JURNAL RISET KESEHATAN (BESAR SEMUA arial 11)

POLTEKKES DEPKES BANDUNG

Vol 13 No 2 Oktober 2021 (Huruf besar depan saja)

PENGARUH MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG) TERHADAP

KADAR ESTROGEN PADA TIKUS BUNTING DAN FEMINISASI
PADA ANAK TIKUS JANTAN
THE EFFECT OF MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG) ON ESTROGEN
LEVELS IN PREGNANT RATS AND FEMINIZATION OF MALE RATS
Amelya Permata Sari 1*, Mega Ade Nugrahmi 2
1*
Universitas Perintis Indonesia,Email: amelya.permata90@gmail.com
(Program Studi Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Perintis Indonesia)
2
Universitas Muhamadiyah Sumatera Barat, Email: mega_gaulya@yahoo.com
(Program Studi Kebidanan, Fakultas Kesehatan, Universitas Muhamadiyah Sumatera Barat)

ABSTRACT
.
MSG impairs ovarian function by inducing the secretion of LH and follicle stimulating
hormone (FSH) from the anterior pituitary and estradiol from ovarian follicles. One
indicator of feminization in male rat offspring is the shortening of the anogenital
distance so that it resembles female genitalia. The purpose of this study to analyze the
effect of MSG on estrogen levels n pregnant rats and feminization of male rat offspring.
The purpose of this study to analyze the effect of MSG on estradiol levels in pregnant
rats and feminization of male rats.This type of research is experimental with post-test
only control group design. Total of samples consist of 18 pregnant rats which were
divided into three groups; group one (control without treatment), group two (MSG 2
mg/gBB), group three (MSG 4mg/gBB). The result study of the estrogen serum
showed that there were differences on estrogen serum levels between the control
group and treatment group one with a value (p=0.012), the control group with
treatment group two with a value (p<0.001) and between treatment group one
withtreament group two with a value (p<0,001). Based on Kruskal-Wallis test, there
was a significant effect of MSG on anogenital distance with a value (p<0,001).The
conclusion of this study is that there is an effect of MSG on estrogen levels and
anogenital distance in male rats. MSG can increase levels of estrogen serum and high
level of estrogen serum can shorten the anogenital distance in male rats.

Key words: Estrogen, Feminiation, MSG

1
http://dx.doi.org/.......................
JURNAL RISET KESEHATAN (arial 11)
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Vol 12 No 2, Oktober 2020

ABSTRAK
MSG merusak fungsi ovarium dengan menginduksi sekresi LH dan follicle stimulating
hormone (FSH) dari hipofisis anterior dan estradiol dari folikel ovarium. Salah satu
indikator terjadinya feminisasi pada anak tikus jantan adalah terjadinya pemendekan
jarak anogenital sehingga menyerupai kelamin betina. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisa pengaruh pemberian MSG terhadap kadar estrogen tikus bunting dan
Feminisasi pada anak tikus jantan. Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Jumlah
sampel terdiri dari 18 ekor tikus bunting yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
kelompok kontrol, perlakuan satu (MSG 2mg/gBB), perlakuan dua (MSG 4mg/g BB).
Penelitian ini dilaksanakan selama 28 hari di animal house dan Laboratorium Biomedik
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Kadar estradiol serum diukur
dengan menggunakan metode ELISA. Uji kemaknaan dengan One Way ANOVA.
Pemeriksaan jarak anogenital diukur dengan menggunakan Kruskal-Wallis Hasil
penelitian estradiol serum didapatkan bahwa terdapat perbedaan estradiol serum
antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan satu (p=0,012), kelompok kontrol
dengan perlakuan dua (p<0,001) dan antara kelompok perlakuan satu dengan
kelompok perlakuan dua (p<0,001). Berdasarkan uji Kruskal-Wallis terdapat pengaruh
signifikan pemberian MSG terhadap jarak anogenital (p<0,001). Kesimpulan dari
penelitian ini terdapat pengaruh pemberian MSG terhadap kadar estrogen tikus bunting
dan jarak anogenital pada anak tikus jantan. Saran, agar ibu hamil menghindari
konsumsi MSG dengan dosis tinggi.

Kata kunci: Estrogen, Feminisasi, MSG

PENDAHULUAN menyebabkan infertilitas parsial pada

pria.2,3
Monosodium glutamat (MSG) Sebuah penelitian pada kelinci
merupakan salah satu dari bentuk jantan ditemukan bahwa pemberian
garam asam glutamat. Asam glutamat MSG dengan dosis 1 g/kgBB selama
dapat ditemukan dalam produk 56 hari menekan luteinizing hormone
makanan yang mengandung protein (LH) dan menurunkan tingkat
tinggi seperti daging, ikan, keju dan testosteron tanpa patologi apa
sayuran (tomat, jamur, brokoli).Data pun.4MSG merusak fungsi ovarium
statistik pada tahun 2007 rata-rata dengan menambah sekresi LH dan
masyarakat Indonesia mengkonsumsi folliclestimulating hormone (FSH) dari
MSG sebanyak 0,65 g/orang/hari.1 Hipofisis anterior dan estradiol dari
Penelitian pada tikus yang diberikan folikel ovarium yang bertindak sebagai
MSG sebanyak 0,2 g/kg selama 14 hari neurotransmitter.5 Paparan MSG
menunjukkan terjadinya perubahan dengan dosis 0,08mg/kgBB selama 14
structural yang besar pada ovarium, hari pada tikus betina dapat
sementara itu paparan MSG dengan mengakibatkan perubahan degeneratif
dosis 3g/KgBB dan 6g/KgBB selama 30 dan dapat mengakibatkan kematian sel
hari telah terbukti dapat mengakibatkan apoptosis dan sel nekrotik serta atrofi
gangguan morfologi testis, pada tuba falopi.6
memengaruhi tingkat testosterron dan
jumlah sperma sehingga berpotensi

2
JURNAL RISET KESEHATAN (arial 11)
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Vol 12 No 2, Oktober 2020
Peningkatan estrogen akibat
paparan senyawa yang menyerupai
estrogen dapat mempengaruhi
reproduksi pria diantaranya dapat
mengakibatakan jarak anogenital lebih
pendek (AGD), hipospadia,7feminisasi,
gangguan pada vesikula seminalis.8
Paparan MSG telah terbukti dapat
meningkatkan kadar estrogen pada
tikus betina.9 MSG berpengaruh pada
organ reproduksi wanita melalui
interaksi dengan sistem endokrin
dengan meningkatkan kadar estradiol
dan berdampak terhadap
perkembangan alat genitalia anak laki-
laki. Namun data yang tersedia
mengenai paparan MSG pada saat
kehamilan dapat menurunkan AGD
pada pria yang merupakan biomarker
terjadinya feminisasi pada pria sangat
terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa pengaruh pemberian
MSG terhadap kadar estrogen tikus
bunting dan Feminisasi pada anak tikus
jantan.
METODE
Peneliitian ini dilakukan di Animal
House Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas pada bulan Desember 2019
s.d
Januari 2020. Tikus Wistar dewasa
(umur 8–10 minggu) dengan berat 170–
190 gram dipelihara dalam kandang di
suhu 20°–25°C dan 12/12 jam siklus
terang/gelap. Tikus diberi makan
makanan standar (Semua feed-3®, PT.
Central Proteina Prima Tbk, Medan)
secara ad libitum.
Tikus jantan dan betina dikawinkan;
kebuntingan dipastikan dengan
memeriksa vaginal plug. Apabila ada
vaginal plug maka di hitung sebagai
hari 1 bunting. Tikus bunting diambil
secara acak dibagi menjadi tiga
kelompok (masing-masing n=6).
Kelompok kontrol diberi makan
makanan standar dan air sementara
kelompok perlakuan diberi makanan
standar diberikan MSG per oral
sebesar 2 dan 4 mg/gBB pada jam 10
pagi setiap hari menggunakan oral
gavage selama 20 hari. Pada hari ke 21
hewan dibius menggunakan Ketamine
0,15 mL/200gBB dan Xylazil 0,25
mL/200gBB secara intraperitoneal.
Kemudian diambil darahnya sebanyak
2 ml diambil dari jantung dengan
menggunakan vacutainer. Sampel
darah kemudian disentrifugasi pada
kecepatan 3.000 rpm selama 15 menit
untuk memisahkan serum. Serum tadi
disimpan dalam freezer pada suhu -
20°C sampai dianalisis estradiol
dengan metode ELISA.
Setelah darah diambil lalu dilakukan
pembedahan pada rahim untuk
mengeluarakan anak tikus dan
dimasukkan kedalam wadah yang
sudah berisikan cairan formalin.
Kemudian mengidentifikasi anak tikus
jantan dan dipisahkan. Kemudian anak
tikus janantan di baringkan dengan
posisi telentang lalu dilakukan
pengukuran dari tepi anus ke papila
genital dengan menggunakan jangka
dan kertas milimeter.
Hasil uji kemaknaan antara
kadar estradiol dengan jarak anogenital
(AGD) antar kelompok dianalisis oleh
One-Way ANOVA (diikuti oleh
Bonferroni post hoc test) dan Kruskal-
Wallis (diikuti oleh uji Mann-Whitney U),
dengan nilai p <0,05. Semua analisis
dilakukan dengan menggunakan IBM
SPSS Statistik untuk Windows ver.25
(IBM Corporation,Armonk, NY).
HASIL
Kadar Estradiol Serum
Dalam penelitian ini, analisis efek
perlakuan diuji berdasarkan
peningkatan kadar estradiol serum
induk tikus antar kelompok sesudah
diberikan perlakuan. Hasil analisi
kemaknaan dengan uji One Way
ANOVA disajikan pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Estradiol Serum Antar
Kelompok Sesudah Perlakuan
3
JURNAL RISET KESEHATAN (arial 11)
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Vol 12 No 2, Oktober 2020

Kelompok n Kadar Estradiol P* Jarak Anogenital Anak Tikus Jantan

(pg/ml)
Rata-Rata Analisis efek perlakuan diuji
berdasarkan rata-rata jarak anogenital
Kontrol 6 26,29±4,53 0,001 anak jantan antar kelompok setelah
Perlakuan 1 6 37,46±6,69 diberikan perlakuan. Hasil analisi
kemaknaan dengan uji Kruskal-Wallis
Perlakuan 2 6 62,10±8,23 disajikan pada Tabel 3
Tabel 3. Rata-Rata Jarak Anogenital
Anak Jantan Antar Kelompok Sesudah
Tabel 1 diatas menunjukkan rata- Perlakuan
rata estradiol serum induk tikus dalam
setiap kelompok perlakuan. Rata-rata Kelompok n Jarak P
estradiol serum kelompok perlakuan anogenital
dua lebih tinggi yaitu 62,10±8,23 (mm)Rata-Rata
dibandingkan dengan kelompok kontrol Kontrol 9 3,72±0,36 0,002
dan perlakuan satu. Kelompok kontrol
memiliki rata-rata estradiol serum yang Perlakuan 1 5 2,70±0,44
lebih rendah yaitu 26,29±4,53 Perlakuan 2 3 2,83±0,76
dibandingkan dari kelompok perlakuan
satu dan kelompok perlakuan dua.
Berdasarkan uji statistik One Way
ANOVA diketahui terdapat pengaruh Tabel 3 menunjukkan rata-rata
signifikan pemberian MSG terhadap jarak anogenital anak jantan dalam
kadar estradiol serum pada induk tikus setiap kelompok perlakuan. Rata-Rata
dengan nilai p-value <0,005 dengan jarak anogenital anak jantan pada
nilai p yaitu 0,001. kelompok kontrol lebih tinggi yaitu
Untuk melihat perbedaan antara 3.72±0,36 dibandingkan dengan
kelompok maka dilanjutkan dengan uji kelompok perlakuan satu dan kelompok
post-hoc jenis Bonferoni. Hasil analisis perlakuan dua. Kelompok perlakuan
uji post-hoc jenis Bonferoni dapat dilihat dua memiliki rata-rata jarak anogenital
pada Tabel 2 berikut : yang lebih rendah yaitu 2,83±0,76
dibandingkan dengan kelompok kontrol
Tabel 2. Tingkat Kebermaknaan Estradiol dan kelompok perlakuan satu.
Serum Antar Kelompok Sesudah Berdasarkan uji statistik dengan uji
Perlakuan Kruskal-Wallis diketahui terdapat
pengaruh signifikan pemberian MSG
Kelompok Tingkat Kebermaknaan Estrogen terhadap jarak anogenital anak jantan
Kontrol Perlakuan Perlakuan dengan p value <0,005 dengan nilai p
1 2 yaitu 0,002.
Kontrol - 0,033* 0,001*
Perlakuan 1 0,033* - 0,001* Untuk melihat perbedaan antara
Perlakuan 2 0,001* 0,001* - kelompok maka dilanjutkan dengan uji
(*Terdapat perbedaan bermakna) Mann Witney. Hasil analisis uji Mann
Whitney dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 2 menunjukkan tingkat
Tabel 4. Tingkat Kebermaknaan Jarak
kebermaknaan estrogen serum antar
Anogenital Anak Jantan Antar Kelompok
kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil Sesudah Perlakuan
uji post-hoc jenis Bonferoni dapat
dismpulkan bahwa terdapat pengaruh Kelompok Tingkat Kebermaknaan Jarak
bermakna estrogen serum pada Anogenital
kelompok kontrol dengan kelompok
Kontrol Perlakuan Perlakuan
perlakuan satu dan kelompok
perlakuan dua karena p< 0,05.

4
 JURNAL RISET KESEHATAN (arial 11)
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Vol 12 No 2, Oktober 2020
1 2
Kontrol - 0,004* 0,009*
Perlakuan 1 0,004* - 0,089
Perlakuan 2 0,009* 0,089 - estradiol, sehingga mengakibatkan
(* Terdapat perbedaan bermakna )
Tabel 4 menunjukkan tingkat
kebermaknaan jarak anogenital anak
jantan antar kelompok perlakuan.
Berdasarkan hasil uji Mann Whitney
dapat dismpulkan bahwa terdapat
pengaruh bermakna jarak anogenital
pada kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan satu karena
p<0,05.
PEMBAHASAN
Pengaruh MSG terhadap Kadar
Etradiol Serum
Estrogen adalah hormon alami yang
dihasilkan oleh ovarium. Ada 3 jenis
estrogen dominan di dalam tubuh yaitu
estradiol (estradiol-17β, E2), estron
(E1), dan estriol (E3). Estradiol adalah
estrogen utama yang diproduksi oleh
ovarium. Estron dibentuk oleh estradiol.
Estriol dihasilkan dalam jumlah besar
selama kehamilan dan merupakan
produk pemecahan dari estradiol.
Sebelum menopause, estradiol adalah
estrogen predominan tubuh, setelah
menopause kadar estrogen menurun
sehingga estron menjadi estrogen
predominan10.
MSG merusak fungsi ovarium
dengan menambah sekresi LH dan
FSH dari hipofisis anterior dan estradiol
dari folikel ovarium. Hal ini terjadi
karena MSG bertindak sebagai salah
satu neurotransmiter. Neuron
glutametargik yang ditemukan di dalam
hipotalamus dapat meningkatkan
neuron yang bertanggung jawab untuk
sintesis dan pelepasan LHRH dan
FSHRH yang meningkatkan sekresi LH
dan FSH dari hipofisis anterior melalui
mekanisme umpan balik positif11.
Peningkatan kadar estrogen juga
ditemukan oleh Obochi dimana terjadi
peningkatan hormon estrogen pada
hewan coba betina setelah diberikan
MSG. MSG menyebabkan adanya
aktivasi enzim aromatase yang
mengkatalis konversi testosterone ke
peningkatan sintesis hormon estradiol12.
MSG yang diberikan dengan dosis 0,08
mg/kg dapat mengakibatakan
terjadinya perubahan degeneratif yang
dapat mengakibatkan kematian sel
apoptosis dan sel nekrotik serta atrofi
pada tuba falopi13selain itu, MSG
menyebabkan fibroid pada uterus tikus
dengan meningkatnya kadar estradiol14.
Penelitian terhadap tikus yang
diberikan MSG 172,8 mg selama 16
hari menunjukkan kadar estrogen yang
lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol15. Hal ini senada
dengan penelitian lainnya yang
menemukan peningkatan estrogen
pada tikus yang diberikan MSG16.
Pengaruh MSG terhadap Jarak
Anogenital pada Anak Tikus Jantan
Jarak anogenital pendek yang terjadi
pada tikus yang terpapar senyawa anti
androgenik sering berkolerasi
dengan berbagai gangguan
17,18,19
reproduksi . Semakin jelas
pengaruh terhadap jarak anogenital
semakin besar kemungkinan kerusakan
reproduksi seperti kelainan genital20.
Penemuan lainnya menyata kan bahwa
tikus Wistar yang terpapar
diethylstilbestrol dari awal kehamilan
sampai 12 hari kelahiran juga mengaki
batkan jarak anogenital yang pendek
pada anak jantan hal ini disebabkan
karena paparan estrogen yang tinggi
mengakibatkan ekspresi androgen
reseptor berkurang yang kemudian
menekan jumlah sel leydig21.
BPA merupakan bahan kimia yang
menyerupai estrogen, karena BPA
menunjukkan sifat estrogenik, BPA di
gambarkan sebagai bahan kimia
pengganggu endokrin dan juga
berfungsi sebagai antagonis androgen
reseptor (AR). Paparan BPA pada tikus
bunting menyebabkan penurunan kadar
5
JURNAL RISET KESEHATAN (arial 11)
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Vol 12 No 2, Oktober 2020
testosterone. Penurunan testosteron
mungkin disebabkan oleh penekanan
BPA pada protein steroidogenik sel
leydig testis. BPA menghambat
ekpsresi Steroidogenic Acute
Regulatory Protein (StAR), dan enzim
17-β-hydroxysteroid dehydro genase 22.
Ekspresi protein dari reseptor LH
juga terganggu akibat paparan BPA
dan dapat menyebabkan penurunan
sekresi androgen oleh sel leydig
testis23. Selain itu BPA juga
menyebabkan regulasi beberapa gen
yang terkait dengan fungsi sel sertoli
pada mencit sehingga megganggu
blood-testis-barrier dan merusak
spermatogenesis24
Estroigenitas BPA juga dapat
mencegah aksi anti mullerian hormon
pada duktus mulerii pada pria25, yang
mengarah pada feminisasi janin pria 26.
Feminisasi seperti ini dapat dipicu oleh
peningkatan regulasi gen yang
diperlukan untuk perkembangan testis
dalam embrio27. Dengan mengganggu
kadar hormon atau aktivitas reseptor,
efek merugikan dari BPA mungkin
mengubah perkembangan organ
reproduksi pria selama kehidupan janin
Selain itu, efek BPA mungkin lebih
menonjol dan tidak dapat diubah
selama tahap perkembangan ini, tidak
seperti pada orang dewasa, yang
memiliki fisiologi spesifik, jenis kelamin
yang matang dan fungsional, di mana
efek merusak berpotensi dapat
dipulihkan setelah eksposur berakhir28
Paparan janin terhadap flatalat
tertentu menghasilkan jarak anogenital
yang pendek pada anak tikus jantan,
semakin tinggi dosis maka akan
SIMPULAN (Arial 11, spasi 1, bold,
HURUF BESAR)
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh pemberian MSG terhadap
tikus bunting dan feminisasi anak tikus
jantan yang ditandai dengan terjadinya
pemendekan jarak anogenital anak
tikus jantan.
menghasilkan jarak anogenital semakin
pendek. Besarnya efek jarak anogenital
dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti strain tikus, ukuran kelompok
dan metode yang digunakan untuk
mengukur jarak anogenital29.
Penelitian yang dilakukan oleh
Mitchell ditemukan bahwa tikus jantan
yang diberikan diethylstilbestrol dapat
mengakibatkan menurunnya kadar
testosteron dan mengurangi berat
vesikula seminalis, hal ini juga
menyebabkan penurunan AGD yang
signifikan. Mitchell menggunakan 84
ekor tikus Wistar dengan membagi
kedalam tujuh kelompok perlakuan dan
menggunakan kaliper digital untuk
mengukur jarak anogenital, sedangkan
dalam penelitian ini peneliti
menggunakan 18 ekor tikus Wistar dan
membagi kedalam tiga kelompok
perlakuan dan menggunakan jangka
untuk mengukur jarak anogenital30.
Jarak anogenital merupakan suatu
penanda biologis yang berguna untuk
mendeteksi kekurangan androgen pada
janin dan untuk mendeteksi efek
pengganggu endokrin. Pada manusia
hal ini akan semakin berfungsi sebagai
biomarker prospektif, dimana apabila
jarak anogenital laki-laki lebih pendek
dari normal akan menjadi suatu
peringatan akan terjadinya komplikasi
atau masalah reproduksi pada masa
dewasa.
.
DAFTAR RUJUKAN
1. Kurtanty D, Faqih DM, Upa NP.
Review monosodium glutamate.
6
 JURNAL RISET KESEHATAN (arial 11)
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Vol 12 No 2, Oktober 2020
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia;
2018. 4-6
2. Oladipo IC, Adebayo EA, Kuye OM.
Effect of monosodium glutamate in
ovaries of female Sprague Dawley
rats. Int J Microbiol Appl Sci.
2015;4(5):737–45
3. Iamsaard S, Sukhorum W, Samrid R,
Yimde J, Kanla P, Hipkaeo W, et al.
The sensitivity of male reproductive
organ to monosodium glutamate.
Medica Academica. 2014;43(1): 3–9.
4. Okoye CN, Ochiogu LS, Onah CE. The
effect of monosodium glutamate
administration of the reproduction and
serum biochemistry of adult male
rabbits. Veterinary Medicine.
2016;61(3):141–47.
5. Mondal M, Sarkar K, Nath PN, Paul G.
Monosodium glutamate suppresses
the female reproductive function by
impairing the function of ovary and
uterus in the rat. Environ Toxicol.
2018;33(2):198–208.
6. Eweka AO, Eweka A, Om’iniabohs
FAE. Histological studies of the effect
of monosodium glutamate of the
fallopian tubes of adult female Wistar
rats. N Am J Med Sci. 2010;2(3):146–
9.
7. Hsieh MH, Breyer BN, Eisenberg, ML,
Baskin LS. Associations among
hypospadias cryptorchidism,
anogenital distance, and endocrine
disruption. Curr Urol Rep. 2008;
9(2):137–42.
8. Walker VR, Jefferson WN, Couse JF,
Korach KS. Estrogen receptor-α
mediates diethylstilbestrol-induced
feminization of the seminal vesicle
male mice. Environ Health Perspect.
2012;120(4):560–5.
9. Zia MS, Qamar K, Hanif R, Khalil M.
Effect of monosodium glutamate on the
serum estrogen and progesterone
levels in female rat and prevention of
this effect with diltiazem. J Ayub
Medical College Abbottabad.
2014;26(1):18–20.
10. Tagliaferri M, Cohen I, Tripathy D.
Kanker Payudara : Cara Pengobatan
Alternatif,4,51 Terjemahan oleh Luky,
Jakarta: PT Indeks. 2007.
11. Mondal M, Sarkar K, Nath PN, Paul G.
Monosodium glutamate suppresses
the female reproductive function by
impairing the function of ovary and
uterus in the rat. Environ Toxicol.
2018;33(2):198–208.
12. Obochi GO, Malu SP, Abang MO,
Alozie Y, Iyam MA. Effect of garlic on
monosodium glutamate induced fibroid
in wistar rats. Pak J Nutr. 2009;8(7):
970–6.
13. Eweka AO, Eweka A, Om’iniabohs
FAE. Histological studies of the effect
of monosodium glutamate of the
fallopian tubes of adult female Wistar
rats. N Am J Med Sci. 2010;2(3):146–
9.
14. Obochi GO, Malu SP, Abang MO,
Alozie Y, Iyam MA. Effect of garlic on
monosodium glutamate induced fibroid
in wistar rats. Pak J Nutr. 2009;8(7):
970–6.
15. Ariendha DSR. 2017. Pengaruh
pemberian monosodium glutamat
terhadap kadar estrogen, progesterone
dan jumlah anak tikus wistar bunting.
Tesis tidak di publikasikan. Universitas
Andalas.
16. Nwajei JC, Onuoha SC, Essien EB.
Effect of oral administration of selected
food seasonings consumed in Nigeria
on some sex hormones of Wistar
albino rats. Journal Biotechnology
Biochemistry. 2015;1(5):15–21.
17. Bowman CJ, Barlow NJ, Turner KJ,
Wallace DG, Foster PMD. Effect of in
utero exposure to finasteride on
androgen-dependent reproductive
development in the male rat.
Toxicology Sciences.2003;74: 393-
406.
18. Christiansen S, Scholze M, Axelstad
M, Boberg J,Kortenkamp A. et al.
Combined exposure to anti-androgens
causes markedly increased
frequencies of hypospadias in the rat.
International Journal of Andrology.
2008;31: 241-248.
19. Welsh M, Saunders PTK, Fisken M,
Scott HM, Hutchison GR, Smith LB, et
7
 JURNAL RISET KESEHATAN (arial 11)
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Vol 12 No 2, Oktober 2020
al. Identification in rats of a
programming window for reproductive
tract masculinization, disruption of
which leads to hypospadias and
cryptorchidism. The Journal of Clinical
Investigation. 2008;118(4): 1479-
1490.
20. Christiansen S, Scholze M, Axelstad
M, Boberg J,Kortenkamp A. et al.
Combined exposure to anti-androgens
causes markedly increased
frequencies of hypospadias in the rat.
International Journal of Andrology.
2008;31: 241-248.
21. Williams K, McKinnel C, Saunders
PTK, Walker M, Fisher JS. et al.
Neonatal exposure to potent and
environmental oestrogens and
abnormalities of the male reproductive
system in the rat: evidence for
importance of the androgen-oestrogen
balance and assessment of the
relevance to man. European Society of
Human Reproduction and Embryology.
2001;7(3): 236-247.
22. Wetherill YB, Akingbemi BT, Kanno J.
et al. In Vitro molecular mechanisms of
bisphenol A action. Reproductive
Toxicology. 2007 ;24:178-198.
23. Nanjapa MK, Simon L, Akingbemi BT.
et al. The Industrial Chemical
Bisphenol A (BPA) Interferes with
Proliferative Activity and Development
of Steroidogenic Capacity in Rat
Leydig Cells. Biology of Reproduction.
2012; 86(5):1-12.
24. Aoki T, Takada T. Bisphenol A
modulates germ cell differentiation and
retinoic acid signaling in mouse ES
cells. Reproduction Toxicology.
2012;34(3):463–470.
25. Pryor JL, Hughes C, Foster W, Hales
BF, Robaire B. Critical windows of
exposure for children’s health: the
reproductive system in animals and
humans. Environ Health Perspect.
2000;108(3):491–503.
26. Hutson JM, Baker M, Terada M, Zhou
B, Paxton G. Hormonal control of
testicular descent and the cause of
cryptorchidism. Reprod Fertil Dev.
1994;6:151–156.
27. Aoki T, Takada T. Bisphenol A
modulates germ cell differentiation and
retinoic acid signaling in mouse ES
cells. Reproduction Toxicology.
2012;34(3):463–470.
28. Miao M, yuan W, He Y, Zhou Z, Wang
J, Gao E et al. In utero exposure to
bisphenol A and anogenital distance of
male offspring. Birth Defects
Research. 2011;91: 867-872.
29. Gallavan RH, Holson JF, Stump DG,
Knapp JF, Reynolds VL. Interpreting
the toxicologic significance of
alterations in anogenital distance:
potential for confounding effect of
progeny body weights. Reproductive
Toxicology. 1999;13:383-390.
30. Mitchell RT, Mungall W,
McKinnell C, Sharpe RM,
Cruickshanks L, Milne L. et al.
Anogenital distance plasticity in
adulthood: Implication for its use as a
biomarker of fetal androgen action.
Endocrinology. 2015;156(1):24-31.