You are on page 1of 11

SUBSISTEM AGRIBISNIS PADA TANAMAN KENTANG

(Solanum Tuberosum L)

Oleh:
K. Ria Triyani 211510501189

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor Pertanian Merupakan Sektor Strategis Dalam Pembangunan Nasional.
Komoditas sayuran merupakan produk pertanian penting di Indonesia, mengingat
komoditas tersebut memiliki potensi produksi yang tinggi. Sayuran mempunyai potensi
penting sebagai sumber pertumbuhan baru dalam rangka pemenuhan gizi, perolehan
devisa, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan perbaikan pendapatan petani
(Ruhdi Wahyuto, Listiyani dan Danang Manumono. 2018).
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai
potensi sangat penting untuk mendorong peningkatan kesejahteraan petani, ekspor, dan
ekonomi daerah (Direktorat Jendral Pertanian, 2018). Dengan demikian, usahatani
sayuran memiliki peluang dan prospek yang baik untuk dikembangkan.
Kentang (Solanum Tuberosum L.) Merupakan Salah Satu Jenis Sayuran
Subtropis Yang Terkenal Di Indonesia. Daya Tarik Sayuran Ini Terletak Pada Umbi
Kentang Yang Kaya Karbohidrat Dan Bernilai Gizi Tinggi. Komoditas kentang
(Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang menunjang
tercapainya pola hidup sehat melalui diversifikasi pangan. Namun, produksi kentang
nasional mengalami penurunan sebesar 8,3% dari tahun 2019 ke tahun 2020 (BPS,
2021a). Kentang termasuk salah satu produk pertanian hortikultura yang bersifat
mudah rusak, bergantung pada iklim dalam proses budidayanya, serta memiliki bentuk
dan ukuran yang bervariasi dimana hal tersebut mempengaruhi manajemen
produksinya. Sumber risiko yang mungkin terjadi lainnya ialah permasalahan sistem
produksi, baik dari internal maupun eksternal, seperti keadaan iklim, proses produksi,
fluktuasi harga, standarisasi mutu, penggunaan teknologi, dan kurangnya informasi.
Semua sumber risiko tersebut daling berkaitan dari internal dan eksternal, baik dari
supplier, petani, penebas, pedagang ecer, serta konsumen (Fahriyah dkk, 2021).
Agribisnis adalah suatu sistem usaha dibidang pertanian yang terdiri dari
beberapa subsistem terkait satu sama lain. Subsistem agribisnis meliputi: subsistem
pengadaan sarana dan prasarana produksi (agroinput), agroproduksi (onfarm),
pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, dan subsistem penunjang yang saling
berkaitan dan saling membutuhkan guna mencapai tujuan yaitu memperoleh
keuntungan (Amrudin dkk, 2021).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sektor hulu (pengadaan sarana produksi) pada agribisnis tanaman
kentang?
2. Bagaimana sektor on farm (usaha tani) pada agribisnis tanaman kentang?
3. Bagaimana sektor hilir (industry pengolaham hasil pertanian, pemasaran dan
distribusi) pada agribisnis tanaman kentang?
4. Apa saja sistem penunjang (sarana dan prasarana serta pembinaan) pada
agribisnis tanaman kentang?
1.3 Tujuan
1. Untuk menentukan sektor hulu (pengadaan sarana produksi) pada agribisnis
tanaman kentang?
2. Untuk menentukan sektor on farm (usaha tani) pada agribisnis tanaman
kentang?
3. Untuk menentukan sektor hilir (industri pengolaham hasil pertanian,
pemasaran dan distribusi) pada agribisnis tanaman kentang?
4. Untuk mengetahui apa saja sistem penunjang (sarana dan prasarana serta
pembinaan) pada agribisnis tanaman kentang?
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Sektor Hulu Agribisnis pada Tanaman Kentang


Kentang (Solanum tiberosum L.) merupakan tanaman penting ke empat dunia
setelah gandum (Triticum spp.)jagung (Zea mays L.) dan beras (Oryza sativa) kentang
diproduksi sekitar 311 juta ton dari 19 juta hektar lahan diberbagai negara dengan
produksi rata – rata 16,4 ton/ha produktivitas mencapai 44 ton/ha. Di Indonesia,
kentang diproduksi di 21 provinsi dengan total produksi 1.176.304 ton dari lahan seluas
71.238 hektar dengan prosuksi rata – rata 16,51 ton/ha.
Subsistem agribisnis hulu pada tanaman kentang meliputi kegiatan ekonomi
(produksi dan perdagangan) yang menghasilkan sarana produksi seperti bibit, pupuk,
mesin pertanian, dan industri obat-obatan (pestisida). Dalam pengadaan bibit tanaman
kentang di Indonesia jarang sekali petani yang mengkhususkan untuk memproduksi
bibit kentang sendiri, sejalan dengan Winarto dkk (2017) yang menyebutkan bahwa di
Indonesia belum ada petani yang mengkhususkan diri memproduksi bibit kentang
(penangkar bibit). Mereka bertanam kentang hasilnya sebagian untuk bibit dan
sebagian untuk konsumen. Hal ini disebabkan karena menghasilkan bibit kentang yang
berkualitas tinggi diperlukan biaya yang mahal dan penanganan yang sulit. Produksi
kentang di indonesia pada umumnya dipakai sebagai (20,5%), sedangkan untuk
konsumsi sekitas 74%, selebihnya untuk industri dan bahan buangan. Pembibitan
kentang adalah mengusahakan pertanaman yang hasilnya diarahkan untuk
dipergunakan sebagai bahan ditanam kembali pada pertanaman yang akan datang.
Untuk pemupukan pada tanaman kentang biasanya menggunakan pupuk
kandang dan pupuk kimia. Pupuk kandang terdiri atas organik, kotoran ayam dan
portas; sedangkan pupuk kimia terdiri atas urea, SP36, NPK ponska dan captan. Pupuk
kandang digunakan setiap satu kali pakai dalam satu musim tanam. Besarnya
pemakaian pupuk kandang berkisar 20-30 ton/ha. Pupuk kimia digunakan setiap dua
kali pakai dalam satu musim tanam. Menurut Raissa dan Iwan, (2020) dalam Mimbar
Agribisnis, besarnya pamaikan pupuk kimia harus disesuaikan dengan kebutuhan tidak
boleh melebihi pemakaian pupuk kandang karena apabila terlalu banyak memakai
pupuk kimia tidak baik untuk pertumbuhan tanaman kentang.
Pemberian pestisida juga penting dilakukan untuk proteksi perkembangan
tanaman kentang, pestisida sendiri bertujuan untuk pencegahan terhadap hama dan
penyakit yang menyerang tanaman kentang. Pestisida yang dipakai pada proteksi
tanaman kentang biasanya terdiri dari tiga kategori, yaitu fungisida, insektisida dan
akarisida. Pemakaian fungisida dapat dilakukan 15-18 kali pakai untuk satu kali
penanaman. Jenis fungisida yang digunakan yaitu klorotalonil dan previcure. Selain
pemakaian fungisida, ada pula insektisida untuk mengusir hama atau serangga yang
akan merusak tumbuh kembang kentang pada saat budidaya dilakukan. Pemakaian
insektisida dapat dilakukan 8 kali pakai untuk satu kali penanaman. (Raissa dan Iwan,
2020).
Untuk mempermudah pekerjaan penanaman dan pemeliharaan tanaman
kentang, petani juga harus memikirkan alat dan mesin pertanian guna mengefisienkan
pekerjaan dalam penanaman dan pemeliharaan. Sejalan dengan Raissa dan Iwan (2020)
dalam Mimbar Agribisnis menyebutkan bahwa alat dan mesin pertanian sangat
dibutuhkan dalam sistem input karena dapat membantu berjalannya budidaya kentang
sampai ke hasil panen. Alat pertanian yang dibutuhkan pada saat budidaya kentang
yaitu cangkul, traktor tangan dan mesin sprayer. Penggunaan traktor tangan satu kali
dalam satu musim tanam. Cangkul digunakan empat kali dalam satu musim tanam,
sedangkan mesin sprayer digunakan 15 kali dalam satu musim tanam.

2.2 Sektor Onfarm Agribisnis pada Tanaman Kentang


Subsistem on farm, merupakan awal kegiatan agribisnis pertama kali dilakukan
untuk menghasilkan bahan baku atau produk dalam kegiatan agribisnis. Dalam
subsistem on farm terdapat kegiatan budidaya tanaman kentang dengan memanfaatkan
input-input pertanian (Liana, dkk. 2021)
Pada subsistem on farm produksi kentang di usahatani sangat penting dalam
keberlanjutan agribisnis kentang. Produksi kentang petani mempengaruhi jalannya
berbagai kegiatan agribisnis, sehingga penting mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kentang. Subsistem on farm salah satunya usahatani kentang
dalam budidayanya dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal.
Caharana (2020) meneliti bahwa produksi kentang dipengaruhi oleh luas lahan, benih,
pupuk kandang, fungisida, dan tenaga kerja. Hal tersebut berpengaruh pada subsistem
on farm yang mana semua faktor yang telah disebutkan berpengaruh terhadap produksi
tanaman kentang.

Pemilihan lahan tempat menanam kentang sangat perlu diperhatikan karna


berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang. Lahan tempat
menanam kentang bukan bekas tanaman sejenis atau sefamili, lahan kentang harus
terbuka sehingga matahari langsung menyinari tanaman kentang serta dekat dengan
mata air. Penentuan waktu tanam pada tanaman kentang dilakukan pengamatan terlebih
dahulu, pengamatan dilakukan saat ketersediaan air secara alami di lahan pada saat
musim hujan tiba dan akhir musim hujan. Sarana prasarana irigasi yang disiapkan
seperti pompa dan sumur bor. Sebelum menanam perlunya persiapan lahan yang mana
dilakukan pencangkulan atau membajak tanah sedalam 30 cm sampai gembur,
dibiarkan selama 15 hari untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kadar tanah. Tanah
digemburkan kembali, kemudian diratakan. Garitan dibuat dengan kedalaman kurang
lebih 25 cm. Jarak antar garitan 73 cm. Pada lahan miring garitan dibuat melintang dari
arah kemiringan lahan.

Pada proses penanaman bibit, persiapan bibit unggul sangat menentukan hasil
panen nantinya. Diperlukannya persiapan benih yang berkualitas Benih yang
digunakan biasanya adalah benih varietas G2 dan G3 yang bersertifikat dan diambil
dari Balai benih Induk Kentang. Pemupukan dan pengairan sangat penting dilakukan
agar tanaman berkembangbiak dengan baik serta mendapatkan nutrisi yang cukup dari
tanah yang telah dipupuk sesuai dosisnya.
Penentuan panen yang tepat pada tanaman kentang ditandai dengan perubahan
warna daun dari hijau segar menjadi kekuningan yang bukan disebabkan oleh penyakit,
batang tanaman telah berwarna kekuningan dan agak mengering, kulit umbi tidak cepat
mengelupas bila digosok dengan jari. Kentang biasanya mulai dipanen pada umur 90-
180 hari pada varietas granola. Proses pemanenan tanaman kentang dengan cara
membongkar guludan dengan cara mencangkul tanah di sekitar umbi secara hati-hati,
lalu mengangkatnya sehingga umbi ke luar dari dalam tanah dan diletakkan di
permukaan tanah agar terjemur matahari. Lakukan sortasi awal kemudian dimasukkan
ke keranjang dan dibawa ke tempat pengumpulan hasil panen.

2.3 Sektor Hilir Agribisnis pada Tanaman Kentang


Subsistem hilir merupakan subsistem pengolahan dan pemasaran (tata niaga)
produk-produk pertanian dan olahannya. Dalam subsistem ini terdapat suatu mata
rantai atau rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk usaha tani, pengolahan,
penyimpanan hingga distribusi produk pertanian hingga ke konsumen.
Hasil pengolahan dari budidaya tanaman kentang ini dapat diolah menjadi
berbagai macam produk, salah satu yang sedang marak yaitu produk olahan yang di
bekukan (frozen food). Menurut Larisa (2019), meskipun kontribusi makanan beku
terhadap industry makanan dan minuman masih dibawah 10%, diyakini akan terus
tumbuh seiring dengan berkembangnya bisnis hotel, restoran, dan catering. Larisa
(2019) juga menyebutkan bahwa potensi pertumbuhan industry makanan olahan beku
mengalami kenaikan termasuk untuk olahan kentang beku. Potensi tersebut didorong
per-ubahan gaya hidup masyarakat dan keinginan diver-sifikasi sumber karbohidrat
dalam sajian makanannya. Menurut Abdul Rochim (2019), kebutuhan kentang untuk
industri biasanya menggunakan varietas atlantik yang diimpor. Kentang segar impor
akan diolah menjadi Chip atau keripik, sedangkan kentang Iris beku akan diolah
menjadi French fries atau kentang goreng. Impor kentang akan menurun karena
kentang Atlantik sudah mulai dibudidayakan di dalam negeri. Perusahaan makanan
berskala besar yang mengolah dan mengimpor kentang Atlantik kini bermitra dengan
petani lokal untuk menanam bibit tanaman itu. Sejalan dengan Raissa dan Iwan, (2020)
Pembuatan kentang goreng dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi apabila
diperjualbelikan di pasar. Kentang goreng dibuat pada saat harga kentang lagi menurun
agar pendapatan lebih menguntungkan banyak dibandingkan dengan harga kentang
lagi tinggi pendapatan tidak jauh beda dengan modal.
Pemasaran hasil dari tanaman kentang diawali dari produsen atau petani untuk
sampai ke konsumen akhir melalui beberapa tahapan. Tahapan pemasaran untuk
menyampaikan barang dari produsen ke konsumen disebut saluran pemasaran. Saluran
pemasaran didefinisikan sebagai sekelompok pedagang atau agen perusahaan yang
melakukan pemindahan suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.
Dalam saluran pemasaran terlibat secara aktif beberapa lembaga pemasaran. Menurut
Liana, dkk (2021) pada pemasaran kentang dijumpai beberapa macam saluran
pemasaran. Saluran pemasaran yang dipakai berbeda antara petani yang satu dengan
petani yang lain. Setiap petani bebas menentukan saluran pemasaran yang akan
digunakan agar produk mereka bisa sampai ke konsumen. Terdapat lima saluran
pemasaran dengan tingkat harga yang berbeda-beda di setiap pelakunya. Saluran
pemasaran kentang sebagai berikut :
1. Petani-Kelompok Tani-Eksportir
2. Petani-Kelompok Tani-Pasar Induk-Konsumen
3. Petani-Pengumpul kecil-Pedagang Besar-Pasar Induk-Konsumen
4. Petani-Pengumpul kecil-Pengumpul Besar-Pedagang Besar-Pasar Induk-konsumen
5. Petani-Pengumpul Besar-Pasar Induk-Konsumen

2.4 Sistem Penunjang Agribisnis pada Tanaman Kentang


Subsistem penunjang terdiri atas semua pemain utama yang menyediakan jasa,
meskipun bersifat pilihan, namun sangat penting dalam menunjang keberhasilan
berjalannya sistem Agribisnis. Jasa-jasa ini disediakan oleh pemerintah, asosiasi, kredit
dan pembiayaan, lembaga penelitian, asosiasi, kelompok tani dan koperasi. Menurut
Raissa dan Iwan, (2020) penyuluh menjadi salah satu fasilitator bagi untuk
mendapatkan bantuan pemerintah berupa barang maupun pelatihan dan juga
berhubungan dengan kelompok tani lain mendiskusikan masalah suplai benih, seperti
dengan kelompok tani paguyuban Pangalengan sebagai penyedia benih kentang.
KESIMPULAN

Kentang (Solanum Tuberosum L.) Merupakan Salah Satu Jenis Sayuran


Subtropis Yang Terkenal Di Indonesia. Subsistem agribisnis meliputi: subsistem
pengadaan sarana dan prasarana produksi (agroinput), agroproduksi (onfarm),
pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, dan subsistem penunjang.
Subsistem agribisnis hulu pada tanaman kentang meliputi kegiatan ekonomi (produksi
dan perdagangan) yang menghasilkan sarana produksi seperti bibit, pupuk, mesin
pertanian, dan industri obat-obatan (pestisida). Pada subsistem on farm produksi
kentang di usahatani sangat penting dalam keberlanjutan agribisnis kentang. Produksi
kentang dipengaruhi oleh luas lahan, benih, pupuk kandang, fungisida, dan tenaga
kerja. Hal tersebut berpengaruh pada subsistem on farm yang mana semua faktor yang
telah disebutkan berpengaruh terhadap produksi tanaman kentang. Subsistem hilir
merupakan subsistem pengolahan dan pemasaran (tata niaga) produk-produk pertanian
dan olahannya. Hasil pengolahan dari budidaya tanaman kentang ini dapat diolah
menjadi berbagai macam produk, salah satu yang sedang marak yaitu produk olahan
yang di bekukan (frozen food). Subsistem penunjang terdiri atas semua pemain utama
yang menyediakan jasa, meskipun bersifat pilihan, namun sangat penting dalam
menunjang keberhasilan berjalannya sistem Agribisnis. Jasa-jasa ini disediakan oleh
pemerintah, asosiasi, kredit dan pembiayaan, lembaga penelitian, asosiasi, kelompok
tani dan koperasi.
DAFTAR PUSTAKA

Amirudin., Hardianti., Putri permatasari., Eksa rusdiyana., Wahyu trisnasari., Eka nur
janah., Achmad musyadar., Mochamad sugiarto., Wasrob nasaruddin., Tri ratna
sari dewi., Vivi zulfiyana. 2021. Kelembagaan Agribisnis. Yayasan Kita
Menulis. Hal 11-12
Andrini, Raisa Fidela dan Iwan Setiawan. 2020. Model Usahatani Kentang di Hulu
Daerah Aliran Sungai (DAS). Jurnal Pemikiran Masyarakat Berwawasan
Agribisnis. 6(2):474-485
Badan Pusat Statistik (BPS). 2021. Statistik Indonesia 2021. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Caharana. 2020. Efisiensi Produksi Usahatani Kentang di Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung. Jurnal: Fakultas Pertanian, UGM. Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Pertanian. 2018. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2017.
Jakarta: Direktorat Jenderal Holtikultura.
Fahriyah, Mahfudlotul'Ula, Hana Salsabilla. 2021. Studi Mitigasi Risiko untuk
Meningkatkan Kinerja Subsistem Produksi Kentang di Kota Batu. Malang:
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. Vol 5, No 4.
Larisa. 2019. Produksi Kentang Nasional. Kementrian. Jakarta.
Loso, wiranto., Yufdy, M., Prama., Fadly Muhammad. 2017. Teknik Pembibitan
Kentang Berkualitas. Repositori Publikasi: Kementrian Pertanian.
Pratiwi, Liana F L., Suhatmi H., Lestari R W., Agribisnis Kentang di Kabupaten
Wonosobo. 2021. Yogyakarta. Jurnal: Jurusan sosial Ekonomi Pertanian,
Universitas Gadjah Mada.
Rochim, Abdul. 2019. Produksi Kentang Indonesia. Direktorat Jenderal Industri Agro.
Kementrian Pertanian Jakarta.
Wahyuto, Ruhdi., Listiyani., Danang manumano. 2018. Usaha Tani Kentang (Solanum
tuberosum L) di Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes. Jurnal Masepi. Vol. 3,
No 2.

You might also like