Peralatan tidak memadai,
Untuk dapat memberi interprestasi terhadap
2) Terbatas jumlah peralatan.
kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan
g. Faktor lainnya:
pedoman seperti tertera pada Tabel 1.
1) Cuaca tidak lazim,
2) Terjadi kecelakaan kerja. Tabel 1. Pedoman untuk memberikan interpretasi
koefisien korelasi
Analisis data
Interval koefisien Tingkat Hubungan
Uji konkordansi Kendall’s W merupakan uji 0,00 – 0,199 Sangat Rendah
nonparametrik yang digunakan untuk menguji 0,20 – 0,399 Rendah
keselarasan terhadap penilaian yang diberikan 0,40 – 0,599 Sedang
oleh sekelompok subjek terhadap atribut- 0,60 – 0,799 Kuat
atribut yang dianggap penting. Koefisien 0,80 – 1,00 Sangat Kuat
konkordansi Kendall’s W menguji ukuran Sumber: Wahidin, 2014
derajat keeratan atau keselarasan hubungan Setelah didapatkan nilai Ri dan mean rank,
diantara variabel k yang diukur minimal maka langkah selanjutnya adalah mencari
dalam skala ordinal (Santoso, 2010). nilai kendall’s W.
Konkordansi Kendall’s pada prinsipnya ingin
mengetahui apakah ada keselarasan dari Mean rank
sekelompok subjek (orang) dalam menilai Metode analisis ini berguna untuk
objek tertentu. Keselarasan (konkordansi) menentukan urutan para responden dan
diberi nilai seperti halnya korelasi, yakni dari memberikan prioritas terhadap variabel studi.
0 sampai 1. Jika 0 berarti responden sama Setelah pengumpulan data yang diperoleh dari
sekali tidak selaras satu dengan yang lain responden, maka data dianalisis dengan mean,
dalam menilai sekian atribut, dan jika 1 maka yang merupakan teknik penjelasan kelompok
semua sangat selaras dalam menilai sekian yang didasarkan dari nilai rata-rata tersebut.
atribut. Pada umumnya, angka konkordansi di Nilai rata-rata akan digunakan untuk
atas 0,5 bisa dianggap tingkat keselarasan menentukan faktor-faktor yang sangat
sudah cukup tinggi. Nilai konkordansi berpengaruh dalam keterlambatan pekerjaan
Kendall’s (Kendall’s W) bisa dicari dengan proyek konstruksi. Mean rank dapat dihitung
Persamaan 1. dengan Persamaan 3.
𝑅𝑖
12 ∑ 𝑅𝐼2 −3𝑛2 𝑘(𝑘+1)2 Mean Rank = (3)
𝑊= 𝑛2 𝑘(𝑘 2 −1)
(1) 𝑛

dengan,
dengan,
n = jumlah responden,
K = jumlah variable,
Ri = jumlah data penilaian responden,
N = jumlah penilai,
Xi = nilai pendapat yang diperoleh dari
Ri = jumlah data penilaian responden.
responden (tidak mengandung angka
yang sama).
nilai W bisa juga dicari dengan Persamaan 2.
𝑆 Pengujian hipotesis
𝑊= Hipotesis adalah pernyataan sementara yang
1 2 3
(𝑛 − 𝑛)
12 𝑘 perlu diuji kebenarannya. Untuk menguji
12𝑆
𝑊 = 𝑘 2 (𝑛3 −𝑛) (2) kebenaran sebuah hipotesis digunakan
pengujian yang disebut pengujian hipotesis.
dengan, Pengujian hipotesis akan membawa kepada
∑ 𝑅𝑖 2 kesimpulan/keputusan untuk menolak atau
𝑆 = ∑(𝑅𝑖 − 𝑛
) menerima hipotesis.

Hutahaean, et al. – Faktor-faktor keterlambatan proyek konstruksi di Papua 5


E-ISSN 2746-0185

Agar pemilihan lebih terinci dan mudah, dan 17 dari konsultan, kuesioner ditunjukkan
diperlukan hipotesis alternatif (Ha/H1) yang kepada responden yang akan mengisi
dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis kuesioner tersebut. Pada bagian pertama
nihil dinyatakan dalam kalimat negatif (H0). kuesioner ini ditunjukkan untuk identifikasi
Dalam hipotesis alternatif (Ha/H1) pihak latar belakang responden dengan
peneliti tidak menguji (H1) sebab (H1) adalah menggunakan metode statistik nilai
lawan (H0). Hipotesis alternatif (H1). persentase kemudian pada bagian kedua
kuesioner ini mengidentifikasi faktor
Proses pengambilan keputusan:
keterlambatan yang paling mempengaruhi
1. Hipotesis keterlambatan proyek di Merauke dengan
H0 = tidak ada kesepakatan atau keselarasan menggunakan analisis uji kendall’s W dengan
diantara para responden tentang strategi menggunakan SPSS 25.
harga penawaran dan faktor risiko pada Metode statistik nilai persentase
strategi harga penawaran.
Statistik nilai persentase dilakukan untuk
H1 = ada kesepakatan/keselarasan diantara
mengetahui sebaran demografi responden
para responden tentang strategi harga
menggunakan analisis persentase pada
penawaran dan faktor risiko pada
Persamaan 5.
strategi harga penawaran.
𝑥𝑖
2. Dasar pengambilan keputusan/ pengujian 𝑃= 𝑥 100% (5)
𝑛
hipotesis
dengan,
Membandingkan statistik hitung dengan P = hasil perentase,
statistik tabel, dengan ketentuan: Xi = jumlah variable x,
- jika chi kuadrat hitung < chi kuadrat N = jumlah responden.
tabel, maka H0 diterima
Hasil analisis ditunjukkan pada Gambar 1.
- jika chi kuadrat hitung > chi kuadrat
Terdapat 16 responden dengan pengalaman
tabel, maka H0 ditolak
kerja dibawah 5 tahun yang terdiri dari 7
Dipakai perhitungan Chi-Square dengan responden kontraktor (21%) dan 9 responden
Persamaan 4. konsultan (53%). Sementara itu responden
dengan pengalaman kerja 5 hingga 10 tahun
X2 = [ n (k-1)] x W% (4) terdiri dari 20 responden kontraktor (61%) dan
dengan, 5 responden konsultan (29%). Sedangkan
n = jumlah responden, responden dengan pengalaman di atas 10
k = jumlah variabel (sub faktor), tahun terdiri dari 6 responden kontraktor
X2 = chi kuadrat. (18%) dan 3 responden konsultan (18%).
Hasil uji nilai persentase pada penelitian ini
Dengan melihat tabel chi-Square, nilai df ditunjukkan pada Gambar 1.
(derajat kebebasan) dan tingkat signifikansi
(α) sebesar 5%, maka akan diperoleh nilai 40
kontraktor konsultan 33
statistik tabel berdasarkan probabilitas
30
Responden

(asymptotic significance), dengan ketentuan:


20
- jika probabilitas > 0,05, maka H0 20 17
diterima
- jika probabilitas < 0,05, maka H0 10 7 9 5 6
3
ditolak
0
Analisis dan pembahasan < 5 tahun 5-10 tahun> 10 tahun Total
Pengalaman
Pada penelitian ini responden yang menjadi
target penelitian sebanyak 50 responden yang Gambar 1. Grafik pengalaman kerja
dibagi menjadi 33 responden dari kontraktor

6 Teknisia, Vol. 27, No. 01, Mei 2022


E-ISSN 2746-0185

Gambar 1 menunjukkan bahwa pengalaman desain dan perencanaan dan faktor lainnya
responden dalam proyek dari bawah 5 tahun dapat mengikuti perhitungan di atas. Untuk
hingga di atas 10 tahun. Selanjutnya untuk 2
nilai ∑ 𝑅𝑖 didapatkan dari jumlah penilaian
mendapatkan persentase, nilai paket proyek responden. Sedangkan hasil analisis
yang dikerjakan dengan cara jumlah persamaan Kendall’s W faktor utama
kontraktor dan konsultan per 5 tahun dibagi dilakukan dengan menggunakan Software
dengan jumlah total keseluruhan dikalikan SPSS 25.0 yang dapat dilihat pada Tabel 2.
100%.
Tabel 2. Nilai Kendall’s W
40
33 Faktor Keterlambatan Kendall’s W
kontraktor konsultan
30 Tenaga Kerja 0,288
Material 0,282
Responden

Keuangan 0,233
20 17 Peralatan 1,000
15
Pelaksanaan dan Hubungan Kerja 0,117
9 10
10 7 Desain dan Perencanaan 0,160
3 3 Faktor Lainnya 1,000
12
0 Perhitungan mean rank
< 250 250 - 500 500 juta - 1 - 2,5 Total
juta juta 1 milyar milyar Sebelum menghitung mean rank dari masing-
Nilai Proyek masing variabel, dibuat terlebih dahulu tabel
yang berisi Ri (jumlah masing-masing
Gambar 2. Grafik nilai paket proyek yang variabel). Selanjutnya menghitung mean rank
dikerjakan menggunakan Persamaan 3. Rangkuman hasil
Gambar 2 di atas menunjukkan perhitungan analisis perhitungan mean rank faktor utama
nilai paket proyek yang dikerjakan dapat dilihat pada Tabel 3.
menggunakan statistik nilai persentase dengan Tabel 3. Hasil analisis mean rank faktor utama
cara jumlah responden yang mengerjakan keterlambatan
paket proyek dibagi dengan jumlah total
responden dan dikalikan 100% maka Faktor Utama Mean Rank
didapatkan hasil presentasi niai paket proyek Tenaga kerja 2,56
yang dikerjakan. Material 3,04
Keuangan 3,29
Perhitungan Kendall’s W Peralatan 3,76
Perhitungan nilai Kendall’s W untuk faktor pelaksanaan dan 4,84
tenaga kerja, keuangan, peralatan, dan hubungan kerja
Desain dan perencanaan 5,23
seterusnya dihitung menggunakan Persamaan
lainnya 5,28
2.
Untuk perhitungan tenaga kerja adalah: Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3,
∑ 𝑅𝑖 2 diketahui bahwa kategori faktor utama yang
299
Data tenaga kerja = = 5,98 ≈ 6 paling mempengaruhi keterlambatan
𝑛 50
pekerjaan konstruksi yang diteliti adalah
S = (99-6)2+(127-6)2+(73-6)2= 27,779 faktor tenaga kerja yang ditunjukkan dengan
12𝑆 nilai mean rank paling kecil yaitu 2,56 dan
𝑊=
𝑘 2 (𝑛3
− 𝑛) faktor yang tidak mempengaruhi
12(27,779)
keterlambatan proyek adalah faktor lainnya
𝑊= = 0,29 yang ditunjukkan dengan nilai mean rank
32 (503 − 50)
yang paling besar yaitu 5,28. Selanjutnya
Selanjutnya untuk perhitungan nilai Kendall’s untuk mendapatkan hasil mean rank faktor
W peralatan, pelaksanaan hubungan kerja, utama adalah dengan cara jumlah peringkat

Hutahaean, et al. – Faktor-faktor keterlambatan proyek konstruksi di Papua 7


E-ISSN 2746-0185

dari 50 responden dari setiap faktor dibagi statistik hitung > statistik tabel (79,46 >
dengan total responden. 12,59), maka Ho ditolak. Jadi, 50 responden
tersebut mempunyai penilaian yang tidak
Pengujian hipotesis
sama.
Setelah didapatkan nilai mean rank dan
Selanjutnya untuk perhitungan hipotesa untuk
Kendall’s W, dilakukan juga proses
tenaga kerja, peralatan, pelaksanaan dan
pengambilan keputusan atau pengujian
hubungan kerja, desain dan perencanaan,
hipotesis. Pengambilan keputusan/pengujian
material, keuangan dan faktor lainnya dapat
hipotesis faktor tenaga kerja dengan
mengikuti perhitungan di atas. Hasil analisis
membandingkan statistik hitung dengan
pengujian hipotesa dapat dilihat pada Tabel 4.
statistik tabel, apabila statistik hitung <
statistik tabel, maka Ho diterima, jika statistik Tabel 4 menunjukkan bahwa sub faktor Ho
hitung > statistik tabel, maka Ho ditolak. ditolak dari faktor keterlambatan adalah
Statistik hitung dari tabel output SPSS, terlihat tenaga kerja, material, keuangan, pelaksanaan
bahwa statistik hitung chi-square Kendall’s W hubungan kerja dan desain dan perencanaan.
adalah 79,46. Dipakai perhitungan Persamaan Maka, terdapat perbedaan pendapat dari 5
Chi – square sebagai berikut. sub-faktor keterlambatan proyek. Hal ini
mengindikasikan bahwa tidak 100%
X2 = (k(n-1) W)
responden setuju karena terjadi perbedaan
= (50(7-1)) (0,265) =79,5 pendapat dari 50 responden.
dengan, Perhitungan analisis
n = 50 (responden),
Berdasarkan hasil analisis tujuh kategori
k = 7 (jumlah variabel),
faktor keterlambatan pada Tabel 5 akan
W = 0,265 (nilai Kendall’s W).
diketahui bagaimana kesepakatan faktor yang
Berdasarkan hasil perhitungan chi-square, paling mempengaruhi keterlambatan
yang dipakai adalah tabel output SPSS yaitu pekerjaan konstruksi yang diteliti pada 50
79,46. Dengan melihat tabel Chi– square, responden. Nilai mean rank dapat dilihat pada
untuk df (derajat kebebasan) = k-1=7-1=6 dan Tabel 5 yang didapatkan menggunakan rumus
tingkat signifikasi (α) sebesar 5% (berarti nilai rata-rata yang terdapat di perhitungan
tingkat kepercayaan 95%), maka didapat mean rank.
statistik tabel = 12,59 (dilihat pada tabel harga
kritis Chi-kuadrat). Oleh karena keputusan

Tabel 4. Hasil pengujian hipotesa faktor utama keterlambatan


Faktor Kendall's Tingkat Chi - square Chi - square
Kesimpulan
Keterlambatan W persetujuan hitung tabel
7 faktor utama 0,.265 Buruk 79,5 12,59 Tolak
Sub faktor:
1 Tenaga kerja 0,288 Buruk 28,8 5,99 Tolak
2 Material 0,282 Buruk 14,08 3,84 Tolak
3 Keuangan 0,233 Buruk 11,64 3,84 Tolak
4 Peralatan 1,000 Sempurna 50 3,84 Tolak
5 Pelaksanaan dan
0,117 Buruk 35,13 12,59 Tolak
hubungan kerja
6 Desain dan
0,160 Buruk 8,02 3,84 Tolak
perencanaan
7 lainnya 1,000 Sempurna 50 3,84 Tolak

8 Teknisia, Vol. 27, No. 01, Mei 2022


E-ISSN 2746-0185

Tabel 5. Peringkat faktor keterlambatan


Mean Mean
No Faktor Sub faktor
rank rank
1 Tenaga 2,56 Tidak menguasai pekerjaan di lapangan 1,47
Kualitas tenaga kerja buruk 1,99
Kekurangan tenaga kerja 2,54
2 Material 3,04 Kedatangan bahan terlambat dari jadwal 1,24
Kekurangan bahan pada waktu pelaksanaan 1,76
3 Keuangan 3,29 Kesulitan pendanaan dan pembayaran kegiatan proyek 1,34
Penundaan pekerjaan karena alasan keuangan dan 1,72
hukum
4 Peralatan 3,76 Terbatasnya jumlah peralatan 1,00
Peralatan yang tidak memadai 2,00
5 Pelaksanaan dan 4,84 Klaim konstruksi 2,82
hubungan kerja Perolehan izin dari pemerintah 3,58
Birokrasi yang berbelit belit 3,66
Pengalaman kerja kontraktor menyebabkan error 4,13
Fungsi pengawasan lemah 4,18
Durasi kontrak yang kurang realistis 4,49
Tidak ada Kerjasama dengan owner 5,14
6 Desain dan 5,23 Desain tidak jelas, tidak sesuai antar item dengan satu 1,31
perencanaan dengan lainnya
Spesifikasi teknis yang tidak jelas 1,69
7 lainnya 5,28 Cuaca yang tidak lazim 1,00
Terjadi kecelakaan kerja 2,00

Rangkuman hasil analisis


Berdasarkan Tabel 5, pada sub faktor tenaga
kerja terlihat bahwa faktor yang paling Hasil pembahasan analisis dijadikan satu
mempengaruhi keterlambatan adalah tidak rangkuman atas keseluruhan hasil.
menguasai pekerjaan di lapangan dengan Berdasarkan jawaban kuesioner didapatkan
penilaian 37 responden setuju dan 13 bahwa faktor tidak menguasai pekerjaan di
responden berbeda. Faktor tidak menguasai lapangan adalah faktor yang sangat
pekerjaan disebabkan tidak adanya pelatihan mempengaruhi keterlambatan proyek yang
tenaga kerja khusus untuk tenaga kerja asli dikerjakan dengan nilai mean rank 1,47 dan
Papua, sehingga harus menggunakan tenaga faktor kecelakaan tenaga kerja adalah faktor
kerja dari luar Papua yang mempunyai yang tidak mempengaruhi keterlambatan
keahlian di bidang konstruksi, sedangkan proyek yang dikerjakan dengan nilai mean
faktor yang mempengaruhi keterlambatan di rank 2. Nilai df atau derajat kebebasan untuk
Kota Kupang adalah ketidaktersediaan tenaga membantu melihat nilai chi–square dalam
kerja ke lokasi proyek terlambat. Untuk hasil Tabel. Hasil rangkuman analisis dapat dilihat
dari penelitian-penelitian yang terkait faktor dari Tabel 6.
keterlambatan terdapat perbedaan faktor yang
paling mempengaruhi keterlambatan proyek
di setiap daerah.

Hutahaean, et al. – Faktor-faktor keterlambatan proyek konstruksi di Papua 9


E-ISSN 2746-0185

Tabel 6. Rangkuman hasil analisis


Sub Faktor Nilai Nilai
nilai
Faktor Keterlambatan Mean Chi- Chi- Nilai
No Kendall’s Asymp.
keterlambatan (Mean rank rank Square Square df
W
terkecil) hitung tabel
1 Tenaga kerja Tidak menguasai 1,47 0,288 28,80 5,99 2 0
pekerjaan di
lapangan
2 Material Kedatangan bahan 1,24 0,282 14,08 3,84 1 0
terlambat dari
jadwal
3 Keuangan Kesulitan 1,31 0,233 11,64 3,84 1 0,001
pendanaan dan
pembayaran
kegiatan proyek
4 Peralatan Terbatasnya 1,00 1,000 50 3,84 1 0
jumlah peralatan
5 Pelaksanaan Klaim konstruksi 2,82 0,117 35,13 12,59 6 0
dan hubungan
kerja
6 Desain dan Desain tidak jelas, 1,31 0,160 8,02 3,84 1 0,005
perencanaan tidak sinkron
antara satu item
dengan yang lain
Cuaca yang tidak
7 lainnya 1,00 1,000 50 3,84 1 0
lazim

Kesimpulan keterlambatan proyek adalah faktor lainnya


dengan nilai mean rank 5,28 dan sub faktor
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
cuaca tidak lazim dengan nilai mean rank
yang telah diberikan oleh 50 responden
1,00.
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
keterlambatan proyek konstruksi di Daftar pustaka
Kabupaten Merauke diperoleh kesimpulan
Agritama, R., Huda, M., & Setiyo Rini, T.
berikut ini.
(2018). "Faktor-Faktor Yang
Dari hasil analisis diperoleh urutan ranking- Mempengaruhi Keterlambatan Proyek
ranking tiap faktor yang menjadi penyebab Konstruksi Di Surabaya". Jurnal
keterlambatan proyek konstruksi di Rekayasa Dan Manajemen Konstruksi,
Kabupaten Merauke. Kemudian faktor yang 6(1), 25–32.
menjadi penyebab utama yang mempengaruhi Margareta, A., Malir, A., Sudarwadi, D.,
keterlambatan proyek adalah faktor tenaga Saptomo. H. (2018). Faktor - faktor
kerja dengan nilai mean rank 2,56 dan sub Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan
faktor tidak menguasai pekerja di lapangan Pekerjaan Proyek Kontruksi di
dengan nilai mean rank 1,47. Cara untuk Kabupate Manokwari. Cakrawala, 1.
mengurangi keterlambatan proyek dari faktor
persentase tenaga kerja dengan memberi Aziz, R. F. (2013). Ranking of delay factors
pelatihan-pelatihan untuk tenaga kerja asli in construction projects after Egyptian
Papua supaya lebih terampil dan kreatif. revolution. Alexandria Engineering
Untuk faktor yang tidak mempengaruhi Journal, 52(3), 387–406.
https://doi.org/10.1016/j.aej.2013.03.00
10 Teknisia, Vol. 27, No. 01, Mei 2022
E-ISSN 2746-0185

2 Classification and Ratings). Dimensi


Bakhtiyar, A., Soehardjono, A., & Hasyim, Teknik Sipil, 1(1), 49–58.
M. H. (2012). Analisis faktor-faktor Agritama, R. P., Huda, M., & Rini, T. S.
yang mempengaruhi keterlambatan (2018). Faktor-Faktor Yang
proyek konstruksi pembangunan Mempengaruhi Keterlambatan Proyek
gedung di kota lamongan. Jurnal Konstruksi Di Surabaya. Jurnal
Rekayasa Teknik Sipil, 6(1), 55–66. Rekayasa Dan Manajemen Konstruksi,
Hassan, H., Mangare, J. B., & Pratasis, P. A. 6(1), 25–32.
K. (2016). Faktor-faktor penyebab Rajablu, M., Marthandan, G., & Yusoff, W. F.
keterlambatan pada proyek konstruksi W. (2014). Managing for stakeholders:
dan alternatif penyelesaiannya (studi The role of stakeholder-based
kasus : di manado town square III). management in project success. Asian
Jurnal Sipil Statik Vol.4, 4(11), 657– Social Science, 11(3), 111–125.
664. https://doi.org/10.5539/ass.v11n3p111
Kartowardojo, S. (1992). Dasar-dasar Rantepasang, E. I. (2015). Pelaksanaan
Manajemen. Jakarta: Miswar. Proyek Di Sorong – Papua Barat.
Mahapatni, I. A. P. S. (2019). Metode Santoso, S. (2010). Mastering SPSS 18.
Perencanaan dan Pengendalian Proyek Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Konstruksi. In UNHI Press. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian.
Molwus, J. J. (2014). Stakeholder Bandung: Alfabeta.
management in construction projects: a Sugiyono (2019). Statistika untuk Penelitian.
life cycle based framework. Thesis. Bandung: CV Alfabeta.
http://www.ros.hw.ac.uk/bitstream/han
dle/10399/2877/MolwusJJ_1014_sbe.p Wirabakti, D. M., Abdullah, R., &
df?sequence=1 Maddeppungeng, A. (2014). Studi
Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan
Proboyo, B. (1999). Keterlambatan Waktu Proyek Konstruksi Bangunan Gedung.
Pelaksanaan Proyek : Klasifikasi dan Teknik Sipil Universitas Agung
Peringkat dari Penyebab-penyebabnya Tirtayasa, Vol. 6, 15–29.
(Project Implementation Delay : Causes

Hutahaean, et al. – Faktor-faktor keterlambatan proyek konstruksi di Papua 11

You might also like